ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK “KLINIK DR. KOUTO” KARYA TAKATOSHI YAMADA
DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK
IMIRON KARA MITA YAMADA TAKATOSHI NO SAKUHIN NO (DR. KOUTO SHINRYOUJYO 1) NO MANGA NO “CHOTTO” TO IU
FUKUSHI NO IMI TO KINOU BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Oleh:
ADE IRMAYANI NASUTION NIM: 080722013
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK “KLINIK DR. KOUTO” KARYA TAKATOSHI YAMADA
DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK
IMIRON KARA MITA YAMADA TAKATOSHI NO SAKUHIN NO (DR. KOUTO SHINRYOUJYO 1) NO MANGA NO “CHOTTO” TO IU
FUKUSHI NO IMI TO KINOU BUNSEKI
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Nandi S Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D NIP.19600822 198803 1 002 NIP: 19580704 1985120 1 001
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENGESAHAN Diterima Oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana dalam Bidang Ilmu Sastra Jepang
Pada : Tanggal :
Pukul :
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara
Dekan
Prof. Drs. Syaifuddin, M.A.,Ph.D NIP.196509091994031004
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D ( )
2. Drs. Nandi S ( )
Disetujui oleh: Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Departeman Sastra Jepang
Ketua Departemen Sastra Jepang,
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas karunia dan rahmat-Nya yang tak henti
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Fungsi dan Makna Fukushi Chotto dalam Komik “Klinik Dr. Kouto” Karya Takatoshi Yamada ditinjau dari Segi Semantik”. Dalam proses pengerjaan skripsi ini penulis mendapatkan banyak kesulitan dan selalu diwarnai kesalahan, namun demikian selalu
ada harapan dalam hati untik selalu melakukan yang terbaik untuk semua pihak yang
tekah membantu.
Penulis menyadari bahwa tulisan inijauh dari kesempurnaan, dimana masih
terdapat banyak kekurangan baik tata bahasa maupun isi pembahasan. Oleh karena itu
dengan segala kerendahan hati penulis akan menyambut kritik dan sara-saran demi
kesempurnaan tulisan ini.
Dalam penulisan ini penulis ingin mengucapkan beribu terimakasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu. Penulis menyampaokan rasa terimakasih yagn tak
terhingga terutama kepada:
- Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara.
- Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS. Ph.D, selaku Ketua Departemaen
Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
- Bapak Drs. Nandi S, selaku dosen pembimbing yang telah begitu banyak
memberikan bimbingan dan pengarahan.
- Seluruh staf pengajar Departemen Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara, yang telah mendidik dan mengerjakan berbagai pengetahuan
- Kedua orang tua tersayang Ayahanda Maramis Nasution dan Ibunda Asmawaty
yang selalu memberikan dorongan dan dukungan.
- Teristimewa buat Suamiku tercinta Agus Salim. Terima kasih atas dukungan
baik moril dan materil, serta doa dan nasihat yang selalu diberikan every time
every where. (Anata.. hope we can make our dreams come true…)
- Teman-teman seperjuangan di Sastra Jepang Ekstensi 2008 ( Bang Putra,
Irwan, Angga, Kak Hanum, Desi, Mila, Eka, Julianis, Volga, Reni, Morina,
Melati)
- Semua pihak yang telah berkontribusi baik langsung maupun tidak langsung
sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan yang namanya tidak dapat
penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca, khususnya
mahasiswa Sastra Jepang.
Wassalam
Medan, 21 Maret 2010
Penulis,
Ade Irmayani Nasution
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ··· i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ... 5
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ... 6
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.6 Metode Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG FUKUSHI, FUKUSHI CHOTTO, SEMANTIK, DAN KOMIK 2.1 Fukushi ··· 12
2.1.1 Pengertian Fukushi ··· 12
2.1.2 Jenis-jenis Fukushi ··· 15
2.1.3 Fungsi Fukushi ··· 21
2.1.4 Fukushi Chotto ··· 23
2.1.4.1 Pengertian Fukushi Chotto ··· 23
2.1.4.2 Fungsi Fukushi Chotto ··· 24
2.2 Semantik ··· 29
2.2.1 Pengertian Semantik ··· 29
2.2.2 Jenis-jenis Makna dalam Semantik ··· 29
2.2.3 Manfaat Mempelajari Semantik ··· 33
2.3 Komik ··· 34
2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang ··· 35
2.3.3 Komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1 ··· 36
BAB III ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALA41M KOMIK DR. KOTOU SHINRYOUJYO 1 KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK 3.1 Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat ··· 37
3.2 Chotto yang memperhalus permohonan dan permintaan ··· 41
3.3 Chotto yang menerangkan perkataan, Ucapan ··· 44
3.4 Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian ··· 46
3.5 Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan ··· 50
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan ··· 55
4.2 Saran ··· ··· 57
Absrak
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK ”DR.
KOUTO SHINRYOUJYO 1”KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI
SEGI SEMANTIK
Dalam bahasa Jepang banyak terdapat kata yang mempunyai arti yang sama
secara leksikal. Hanya saja, jarang sekali ada kamus yang memberi informasi setiap
katanya dengan lengkap. Umumnya hanya memberikan informasi sebatas arti kata saja,
sementara untuk inforamsi tentang makna lebih setiap katanya masih kurang. Seperti
halnya dengan kata chotto, dalam bahasa Jepang Chotto termasuk dalam kelas kata
yaitu Kata keterangan atau adverbia yang dalam bahasa Jepang disebut Fukushi.
Chotto dalam beberapa kamus, hanya diartikan “Sebentar; sedikit”. Sementara ia
mempunyai makna lebih dari arti kata chotto itu sendiri sesuai dengan nuansa yang
terdapat dalam suatu konteks kalimat.
Dalam penelitian ini penulis telah menganalisa fungsi dan makna fukushi
chotto dalam sebuah komik yang berjudul “Dr. Kouto Shinryoujyo 1”. Komik ini
merupakan komik dewasa yang berbahasa kedokteran (Medical), dan merupakan drama
manusia (human drama). Dalam Komik “Dr. Kouto Shinryoujyo 1” dituliskan kisah
awal seorang Dokter, dipindahkan ke sebuah pulau terpencil. Pada awalnya penduduk
pulau tidak menyambut hangat kedatanganya, Tapi dengan sikap yang tulus, dan
kesabaran serta komitmen dalam pekerjaannya, perlahan Dokter mendapatkan perhatian
penduduk pulau.
Dalam Komik ini terdapat sebanyak 32 buah fukushi chotto. Penulis hanya
1. Bagaimanakah fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.
2. Bagaimanakah fungsi dan makna fukushi chotto dalam Komik “Dr. Kouto
Shinryoujyo 1”.
Sehingga di dapat tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.
2. Dapat mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam komik “Dr. Kouto
Shinryoujyo 1”.
Dalam kelas kata bahasa jepang terdapat kelas kata yang disebut kata keterangan
(adverbia) atau dalam bahasa jepang disebut fukushi. Chotto termasuk dalam kelas
kata fukushi (kata keterangan).
Fukushi ialah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia
yang lainya, tidak dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat
aktivitas, suasana atau perasaan pembicara (Sudjianto, 2004:165).
Takanao dalam Sudjianto (2004:166-168) membagi fukushi menjadi tiga
macam sebagai berikut :
- joutai no fukushi adalah fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara
jelas menerangkan keadaan pekerjaan atau perbuatan itu.
- Teido no fukushi adalah fukushi yang menerangkan yougen (verba, adjektiva-i,
adjektiva-na), menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu
perbuatan.
- Chinjutsu fukushi yaitu kata yang berfungsi untuk menjelaskan sifat pernyataan di
akhir kalimat dengan menujukan kepala kalimat (dalam teori tatabahasa, disebut juga
dengan keterangan yang menyampaikan pernyataan).
