• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Fungsi dan Makna Fukushi Chotto dalam Komik “Klinik Dr. Kouto” Karya Takatoshi Yamada ditinjau dari Segi Semantik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Fungsi dan Makna Fukushi Chotto dalam Komik “Klinik Dr. Kouto” Karya Takatoshi Yamada ditinjau dari Segi Semantik"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK “KLINIK DR. KOUTO” KARYA TAKATOSHI YAMADA

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA YAMADA TAKATOSHI NO SAKUHIN NO (DR. KOUTO SHINRYOUJYO 1) NO MANGA NO “CHOTTO” TO IU

FUKUSHI NO IMI TO KINOU BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Oleh:

ADE IRMAYANI NASUTION NIM: 080722013

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK “KLINIK DR. KOUTO” KARYA TAKATOSHI YAMADA

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA YAMADA TAKATOSHI NO SAKUHIN NO (DR. KOUTO SHINRYOUJYO 1) NO MANGA NO “CHOTTO” TO IU

FUKUSHI NO IMI TO KINOU BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Nandi S Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D NIP.19600822 198803 1 002 NIP: 19580704 1985120 1 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN Diterima Oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pada : Tanggal :

Pukul :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Prof. Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D NIP.196509091994031004

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D ( )

2. Drs. Nandi S ( )

(4)

Disetujui oleh: Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departeman Sastra Jepang

Ketua Departemen Sastra Jepang,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya yang tak henti

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Fukushi Chotto dalam Komik “Klinik Dr. Kouto” Karya Takatoshi Yamada ditinjau dari Segi Semantik”. Dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis mendapatkan banyak kesulitan dan selalu diwarnai kesalahan, namun demikian selalu

ada harapan dalam hati untik selalu melakukan yang terbaik untuk semua pihak yang

tekah membantu.

Penulis menyadari bahwa tulisan inijauh dari kesempurnaan, dimana masih

terdapat banyak kekurangan baik tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu

dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut kritik dan sara-saran demi

kesempurnaan tulisan ini.

Dalam penulisan ini penulis ingin mengucapkan beribu terimakasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu. Penulis menyampaokan rasa terimakasih yagn tak

terhingga terutama kepada:

- Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara.

- Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph.D, selaku Ketua Departemaen

Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

- Bapak Drs. Nandi S, selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak

memberikan bimbingan dan pengarahan.

- Seluruh staf pengajar Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara, yang telah mendidik dan mengerjakan berbagai pengetahuan

(6)

- Kedua orang tua tersayang Ayahanda Maramis Nasution dan Ibunda Asmawaty

yang selalu memberikan dorongan dan dukungan.

- Teristimewa buat Suamiku tercinta Agus Salim. Terima kasih atas dukungan

baik moril dan materil, serta doa dan nasihat yang selalu diberikan every time

every where. (Anata.. hope we can make our dreams come true…)

- Teman-teman seperjuangan di Sastra Jepang Ekstensi 2008 ( Bang Putra,

Irwan, Angga, Kak Hanum, Desi, Mila, Eka, Julianis, Volga, Reni, Morina,

Melati)

- Semua pihak yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung

sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan yang namanya tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya

mahasiswa Sastra Jepang.

Wassalam

Medan, 21 Maret 2010

Penulis,

Ade Irmayani Nasution

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ··· i

DAFTAR ISI ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.6 Metode Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FUKUSHI, FUKUSHI CHOTTO, SEMANTIK, DAN KOMIK 2.1 Fukushi ··· 12

2.1.1 Pengertian Fukushi ··· 12

2.1.2 Jenis-jenis Fukushi ··· 15

2.1.3 Fungsi Fukushi ··· 21

2.1.4 Fukushi Chotto ··· 23

2.1.4.1 Pengertian Fukushi Chotto ··· 23

2.1.4.2 Fungsi Fukushi Chotto ··· 24

2.2 Semantik ··· 29

2.2.1 Pengertian Semantik ··· 29

2.2.2 Jenis-jenis Makna dalam Semantik ··· 29

2.2.3 Manfaat Mempelajari Semantik ··· 33

2.3 Komik ··· 34

(8)

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang ··· 35

2.3.3 Komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1 ··· 36

BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALA41M KOMIK DR. KOTOU SHINRYOUJYO 1 KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK 3.1 Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat ··· 37

3.2 Chotto yang memperhalus permohonan dan permintaan ··· 41

3.3 Chotto yang menerangkan perkataan, Ucapan ··· 44

3.4 Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian ··· 46

3.5 Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan ··· 50

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ··· 55

4.2 Saran ··· ··· 57

(9)

Absrak

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK ”DR.

KOUTO SHINRYOUJYO 1”KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI

SEGI SEMANTIK

Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata yang mempunyai arti yang sama

secara leksikal. Hanya saja, jarang sekali ada kamus yang memberi informasi setiap

katanya dengan lengkap. Umumnya hanya memberikan informasi sebatas arti kata saja,

sementara untuk inforamsi tentang makna lebih setiap katanya masih kurang. Seperti

halnya dengan kata chotto, dalam bahasa Jepang Chotto termasuk dalam kelas kata

yaitu Kata keterangan atau adverbia yang dalam bahasa Jepang disebut Fukushi.

Chotto dalam beberapa kamus, hanya diartikan “Sebentar; sedikit”. Sementara ia

mempunyai makna lebih dari arti kata chotto itu sendiri sesuai dengan nuansa yang

terdapat dalam suatu konteks kalimat.

Dalam penelitian ini penulis telah menganalisa fungsi dan makna fukushi

chotto dalam sebuah komik yang berjudul “Dr. Kouto Shinryoujyo 1”. Komik ini

merupakan komik dewasa yang berbahasa kedokteran (Medical), dan merupakan drama

manusia (human drama). Dalam Komik “Dr. Kouto Shinryoujyo 1” dituliskan kisah

awal seorang Dokter, dipindahkan ke sebuah pulau terpencil. Pada awalnya penduduk

pulau tidak menyambut hangat kedatanganya, Tapi dengan sikap yang tulus, dan

kesabaran serta komitmen dalam pekerjaannya, perlahan Dokter mendapatkan perhatian

penduduk pulau.

Dalam Komik ini terdapat sebanyak 32 buah fukushi chotto. Penulis hanya

(10)

1. Bagaimanakah fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.

2. Bagaimanakah fungsi dan makna fukushi chotto dalam Komik “Dr. Kouto

Shinryoujyo 1”.

Sehingga di dapat tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Dapat mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.

2. Dapat mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam komik “Dr. Kouto

Shinryoujyo 1”.

Dalam kelas kata bahasa jepang terdapat kelas kata yang disebut kata keterangan

(adverbia) atau dalam bahasa jepang disebut fukushi. Chotto termasuk dalam kelas

kata fukushi (kata keterangan).

Fukushi ialah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia

yang lainya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat

aktivitas, suasana atau perasaan pembicara (Sudjianto, 2004:165).

Takanao dalam Sudjianto (2004:166-168) membagi fukushi menjadi tiga

macam sebagai berikut :

- joutai no fukushi adalah fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara

jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu.

- Teido no fukushi adalah fukushi yang menerangkan yougen (verba, adjektiva-i,

adjektiva-na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu

perbuatan.

- Chinjutsu fukushi yaitu kata yang berfungsi untuk menjelaskan sifat pernyataan di

akhir kalimat dengan menujukan kepala kalimat (dalam teori tatabahasa, disebut juga

dengan keterangan yang menyampaikan pernyataan).

