• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna dan Penggunaan Kata Sensei ditinjau dari Segi Semantik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna dan Penggunaan Kata Sensei ditinjau dari Segi Semantik"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA

SENSEI

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA

SENSEI

NO KOTOBA NO SHIYOUSHA

TO IMI

NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi

Persyaratan Mengikuti Ujian Sarjana

OLEH :

CAECILIA NESYA YOLANDA

080708027

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA

SENSEI

DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK

IMIRON KARA MITA

SENSEI

NO KOTOBA NO SHIYOUSHA

TO IMI

NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam

Bidang Ilmu Sastra Jepang

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A. Siti Muharami Malayu., SS, M.Hum.

NIP: 19600827 1991 03 1 004 NIP: 1961 0628 2006 04 2 001

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Disetujui oleh:

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Medan

Program Studi S-1 Sastra Jepang

Ketua Program Studi

Drs.Eman Kusdiyana, M.Hum NIP : 19600919 1988 03 1 001 Medan, Oktober 2012

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara untuk

melengkapi salah satu syarat Ujian Sarjana Sastra dalam Bidang Ilmu

Sastra Jepang pada Fakultas Ilmu Budaya.

Pada :

Tanggal :

Pukul :

Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara

Dekan

Dr. Syahron Lubis, M.A, NIP : 195110131 1976 03 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda

Tangan

1. ( )

2. ( )

3. ( )

4. ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tak henti-hentinya penulis ucapkan kepada Allah Tritunggal atas kasih karunia dan berkatNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama proses penulisan skripsi ini, begitu banyak pelajaran yang diberikan olehNya, hingga sampai skripsi ini rampung ditulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada semua orang ataupun pihak terkait yang turut mengambil peran dalam penulisan skripsi ini, mulai dari proses pemilihan judul, pengajuan proposal hingga skripsi ini rampung. Semoga Tuhanlah yang membalas semua kebaikan kalian.

Skripsi ini berjudul “Analisis Makna dan Penggunaan Kata Sensei

ditinjau dari Segi Semantik”

Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Syahron Lubis, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum., selaku ketua jurusan Program Studi Sastra Jepang.

3. Bapak Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi, M.A., selaku dosen pembimbing I, terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingan yang didapatkan penulis selama penulis menuntut ilmu di Departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara.

(6)

5. Bapak Zulnaidi, S.S., M. Hum. Selaku dosen pembimbing akademik penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis ucapkan atas bimbingan yang beliau berikan kepada penulis sewaktu penulis menjalani perkuliahan di Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh dosen yang mengajar di departemen Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasalah yang membalas semua kebaikan bapak/ibu.

7. Orang tua penulis, yakni Ibu Veronica Nurlinda br. Sembiring Depari, selaku ibunda penulis. Terima kasih yang tak terhingga penulis haturkan kepada beliau atas bimbingan yang penulis dapatkan, mulai dari awal penulisan skripsi ini hingga skripsi ini rampung ditulis. Dan juga terima kasih yang tak terhingga kepada Bapak Ir. Jokya Ginting, selaku ayahanda penulis. Terima kasih atas saran, masukan dan dukungan yang penulis dapatkan selama ini. Penulis juga tak lupa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibunda Rosman br. Sembiring Meliala, yang selalu ada dan selalu memberi semangat kepada penulis. Semoga ibunda sehat selalu dan panjang umur.

8. Kedua saudara penulis, Anastasia Ista Frisca br. Ginting dan Yodi Aditya Prananta Ginting. Terima kasih atas segala dukungan yang penulis terima selama proses penulisan skripsi ini berlangsung. Semoga apa yang kalian cita-citakan dapat tercapai dan sukses selalu dalam segala bidang.