Adverbia chotto diartikan “agak, sedikit, sebentar”. Berfungsi untuk
dalam Sudjianto (2004:172). Sementara pengertian fukushi chotto Seperti yang
dikemukakan Naoko (1987:102) bahwa dalam adverbia chotto memiliki dua pengertian,
yaitu:
1. Kondisi/keadaan untuk menyatakan sedikitnya kuantitas atau jumlah. Juga
kondisi/keadaan untuk menyatakan derajat/tingkat/batas).
2. Cara mengungkapkan sanggahan. Keadaan dimana tidak berhasilnya dengan mudah
mengungkapkan suatu hal dan suatu keputusan
Menurut Sunagawa (1998:54), Chotto dibagi atas enam jenis yaitu:
a. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat.
b. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan memperhalus aksen, nada
irama, serta menerangkan perkataan dan ucapan.
c. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian.
d. Chotto yang diikuti bentuk negative (nai), yang menyatakan ungkapan penilaian,
dan yang memperhalus aksen, nada, irama.
e. Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan.
f. Chotto + shita+N, yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan yang menyatakan
ungkapan penilaian.
Berdsasarkan teori tersebut penulis melakukan analisis dengan metode sebagai berikut:
6. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul
penulisan.
7. Membaca komik Dr. Kuoto Shinryoujyo 1.
8. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kata atau kalimat
yang menggunakan fukushi Chotto pada komik tersebut
9. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu
yang terdapat fukushi chotto.
kalimat yang sudah diterjemahkan.
Sehingga dai dapat hasil klasifikasi fungsi fukushi chotto sebagai berikut.
a. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat, terdapat 13 buah.
b. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat, dan memperhalus aksen, nada
irama, serta menerangkan perkataan dan ucapan, terdapat 5 buah.
c. Chotto yang menerangkan perkataan dan ucapan, terdapat 6 buah.
d. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian, terdapat 3 buah.
e. Chotto yang menyatakan ungkapan panggilan, terdapat 5 buah.
Sementara Makna fukushi chotto yang terdapat dalam Komik Dr. Kouto shinryoujyo
要旨
山田 シ 作 D 診療所 漫画 対
い 副詞 意味 機能 意味論的 析
日 語 Le i 的 同 意味 い 言葉 多い
各言葉 対 意味 完全 出 辞典 多 い 一 辞典 普
通 言葉 意味 出 各言葉 完全 意味 情報 出 あ
い 同 日 語 日 語 副詞
い 詞 含 い 辞典 “Sebentar; sedikit”
い 意味 あ あ あ 文章 会話 中 広い意味
い
今回 研究 筆者 D 診療所 い 漫画 あ
意味 機能 析 漫画 人 向 学 言葉 使
人間 漫画 あ D 診療所 い島 移動
者 い 書 初 島 国民 者 対 親 迎
遂 国民 得
漫画 個 副詞 あ 筆者 個
析 次 問題限定 あ
1. 日 語 副詞 意味 機能
2. D 診療所 漫画 あ 副詞 意味 機能
次 研究 目的 あ
1. 日 語 副詞 意味 機能 わ
副詞 い 詞 含
副詞 話 手 気持 状態 活動 程度 状態 表 機能
あ 変 化 形 容 詞 動 詞 解 言 葉 あ (Sudjianto,
2004:165)
Sudjianto Takanao (2004:166-168) 副詞 種 わ
- 状態 副詞 状態 評 主 用言 修飾 状態副詞 い
- 程度 副詞 主 状態 表 集濃 状態 程度 限定
程度副詞 言
- 誘 副詞 普通 文頭 あ わ 文 陳述 質 予告 働
陳述副詞 文法税 誘 副詞 い
一方 副詞 Naoko (1987:102) 意味 わ
1. 数 少 い場合 程度 表 場合 あ
「. 否定 伴 言い方 あ 物 判断 間単 立 い
Sunagawa (1998:54) わ
1. : 少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通
2. a. :話 自 行為 い 述 場合 相手 頼
場合 使
b. :否定的 表現 語調 わ 使
c. :言い い 回避 表現 断 表現 い 調子
わ
3. :いい意味 持 評価 属性 表 表現 程度
話 手 普通以 い 判断 い 示
場合 使 い
b. : 否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言
い方 和 使
5. : 人 注意 引 付 使 単 呼び
イン ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表
6. a. + + N :軽い あ い い い
い 意味
. + + N:普通以 い N 言い
多い N ぼ 控 判断 評価
述
記 理論 基 い 次 方法 気 析
1. 課題 関係 あ 資料 あ
2. D 診療所 漫画
」. 漫画 あ 副詞 あ 文章 探 あ
4. 文章 翻訳
5. 析
次 副詞 対 結果
1. : 少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通
13個あ
2. a. :話 自 行為 い 述 場合 相手 頼
場合 使
b. :否定的 表現 語調 わ 使
c. :言い い 回避 表現 断 表現 い 調子
わ 個あ
話 手 普通以 い 判断 い 示 個あ
4. a. :否定表現 使 否定 強調 普通以 評価
場合 使 い
b. : 否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言
い方 和 使 3個あ
5. : 人 注意 引 付 使 単 呼び
イン ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表 個あ
副詞 機能 対 “sebentar, agak, hei, maaf,
sedikit, sayang, halo, tunggu” い 意味 あ
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa memegang peranan penting sebagai alat komunikasi dalam kehidupan
manusia. Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada
seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa
yang kita maksud, tidak lain karena ia memahami makna yang dituangkan melalui
bahasa tersebut (Sutedi, 2003:2).
Lebih lanjut dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:22), menuliskan
bahwa, Bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran
atau gagasan-gagasan dalam perasaan, ia berfungsi sebagai alat komunikasi antara
anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling menginformasikan
antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling
menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut.
Dalam mempelajari bahasa ada empat komponen besar yaitu komponen bunyi,
komponen kata, komponen kalimat, dan komponen makna. Komponen bunyi dipelajari
dalam fonologi, komponen kata (bentuk kata) dalam morfologi, komponen kalimat
(susunan kalimat) dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam
semantik.
Mempelajari makna merupakan salah satu kajian semantik. Teknik analisis
makna merupakan satu usaha untuk mengelompokkan, membedakan, dan
menghubungkan masing-masing hakikat makna.
karya tulis bahasa asing dapat dilakukan dengan cara mengalihbahasakanya ke dalam
bahasa yang kita kuasai. Pengalihan bahasa ini disebut menterjemahkan /Translation.
Menurut Kamus 現 代 国 語 い 辞 典 Gendai Kokugo Reikan Jiten
(1993:1177) definisi terjemahan adalah sebagai berikut :
あ 国 言語 文章 他国 言語 文章 直 表現
“Aru kuni no gengo, bunshou wo takoku no gengo, bunshou ni naoshite
hyougen suru koto”
(Proses pengungkapan atau mengalihbahasakan suatu bahasa, kalimat yang
dimiliki oleh suatu negara ke dalam bahasa, negara lainnya )
Salah satu langkah dalam proses terjemahan, selain perlu memperhatikan tata
bahasanya, perlu juga memperhatikan makna dari kata-katanya. Tata bahasa adalah
pengetahuan atau pelajaran mengenai pembentukan kata dan penyusunan kata-kata
dalam kalimat (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:1148). Kata adalah pertama,
sebuah bunyi dan perpaduan bunyi yang keluar dari mulut seseorang (ucapan), kedua,
sebuah paduan atau serangkaian huruf yang membentuk sebuah makna dalam suatu
bahasa tertentu (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:513). Dalam bahasa Jepang
banyak terdapat kata yang mempunyai arti yang sama secara leksikal. Makna leksikal
adalah kata ketika kata itu berdiri sendiri, baik dalam bentuk kata atau bentuk
perimbuhan yang maknanya kurang lebih tetap, seperti yang dapat dibaca di dalam
kamus bahasa tertentu (Pateda, 2001:29). Hanya saja, jarang sekali ada kamus yang
memberi informasi setiap katanya dengan lengkap. Umumnya hanya memberikan
informasi sebatas arti kata saja, sementara untuk inforamsi tentang makna lebih setiap
katanya masih kurang. Misalnya, kata tsukau, jika dilihat pada beberapa kamus, makna
yang tercantum yaitu: pakai, memakai, mempergunakan. Akibat kurangnya kapan
pembelajar pemula, seperti “kutsu o tsukau”, “boushi o tsukau” dan sebagainya.