Adverbia chotto diartikan “agak, sedikit, sebentar”. Berfungsi untuk

(11)

dalam Sudjianto (2004:172). Sementara pengertian fukushi chotto Seperti yang

dikemukakan Naoko (1987:102) bahwa dalam adverbia chotto memiliki dua pengertian,

yaitu:

1. Kondisi/keadaan untuk menyatakan sedikitnya kuantitas atau jumlah. Juga

kondisi/keadaan untuk menyatakan derajat/tingkat/batas).

2. Cara mengungkapkan sanggahan. Keadaan dimana tidak berhasilnya dengan mudah

mengungkapkan suatu hal dan suatu keputusan

Menurut Sunagawa (1998:54), Chotto dibagi atas enam jenis yaitu:

a. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat.

b. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan memperhalus aksen, nada

irama, serta menerangkan perkataan dan ucapan.

c. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian.

d. Chotto yang diikuti bentuk negative (nai), yang menyatakan ungkapan penilaian,

dan yang memperhalus aksen, nada, irama.

e. Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan.

f. Chotto + shita+N, yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan yang menyatakan

ungkapan penilaian.

Berdsasarkan teori tersebut penulis melakukan analisis dengan metode sebagai berikut:

6. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul

penulisan.

7. Membaca komik Dr. Kuoto Shinryoujyo 1.

8. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kata atau kalimat

yang menggunakan fukushi Chotto pada komik tersebut

9. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu

yang terdapat fukushi chotto.

(12)

kalimat yang sudah diterjemahkan.

Sehingga dai dapat hasil klasifikasi fungsi fukushi chotto sebagai berikut.

a. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat, terdapat 13 buah.

b. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan memperhalus aksen, nada

irama, serta menerangkan perkataan dan ucapan, terdapat 5 buah.

c. Chotto yang menerangkan perkataan dan ucapan, terdapat 6 buah.

d. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian, terdapat 3 buah.

e. Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan, terdapat 5 buah.

Sementara Makna fukushi chotto yang terdapat dalam Komik Dr. Kouto shinryoujyo

(13)

要旨

山田 シ 作 D 診療所 漫画 対

い 副詞 意味 機能 意味論的 析

日 語 Le i 的 同 意味 い 言葉 多い

各言葉 対 意味 完全 出 辞典 多 い 一 辞典 普

通 言葉 意味 出 各言葉 完全 意味 情報 出 あ

い 同 日 語 日 語 副詞

い 詞 含 い 辞典 “Sebentar; sedikit

い 意味 あ あ あ 文章 会話 中 広い意味

今回 研究 筆者 D 診療所 い 漫画 あ

意味 機能 析 漫画 人 向 学 言葉 使

人間 漫画 あ D 診療所 い島 移動

者 い 書 初 島 国民 者 対 親 迎

遂 国民 得

漫画 個 副詞 あ 筆者 個

析 次 問題限定 あ

1. 日 語 副詞 意味 機能

2. D 診療所 漫画 あ 副詞 意味 機能

次 研究 目的 あ

1. 日 語 副詞 意味 機能 わ

(14)

副詞 い 詞 含

副詞 話 手 気持 状態 活動 程度 状態 表 機能

あ 変 化 形 容 詞 動 詞 解 言 葉 あ (Sudjianto,

2004:165)

Sudjianto Takanao (2004:166-168) 副詞 種 わ

- 状態 副詞 状態 評 主 用言 修飾 状態副詞 い

- 程度 副詞 主 状態 表 集濃 状態 程度 限定

程度副詞 言

- 誘 副詞 普通 文頭 あ わ 文 陳述 質 予告 働

陳述副詞 文法税 誘 副詞 い

一方 副詞 Naoko (1987:102) 意味 わ

1. 数 少 い場合 程度 表 場合 あ

「. 否定 伴 言い方 あ 物 判断 間単 立 い

Sunagawa (1998:54) わ

1. : 少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通

2. a. :話 自 行為 い 述 場合 相手 頼

場合 使

b. :否定的 表現 語調 わ 使

c. :言い い 回避 表現 断 表現 い 調子

3. :いい意味 持 評価 属性 表 表現 程度

話 手 普通以 い 判断 い 示

(15)

場合 使 い

b. : 否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言

い方 和 使

5. : 人 注意 引 付 使 単 呼び

イン ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表

6. a. + + N :軽い あ い い い

い 意味

. + + N:普通以 い N 言い

多い N ぼ 控 判断 評価

記 理論 基 い 次 方法 気 析

1. 課題 関係 あ 資料 あ

2. D 診療所 漫画

」. 漫画 あ 副詞 あ 文章 探 あ

4. 文章 翻訳

5. 析

次 副詞 対 結果

1. : 少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通

13個あ

2. a. :話 自 行為 い 述 場合 相手 頼

場合 使

b. :否定的 表現 語調 わ 使

c. :言い い 回避 表現 断 表現 い 調子

わ 個あ

(16)

話 手 普通以 い 判断 い 示 個あ

4. a. :否定表現 使 否定 強調 普通以 評価

場合 使 い

b. : 否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言

い方 和 使 3個あ

5. : 人 注意 引 付 使 単 呼び

イン ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表 個あ

副詞 機能 対 “sebentar, agak, hei, maaf,

sedikit, sayang, halo, tunggu” い 意味 あ

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan

manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada

seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa

yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui

bahasa tersebut (Sutedi, 2003:2).

Lebih lanjut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:22), menuliskan

bahwa, Bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran

atau gagasan-gagasan dalam perasaan, ia berfungsi sebagai alat komunikasi antara

anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling menginformasikan

antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling

menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut.

Dalam mempelajari bahasa ada empat komponen besar yaitu komponen bunyi,

komponen kata, komponen kalimat, dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari

dalam fonologi, komponen kata (bentuk kata) dalam morfologi, komponen kalimat

(susunan kalimat) dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam

semantik.

Mempelajari makna merupakan salah satu kajian semantik. Teknik analisis

makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan

menghubungkan masing-masing hakikat makna.

(18)

karya tulis bahasa asing dapat dilakukan dengan cara mengalihbahasakanya ke dalam

bahasa yang kita kuasai. Pengalihan bahasa ini disebut menterjemahkan /Translation.

Menurut Kamus 現 代 国 語 い 辞 典 Gendai Kokugo Reikan Jiten

(1993:1177) definisi terjemahan adalah sebagai berikut :

あ 国 言語 文章 他国 言語 文章 直 表現

“Aru kuni no gengo, bunshou wo takoku no gengo, bunshou ni naoshite

hyougen suru koto”

(Proses pengungkapan atau mengalihbahasakan suatu bahasa, kalimat yang

dimiliki oleh suatu negara ke dalam bahasa, negara lainnya )

Salah satu langkah dalam proses terjemahan, selain perlu memperhatikan tata

bahasanya, perlu juga memperhatikan makna dari kata-katanya. Tata bahasa adalah

pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan kata dan penyusunan kata-kata

dalam kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1148). Kata adalah pertama,

sebuah bunyi dan perpaduan bunyi yang keluar dari mulut seseorang (ucapan), kedua,

sebuah paduan atau serangkaian huruf yang membentuk sebuah makna dalam suatu

bahasa tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:513). Dalam bahasa Jepang

banyak terdapat kata yang mempunyai arti yang sama secara leksikal. Makna leksikal

adalah kata ketika kata itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk kata atau bentuk

perimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam

kamus bahasa tertentu (Pateda, 2001:29). Hanya saja, jarang sekali ada kamus yang

memberi informasi setiap katanya dengan lengkap. Umumnya hanya memberikan

informasi sebatas arti kata saja, sementara untuk inforamsi tentang makna lebih setiap

katanya masih kurang. Misalnya, kata tsukau, jika dilihat pada beberapa kamus, makna

yang tercantum yaitu: pakai, memakai, mempergunakan. Akibat kurangnya kapan

(19)

pembelajar pemula, seperti “kutsu o tsukau”, “boushi o tsukau” dan sebagainya.