(7)

Mulai dari penulis memulai perkuliahan hingga skripsi ini rampung. Semoga kalian semua diberkati olehNya dan panjang umur. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

10.Seluruh mahasiswa Departemen Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya stambuk 2008, yakni Rimmeinda Yosefin br. Ginting, Debby Lianto, Aza Rayviza Fauzie, Rudy Setiawan Makmur, Asking, Sylvia Tobing, Ester Lasrina Sinaga, Tengku Rizka Maysarah, Daher Frans Pasaribu dan semua mahasiswa stambuk 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu per satu. Terima kasih atas waktu kurang lebih 4 tahun yang sudah kita lalui bersama. Mulai dari awal perkuliahan hingga sekarang. Terima kasih atas semua yang sudah pernah kita lalui bersama, karena kalian semua telah memberikan suatu pelajaran hidup yang begitu berharga bagi penulis. Semoga kita semua diberkati dan semakin sukses kedepannya.

11.Semua senpai dan kohai Sastra Jepang Universitas Sumatera Utara. Terima kasih karena kalian semua telah membuat hidup penulis begitu berwarna di kampus. Semoga kalian semua semakin sukses kedepannya. 12.Kepada semua pihak yang berperan dalam proses penulisan skripsi ini

(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...………..i

DAFTAR ISI………...……...…...iv

BAB I PENDAHULUAN………...………1

1.1. Latar Belakang……….…...…...…………..1

1.2. Perumusan Masalah….……….………...…...…………12

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan……….…...………...13

1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori…....………...………14

1.5. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian…....…………...……..19

1.6. Metode Penelitian………...……19

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN KATA SENSEI DAN STUDI SEMANTIK………...………21

2.1. Etimologi Kata Sensei……….……….…21

2.2.1. Makna Kata Sensei……….…..21

2.2.2. Kelas Kata Sensei………...25

(9)

BAB III ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI…...44

3.1. Menyatakan Orang yang berprofesi Sebagai Pengajar…………..44

3.2. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Dokter………...….49

3.3. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Seni………...52

3.4. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Pengacara…….…..54

3.5. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang tertentu…..……….56

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN………..………58

4.1. Kesimpulan………..…………..58

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, bahasa adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Tanpa adanya bahasa, tidak mungkin manusia dapat melakukan aktivitas sehari-harinya. Menurut Chaer bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri (1997 : 32). Menurut Hocket dalam Chaer, menjelaskan bahwa bahasa adalah suatu sistem yang kompleks dari kebiasaan-kebiasaan (2007 : 285). Bagi orang-orang tertentu, bahasa, yang dikembalikan ke prinsip dasarnya, merupakan sebuah tata nama, artinya sebuah daftar istilah yang mewakili sejumlah hal atau benda (Saussure, 1993 : 145). Keraf (1980 : 16) menyatakan bahwa bahwa bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi, suara, yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan Sutedi (2008 : 2) menyatakan bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain.

(11)

terjadi kesepahaman, yakni lawan bicara mengerti dan paham akan apa yang kita sampaikan tersebut. Jika ide, gagasan ataupun pikiran kita tersebut tidak dipahami oleh lawan bicara kita, berarti terdapat kesalahan komunikasi atau kesalahan penggunaan bahasa yang kita gunakan. Oleh karena itu, Chaer menjelaskan bahwa bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (2007 : 33).

Tiap-tiap daerah dibelahan muka bumi memakai bahasa yang berbeda-beda. Ada banyak sekali bahasa yang terdapat di muka bumi ini. Disetiap bahasa tersebut, memiliki aturan dan kaidahnya masing-masing. Mulai dari cara pengejaannya, cara pengucapannya dan masih banyak lainnya. Sama seperti bahasa Jepang, ada banyak aturan yang ada pada penggunaan bahasa tersebut. Ada penggunaan beberapa kata dalam bahasa Jepang yang penggunaannya akan berbeda jika kita gunakan pada orang yang berbeda.

Pada bagian ini, penulis tertarik untuk menganalisis makna kata sensei karena kata sensei digunakan kepada banyak orang, tidak hanya kepada guru ataupun dosen.