Padahal kosakata tsukau tadi tidak digunakan untuk hal-hal tersebut.
Sama halnya dengan kata chotto. Kata Chotto dalam bahasa Jepang termasuk
dalam kelas kata yaitu Kata keterangan atau adverbia yang dalam bahasa Jepang
disebut Fukushi. Chotto dalam beberapa kamus, hanya diartikan “Sebentar; sedikit”.
Sementara ia mempunyai makna lebih dari arti kata chotto itu sendiri sesuai dengan
nuansa yang terdapat dalam suatu konteks kalimat. Seperti dalam contoh konteks
kalimat berikut:
:新 い職場 ?
A: Atarashii shokuba wa dou?.
(A: Bagaimana tempat kerja kamu yang baru?).
:課長 人
B: Kachousan ga chotto suteki na hito na no.
(B: Kepala bagian nya orang yang lumayan baik).
Fukushi chotto pada konteks kalimat di atas bermakna lumayan, dimana
chotto di sini berfungsi untuk menunjukan penilaian yang memperhalus ungkapan.
Fenomena berbahasa semacam ini sering muncul di dalam aktivitas
berkomunikasi dalam ragam bahasa jepang. Secara semantik suatu bentuk ujaran
memiliki informasi makna yang sudah jelas dan tegas, akan tetapi ada kalanya
memiliki informasi makna yang lebih jamak dan komplek, dan disebut dengan
2003:134). Seperti kata chotto yang terdapat dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1
karya Takatoshi Yamada, penulis akan membahas tentang fungsi dan makna fukushi
chotto yang terdapat dalam kalimat pada komik tersebut.
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan penulis analisis dalam penulisan ini adalah fungsi dan
makna fukushi chotto yang dialihbahasakan dari bahasa sumber dengan
memperhatikan bentuk aslinya ke dalam bahasa sasaran dengan memberikan padanan
kata yang tepat dan wajar. Seperti yang telah di sebutkan sebelumnya bahwa chotto
termasuk kedalam kategori jenis kata fukushi (kata keterangan) yang dapat
diterjemahkan menjadi “sedikit;sebentar”. Akan tetapi dapat juga bermakna lebih dari
itu, dan juga memiliki fungsi tertentu sesuai dengan nuansa yang terdapat dalam
kalimat bahasa Jepang khususnya dalam bahasa percakapan. Misalnya untuk fungsi
dan makna fukushi chotto yang terdapat dalam kalimat percakapan berikut:
1. : 今忙 い
Sumimasen, ima isogashii desuka.
(Permisi, Anda sekarang sedang sibuk?)
:今 明日 書い
Ima chotto ashita no tame no repoto wo kaite irun desuga.
(Sekarang (sebentar) Saya sedangmenulis laporan untuk besok.)
: 邪魔
Sou desuka, sumimasen jama wo kakete shimatte.
2. 面白い
Kono hon wa chotto omoshoroi yo.
(Buku ini cukup menarik ya).
Pada kalimat percakapan 1 chotto mengandung makna sebentar, dan
berfungsi untuk memperhalus ungkapan yang menunjukan penolakan. Sementara pada
pecakapan 2 chotto bermakna cukup, dan berfungsi untuk menunjukan ungkapan
penilaian dari pembicara. Konteks kalimat seperti ini yang akan dibahas. Untuk itu
penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.
2. Bagaimana fungsi dan makna fukushi chotto dalam Komik Dr. Kotou Shinryoujyo
1.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Dalam penulisan ini penulis akan membatasi ruang lingkup pembahasanya
pada bagaimana fungsi dan makna fukushichotto dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo
1.. Ada 32 buah fukushi chotto yang muncul dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1,
tetapi penulis hanya akan membahas sebanyak 14 buah saja, karena dari 18 buah
fukushi chotto yang tersisa, terdapat fungsi dan makna fukushi chotto yang sama
lebih dari 5 buah, dan sudah termasuk dalam pengklasifikasian masing-masing fungsi
fukushi chotto. Sehingga penulis mengambil perwakilan dari tiap fungsi fukushi chotto
dengan menganalisis 2 atau 3 buah untuk masing-masing klasifikasi fungsi fukushi
chotto yang terdapat dalam komik tersebut. Penulis akan mengklasifikasikan dan
menganalisis fungsi dan makna fukushi chotto yang terdapat dalam kalimatnya. Untuk
mendukung pembahasan, penulis juga menjelaskan pengertian fukushi dan jenis-jenis
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1. Tinjauan Pustaka
Salah satu ciri yang sekaligus menjadi hakekat setiap bahasa adalah bahwa bahasa itu bersifat dinamis. Dinamis, dalam konteks hakekat bahasa menurut Chaer
(2007:12) adalah bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan
perubahan yang sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada semua
tataran linguistik, yaitu fonologi, morfologi, sintaksis, semantik. Linguistik adalah ilmu
tentang bahasa atau ilmu yang mengambil bahasa sebagai objek kajianya.
Chafe dalam Chear (1994:21) menyatakan bahwa berfikir tentang bahasa,
sebenarnya sekaligus juga telah melibatkan makna. Makna berfungsi sebagai
penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya
sehingga dapat saling mengerti.
Gramatika dalam bahasa jepang disebut bunpou. Bunpou adalah suatu
fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu
sistem tentang bentuk kata, urutan kata dan fungsi kata dalam suatu kalimat (Sudjianto,
1995:22).
Grmatika bahasa jepang modern ada beberapa macam, salah satunya yaitu
pendapat Motojiro dalam Sudjianto (2004:147) menglkasifikasikan kelas kata bahasa
jepang menjadi sepuluh kelas kata yaitu:
1. Doushi (kata kerja)
2. Keiyoushi (kata sifat berakhiran –i)
3. Keiyoudoushi (kata sifat berakhiran –na)
5. Fukushi (kata keterangan)
6. Rentaishi (pra kata benda)
7. Setsuzokushi (kata sambung)
8. Kandoushi (kata seru/kata serapan/kata panggilan)
9. Jodoushi (kata kerja kopula)
10.Joshi (kata Bantu)
Fukushi (kata keterangan) termasuk dalam kelas kata bahasa jepang. Fukushi
ialah kata-kata yang menerangkan verba, adjektiva, dan adverbia yang lainya, tidak
dapat berubah, dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat aktivitas, suasana atau
perasaan pembicara (Sudjianto, 2004:165).
2. Kerangka Teori
Penelitian ini akan memfokuskan analisis fungsi dan makna fukushi chotto
yang terdapat dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1 Karya TakatoshiYamada.
Dalam kelas kata bahasa jepang terdapat kelas kata yang disebut kata
keterangan (adverbia) atau dalam bahasa jepang disebut fukushi. Dalam Sudjianto
(2004:72) menyatakan bahwa fukushi adalah kata yang dipakai untuk menerangkan
verba, adjektiva-I, dan adjektiva-na, tidak dapat menjadi subjek, dan tidak mengenal
konjugasi/deklinasi. Chotto termasuk dalam kelas kata fukushi (kata keterangan).