Padahal kosakata tsukau tadi tidak digunakan untuk hal-hal tersebut.

Sama halnya dengan kata chotto. Kata Chotto dalam bahasa Jepang termasuk

dalam kelas kata yaitu Kata keterangan atau adverbia yang dalam bahasa Jepang

disebut Fukushi. Chotto dalam beberapa kamus, hanya diartikan “Sebentar; sedikit”.

Sementara ia mempunyai makna lebih dari arti kata chotto itu sendiri sesuai dengan

nuansa yang terdapat dalam suatu konteks kalimat. Seperti dalam contoh konteks

kalimat berikut:

:新 い職場 ?

A: Atarashii shokuba wa dou?.

(A: Bagaimana tempat kerja kamu yang baru?).

:課長 人

B: Kachousan ga chotto suteki na hito na no.

(B: Kepala bagian nya orang yang lumayan baik).

Fukushi chotto pada konteks kalimat di atas bermakna lumayan, dimana

chotto di sini berfungsi untuk menunjukan penilaian yang memperhalus ungkapan.

Fenomena berbahasa semacam ini sering muncul di dalam aktivitas

berkomunikasi dalam ragam bahasa jepang. Secara semantik suatu bentuk ujaran

memiliki informasi makna yang sudah jelas dan tegas, akan tetapi ada kalanya

memiliki informasi makna yang lebih jamak dan komplek, dan disebut dengan

(20)

2003:134). Seperti kata chotto yang terdapat dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1

karya Takatoshi Yamada, penulis akan membahas tentang fungsi dan makna fukushi

chotto yang terdapat dalam kalimat pada komik tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Permasalahan yang akan penulis analisis dalam penulisan ini adalah fungsi dan

makna fukushi chotto yang dialihbahasakan dari bahasa sumber dengan

memperhatikan bentuk aslinya ke dalam bahasa sasaran dengan memberikan padanan

kata yang tepat dan wajar. Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa chotto

termasuk kedalam kategori jenis kata fukushi (kata keterangan) yang dapat

diterjemahkan menjadi “sedikit;sebentar”. Akan tetapi dapat juga bermakna lebih dari

itu, dan juga memiliki fungsi tertentu sesuai dengan nuansa yang terdapat dalam

kalimat bahasa Jepang khususnya dalam bahasa percakapan. Misalnya untuk fungsi

dan makna fukushi chotto yang terdapat dalam kalimat percakapan berikut:

1. : 今忙 い

Sumimasen, ima isogashii desuka.

(Permisi, Anda sekarang sedang sibuk?)

:今 明日 書い

Ima chotto ashita no tame no repoto wo kaite irun desuga.

(Sekarang (sebentar) Saya sedangmenulis laporan untuk besok.)

: 邪魔

Sou desuka, sumimasen jama wo kakete shimatte.

(21)

2. 面白い

Kono hon wa chotto omoshoroi yo.

(Buku ini cukup menarik ya).

Pada kalimat percakapan 1 chotto mengandung makna sebentar, dan

berfungsi untuk memperhalus ungkapan yang menunjukan penolakan. Sementara pada

pecakapan 2 chotto bermakna cukup, dan berfungsi untuk menunjukan ungkapan

penilaian dari pembicara. Konteks kalimat seperti ini yang akan dibahas. Untuk itu

penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.

2. Bagaimana fungsi dan makna fukushi chotto dalam Komik Dr. Kotou Shinryoujyo

1.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasanya

pada bagaimana fungsi dan makna fukushichotto dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo

1.. Ada 32 buah fukushi chotto yang muncul dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1,

tetapi penulis hanya akan membahas sebanyak 14 buah saja, karena dari 18 buah

fukushi chotto yang tersisa, terdapat fungsi dan makna fukushi chotto yang sama

lebih dari 5 buah, dan sudah termasuk dalam pengklasifikasian masing-masing fungsi

fukushi chotto. Sehingga penulis mengambil perwakilan dari tiap fungsi fukushi chotto

dengan menganalisis 2 atau 3 buah untuk masing-masing klasifikasi fungsi fukushi

chotto yang terdapat dalam komik tersebut. Penulis akan mengklasifikasikan dan

menganalisis fungsi dan makna fukushi chotto yang terdapat dalam kalimatnya. Untuk

mendukung pembahasan, penulis juga menjelaskan pengertian fukushi dan jenis-jenis

(22)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka

Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis, dalam konteks hakekat bahasa menurut Chaer

(2007:12) adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan

perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua

tataran linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Linguistik adalah ilmu

tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajianya.

Chafe dalam Chear (1994:21) menyatakan bahwa berfikir tentang bahasa,

sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. Makna berfungsi sebagai

penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya

sehingga dapat saling mengerti.

Gramatika dalam bahasa jepang disebut bunpou. Bunpou adalah suatu

fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu

sistem tentang bentuk kata, urutan kata dan fungsi kata dalam suatu kalimat (Sudjianto,

1995:22).

Grmatika bahasa jepang modern ada beberapa macam, salah satunya yaitu

pendapat Motojiro dalam Sudjianto (2004:147) menglkasifikasikan kelas kata bahasa

jepang menjadi sepuluh kelas kata yaitu:

1. Doushi (kata kerja)

2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran –i)

3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran –na)

(23)

5. Fukushi (kata keterangan)

6. Rentaishi (pra kata benda)

7. Setsuzokushi (kata sambung)

8. Kandoushi (kata seru/kata serapan/kata panggilan)

9. Jodoushi (kata kerja kopula)

10.Joshi (kata Bantu)

Fukushi (kata keterangan) termasuk dalam kelas kata bahasa jepang. Fukushi

ialah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainya, tidak

dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat aktivitas, suasana atau

perasaan pembicara (Sudjianto, 2004:165).

2. Kerangka Teori

Penelitian ini akan memfokuskan analisis fungsi dan makna fukushi chotto

yang terdapat dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1 Karya TakatoshiYamada.

Dalam kelas kata bahasa jepang terdapat kelas kata yang disebut kata

keterangan (adverbia) atau dalam bahasa jepang disebut fukushi. Dalam Sudjianto

(2004:72) menyatakan bahwa fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan

verba, adjektiva-I, dan adjektiva-na, tidak dapat menjadi subjek, dan tidak mengenal

konjugasi/deklinasi. Chotto termasuk dalam kelas kata fukushi (kata keterangan).

Fukushi chotto yang terdapat dalam komik ini dapat menunjukan pemakaian fukushi

chotto untuk menerangkan kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), tidak dapat

menjadi subjek, dan tidak mengenal konjugasi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai

[1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam

(24)

berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah

linguistik “fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih

luas. Dalam hal ini dilakukan analisis fungsi fukushi chotto berdasarkan arti dari point

[5] untuk arti fungsi dalam istilah linguistik.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik. Semantik imiron/意味論

merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku/言語学 yang mengkaji tentang

makna (Sutedi, 2003;13). Dalam memberi makna sebuah kata, perlu diperhatikan

konteks dan situasi dimana tempat digunakan kata tersebut, dan perlu juga

diperhatikan makna-makna lain yang tidak ada dalam kamus atau makna leksikal.

Makna adalah arti atau maksud (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:324).