(12)

komik, langsung mengajak Yamada Miiko untuk mendaftar sebagai asisten komikus tersebut, yakni Kashiwabara Mari. Ditengah pekerjaan mereka sebagai asisten komikus, sang komikus pun kehilangan salah satu naskah komiknya. Cuplikan dari percakapannya adalah :

Kashiwabara : “Maaf ya… Halaman 31 ada ditangan kalian?” Mari : “Punyaku halaman 26”

Miiko : “Kalau aku, halaman 27, 28, 30” Kashiwabara : “Coba cari disebelah sana?”

Miiko : “Nggak ada di tempatmu, Mari chan? Mari : “Jangan-jangan didudukin Miiko!” Miiko : “Di tempat sensei tak ada ya?”

Kashiwabara : “Tak ada sama sekali! Dimana-mana taka da.. Kok bisa hilang ya?”

Miiko : “Kalau gak dicari, pasti muncul! Biasa deh kalau lupa taruh barang dimana!”

Pada cuplikan percakapan diatas, Yamada Miiko menggunakan kata sensei. Kata sensei tersebut digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai komikus.. Pada buku Minna No Nihongo bab 32 diceritakan bahwa Schmidt sedang tidak enak badan, dan pergi ke rumah sakit untuk memeriksa badannya. Berikut cuplikan percakapannya :

シュ ッ :先生 悪い

(Schmidt : Sensei, doko ga waruin desuka?) Schmidt : “Dokter, dimana yang salah?”

(13)

Shigoto ha isogashii desuka?) Dokter : “Sebenarnya, tidak ada yang salah.

Apakah pekerjaan anda sibuk?”

シュ ッ :ええ 最近残業 多い

(Schmidt : Ee, saikin zangyou ga ooin desu)

Schmidt : “Iya, akhir-akhir ini banyak lembur dikantor.”

医者 :働 仕事 ス ス

(Isha : Hatarakisugi desune. Shigoto no sutoresu

deshou)

yasumi wo totte, yukkurishite kudasai.)

Dokter : “Lebih baik anda berhenti sebentar ya.. Silahkan ambil cuti dan beristirahatlah.”

シュ ッ : い わ

(14)

Pada percakapan diatas, kata sensei yang digunakan oleh Schmidt ditujukan kepada dokter yang memeriksanya.

Pada percakapan yang terdapat pada buku Minna no Nihongo II bab 38, terdapat kata sensei. Percakapan tersebut terjadi antara 2 orang, yakni seorang staf akademik dan seorang dosen yang bernama Jhon Watt. Tempat terjadinya percakapan ini adalah kantor Jhon Watt. Pada saat itu staf akademik tersebut datang ke kantor Jhon Watt untuk menyerahkan beberapa dokumen. Pada percakapan ini, pegawai kampus tersebut memperhatikan keadaan sekeliling kantor Jhon Watt. Staf akademik tersebut mengamati dan menyanjung kepintaran pak Watt dalam mendekor ruang kerjanya. Berikut cuplikan percakapan pada Minna No Nihongo bab 38 :

大学職員 :ワッ 先生 回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.

ワッ :あ 置い い

(Watt : “A, Sumimasen. Soko ni oitoite kudasai.”) Watt : “A.. Maaf. Tolong letakkan disitu.”

大学職員 :先生 研究室 い い

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei

desune.)

(15)

ワッ :わ 片 好

(Watt : Watashi ha katazukeru no ga suki nan desu.)

Watt : “Saya menyukai keteraturan.”

大学職員 : 本 並 あ 物

,整理 置い あ 整

理 手

(Daigakushokuin : Hon mo kichinto narabete arushi, mono mo

seirishite oitearushi... seirisuru no ga

jouzu nan desune.)

Staf akademik : “Bukunya disusun dengan rapi, penyusunan barang-barangnya pun rapi. Bapak pintar dalam hal penyusunan ya..”