Fukushi chotto yang terdapat dalam komik ini dapat menunjukan pemakaian fukushi
chotto untuk menerangkan kata kerja (verba), kata sifat (adjektiva), tidak dapat
menjadi subjek, dan tidak mengenal konjugasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:322), fungsi diartikan sebagai
[1] jabatan (pekerjaan) yang dilakukan; [2] faal (kerja suatu bagian tubuh); [3] dalam
berubah, besaran yang lain juga berubah; [4] kegunaan suatu hal; [5] dalam istilah
linguistik “fungsi” berarti peran sebuah unsur bahasa dalam satuan sintaksis yang lebih
luas. Dalam hal ini dilakukan analisis fungsi fukushi chotto berdasarkan arti dari point
[5] untuk arti fungsi dalam istilah linguistik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik. Semantik imiron/意味論
merupakan salah satu cabang linguistik gengogaku/言語学 yang mengkaji tentang
makna (Sutedi, 2003;13). Dalam memberi makna sebuah kata, perlu diperhatikan
konteks dan situasi dimana tempat digunakan kata tersebut, dan perlu juga
diperhatikan makna-makna lain yang tidak ada dalam kamus atau makna leksikal.
Makna adalah arti atau maksud (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005:324).
Moeliono,dkk (1998:548) disebutkan, makna adalah; pertama, Arti, Kedua, Maksud
pembicara atau penulis, dan ketiga, Pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk
kebahasaan. Untuk makna fukushi chotto yang akan dianalisis, penulis akan melihat
makna fukushi chotto dari ketiga definisi makna tersebut di atas, untuk dapat lebih
memperjelas makna sesuai dengan konteks dan situasi kalimat dalam komik.
Salah satu kajian makna dalam bahasa yaitu makna konstektual. Makna
Konstektual adalah pertama, makna penggunaan sebuah kata (atau gabungan kata)
dalam konteks kalimat tertentu; kedua, makna keseluruhan kalimat (ujaran) dalam
konteks situasi tertentu (Chaer, 2007:81). Dari konteks kalimat yang terdapat fukushi
chotto dalam komik ini, penulis akan melakukan analisis makna kontekstual
berdasarkan referensi definisi dari kedua makna kontekstual tersebut di atas.
Menurut Eugene A.Nida dan Charles K.Taber (2003:12), dalam bukunya The
Theory On Practise Of Translation yang dikutip dari dari buku Teori Terjemahan
“ Translating consist in reproducing in receptor language the closest natural
equivalent in the source language message first in term of meaning and secondly in
term of style “
(Menerjemahkan merupakan kegiatan menghasilkan kembali di dalam penerima
barang yang secara sedekat-dekatnya dan sewajar-wajarnya sepadan dengan bahasa
sumber, pertama menyangkut makna dan kedua menyangkut gayanya)
Dalam hal ini untuk mempermudah melakukan analisis, akan dilakukan
penerjemahan untuk konteks-konteks kalimat tertentu yang terdapat fukushi chotto
sehingga dapat lebih mempermudah dalam proses menganalisis dan dapat lebih
memperjelas fungsi dan maknanya.
1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahi fungsi dan makna fukushi chotto dalam bahasa Jepang.
2. Untuk mengetahui fungsi dan makna fukushi chotto dalam komik Dr. Kotou
Shinryoujyo 1.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah wawasan penulis tentang fungsi dan makna fukushi chotto
khususnya dalam komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1.
2. Sebagai referensi ilmu ketatabahasan bagi institusi yang membutuhkan karangan
ilmiah ini untuk diteliti lebih lanjut.
1.6 Metode Penelitian
deskriptif.
Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status
kelompok manusia, suatu objek. Suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu
kelas peristiwa pada masa sekarang.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui Library Research
(studi kepustakaaan), yaitu mencari dan mengumpulkan data-data yang diperlukan
dalam penulisan. Sedangkan yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah sebuah
komik yang berjudul Dr. Kotou Shinryoujyo 1.
Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :
1. Pengumpulan data-data dari referensi yang berkaitan dengan judul
penulisan.
2. Membaca komik Dr. Kotou Shinryoujyo 1
3. Mencari dan mengumpulkan serta mengklasifikasikan kata atau kalimat
yang menggunakan fukushi Chotto pada komik tersebut
4. Menterjemahkan konteks-konteks kalimat atau cuplikan kalimat tertentu
yang terdapat fukushi chotto.
5. Melakukan analisis fungsi dan makna fukushi chotto dari cuplikan
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG FUKUSHI, FUKUSHI CHOTTO, SEMANTIK, DAN KOMIK
2.1 Fukushi
2.1.1 Pengertian Fukushi
Dalam klasifikasi atau penggolongan kata, terdapat kata-kata yang digolongkan ke
dalam verba, nomina, adjektiva, adverbia dan sebagainya. Pada bab ini, yang pertama
akan dibahas adalah kelas kata adverbia. Adverbia dalam bahasa Indonesia disebut kata
keterangan. Terdapat banyak sekali defenisi adverbia, yang menyangkut ciri maupun
pemakainnya di dalam kalimat.
Sebelum membahas jenis dan fungsi dari adverbia chotto, terlebih dahulu akan
dikemukakan beberapa defenisi dari adverbia (kata keterangan) menurut beberapa pakar
yang diambil dari beberapa sumber.
“Kata keterangan (adverbia) adalah kata-kata yang digunakan untuk memberi
penjelasan pada kata-kata lain yang sifatnya tidak menerangkan keadaan atau
sifat”(Chaer, 2006:162). Dalam bahasa Jepang, kata keterangan atau adverbia disebut
fukushi.
Bunkachou dalam Sudjianto (2004:72) bahwa fukushi ialah kata yang dipakai
untuk menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, dan adjektiva-na), tidak dapat menjadi
subjek, dan tidak mengenal konjugasi/deklinasi.
Lalu Matsuoka dalam Sudjianto (2004:165) fukushi adalah kata-kata yang
menerangkan verba, adjektiva, dan adverbial yang lainnya, tidak dapat berubah, dan
berfungsi menyatakan keadaan atau derajat suatu aktivitas, suasana atau perasaan
dengan Bunkachoo. Dikatakan bahwa fukushi ialah kata yang menerangkan yougen,
termasuk jenis kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal
konjugasi/deklinasi.
Dari beberapa defenisi yang telah diuraikan di atas, dapat diambil kesimpulan
seperti dalam buku karya ilmiah yang berjudul Pengantar Linguistik Bahasa Jepang
bahwa yang dimaksud dengan fukushi adalah kata yang dapat berdiri sendiri, tidak
berkonjugasi, tidak dapat menjadi subjek, predikat, dan objek, dan berfungsi
menerangkan doushi, keiyoushi, dan fukushi, lainnya (Situmorang, 2007:40)
Selain itu, untuk lebih memperjelas pengertian dari fukushi akan diuraikan
beberapa hal yang perlu diperhatikan dari fukushi, diantaranya adalah :
1. Perbedaan fukushi (adverbia) dengan meishi (nomina)
Fukushi hanya berfungsi menerangkan kata yang lainnya, tidak dapat menjadi
subjek sehingga secara langsung tidak dapat diikuti partikael ga, wa, mo dan
sejenisnya. Sedangkan meishi selain berfungsi menerangkan kata lain, juga dapat
menjadi subjek, setelah meishi dapat disisipi partikel ga, wa, mo dan sebagainya.
2. Perbedaan fukushi (adverbia) dengan i-keiyoushi (adjektiva-i) dan keiyoudoushi
(adjektiva-na)
Fukushi, i-keiyoushi, dan keiyoudoshi masing-masing menerangkan kata yang
ada di depannya. Ketiganya pun tidak dapat menjadi subjek. Untuk itu harus ditelaah
kata yang mana yang tidak mengenal konjugasi/deklinasi. Kata yang tidak dapat
berubah misalnya ke dalam bentuk lampau, bentuk menyangkal, dan sebagainya
dapat digolongkan ke dalam fukushi. Sedangkan kata yang dapat berubah ke dalam
bentuk lampau, menyangkal dan sebagainya itu digolongkan ke dalam yougen
(doushi, i-keiyoushi, keiyoudoushi).
Fukushi dan rentaishi berfungsi menerangkan kata lain, tetapi rentaishi hanya
dipakai untuk menerangkan taigen (meishi), sedangkan fukushi bisa dipakai untuk
menerangkan yougen.