Moeliono,dkk (1998:548) disebutkan, makna adalah; pertama, Arti, Kedua, Maksud

pembicara atau penulis, dan ketiga, Pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk

kebahasaan. Untuk makna fukushi chotto yang akan dianalisis, penulis akan melihat

makna fukushi chotto dari ketiga definisi makna tersebut di atas, untuk dapat lebih

memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat dalam komik.

Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna

Konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata)

dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam

konteks situasi tertentu (Chaer, 2007:81). Dari konteks kalimat yang terdapat fukushi

chotto dalam komik ini, penulis akan melakukan analisis makna kontekstual

berdasarkan referensi definisi dari kedua makna kontekstual tersebut di atas.

Menurut Eugene A.Nida dan Charles K.Taber (2003:12), dalam bukunya The

Theory On Practise Of Translation yang dikutip dari dari buku Teori Terjemahan

(25)

“ Translating consist in reproducing in receptor language the closest natural

equivalent in the source language message first in term of meaning and secondly in

term of style “

(Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam penerima

barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan dengan bahasa

sumber, pertama menyangkut makna dan kedua menyangkut gayanya)

Dalam hal ini untuk mempermudah melakukan analisis, akan dilakukan

penerjemahan untuk konteks-konteks kalimat tertentu yang terdapat fukushi chotto

sehingga dapat lebih mempermudah dalam proses menganalisis dan dapat lebih

memperjelas fungsi dan maknanya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahi fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam komik Dr. Kotou

Shinryoujyo 1.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menambah wawasan penulis tentang fungsi dan makna fukushi chotto

khususnya dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1.

2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasan bagi institusi yang membutuhkan karangan

ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.

1.6 Metode Penelitian

(26)

deskriptif.

Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status

kelompok manusia, suatu objek. Suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu

kelas peristiwa pada masa sekarang.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui Library Research

(studi kepustakaaan), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data yang diperlukan

dalam penulisan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebuah

komik yang berjudul Dr. Kotou Shinryoujyo 1.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul

penulisan.

2. Membaca komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1

3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kata atau kalimat

yang menggunakan fukushi Chotto pada komik tersebut

4. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu

yang terdapat fukushi chotto.

5. Melakukan analisis fungsi dan makna fukushi chotto dari cuplikan

(27)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG FUKUSHI, FUKUSHI CHOTTO, SEMANTIK, DAN KOMIK

2.1 Fukushi

2.1.1 Pengertian Fukushi

Dalam klasifikasi atau penggolongan kata, terdapat kata-kata yang digolongkan ke

dalam verba, nomina, adjektiva, adverbia dan sebagainya. Pada bab ini, yang pertama

akan dibahas adalah kelas kata adverbia. Adverbia dalam bahasa Indonesia disebut kata

keterangan. Terdapat banyak sekali defenisi adverbia, yang menyangkut ciri maupun

pemakainnya di dalam kalimat.

Sebelum membahas jenis dan fungsi dari adverbia chotto, terlebih dahulu akan

dikemukakan beberapa defenisi dari adverbia (kata keterangan) menurut beberapa pakar

yang diambil dari beberapa sumber.

“Kata keterangan (adverbia) adalah kata-kata yang digunakan untuk memberi

penjelasan pada kata-kata lain yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau

sifat”(Chaer, 2006:162). Dalam bahasa Jepang, kata keterangan atau adverbia disebut

fukushi.

Bunkachou dalam Sudjianto (2004:72) bahwa fukushi ialah kata yang dipakai

untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na), tidak dapat menjadi

subjek, dan tidak mengenal konjugasi/deklinasi.

Lalu Matsuoka dalam Sudjianto (2004:165) fukushi adalah kata-kata yang

menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial yang lainnya, tidak dapat berubah, dan

berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan

(28)

dengan Bunkachoo. Dikatakan bahwa fukushi ialah kata yang menerangkan yougen,

termasuk jenis kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal

konjugasi/deklinasi.

Dari beberapa defenisi yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan

seperti dalam buku karya ilmiah yang berjudul Pengantar Linguistik Bahasa Jepang

bahwa yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidak

berkonjugasi, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan objek, dan berfungsi

menerangkan doushi, keiyoushi, dan fukushi, lainnya (Situmorang, 2007:40)

Selain itu, untuk lebih memperjelas pengertian dari fukushi akan diuraikan

beberapa hal yang perlu diperhatikan dari fukushi, diantaranya adalah :

1. Perbedaan fukushi (adverbia) dengan meishi (nomina)

Fukushi hanya berfungsi menerangkan kata yang lainnya, tidak dapat menjadi

subjek sehingga secara langsung tidak dapat diikuti partikael ga, wa, mo dan

sejenisnya. Sedangkan meishi selain berfungsi menerangkan kata lain, juga dapat

menjadi subjek, setelah meishi dapat disisipi partikel ga, wa, mo dan sebagainya.

2. Perbedaan fukushi (adverbia) dengan i-keiyoushi (adjektiva-i) dan keiyoudoushi

(adjektiva-na)

Fukushi, i-keiyoushi, dan keiyoudoshi masing-masing menerangkan kata yang

ada di depannya. Ketiganya pun tidak dapat menjadi subjek. Untuk itu harus ditelaah

kata yang mana yang tidak mengenal konjugasi/deklinasi. Kata yang tidak dapat

berubah misalnya ke dalam bentuk lampau, bentuk menyangkal, dan sebagainya

dapat digolongkan ke dalam fukushi. Sedangkan kata yang dapat berubah ke dalam

bentuk lampau, menyangkal dan sebagainya itu digolongkan ke dalam yougen

(doushi, i-keiyoushi, keiyoudoushi).

(29)

Fukushi dan rentaishi berfungsi menerangkan kata lain, tetapi rentaishi hanya

dipakai untuk menerangkan taigen (meishi), sedangkan fukushi bisa dipakai untuk

menerangkan yougen.

4. Letak fukushi dan letak yang diterangkanya pada suatu kalimat

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fukushi dipakai untuk menerangkan kata

yang ada di depannya. Tetapi bukan berarti fukushi itu selalu berdekatan dengan kata

yang diterangkannya. Kadang-kadang letak fukushi terpisah dari kata yang

diterangkannya karena terhalangi oleh beberapa kata. Walaupun demikian fukushi

selalu diletakkan sebelum kata yang diterangkannya itu.

a. Fukushi yang diletakkan dekat dengan kata yang diterangkannya.

今年 い 暑い

Kotoshi wa taihen atsui.

(Tahun ini (cuacanya) sangat panas).

b. Fukushi yang diletakan terpisah dari kata yang diterangkanya.

僕 行

Mochiron boku mo iku.

(Pasti Aku juga akan pergi)

Fukushi dalam sebuah kalimat dengan sendirinya dapat menjadi sebuah bunsetsu

yang menerangkan kata lain, (Takeshi dalam Sudjianto, 2004:72). Selain itu, fukushi

juga berfungsi menerangkan nomina (taigen). Motojiro dalam Sudjianto (2004:74)

menjelaskan bahwa taigen yang diterangkan oleh fukushi terbatas pada kata-kata yang

(30)

2.1.2 Jenis-jenis Fukushi

Motojiro dalam Sudjianto (2004:93-96) membagi fukushi menjadi tiga macam

yakni joutai no fukushi, teido no fukushi, dan tokubetsuna iikata o youkyuu suru fukushi.

Lalu Hiroshi (2000:344) mengklasifikasikan fukushi menjadi tiga macam yaitu youtai

fukushi, teido fukushi, dan yuudo fukushi.