Sedangkan pada percakapan yang terdapat pada bab 40 buku Minna No Nihongo II diceritakan bahwa Clara, ibu Hans, sedang berbicara dengan salah seorang guru yang bernama Itou Chiseko. Itou adalah salah seorang guru yang mengajar di sekolah tempat Hans belajar. Percakapan yang terjadi diantara Clara dan Itou ini menceritakan tentang keadaan Hans di sekolahnya. Berikut cuplikan percakapan yang terdapat pada Minna No Nihongo II bab 40 :

クララ :先生 ンス 学校 う う ?

(Kurara : Sensei, Hansu ha gakkou de doudeshouka?) Clara : “Bagaimana dengan Hans disekolah, Bu?”

伊藤先生 :大丈夫 ンス君 クラス 人

気 あ

(Itou sensei : Daijoubu desu. Hansu kun ha kurasu de totemo

(16)

Ibu guru Itou : “Tidak apa-apa kok. Hans dikelas cukup terkenal”

クララ : う 安心

勉強 う 漢字 大変 言 い

(Kurara : Soudesuka. Anshinshimashita.

benkyou wa doudesuka? Kanji ga taihen da to

itteimasuga…)

Clara : “Ah, syukurlah. Bagaimana dengan proses belajarnya? Katanya kanji itu cukup sulit ya..”

伊藤先生 : 日漢字 ス い

ンス君 いい 績

(Itou sensei : Mainichi kanji no tesuto wo shiteimasuga, Hansu

kun wa ii seiseki desuyo)

Ibu guru Itou : “Setiap hari ada tes kanji, dan Hans selalu mendapat nilai baik kok.”

クララ : う あ う い

(Kurara : Soudesuka. Arigatou Gozaimasu)

Clara : “Ah begitu ya? Terima kasih banyak”

伊藤先生 : う 運動会

父 い い

(Itou sensei : Tokoro de. Mou sugu undokai desuga, Otousan

mo irrashaimasuka)

(17)

(Kurara : Ee.)

Clara : “ya, dia akan hadir”

伊藤先生 〔 ンス君 学校 様子 ひ見

(Itou sensei : Hansu kun ga gakkou de donna yousu ka zehi

mite kudasai)

Ibu guru Itou : “Saya minta tolong perhatikan Hans di sekolah”

クララ 〔わ 願い

(Kurara : Wakarimashita.

Korekara mo yoroshiku onegaishimasu.)

Clara : “Ya, saya mengerti. Mulai hari ini akan saya perhatikan”

Tidak hanya pada bab 32, 38 dan 40 saja kata sensei digunakan, pada percakapan bab 49 buku Minna No Nihongo II pun terdapat penggunaan kata sensei. Pada percakapan bab ini, berlangsung antara Clara dengan salah seorang guru yang mengajar di sekolah Hans. Percakapan tersebut dilakukan dengan perantaraan telepon. Pada percakapan ini Clara, ibu Hans, ingin menyampaikan sesuatu hal kepada Itou Sensei, tetapi karena Itou Sensei tidak ada ditempat, maka Clara meninggalkan pesan kepada guru yang mengangkat teleponnya. Berikut cuplikan percakapannya :

先生 : い ひ わ 学校

(sensei : Hai, Himawari gakkou desu.)

(18)

クララ : う い

5 組 ンス シュ ッ 伊藤先生 い い

(Kurara : Ohayou Gozaimasu. Go nen ni gumi no Hansu Shumitto

no haha desuga, Itou sensei wa irasshaimasuka?)

(Clara : Selamat pagi. Saya ibu Hans Schmidt, siswa kelas 5-2, apakah ibu guru Itou ada?”

先生 :

(sensei : Mada nandesuga…)

Guru : Belum tiba di sekolah…

クララ : 伊藤先生 伝え い い

(Kurara : Dewa, Itou sensei ni tsutaeteitadakitain desuga.) Clara : “Ada hal yang ingin saya sampaikan pada beliau.”

(Kurara : Jitsu wa Hansu ga yuube netsu wo dashimashite, kesa mo

mada sagaranain desu.)

Clara : “Sebenarnya Hans terkena demam sejak semalam sore, sampai tadi pagi demamnya belum turun juga.”