4. Letak fukushi dan letak yang diterangkanya pada suatu kalimat
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa fukushi dipakai untuk menerangkan kata
yang ada di depannya. Tetapi bukan berarti fukushi itu selalu berdekatan dengan kata
yang diterangkannya. Kadang-kadang letak fukushi terpisah dari kata yang
diterangkannya karena terhalangi oleh beberapa kata. Walaupun demikian fukushi
selalu diletakkan sebelum kata yang diterangkannya itu.
a. Fukushi yang diletakkan dekat dengan kata yang diterangkannya.
今年 い 暑い
Kotoshi wa taihen atsui.
(Tahun ini (cuacanya) sangat panas).
b. Fukushi yang diletakan terpisah dari kata yang diterangkanya.
僕 行
Mochiron boku mo iku.
(Pasti Aku juga akan pergi)
Fukushi dalam sebuah kalimat dengan sendirinya dapat menjadi sebuah bunsetsu
yang menerangkan kata lain, (Takeshi dalam Sudjianto, 2004:72). Selain itu, fukushi
juga berfungsi menerangkan nomina (taigen). Motojiro dalam Sudjianto (2004:74)
menjelaskan bahwa taigen yang diterangkan oleh fukushi terbatas pada kata-kata yang
2.1.2 Jenis-jenis Fukushi
Motojiro dalam Sudjianto (2004:93-96) membagi fukushi menjadi tiga macam
yakni joutai no fukushi, teido no fukushi, dan tokubetsuna iikata o youkyuu suru fukushi.
Lalu Hiroshi (2000:344) mengklasifikasikan fukushi menjadi tiga macam yaitu youtai
fukushi, teido fukushi, dan yuudo fukushi.
Begitu juga Masao dalam Sudjianto (2004:155-156) mengklasifikasikan fukushi
menjadi tiga macam yaitu joutai fukushi, teido fukushi, teido o arawasu fukushi, dan
nobekata o shuushokusuru fukushi.
Hampir sama dengan pendapat-pendapat tersebut, Takanao dalam Sudjianto
(2004:166-168) membagi fukushi menjadi tiga macam sebagai berikut :
1. Joutai no Fukushi
状態 評 主 用言 修飾 状態副詞 い
“Joutai wo hyoushi, shu toshite yougen wo shuushokusuru mono wo joutai
fukushi to iu”
(Disebut Joutai fukushi untuk sebagian besar kata yang menjelaskan Yougen,
dan menyatakan kondisi/keadaan).
Isami dalam Sudjianto (2004:74) menyatakan bahwa joutai no fukushi adalah
fukushi yang sering dipakai untuk menerangkan verba, secara jelas menerangkan
keadaan pekerjaan atau perbuatan itu. Fukushi yang termasuk kelompok joutai no
fukushi ini misalnya, fukushi yang disertai partikel to, ni, misalnya : batabata to,
boroboro to, dodo to dan jiki ni, sude ni, sugu ni dan sebagainya.
Selain itu di dalam joutai no fukushi ini juga terdapat kata –kata yang dapat
menerangkan nomina dengan cara menyisipkan partikel no di antara kedua kelas kata itu,
Yokuyokuno koto.
(Hal yang luar biasa).
Fukushi lain yang termasuk jenis joutai no fukushi misalnya ko, so, a, dou. Di
dalam joutai no fukushi ini termasuk juga peniruan bunyi-bunyi alam atau meniru bunyi
binatang. Dalam bahasa Jepang disebut dengan giongo, giseigo, dan gitaigo
(onomatope)
Banyak defenisi yang berbeda dari giongo, giseigo, dan gitaigo, diantaranya
sebagai berikut :
Giseigo, yaitu bahasa yang merupakan peniruan bunyi binatang. Misalnya:
鳥 鳴
Tori wa chi chi to naku.
(Burung berkicau chi chi).
Sedangkan gitaigo, yaitu bahasa yang merupakan ungkapan perasaan ketika melihat
benda tersebut, kata-kata yang mengungkapkan aktivitas, keadaan dan sebagainya.
Misalnya:
キ キ
Tekipaki boru wo kachishita.
(Menangkap bola dengan tangkas).
Biasanya giseigo ditulis dengan katakana, sedangkan gitaigo biasanya ditulis dengan
hiragana. Tetapi sering sulit membedakan antara giseigo dan gitaigo.
Lalu Yoshio dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:115) menjelaskan bahwa
kata-kata yang menyatakan suara makhluk hidup atau bunyi yang keluar dari benda mati
disebut giongo. Selain itu, ada juga pengertian lain yang menyatakan bahwa yang
Misalnya:
風 ュ ュ
Kaze ga hyuhyu fuku.
(Angin berhembus sepoi-sepoi).
Giseigo sering disamakan dengan giongo (biasa disebut juga dengan sahongo
ataupun onomatope), karena kata-kata yang tergolong pada giseigo maupun giongo
merupakan kata-kata yang menunjukkan bunyi atau suara, sedangkan gitaigo
merupakan fukushi yang menyatakan suatu keadaan.
Namun, di dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Situmorang,
2007:41), dinyatakan bahwa joutai no fukushi dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Joutai no fukushi yang menerangkan keadaan, misalnya:
歩
Yukkurito aruku.
(Berjalan dengan pelan-pelan)
b. Joutai no fukushi yang menerangkan waktu, misalnya:
待 い
Shibaraku omachi kudasai.
(Tolong tunggu sebentar).
c. Joutai no fukushi yang menerangkan arahan (michibiku), misalnya:
初 わ い
Kou naru koto wa hajime kara wakatte ita.
2. Teido no Fukushi
主 状態 表 集濃 状態 程度 限定 程
度副詞 言
“Shu toshite, joutai wo arawasu goshuukokushite, sono joutai no teido wo
genteisuru mono wo teido fukushi to iu”
(disebut teido fukushi untuk sebagian besar kata yang memperhalus dalam
mengungkapkan keadaan/kondisi dan membatasi derajat keadaan/kondisi tersebut).
Motojiro dalam Sudjianto (2004:79) menyatakan bahwa teido no fukushi
adalah fukushi yang menerangkan yougen (verba, adjektiva-i, adjektiva-na),
menyatakan standar (batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau suatu perbuatan.
Berikut beberapa fungsi dari teido no fukushi:
a. Menerangkan i-keiyoushi (adjektiva-i), misalnya:
今日 少 暑い
Kyou wa sukoshi atsui.
(Hari ini agak panas).
b. Menerangkan keiyoudoushi (adjektiva-na), misalnya:
部屋 静
Kono heya wa totemo shizuka da.
(Kamar ini sangat nyaman).
c. Menerangkan Doushi (verba), misalnya:
少 行 交番 あ
Sukoshi iku to koubann ga aru.
(Kalau jalan sedikit, ada pos polisi).
Di dalam teido no fukushi, selain terdapat fukushi yang menerangkan
見
Kanari hakkiri mieru.
(Terlihat sangat jelas).
3. Chinjutsu no Fukushi
普通 文頭 あ わ 文 陳述 質 予告 働
陳述副詞 文法税 誘 副詞 い
“futsuu, buntou ni arawarete, bunnmatsu no chinjutsu no shitsu wo
yokokusuru hataraki wo suru mono wo chinjutsu fukushi (bunpouzei dewa yuudou
fukushi tomo to iu)”
(Biasanya, disebut chinjutsu fukushi yaitu kata yang berfungsi untuk
menjelaskan sifat pernyataan di akhir kalimat dengan menujukan kepala kalimat (dalam
teori tatabahasa, disebut juga dengan keterangan yang menyampaikan pernyataan).
Chinjutsu no fukushi biasa disebut juga ko o no fukushi, jojutsu no fukushi,
bahkan Motojiro menyebutnya dengan istilah tokubetsuna iikata o yokyu suru fukushi
adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan yang khusus.