Begitu juga Masao dalam Sudjianto (2004:155-156) mengklasifikasikan fukushi

menjadi tiga macam yaitu joutai fukushi, teido fukushi, teido o arawasu fukushi, dan

nobekata o shuushokusuru fukushi.

Hampir sama dengan pendapat-pendapat tersebut, Takanao dalam Sudjianto

(2004:166-168) membagi fukushi menjadi tiga macam sebagai berikut :

1. Joutai no Fukushi

状態 評 主 用言 修飾 状態副詞 い

“Joutai wo hyoushi, shu toshite yougen wo shuushokusuru mono wo joutai

fukushi to iu”

(Disebut Joutai fukushi untuk sebagian besar kata yang menjelaskan Yougen,

dan menyatakan kondisi/keadaan).

Isami dalam Sudjianto (2004:74) menyatakan bahwa joutai no fukushi adalah

fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara jelas menerangkan

keadaan pekerjaan atau perbuatan itu. Fukushi yang termasuk kelompok joutai no

fukushi ini misalnya, fukushi yang disertai partikel to, ni, misalnya : batabata to,

boroboro to, dodo to dan jiki ni, sude ni, sugu ni dan sebagainya.

Selain itu di dalam joutai no fukushi ini juga terdapat kata –kata yang dapat

menerangkan nomina dengan cara menyisipkan partikel no di antara kedua kelas kata itu,

(31)

Yokuyokuno koto.

(Hal yang luar biasa).

Fukushi lain yang termasuk jenis joutai no fukushi misalnya ko, so, a, dou. Di

dalam joutai no fukushi ini termasuk juga peniruan bunyi-bunyi alam atau meniru bunyi

binatang. Dalam bahasa Jepang disebut dengan giongo, giseigo, dan gitaigo

(onomatope)

Banyak defenisi yang berbeda dari giongo, giseigo, dan gitaigo, diantaranya

sebagai berikut :

Giseigo, yaitu bahasa yang merupakan peniruan bunyi binatang. Misalnya:

鳥 鳴

Tori wa chi chi to naku.

(Burung berkicau chi chi).

Sedangkan gitaigo, yaitu bahasa yang merupakan ungkapan perasaan ketika melihat

benda tersebut, kata-kata yang mengungkapkan aktivitas, keadaan dan sebagainya.

Misalnya:

キ キ

Tekipaki boru wo kachishita.

(Menangkap bola dengan tangkas).

Biasanya giseigo ditulis dengan katakana, sedangkan gitaigo biasanya ditulis dengan

hiragana. Tetapi sering sulit membedakan antara giseigo dan gitaigo.

Lalu Yoshio dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:115) menjelaskan bahwa

kata-kata yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati

disebut giongo. Selain itu, ada juga pengertian lain yang menyatakan bahwa yang

(32)

Misalnya:

風 ュ ュ

Kaze ga hyuhyu fuku.

(Angin berhembus sepoi-sepoi).

Giseigo sering disamakan dengan giongo (biasa disebut juga dengan sahongo

ataupun onomatope), karena kata-kata yang tergolong pada giseigo maupun giongo

merupakan kata-kata yang menunjukkan bunyi atau suara, sedangkan gitaigo

merupakan fukushi yang menyatakan suatu keadaan.

Namun, di dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Situmorang,

2007:41), dinyatakan bahwa joutai no fukushi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Joutai no fukushi yang menerangkan keadaan, misalnya:

Yukkurito aruku.

(Berjalan dengan pelan-pelan)

b. Joutai no fukushi yang menerangkan waktu, misalnya:

待 い

Shibaraku omachi kudasai.

(Tolong tunggu sebentar).

c. Joutai no fukushi yang menerangkan arahan (michibiku), misalnya:

初 わ い

Kou naru koto wa hajime kara wakatte ita.

(33)

2. Teido no Fukushi

主 状態 表 集濃 状態 程度 限定 程

度副詞 言

“Shu toshite, joutai wo arawasu goshuukokushite, sono joutai no teido wo

genteisuru mono wo teido fukushi to iu”

(disebut teido fukushi untuk sebagian besar kata yang memperhalus dalam

mengungkapkan keadaan/kondisi dan membatasi derajat keadaan/kondisi tersebut).

Motojiro dalam Sudjianto (2004:79) menyatakan bahwa teido no fukushi

adalah fukushi yang menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na),

menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan.

Berikut beberapa fungsi dari teido no fukushi:

a. Menerangkan i-keiyoushi (adjektiva-i), misalnya:

今日 少 暑い

Kyou wa sukoshi atsui.

(Hari ini agak panas).

b. Menerangkan keiyoudoushi (adjektiva-na), misalnya:

部屋 静

Kono heya wa totemo shizuka da.

(Kamar ini sangat nyaman).

c. Menerangkan Doushi (verba), misalnya:

少 行 交番 あ

Sukoshi iku to koubann ga aru.

(Kalau jalan sedikit, ada pos polisi).

Di dalam teido no fukushi, selain terdapat fukushi yang menerangkan

(34)

Kanari hakkiri mieru.

(Terlihat sangat jelas).

3. Chinjutsu no Fukushi

普通 文頭 あ わ 文 陳述 質 予告 働

陳述副詞 文法税 誘 副詞 い

“futsuu, buntou ni arawarete, bunnmatsu no chinjutsu no shitsu wo

yokokusuru hataraki wo suru mono wo chinjutsu fukushi (bunpouzei dewa yuudou

fukushi tomo to iu)”

(Biasanya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata yang berfungsi untuk

menjelaskan sifat pernyataan di akhir kalimat dengan menujukan kepala kalimat (dalam

teori tatabahasa, disebut juga dengan keterangan yang menyampaikan pernyataan).

Chinjutsu no fukushi biasa disebut juga ko o no fukushi, jojutsu no fukushi,

bahkan Motojiro menyebutnya dengan istilah tokubetsuna iikata o yokyu suru fukushi

adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan yang khusus.

Isami dalam Sudjianto (2004:82) membagi chinjutsu no fukushi berdasarkan

bentuk kalimatnya menjadi sembilan golongan seperti berikut,

a. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif atau menyangkal

(uchikaeshi), misalnya:

必 あ 功 い

Kanarazushimo minna w seikou shinai.

(Semuanya belum tentu tidak berhasil)

b. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan, atau

perintah (ganmou/kibou), misalnya:

い い

(35)

(Silahkan datang ke mari).

c. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan (kinshi),

misalnya:

Korekara wa kesshite namakeru na.

(Mulai sekarang sama sekali tidak boleh kalah).

d. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan

(suiryou), misalnya:

彼 来 い

Kare wa tabun konai deshou.

(Dia mungkin tidak datang).

e. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan (tatoe),

misalnya:

Marude yume no you da.

(Benar-benar seperti mimpi).

f. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif

(uchikaeshi suryou), misalnya:

僕 思い い

Masaka boku ga shita to wa omou mai.

(Tidak mungkin saya yang melakukanya tanpa berpikir).

g. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan,

atau kepastian (danntei), misalnya:

彼 必 来

(36)

(Dia pasti datang).

h. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan (gimon),

misalnya:

今日 学校 休

Kinou wa doushite gakkou wo yasundaka.

(Kemarin kenapa tidak masuk sekolah?).

i. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian (katei),

misalnya:

雨 降

Moshi ame ga futtara yameru.

(Seandainya hujan turun, akan berhenti).

2.1.3 Fungsi Fukushi

Fukushi berfungsi untuk menerangkan kata yang ada di depannya, yaitu verba,

adjektiva, nomina dan adverbia lain.

Contoh:

1. Menerangkan verba (doushi)

私 来

Watashi wa kanarazu kuru.