先生 : い

(sensei : Sore wa ikemasen ne)

(19)

クララ : う 学校 休 先生

伝え い

(Kurara : Sore de, kyou wa gakkou wo yasumasete node, sensei ni

yoroshiku otsutae kudasai)

Clara : “Oleh karena itu, karena hari ini tidak pergi ke sekolah, saya minta tolong untuk sampaikan kepada beliau.”

先生 :わ う 大事

(sensei : Wakarimashita. Douzo odaijini.)

Guru : “Saya mengerti. Semoga lekas sembuh.”

クララ :失礼足

(Kurara : Shitsureitashimasu) Clara : “Maaf merepotkan anda.”

Berbeda dengan data yang didapat pada artikel yang terdapat pada situs http://www.rikkyo.ne.jp/grp/rala/natu.htm. Pada artikel tersebut menceritakan tentang kehidupan perkuliahan di jurusan hukum. Pada artikel ini, diceritakan cara bersosialisasi pada mahasiswa hukum dengan dosen mereka. Berikut cuplikan artikelnya :

, う , 方 い,弁護士先生

,室長 OB O低 いわ,会話 ,場 う,設

い いわ,会話 い う,内容 ,様々 あ ,

,学 あ,在 ,思い

(20)

, あ う ,就職 あ

,自 ,気持 い,次第 え,得

,出来 ,変わ う

(Yuugata ni wa bengoushi sensei ya shitsuchou, OB*OG to kaiwasuruba wo mouketeimasu. Kaiwa no naiyou wa samazama de ari, sokokara

manaberu mono mo takusan aru to omoimasu. Sore wa, shihoushiken no

koto de attari, roosukuuru no koto de attari shuushoku no koto de

attarishimasuga, jibun no kimochi shidai de eru koto no dekiru mono wa

kawaru deshou.)

Yang artinya:

Pada malam hari, anda harus mengatur tempat untuk berbicara dengan guru, ketua dan pengacara dan OB-OG. Saya pikir isi dari pembicaraan itu berbeda, da nada banyak hal yang dapat kita pelajari dari percakapan tersebut. Tentang ujian yang ada di jurusan hukum yang dapat diperoleh, tergantung pada perubahan hati.

(21)

Jepang kembali, dan kemudian Ia kembali ke Okinawa. Berikut cuplikan kalimat yang terdapat pada Nipponia Online:

あ のりこ

(Ajitomi Noriko sensei kara mai no shidou wo ukeru makyuuna. Mainichi san jikan wa keiko wo suru.)

“Majina Yukako belajar tari tradisional Jepang dari Ashitomi Noriko. Dia melakukannya 3 jam dalam sehari.”

Ternyata dalam penggunaannya pada kehidupan sehari-hari, kata sensei digunakan kepada banyak orang dengan profesi yang bermacam-macam. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk membahas skripsi dengan judul “ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI DITINJAU DARI SEGI

SEMANTIK”

B. Perumusan Masalah

Pada percakapan sehari-hari, kita pastinya sering menggunakan kata-kata sapaan atau panggilan khusus kepada orang-orang tertentu. Pastinya ada panggilan-panggilan khusus yang kita gunakan untuk orang yang khusus juga. Hal ini cukup jarang kita jumpai pada bahasa Indonesia. Sapaan pada bahasa Indonesia jumlahnya terbatas, tetapi sangat mudah kita jumpai pada bahasa Jepang.

(22)

penggunaan kata sensei dari segi semantik, agar para pembelajar Bahasa Jepang juga memahami dan dapat menggunakan kata sensei dengan tepat.

Adapun permasalahan yang dirangkum oleh penulis adalah :

a) Apa makna kata sensei?

b) Kepada siapa sajakah kata sensei digunakan?

C. Ruang Lingkup Pembahasan

Pada penelitian ini penulis akan membahas tentang makna dan penggunaan kata sensei yang digunakan pada berbagai sarana, seperti komik, artikel, buku pelajaran maupun majalah. Pada penelitian ini, penulis menggunakan berbagai sarana sebagai bahan, yakni komik, situs online, buku pelajaran dan juga video.

