• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Fukushi ······················································

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FUKUSHI, FUKUSHI CHOTTO,

2.1.2 Jenis-jenis Fukushi ······················································

Motojiro dalam Sudjianto (2004:93-96) membagi fukushi menjadi tiga macam yakni joutai no fukushi, teido no fukushi, dan tokubetsuna iikata o youkyuu suru fukushi. Lalu Hiroshi (2000:344) mengklasifikasikan fukushi menjadi tiga macam yaitu youtai fukushi, teido fukushi, dan yuudo fukushi.

Begitu juga Masao dalam Sudjianto (2004:155-156) mengklasifikasikan fukushi

menjadi tiga macam yaitu joutai fukushi, teido fukushi, teido o arawasu fukushi, dan

nobekata o shuushokusuru fukushi.

Hampir sama dengan pendapat-pendapat tersebut, Takanao dalam Sudjianto (2004:166-168) membagi fukushi menjadi tiga macam sebagai berikut :

1. Joutai no Fukushi

状態 評 主 用言 修飾 状態副詞 い

“Joutai wo hyoushi, shu toshite yougen wo shuushokusuru mono wo joutai fukushi to iu”

(Disebut Joutai fukushi untuk sebagian besar kata yang menjelaskan Yougen,

dan menyatakan kondisi/keadaan).

Isami dalam Sudjianto (2004:74) menyatakan bahwa joutai no fukushi adalah

fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu. Fukushi yang termasuk kelompok joutai no fukushi ini misalnya, fukushi yang disertai partikel to, ni, misalnya : batabata to, boroboro to, dodo to dan jiki ni, sude ni, sugu ni dan sebagainya.

Selain itu di dalam joutai no fukushi ini juga terdapat kata –kata yang dapat menerangkan nomina dengan cara menyisipkan partikel no di antara kedua kelas kata itu, misalnya :

Yokuyokuno koto.

(Hal yang luar biasa).

Fukushi lain yang termasuk jenis joutai no fukushi misalnya ko, so, a, dou. Di dalam joutai no fukushi ini termasuk juga peniruan bunyi-bunyi alam atau meniru bunyi binatang. Dalam bahasa Jepang disebut dengan giongo, giseigo, dan gitaigo

(onomatope)

Banyak defenisi yang berbeda dari giongo, giseigo, dan gitaigo, diantaranya sebagai berikut :

Giseigo, yaitu bahasa yang merupakan peniruan bunyi binatang. Misalnya:

鳥 鳴

Tori wa chi chi to naku.

(Burung berkicau chi chi).

Sedangkan gitaigo, yaitu bahasa yang merupakan ungkapan perasaan ketika melihat benda tersebut, kata-kata yang mengungkapkan aktivitas, keadaan dan sebagainya. Misalnya:

キ キ

Tekipaki boru wo kachishita.

(Menangkap bola dengan tangkas).

Biasanya giseigo ditulis dengan katakana, sedangkan gitaigo biasanya ditulis dengan hiragana. Tetapi sering sulit membedakan antara giseigo dan gitaigo.

Lalu Yoshio dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:115) menjelaskan bahwa kata-kata yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati disebut giongo. Selain itu, ada juga pengertian lain yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan giongo adalah peniruan bunyi yang ditimbulkan suara alam.

Misalnya:

風 ュ ュ

Kaze ga hyuhyu fuku.

(Angin berhembus sepoi-sepoi).

Giseigo sering disamakan dengan giongo (biasa disebut juga dengan sahongo

ataupun onomatope), karena kata-kata yang tergolong pada giseigo maupun giongo

merupakan kata-kata yang menunjukkan bunyi atau suara, sedangkan gitaigo

merupakan fukushi yang menyatakan suatu keadaan.

Namun, di dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Situmorang, 2007:41), dinyatakan bahwa joutai no fukushi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Joutai no fukushi yang menerangkan keadaan, misalnya:

Yukkurito aruku.