(Saya pasti akan datang).

2. Menerangkan adjektiva (keiyoushi)

い 親

Taihen shinssetsu da.

(37)

3. Menerangkan nomina (taigen)

a. Menyatakan waktu

Sore wa zutto mukashi no koto da.

(Itu kejadian dulu kala).

b. Menyatakan arah

少 右 方

Sukoshi migi no hou da.

(Sedikit ke kanan).

c. Menyatakan jumlah/kuantitas

食 い

Zenbu tabete shimaimashita.

(Semua habis dimakan)

Ada juga fukushi yang menerangkan taigen yang disisipi partikel no.

少 金

Sukoshi no okane.

(Sedikit uang).

4. Menerangkan adverbia (fukushi)

話 い

Motto yukkuri hanashite kudasai.

(38)

2.1.4 Fukushi Chotto

2.1.4.1 Pengertian Fukushi Chotto

Seperti yang dikemukakan Hiroshi (2000:344) bahwa :

副 詞 動 詞 形 容 詞 週 濃 務 詞 形式

的 意味的

“Fukushi wa doshi ya keiyoshi wo shukokusuru koto wo honmu tosuru hishi

desuga, keishikiteki ni mo imiteki ni mo samazama na mono go fukumaremasu”

(Fukushi adalah kelas kata yang berfungsi menerangkan keiyoushi dan doushi,

dan termasuk berbagai macam kata ditinjau dari segi arti maupun dari segi keformalan).

Naoko (1987:102) mengatakan bahwa dalam adverbia chotto memiliki dua

pengertian, yaitu:

1. 数 少 い場合 程度 表 場合 あ

“Suryo ga sukunai baai. Teido wo arawasu baai mo aru”

(Kondisi/keadaan untuk menyatakan sedikitnya kuantitas atau jumlah. Juga

kondisi/keadaan untuk menyatakan derajat/tingkat/batas). Misalnya:

終わ 待 い

Sugu owarimasu kara mou chotto matte kudasai.

(Karena akan segera selesai, tolong tunggu sebentar lagi) Pada Kalimat ini, chotto memiliki makna sebentar.

Teori ini didukung oleh Motojiro dalam Sudjianto (2004:172) yang menyatakan,

adverbia chotto diartikan “agak, sedikit, sebentar”. Berfungsi untuk menyatakan standar

(batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau perbuatan.

2. 否定 伴 言い方 あ 物 判断 間単 立 い

“Hitei wo tomonau iikata. Aru monogoto ya handan ga, kantan ni wa seiritsushinai

yosu”

(Cara mengungkapkan sanggahan. Keadaan dimana tidak berhasilnya dengan mudah

mengungkapkan suatu hal dan suatu keputusan). Misalnya:

(39)

Sararii man wo yamete jibun de kaisha wo tsukuru yona koto wa, watashi ni wa

chotto dekimasen.

(Menjalankan perusahaan sendiri dengan berhenti dari salesman, menurut saya

sepertinya tidak bisa).

Pada kalimat ini, chotto memiliki makna sepertinya, tetapi mengandung sesuatu

rasa enggan atau sanggahan, bahwa hal itu tidak mungkin untuk dikerjakan.

Teori ini didukung oleh Sunagawa dan Komada (1998:49), bahwa adverbia

digunakan ke semua ungkapan sanggahan.

2.1.4.2 Fungsi Fukushi chotto

Menurut Sunagawa (1998:54), Chotto dibagi atas 6 jenis,yaitu:

1. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat

少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通

“Ryo no sukunasa, teido no hikusa wo arawasu. Hyousu kotoba de tsukau no ga futsu”

(Menunjukan rendahnya batas/derajat, sedikitnya suatu jumlah/kuantitas. Sering/biasa

digunakan dalam percakapan (hanashi kotoba)). Misalnya:

食 い

Chotto tabete mitai.

(40)

2. a. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat

会話 用い 婉曲表現 少 い 意味 強 程度 軽

い 匂わ 話 自 行為 い 述 場合 相手 頼

場合 使 依頼 方 わ 響

”Kaiwa de mochiron enkyoku hyougen. Ryou no sukunasa to iu imi wa tsuyokunaku,

teido ga karui koto wo niowaseru. Hanashite ga jibun no koui nit suite noberu baai ya,

aite ni tanondari suru baai nado tsukau. Irai nado de wa, (chotto)wo tsukeru hou ga

yawarakaku hibiku”

(Ungkapan memperhalus yang digunakan dalam percakapan. Memberi kesan ringanya

suatu derajat/tingkatan, tidak mempertegas arti/makna sedikitnya kunatitas. Digunakan

oleh pembicara pada saat/untuk memohon pada lawan bicara, dan pada saat menyatakan

tentang perbuatannya sendiri. Dalam permohonan dan sebagainya, akan terdengar lebih

halus jika menggunakan kata “chotto”).

Misalnya:

手伝 い

Sumimasen, chotto tetsudatte kudasai.

(Maaf, tolong bantu sebentar).

b. Chotto yang memperhalus aksen, nada, irama

否定的 表現 語調 わ 使

“Hitei teki na hyougen ni tsukete, gochou wo yawarageru no ni tsukau” (Digunakan

untuk memperhalus aksen/nada/irama, dan dipakai pada ungkapan sanggahan.)

Misalnya:

問題 君 難 い あ

Kono mondai wa kimi ni wa chotto muzukashi sugiru janaikana.

(41)

c. Chotto yang menerangkan perkatan, ucapan sanggahan

会話 使 述 後 文 省略 形 否定

的 内容 暗示 使 言い い 回避 表現 断 表現

い 調子 わ 相手 い

“Kaiwa de tsukau “chotto” dake nobete, ato no bun wa shouryaku shita katachi de, hitei

teki na naiyou wo anjisuru no ni tsukau. Iinikui koto wo kaishisuru hyougen. Kotowari

no hyougen nado nit suite choushi wo yawarageru. Sore dakede, aite ni rikai sareru”

(Digunakan untuk menerangkan isi sangahan, dengan meringkas kalimat berikutnya,

dan hanya menyatakan “chotto” dalam percakapan. ngkapan menghindar/mengelak

ntuk hal yang sulit diucapkan. Memperhalus keadaan/kondisi dengan ungkapan

penolakan. Dengan begitu, bisa dipahami lawan bicara).

Misalnya:

A: 都合 悪い

A: Go tsugo ga waruin desuka.

(A: Apakah anda sibuk?).

B: 月曜日

B: Ee, chotto getsuyoubi wa…

(B: Ya, hari Senin hmmm..(gimana ya..)).

3. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian

いい意味 持 評価 属性 表 表現 程度

話 手 普通以 い 判断 い 示 婉曲的表現

近い

“ Ii imi wo motsu hyouka ya zokusei wo arawasu hyougen ni tsukeru to, teido no hikusa

yori, hanashite ga futsuu ijou ni yoi to handan shite iru koto wa shimesu. Enkyoku teki

hyougen ni naru. (Kanari) ni chikai. (Sukoshi) ni wa kono youhou wa nai”

(Menunjukan hal yang dianggap baik oleh pembicara, terhadap rendahnya

tingkat/derajat, bila dipakai pada ungkapan yang menunjukan simbol/lambang dan

penilaian yang mempunyai makna yang baik. Menjadi ungkapan memperhalus. Hampir

sama dengan “kanari”).

(42)

面白い

Kono hon wa chotto omoshiroi yo.

(Buku ini cukup menarik ya).