Isami dalam Sudjianto (2004:82) membagi chinjutsu no fukushi berdasarkan
bentuk kalimatnya menjadi sembilan golongan seperti berikut,
a. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan negatif atau menyangkal
(uchikaeshi), misalnya:
必 あ 功 い
Kanarazushimo minna w seikou shinai.
(Semuanya belum tentu tidak berhasil)
b. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan harapan, keinginan, atau
perintah (ganmou/kibou), misalnya:
い い
(Silahkan datang ke mari).
c. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan larangan (kinshi),
misalnya:
決
Korekara wa kesshite namakeru na.
(Mulai sekarang sama sekali tidak boleh kalah).
d. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan atau sangkaan
(suiryou), misalnya:
彼 来 い
Kare wa tabun konai deshou.
(Dia mungkin tidak datang).
e. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perumpamaan (tatoe),
misalnya:
夢
Marude yume no you da.
(Benar-benar seperti mimpi).
f. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan perkiraan negatif
(uchikaeshi suryou), misalnya:
僕 思い い
Masaka boku ga shita to wa omou mai.
(Tidak mungkin saya yang melakukanya tanpa berpikir).
g. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan keputusan, kesimpulan,
atau kepastian (danntei), misalnya:
彼 必 来
(Dia pasti datang).
h. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pertanyaan (gimon),
misalnya:
今日 学校 休
Kinou wa doushite gakkou wo yasundaka.
(Kemarin kenapa tidak masuk sekolah?).
i. Chinjutsu no fukushi yang berpasangan dengan pernyataan pengandaian (katei),
misalnya:
雨 降
Moshi ame ga futtara yameru.
(Seandainya hujan turun, akan berhenti).
2.1.3 Fungsi Fukushi
Fukushi berfungsi untuk menerangkan kata yang ada di depannya, yaitu verba,
adjektiva, nomina dan adverbia lain.
Contoh:
1. Menerangkan verba (doushi)
私 来
Watashi wa kanarazu kuru.
(Saya pasti akan datang).
2. Menerangkan adjektiva (keiyoushi)
い 親
Taihen shinssetsu da.
3. Menerangkan nomina (taigen)
a. Menyatakan waktu
昔
Sore wa zutto mukashi no koto da.
(Itu kejadian dulu kala).
b. Menyatakan arah
少 右 方
Sukoshi migi no hou da.
(Sedikit ke kanan).
c. Menyatakan jumlah/kuantitas
食 い
Zenbu tabete shimaimashita.
(Semua habis dimakan)
Ada juga fukushi yang menerangkan taigen yang disisipi partikel no.
少 金
Sukoshi no okane.
(Sedikit uang).
4. Menerangkan adverbia (fukushi)
話 い
Motto yukkuri hanashite kudasai.
2.1.4 Fukushi Chotto
2.1.4.1 Pengertian Fukushi Chotto
Seperti yang dikemukakan Hiroshi (2000:344) bahwa :
副 詞 動 詞 形 容 詞 週 濃 務 詞 形式
的 意味的
“Fukushi wa doshi ya keiyoshi wo shukokusuru koto wo honmu tosuru hishi
desuga, keishikiteki ni mo imiteki ni mo samazama na mono go fukumaremasu”
(Fukushi adalah kelas kata yang berfungsi menerangkan keiyoushi dan doushi,
dan termasuk berbagai macam kata ditinjau dari segi arti maupun dari segi keformalan).
Naoko (1987:102) mengatakan bahwa dalam adverbia chotto memiliki dua
pengertian, yaitu:
1. 数 少 い場合 程度 表 場合 あ
“Suryo ga sukunai baai. Teido wo arawasu baai mo aru”
(Kondisi/keadaan untuk menyatakan sedikitnya kuantitas atau jumlah. Juga
kondisi/keadaan untuk menyatakan derajat/tingkat/batas). Misalnya:
終わ 待 い
Sugu owarimasu kara mou chotto matte kudasai.
(Karena akan segera selesai, tolong tunggu sebentar lagi) Pada Kalimat ini, chotto memiliki makna sebentar.
Teori ini didukung oleh Motojiro dalam Sudjianto (2004:172) yang menyatakan,
adverbia chotto diartikan “agak, sedikit, sebentar”. Berfungsi untuk menyatakan standar
(batas, tingkat, derajat) suatu keadaan atau perbuatan.
2. 否定 伴 言い方 あ 物 判断 間単 立 い
“Hitei wo tomonau iikata. Aru monogoto ya handan ga, kantan ni wa seiritsushinai
yosu”
(Cara mengungkapkan sanggahan. Keadaan dimana tidak berhasilnya dengan mudah
mengungkapkan suatu hal dan suatu keputusan). Misalnya:
Sararii man wo yamete jibun de kaisha wo tsukuru yona koto wa, watashi ni wa
chotto dekimasen.
(Menjalankan perusahaan sendiri dengan berhenti dari salesman, menurut saya
sepertinya tidak bisa).
Pada kalimat ini, chotto memiliki makna sepertinya, tetapi mengandung sesuatu
rasa enggan atau sanggahan, bahwa hal itu tidak mungkin untuk dikerjakan.
Teori ini didukung oleh Sunagawa dan Komada (1998:49), bahwa adverbia
digunakan ke semua ungkapan sanggahan.
2.1.4.2 Fungsi Fukushi chotto
Menurut Sunagawa (1998:54), Chotto dibagi atas 6 jenis,yaitu:
1. Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat
少 程度 あ わ 評 言葉 使 普通
“Ryo no sukunasa, teido no hikusa wo arawasu. Hyousu kotoba de tsukau no ga futsu”
(Menunjukan rendahnya batas/derajat, sedikitnya suatu jumlah/kuantitas. Sering/biasa
digunakan dalam percakapan (hanashi kotoba)). Misalnya:
食 い
Chotto tabete mitai.
2. a. Chotto yang memperhalus derajat, batas, tingkat
会話 用い 婉曲表現 少 い 意味 強 程度 軽
い 匂わ 話 自 行為 い 述 場合 相手 頼
場合 使 依頼 方 わ 響
”Kaiwa de mochiron enkyoku hyougen. Ryou no sukunasa to iu imi wa tsuyokunaku,
teido ga karui koto wo niowaseru. Hanashite ga jibun no koui nit suite noberu baai ya,
aite ni tanondari suru baai nado tsukau. Irai nado de wa, (chotto)wo tsukeru hou ga
yawarakaku hibiku”
(Ungkapan memperhalus yang digunakan dalam percakapan. Memberi kesan ringanya
suatu derajat/tingkatan, tidak mempertegas arti/makna sedikitnya kunatitas. Digunakan
oleh pembicara pada saat/untuk memohon pada lawan bicara, dan pada saat menyatakan
tentang perbuatannya sendiri. Dalam permohonan dan sebagainya, akan terdengar lebih
halus jika menggunakan kata “chotto”).
Misalnya:
手伝 い
Sumimasen, chotto tetsudatte kudasai.
(Maaf, tolong bantu sebentar).
b. Chotto yang memperhalus aksen, nada, irama
否定的 表現 語調 わ 使
“Hitei teki na hyougen ni tsukete, gochou wo yawarageru no ni tsukau” (Digunakan
untuk memperhalus aksen/nada/irama, dan dipakai pada ungkapan sanggahan.)
Misalnya:
問題 君 難 い あ
Kono mondai wa kimi ni wa chotto muzukashi sugiru janaikana.
c. Chotto yang menerangkan perkatan, ucapan sanggahan
会話 使 述 後 文 省略 形 否定
的 内容 暗示 使 言い い 回避 表現 断 表現
い 調子 わ 相手 い
“Kaiwa de tsukau “chotto” dake nobete, ato no bun wa shouryaku shita katachi de, hitei
teki na naiyou wo anjisuru no ni tsukau. Iinikui koto wo kaishisuru hyougen. Kotowari
no hyougen nado nit suite choushi wo yawarageru. Sore dakede, aite ni rikai sareru”
(Digunakan untuk menerangkan isi sangahan, dengan meringkas kalimat berikutnya,
dan hanya menyatakan “chotto” dalam percakapan. ngkapan menghindar/mengelak
ntuk hal yang sulit diucapkan. Memperhalus keadaan/kondisi dengan ungkapan
penolakan. Dengan begitu, bisa dipahami lawan bicara).