(Berjalan dengan pelan-pelan)

b. Joutai no fukushi yang menerangkan waktu, misalnya:

待 い

Shibaraku omachi kudasai.

(Tolong tunggu sebentar).

c. Joutai no fukushi yang menerangkan arahan (michibiku), misalnya:

初 わ い

Kou naru koto wa hajime kara wakatte ita.

2. Teido no Fukushi

主 状態 表 集濃 状態 程度 限定 程

度副詞 言

“Shu toshite, joutai wo arawasu goshuukokushite, sono joutai no teido wo genteisuru mono wo teido fukushi to iu”

(disebut teido fukushi untuk sebagian besar kata yang memperhalus dalam mengungkapkan keadaan/kondisi dan membatasi derajat keadaan/kondisi tersebut).

Motojiro dalam Sudjianto (2004:79) menyatakan bahwa teido no fukushi

adalah fukushi yang menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan.

Berikut beberapa fungsi dari teido no fukushi:

a. Menerangkan i-keiyoushi (adjektiva-i), misalnya:

今日 少 暑い

Kyou wa sukoshi atsui.

(Hari ini agak panas).

b. Menerangkan keiyoudoushi (adjektiva-na), misalnya:

部屋 静

Kono heya wa totemo shizuka da.

(Kamar ini sangat nyaman).

c. Menerangkan Doushi (verba), misalnya:

少 行 交番 あ

Sukoshi iku to koubann ga aru.

(Kalau jalan sedikit, ada pos polisi).

Di dalam teido no fukushi, selain terdapat fukushi yang menerangkan

Kanari hakkiri mieru.

(Terlihat sangat jelas).

3. Chinjutsu no Fukushi

普通 文頭 あ わ 文 陳述 質 予告 働

陳述副詞 文法税 誘 副詞 い

“futsuu, buntou ni arawarete, bunnmatsu no chinjutsu no shitsu wo yokokusuru hataraki wo suru mono wo chinjutsu fukushi (bunpouzei dewa yuudou fukushi tomo to iu)”

(Biasanya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata yang berfungsi untuk menjelaskan sifat pernyataan di akhir kalimat dengan menujukan kepala kalimat (dalam teori tatabahasa, disebut juga dengan keterangan yang menyampaikan pernyataan).

Chinjutsu no fukushi biasa disebut juga ko o no fukushi, jojutsu no fukushi,

bahkan Motojiro menyebutnya dengan istilah tokubetsuna iikata o yokyu suru fukushi

adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan yang khusus.

Isami dalam Sudjianto (2004:82) membagi chinjutsu no fukushi berdasarkan bentuk kalimatnya menjadi sembilan golongan seperti berikut,

a. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif atau menyangkal (uchikaeshi), misalnya:

必 あ 功 い

Kanarazushimo minna w seikou shinai.

(Semuanya belum tentu tidak berhasil)

b. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan, atau perintah (ganmou/kibou), misalnya:

い い

(Silahkan datang ke mari).

c. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan (kinshi), misalnya:

Korekara wa kesshite namakeru na.

(Mulai sekarang sama sekali tidak boleh kalah).

d. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan (suiryou), misalnya:

彼 来 い

Kare wa tabun konai deshou.

(Dia mungkin tidak datang).

e. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan (tatoe), misalnya:

Marude yume no you da.

(Benar-benar seperti mimpi).

f. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif (uchikaeshi suryou), misalnya:

僕 思い い

Masaka boku ga shita to wa omou mai.

(Tidak mungkin saya yang melakukanya tanpa berpikir).

g. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan, atau kepastian (danntei), misalnya:

彼 必 来

(Dia pasti datang).

h. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan (gimon), misalnya:

今日 学校 休

Kinou wa doushite gakkou wo yasundaka.

(Kemarin kenapa tidak masuk sekolah?).

i. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian (katei), misalnya:

雨 降

Moshi ame ga futtara yameru.

(Seandainya hujan turun, akan berhenti).