4. Chotto yang diikuti bentuk negative (nai)

a. Chotto..nai yang menyatakan ungkapan penilaian

否定表現 使 否定 強調 普通以 評価 場

合 使 い

“Hitei hyougen to tomo ni tsukatte, hitei wo kyouchousuruga, futsuu ijou ni hyoukasuru

baai ni tsukau kotoga oii ”

(Digunakan mengikuti kata sangagahan, menekankan kata sanggahan, tetapi banyak

juga digunakan untuk memberikan penilaian lebih dari biasanya).

Misalnya:

面白い 画 最近 い

Konna ni omoshiroi eiga wa saikin chotto nai.

(Film yang menarik seperti ini, belakangan ini hampir tidak ada).

b. Chotto…nai yang memperhalus aksen, nada, irama

否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言い方

和 使

“Hitei hyougen to tomo ni tsukau.”sukoshi” to iu imi dewanaku, hitei no iikata wo

yawarageru noni tsukau.”

(Digunakan untuk semua ungkapan sanggahan. Bukan bermakna “sukoshi”, melainkan

untuk memperhalus cara pengucapan sanggahan).

Misalnya:

田中先生 研究室

Tanaka Sensei no kenkyuushitsu wa doshira desuka.

Sumimasen. Chotto wakarimasen.

(Ruang penelitian Bapak Tanaka Dimana?)

(43)

5. Chotto (yang menyatakan ungkapan panggilan)

人 注意 引 付 使 単 呼び イン

ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表

“Hito no chuui wo hikitsukeru noni tsukau. Tan ni, yobikakeru dake de naku, intoneshon

ni yotte, hinan, ikaku, aigan nado no kimochi woarawasu”

(Digunakan untuk menarik perhatian orang. Tidak hanya memanggil semata, tetapi juga

untuk menunjukan perasaan permohonan mendesak, ancman, mencela, jika dilihat dari

intonasinya.)

Misalnya:

奥 財布 落

Chotto, soko no okusan, saifu wo otoshimashita yo.

(Hei, Ibu yang disana, dompetnya jatuh).

6. Chotto + shita + N

a. Chotto + shita + N (memperhalus drajat, batas, tingkat)

軽い あ い い い い 意味

“Karui, amari taishita mono dewnai, sasaina mono, to iu imi.”

(Bermakna sebagai suatu hal yang remeh, hal yang tidak begitu besar, ringan).

Misalnya:

アイ ア 大金

Chottoshita aidea data ga, taikin ni natta.

(Ide yang sederhana, tetapi membutuhkan biaya yang besar).

b. Chotto + shita + N (menyatakan ungkapan penilaian)

普通以 い N 言い 多い

N ぼ 控 判断 評価 述

“Futsuu ijyou da to iu koto. “kanari ni N” de iikaerarerukoto ga ooi. “chottoshita N”

wa, yayabokashite hikaeme ni handan.”

(Sesuatu kondisi yang melebihi hal biasanya. Sering digantikan dengan bentuk “kanari

ni N”. Untuk “chottoshita N” mengungkapkan penilaian, ketentuan yang agak remeh).

(44)

彼 両親 死後 財金 受 継い 生活 困

Kare wa, ryoushin no shigo, chottoshita zaikin wo uketsuida node, seikatsu ni

wa komaranai.

(Dia, sepeninggal ayahnya, karena telah menerima sedikit warisan, tidak mengalami kesusahan dalam hidup).

2.2 Semantik

2.2.1 Pengertian Semantik

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.

Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata

yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik dibagi

atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah

penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai

tataran gramatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna makna unsur-unsur

kosa kata suatu bahasa pada umumnya. Dalam kamus bahasa Indonesia (1990: 548)

semantik adalah (1) arti, makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang

diberikan kepada suatu bentuk pembahasan.

2.2.2 Jenis-jenis Makna dalam Semantik

Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari

apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer

Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah

yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun

kalimat. Menurut Ullman dalam Mansoer Pateda, (2001:82) bahwa makna adalah

(45)

Abdul Chaer, (1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau

konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.

Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :

1. maksud pembicara;

2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau

kelompok manusia;

3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara

ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan

4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).

Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan

antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga

dapat saling dimengerti.

Aspek-aspek Makna

Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal,

yaitu :

1. Pengertian (sense)

Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila

pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai

kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons dalam Mansoer

Pateda, (2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan

(46)

2. Nilai rasa (feeling)

Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap

pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan

dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang

berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna

yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang

berhubungan dengan perasaan.

3. Nada (tone)

Aspek makna nada menurut Shipley ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94) adalah

sikap pembicara terhadap kawan bicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek

makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan

pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.

4. Maksud (intention)

Aspek maksud menurut Shipley dalam Mansoer Pateda, (2001: 95) merupakan

maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang

diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau

politik.

Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap

jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa

keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam

(47)

1. Makna Emotif

Makna emotif menurut Sipley dalam Mansoer Pateda, (2001:101) adalah

makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau

terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan.

2. Makna Konotatif

Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif

cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif

(Mansoer Pateda, 2001:101). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan

kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar.

3. Makna Kognitif

Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur

bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan,

dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109).

Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang

tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih

banyak dengan maksud pikiran.

4. Makna Referensial

Referen menurut Palmer dalam Mansoer Pateda, (2001: 125) adalah hubungan

antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman

nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau

kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial

(48)

gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses. Dapat juga dikatakan bahwa makna

referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar

bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis

komponen.

5. Makna Piktorikal

Makna piktorikal menurut Shipley dalam Mansoer Pateda, (2001:122) adalah

makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang

didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan

terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan

atau ditulis.

2.2.3 Manfaat Mempelajari Semantik

Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari dan menguasai

Semantik. Pertama, secara langsung akan mempunyai pengetahuan tentang makna.

Kedua, penguasaan semantik akan meningkatkan kompetensi pembelajaran bahasa

karena penguasaan makna ini berkaitan erat dengan sejumlah bidang lain, yakni

morfologi, sintaksis, pragmatik, membaca, dan menulis.

Dengan mempelajari semantik memahami dan menguasai semantik secara

langsung akan dapat juga bermanfaat untuk berbagai bidang pekerjaan antara lain:

1. Bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia

persuratkabaran dan pemberitaan :

Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik,yang

dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat

(49)

2. Bagi peneliti bahasa :

Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk

menganalisis bahasa yang sedang dipelajari.

Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis,

maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami

dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah

kemudahan untuk mengajarkannya.

3. Bagi orang awam :

Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami

dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.

2.3 Komik

2.3.1 Pengertian Komik

Komik adalah cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa, atau

seni gambar. Komik berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang

keseluruhanyan merupakan rentetan cerita yang umumnya lengkapi oleh teks untuk

memperjelas jalan ceritanya (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:54). Dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005:517) disebutkan komik adalah 1] pelawak; badut, 2]

bacaan bergambar, cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar atau berbentuk buku).

Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Manga digunakan untuk

menggambarkan komedi sebagai bentuk hiburan. Manga juga dianggap seorang

penghibur yang mengatakan lelucon untuk membuat orang tertawa. Komik secara

umum sering juga disebut buku komik dan kadang-kadang disebut sebagai buku lucu.

komik kertas atau majalah komik merupakan sebuah majalah yang terdiri dari cerita

(50)

bergambar).

2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang

Komik Jepang yang paling tua dan terkenal pertama kali ditemukan di gudang

Shooshooin di Nara. Fusakumen yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah

manusia, merupakan gambar dengan mata yang keluar dan melotot. Karikatur lain yaitu

bergambar komik yang ditemukan pada langit-langit Kondoo(gudang utama) kuil

Buddha Hooryuuji pada abad ke -17 dan pada punggung bangunan Brahma dan Indra

dikuil Tooshoodaiji pada abad ke-8. Dalam komik ini terdapat unsur religi dan nilai-nilai

terdisi. Kemudian di gedung Phoenix kuil byoodooin, tercatat arsitektur masa Hean

(794-1185), yang pada saat itu ditemukan sejumlah karikatur.