Misalnya:
A: 都合 悪い
A: Go tsugo ga waruin desuka.
(A: Apakah anda sibuk?).
B: 月曜日
B: Ee, chotto getsuyoubi wa…
(B: Ya, hari Senin hmmm..(gimana ya..)).
3. Chotto yang menyatakan ungkapan penilaian
いい意味 持 評価 属性 表 表現 程度
話 手 普通以 い 判断 い 示 婉曲的表現
近い
“ Ii imi wo motsu hyouka ya zokusei wo arawasu hyougen ni tsukeru to, teido no hikusa
yori, hanashite ga futsuu ijou ni yoi to handan shite iru koto wa shimesu. Enkyoku teki
hyougen ni naru. (Kanari) ni chikai. (Sukoshi) ni wa kono youhou wa nai”
(Menunjukan hal yang dianggap baik oleh pembicara, terhadap rendahnya
tingkat/derajat, bila dipakai pada ungkapan yang menunjukan simbol/lambang dan
penilaian yang mempunyai makna yang baik. Menjadi ungkapan memperhalus. Hampir
sama dengan “kanari”).
面白い
Kono hon wa chotto omoshiroi yo.
(Buku ini cukup menarik ya).
4. Chotto yang diikuti bentuk negative (nai)
a. Chotto..nai yang menyatakan ungkapan penilaian
否定表現 使 否定 強調 普通以 評価 場
合 使 い
“Hitei hyougen to tomo ni tsukatte, hitei wo kyouchousuruga, futsuu ijou ni hyoukasuru
baai ni tsukau kotoga oii ”
(Digunakan mengikuti kata sangagahan, menekankan kata sanggahan, tetapi banyak
juga digunakan untuk memberikan penilaian lebih dari biasanya).
Misalnya:
面白い 画 最近 い
Konna ni omoshiroi eiga wa saikin chotto nai.
(Film yang menarik seperti ini, belakangan ini hampir tidak ada).
b. Chotto…nai yang memperhalus aksen, nada, irama
否定表現 使 少 い 意味 わ 否定 言い方
和 使
“Hitei hyougen to tomo ni tsukau.”sukoshi” to iu imi dewanaku, hitei no iikata wo
yawarageru noni tsukau.”
(Digunakan untuk semua ungkapan sanggahan. Bukan bermakna “sukoshi”, melainkan
untuk memperhalus cara pengucapan sanggahan).
Misalnya:
田中先生 研究室
わ
Tanaka Sensei no kenkyuushitsu wa doshira desuka.
Sumimasen. Chotto wakarimasen.
(Ruang penelitian Bapak Tanaka Dimana?)
5. Chotto (yang menyatakan ungkapan panggilan)
人 注意 引 付 使 単 呼び イン
ネ ション 非難 威嚇 願 気持 表
“Hito no chuui wo hikitsukeru noni tsukau. Tan ni, yobikakeru dake de naku, intoneshon
ni yotte, hinan, ikaku, aigan nado no kimochi woarawasu”
(Digunakan untuk menarik perhatian orang. Tidak hanya memanggil semata, tetapi juga
untuk menunjukan perasaan permohonan mendesak, ancman, mencela, jika dilihat dari
intonasinya.)
Misalnya:
奥 財布 落
Chotto, soko no okusan, saifu wo otoshimashita yo.
(Hei, Ibu yang disana, dompetnya jatuh).
6. Chotto + shita + N
a. Chotto + shita + N (memperhalus drajat, batas, tingkat)
軽い あ い い い い 意味
“Karui, amari taishita mono dewnai, sasaina mono, to iu imi.”
(Bermakna sebagai suatu hal yang remeh, hal yang tidak begitu besar, ringan).
Misalnya:
アイ ア 大金
Chottoshita aidea data ga, taikin ni natta.
(Ide yang sederhana, tetapi membutuhkan biaya yang besar).
b. Chotto + shita + N (menyatakan ungkapan penilaian)
普通以 い N 言い 多い
N ぼ 控 判断 評価 述
“Futsuu ijyou da to iu koto. “kanari ni N” de iikaerarerukoto ga ooi. “chottoshita N”
wa, yayabokashite hikaeme ni handan.”
(Sesuatu kondisi yang melebihi hal biasanya. Sering digantikan dengan bentuk “kanari
ni N”. Untuk “chottoshita N” mengungkapkan penilaian, ketentuan yang agak remeh).
彼 両親 死後 財金 受 継い 生活 困
い
Kare wa, ryoushin no shigo, chottoshita zaikin wo uketsuida node, seikatsu ni
wa komaranai.
(Dia, sepeninggal ayahnya, karena telah menerima sedikit warisan, tidak mengalami kesusahan dalam hidup).
2.2 Semantik
2.2.1 Pengertian Semantik
Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.
Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata
yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik dibagi
atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah
penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai
tataran gramatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna makna unsur-unsur
kosa kata suatu bahasa pada umumnya. Dalam kamus bahasa Indonesia (1990: 548)
semantik adalah (1) arti, makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang
diberikan kepada suatu bentuk pembahasan.
2.2.2 Jenis-jenis Makna dalam Semantik
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari
apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer
Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah
yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun
kalimat. Menurut Ullman dalam Mansoer Pateda, (2001:82) bahwa makna adalah
Abdul Chaer, (1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau
konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau
kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara
ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa (Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan
antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga
dapat saling dimengerti.
Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal,
yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila
pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai
kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons dalam Mansoer
Pateda, (2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap
pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan
dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang
berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna
yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang
berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley ( dalam Mansoer Pateda, 2001:94) adalah
sikap pembicara terhadap kawan bicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek
makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan
pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley dalam Mansoer Pateda, (2001: 95) merupakan
maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang
diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau
politik.
Aspek-aspek makna tersebut tentunya mempunyai pengaruh terhadap
jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa
keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley dalam Mansoer Pateda, (2001:101) adalah
makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau
terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif
cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif
(Mansoer Pateda, 2001:101). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan
kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur
bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan,
dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109).
Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang
tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih
banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer dalam Mansoer Pateda, (2001: 125) adalah hubungan
antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman
nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau
kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial
gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses. Dapat juga dikatakan bahwa makna
referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar
bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis
komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley dalam Mansoer Pateda, (2001:122) adalah
makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang
didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan
terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan
atau ditulis.
2.2.3 Manfaat Mempelajari Semantik
Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan mempelajari dan menguasai
Semantik. Pertama, secara langsung akan mempunyai pengetahuan tentang makna.
Kedua, penguasaan semantik akan meningkatkan kompetensi pembelajaran bahasa
karena penguasaan makna ini berkaitan erat dengan sejumlah bidang lain, yakni
morfologi, sintaksis, pragmatik, membaca, dan menulis.
Dengan mempelajari semantik memahami dan menguasai semantik secara
langsung akan dapat juga bermanfaat untuk berbagai bidang pekerjaan antara lain:
1. Bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia
persuratkabaran dan pemberitaan :
Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik,yang
dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat
2. Bagi peneliti bahasa :
Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk
menganalisis bahasa yang sedang dipelajari.
Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan member manfaat teoritis,
maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami
dengan lebih baik bahasa yang akan diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah
kemudahan untuk mengajarkannya.
3. Bagi orang awam :
Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami
dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.