Sejarah komik Jepang seutuhnya dimulai di zaman Edo, ketika istilah manga

pertama kali digunakan oleh pelukis Ukiyo-e (grafis pahatan kayu)yang terkenal yaitu

Hokusai Katsushika. Manga ini berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Cara Hokusai

menggambarkan gerakan badan manusia, dan pengamatan ilmiahnya tentang gerakan

otot benar-benar terlihat.

Industri manga di Jepang mulai berkembang pesat sejak tahun 1963. Masuknya

abad televisi mendorong para penerbit dan produsen film memperbaiki industri mang

menjadi lebih baik lagi. Majalah komik pun dicetak massal dan dijual dengan harga

murah. Manga mempunyai posisi sangat tinggi dalam industri penerbitan di jepang,

karena hampir 1/4 % hasil penjualan buku merupakan komik yang angka penjualan

setiap tahunya terus meningkat, belum termasuk penjualan komik Jepang diluar negeri

yangjuga sangat laris dipasaran. Meningkatnya angka penjualan manga di Jepang

(51)

2.3.3 Komik Dr. Kouto Shinryoujyo 1

Komik Dr Koto Shinryojo 1 (Drコトー診療所1) Secara harfiah berarti Klinik

Dr. Koto, merupakan sebuah komik seri yang ditulis oleh Takatoshi Yamada terbitan

Shogakukan. Pada tahun 2004, komik ini memenangkan Shogakukan Manga Award

sebagai komik umum. Komik ini merupakan komik dewasa yang berbahasa kedokteran

(Medical), dan merupakan drama manusia (human drama). Seri ini diadaptasi sebagai

live-action drama televisi Jepang seri, yang berjudul dalam bahasa Inggris sebagai Dr

Coto's Clinic, yang disiarkan antara 2003 dan 2006 di Fuji Television.

Dalam Komik Dr. Kouto Shinryoujyo 1 dituliskan kisah awal seorang Dokter

muda, ahli bedah terkemuka yang meninggalkan rumah sakit ternama di Tokyo dan

dipindah ke sebuah pulau terpencil di bagian selatan Jepang. Dia bekerja di sebuah

klinik di sana sebagai satu-satunya dokter di pulau tersebut. Pada awalnya penduduk

pulau tidak menyambut hangat kedatanganya, karena mereka mempunyai pengalaman

buruk dengan mantan dokter sebelumnya. Tapi dengan sikap yang tulus, dan kesabaran

terhadap pasien dan komitmen dalam pekerjaannya, Kensuke Gouto yang dipanggil “Dr.

Kouto” secara bertahap membangun hubungan baik dengan pasien dan mendapatkan

perhatian penduduk pulau.

(52)

BAB III

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK ”Dr. KOUTO SHINRYOUJYO 1” KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI

SEGI SEMANTIK

3.1 Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat

Berdasarkan konteks kalimat yang terdapat dalam Komik Dr. Kotou

Shinryoujyo 1, berikut akan di analisis beberapa cuplikan kalimat berupa percakapan

yang mengandung fukushi chotto.

Cuplikan 1:

原 : い 用意

先生 あ

D : プ い

Hara san : Takehiro, moyai youi shitoke.

Sensei, ato chotto da. Gannban na.

Dr. Kouto : (uuupu..) Hai, Doumo.

Artinya:

Hara : Takehiro, siapkan jangkarnya.

Dokter, sebentar lagi. Bertahanlah. Dr. Kouto : (uupu..) Ya, Trima kasih.

Analisis:

Makna fukushi chotto pada kalimat diatas adalah “sebentar”, sedangkan

fungsinya adalah untuk menyatakan derajat, batas, tingkat. Hal ini terlihat ketika Dr.

(53)

atas kapal. Hara seorang nelayan yang akan membawa Dokter menuju pulau

memberitahunya bahawa tidak lama lagi mereka akan segera sampai di pulau.

Pemakaian fukushi chotto diatas sudah tepat karena menunjukan jumlah

waktu yang hanya sedikit. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunagawa (1998:223)

bahwa chotto digunakan untuk menunjukan rendahnya suatu tingkat, batas, dan

menunjukan sedikitnya suatu jumlah/kuantitas.

Cuplikan 2:

D : い 口 大 開 い

腫 い い

熱 い 家 安静 治

Dr.Kouto : Hai, kuchi wo ookiku akete kudasai.

Nodo ha chotto haretemasuga, taishita koto nai desu

ne.

Netsu mo nai shi, ie de ansei ni shite tara naorimasu yo.

Artinya:

Dr. Kouto : Ya, Buka lebar mulutnya.

Tenggorokanya agak bengkak, tapi tak perlu kuatir ya. Demam nya gak ada kok, kalau istirahat aja nanti

sembuh.

Analisis:

Makna fukushi chotto pada kalimat diatas adalah “agak”, sedangkan

(54)

Kouto memeriksa seorang pasien yang datang mengeluh sakit pada tenggorokanya,

dan Dokter memberitahukan kondisi yang terlihat.

Pemakaian fukushi chotto diatas sudah tepat karena makna “agak”

menunjukan sedikitnya suatu derajat, batas yang dalam hal ini adalah kondisi

bengkak/radang yang terjadi pada pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan

Sunagawa (1998:223) bahwa chotto digunakan untuk menunjukan rendahnya suatu

tingkat, batas, dan menunjukan sedikitnya suatu jumlah/kuantitas.

Cuplikan 3:

D : 両足 抱 丸

? 感 い あ

ック 慢

Dr. Kouto : Takehiro kun, ryouashi wo dakiete, ebi no youni

maruku nareru kana? Sou, sonna kanji, umai naa.

Chotto chekku suru kedo gaman shite ne.

Artinya:

Dr. Kouto : Takehiro, peluk kedua kakinya, kira kira melingkar

seperti udang. Yaa, seperti itu, bagus. Saya akan

periksa sebentar, sabar ya.

Analisis:

Makna fukushi chotto pada kalimat diatas a

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, Chaer menjelaskan bahwa bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (2007 : 33). Tiap-tiap

Penggunaan kata Tame disini sudah tepat sesuai dengan konteks kalimat diatas dan sesuai dengan teori dari Tomomatsu ( 2007 : 135 ) yang menerangkan salah satu fungsi dari

Maka makna “Kecil” kalimat di atas sesuai dengan Kamus bahasa Indonesia bahwa.. “Kecil” yaitu tidak besar, tidak luas dan Kikuo Nomoto menyatakan

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA OCHIRU, KOROBU, DAN TAORERU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG.. (DITINJAU DARI

Kata keterangan atau fukushi itu sendiri adalah suatu kelas kata dalam Gramatika Bahasa Jepang yang hanya dapat berdiri sendiri, tidak dapat berkonjugasi, tidak dapat menjadi

Kata keterangan atau fukushi itu sendiri adalah suatu kelas kata dalam Gramatika Bahasa Jepang yang hanya dapat berdiri sendiri, tidak dapat berkonjugasi, tidak dapat menjadi

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Jodoushi ~Souda dan ~Youda dalam Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Semantik dan Sintaksis ini sepenuhnya

Makna setiap kata merupakan salah satu objek kajian semantik, karena komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti bahasa Jepang, baru akan berjalan lancar jika