2.3 Komik
2.3.1 Pengertian Komik
Komik adalah cerita bergambar serial sebagai perpaduan karya seni rupa, atau
seni gambar. Komik berbentuk rangkaian gambar, masing-masing dalam kotak, yang
keseluruhanyan merupakan rentetan cerita yang umumnya lengkapi oleh teks untuk
memperjelas jalan ceritanya (Ensiklopedia Nasional Indonesia, 1990:54). Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (2005:517) disebutkan komik adalah 1] pelawak; badut, 2]
bacaan bergambar, cerita bergambar (dalam majalah, surat kabar atau berbentuk buku).
Manga, merupakan sebutan untuk komik di Jepang. Manga digunakan untuk
menggambarkan komedi sebagai bentuk hiburan. Manga juga dianggap seorang
penghibur yang mengatakan lelucon untuk membuat orang tertawa. Komik secara
umum sering juga disebut buku komik dan kadang-kadang disebut sebagai buku lucu.
komik kertas atau majalah komik merupakan sebuah majalah yang terdiri dari cerita
bergambar).
2.3.2 Sejarah dan Perkembangan Komik di Jepang
Komik Jepang yang paling tua dan terkenal pertama kali ditemukan di gudang
Shooshooin di Nara. Fusakumen yang memperlihatkan berbagai ekspresi wajah
manusia, merupakan gambar dengan mata yang keluar dan melotot. Karikatur lain yaitu
bergambar komik yang ditemukan pada langit-langit Kondoo(gudang utama) kuil
Buddha Hooryuuji pada abad ke -17 dan pada punggung bangunan Brahma dan Indra
dikuil Tooshoodaiji pada abad ke-8. Dalam komik ini terdapat unsur religi dan nilai-nilai
terdisi. Kemudian di gedung Phoenix kuil byoodooin, tercatat arsitektur masa Hean
(794-1185), yang pada saat itu ditemukan sejumlah karikatur.
Sejarah komik Jepang seutuhnya dimulai di zaman Edo, ketika istilah manga
pertama kali digunakan oleh pelukis Ukiyo-e (grafis pahatan kayu)yang terkenal yaitu
Hokusai Katsushika. Manga ini berisi lebih dari 4000 ilustrasi. Cara Hokusai
menggambarkan gerakan badan manusia, dan pengamatan ilmiahnya tentang gerakan
otot benar-benar terlihat.
Industri manga di Jepang mulai berkembang pesat sejak tahun 1963. Masuknya
abad televisi mendorong para penerbit dan produsen film memperbaiki industri mang
menjadi lebih baik lagi. Majalah komik pun dicetak massal dan dijual dengan harga
murah. Manga mempunyai posisi sangat tinggi dalam industri penerbitan di jepang,
karena hampir 1/4 % hasil penjualan buku merupakan komik yang angka penjualan
setiap tahunya terus meningkat, belum termasuk penjualan komik Jepang diluar negeri
yangjuga sangat laris dipasaran. Meningkatnya angka penjualan manga di Jepang
2.3.3 Komik Dr. Kouto Shinryoujyo 1
Komik Dr Koto Shinryojo 1 (Drコトー診療所1) Secara harfiah berarti Klinik
Dr. Koto, merupakan sebuah komik seri yang ditulis oleh Takatoshi Yamada terbitan
Shogakukan. Pada tahun 2004, komik ini memenangkan Shogakukan Manga Award
sebagai komik umum. Komik ini merupakan komik dewasa yang berbahasa kedokteran
(Medical), dan merupakan drama manusia (human drama). Seri ini diadaptasi sebagai
live-action drama televisi Jepang seri, yang berjudul dalam bahasa Inggris sebagai Dr
Coto's Clinic, yang disiarkan antara 2003 dan 2006 di Fuji Television.
Dalam Komik Dr. Kouto Shinryoujyo 1 dituliskan kisah awal seorang Dokter
muda, ahli bedah terkemuka yang meninggalkan rumah sakit ternama di Tokyo dan
dipindah ke sebuah pulau terpencil di bagian selatan Jepang. Dia bekerja di sebuah
klinik di sana sebagai satu-satunya dokter di pulau tersebut. Pada awalnya penduduk
pulau tidak menyambut hangat kedatanganya, karena mereka mempunyai pengalaman
buruk dengan mantan dokter sebelumnya. Tapi dengan sikap yang tulus, dan kesabaran
terhadap pasien dan komitmen dalam pekerjaannya, Kensuke Gouto yang dipanggil “Dr.
Kouto” secara bertahap membangun hubungan baik dengan pasien dan mendapatkan
perhatian penduduk pulau.
BAB III
ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA FUKUSHI CHOTTO DALAM KOMIK ”Dr. KOUTO SHINRYOUJYO 1” KARYA TAKATOSHI YAMADA DITINJAU DARI
SEGI SEMANTIK
3.1 Chotto yang menyatakan derajat, batas, tingkat
Berdasarkan konteks kalimat yang terdapat dalam Komik Dr. Kotou
Shinryoujyo 1, berikut akan di analisis beberapa cuplikan kalimat berupa percakapan
yang mengandung fukushi chotto.
Cuplikan 1:
原 : い 用意
先生 あ
D : プ い
Hara san : Takehiro, moyai youi shitoke.
Sensei, ato chotto da. Gannban na.
Dr. Kouto : (uuupu..) Hai, Doumo.
Artinya:
Hara : Takehiro, siapkan jangkarnya.
Dokter, sebentar lagi. Bertahanlah. Dr. Kouto : (uupu..) Ya, Trima kasih.
Analisis:
Makna fukushi chotto pada kalimat diatas adalah “sebentar”, sedangkan
fungsinya adalah untuk menyatakan derajat, batas, tingkat. Hal ini terlihat ketika Dr.
atas kapal. Hara seorang nelayan yang akan membawa Dokter menuju pulau
memberitahunya bahawa tidak lama lagi mereka akan segera sampai di pulau.
Pemakaian fukushi chotto diatas sudah tepat karena menunjukan jumlah
waktu yang hanya sedikit. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Sunagawa (1998:223)
bahwa chotto digunakan untuk menunjukan rendahnya suatu tingkat, batas, dan
menunjukan sedikitnya suatu jumlah/kuantitas.
Cuplikan 2:
D : い 口 大 開 い
腫 い い
熱 い 家 安静 治
Dr.Kouto : Hai, kuchi wo ookiku akete kudasai.
Nodo ha chotto haretemasuga, taishita koto nai desu
ne.
Netsu mo nai shi, ie de ansei ni shite tara naorimasu yo.
Artinya:
Dr. Kouto : Ya, Buka lebar mulutnya.
Tenggorokanya agak bengkak, tapi tak perlu kuatir ya. Demam nya gak ada kok, kalau istirahat aja nanti
sembuh.
Analisis:
Makna fukushi chotto pada kalimat diatas adalah “agak”, sedangkan
Kouto memeriksa seorang pasien yang datang mengeluh sakit pada tenggorokanya,
dan Dokter memberitahukan kondisi yang terlihat.
Pemakaian fukushi chotto diatas sudah tepat karena makna “agak”
menunjukan sedikitnya suatu derajat, batas yang dalam hal ini adalah kondisi
bengkak/radang yang terjadi pada pasien. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Sunagawa (1998:223) bahwa chotto digunakan untuk menunjukan rendahnya suatu
tingkat, batas, dan menunjukan sedikitnya suatu jumlah/kuantitas.
Cuplikan 3:
D : 両足 抱 丸
? 感 い あ
ック 慢
Dr. Kouto : Takehiro kun, ryouashi wo dakiete, ebi no youni
maruku nareru kana? Sou, sonna kanji, umai naa.
Chotto chekku suru kedo gaman shite ne.
Artinya:
Dr. Kouto : Takehiro, peluk kedua kakinya, kira kira melingkar
seperti udang. Yaa, seperti itu, bagus. Saya akan
periksa sebentar, sabar ya.
Analisis:
Makna fukushi chotto pada kalimat diatas a