Komik yang digunakan pada penelitian ini adalah komik yang berjudul “Hai, Miiko!” volume 17 karangan Ono Eriko. Komik tersebut menceritakan tentang kisah dua anak kelas V SD yang bersahabat, Yamada Miiko dan Shimura Mari, sedang berkunjung ke supermarket. Mereka menemukan lowongan kerja sebagai asisten komikus, lalu mereka melamar menjadi asisten komikus tersebut. Setibanya mereka di rumah komikus yang benama Kashiwabara Mari tersebut, Miiko dan Mari langsung mengerjakan pekerjaan mereka sebagai asisten komikus.

(23)

40 dan 49. Pada percakapan tersebut, kata sensei yang digunakan berbeda maknanya satu sama lain.

Pada cuplikan tayangan “TV Champion” yang di tayangkan oleh TV Tokyo, edisi   “増田裕樹 TVチャン オンケ キ職人選手権” yang dirilis pada tanggal

27 November 2011, menayangkan acara pertandingan memasak kue. Program yang disiarkan di stasiun televisi swasta “TV Tokyo” ini diikuti oleh empat peserta. Keempat peserta tersebut berprofesi sebagai koki. Keempat orang peserta tersebut adalah Masuda Yuuki, Wakabayashi Shigeru, Okada Hideichi dan Oohama Yukio. Acara yang dibawakan oleh Tanaka Yoshitake, Matsumoto Akiko dan seorang pembawa acara tamu Adachi Yumi ini menampilkan sebuah perlombaan yang terdiri atas 3 babak. Pada babak pertama, para peserta ditentukan untuk membuat ice cake, babak kedua para peserta duharuskan untuk membuat kue yang bertemakan permainan. Sedangkan pada babak terakhir, para peserta diharuskan untuk membuat wedding cake. Pada video yang terdapat di http://www.youtube.com/watch?v=wduBw1Z5Nps ini memiliki bagian yang menggunakan kata sensei. Seperti terdapat pada menit 8’54” dan menit ke 25’06”.

Kata sensei biasanya digunakan untuk memanggil orang tertentu yang memiliki profesi tertentu juga. Yang paling mudah ditemui adalah penggunaan kata sensei kepada guru dan dokter. Pada penelitian ini, penulis membatasi masalah hanya pada penggunaan kata sensei kepada orang yang berprofesi apa saja.

(24)

a. Tinjauan Pustaka

Bahasa adalah suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia. Tanpa adanya bahasa, manusia tidak dapat melakukan kegiatan sehari-harinya. Karena bahasa memiliki fungsi sebagai alat penyampai maksud atau pikiran dari seseorang kepada orang lain. Bahasa juga merupakan suatu kode yang digunakan oleh pakar linguistik untuk membedakan antara bentuk dan makna ; suatu system tuturan yang akan dipahami oleh masyarakat linguistik. (http://id.wikipedia.org). Sedangkan menurut Kridalaksana dalam Aminuddin (1985 : 28) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang arbitrer yang dipergunakan suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri.

Dalam buku “Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang” dijelaskan bahwa bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sesuatu ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada orang lain (Sutedi, 2008 : 2). Ketika kita menyampaikan ide, pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud. Hal ini terjadi karena sang lawan bicara tersebut mengerti dan menangkap makna (imi) yang kita sebutkan didalam bahasa yang kita gunakan. Jadi, fungsi bahasa itu sendiri adalah media untuk menyampaikan (dentatsu) suatu makna kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan.

(25)

mengerti akan makna-makna kata dalam bahasa Jepang itu sendiri. Tidak hanya makna kata saja, tetapi juga perasaan sang lawan bicara yang tercipta juga harus dipahami secara mendalam. Misalnya pada pemaknaan kata sensei, sering kali para pembelajar bahasa Jepang menggunakan kata sensei kepada setiap orang Jepang yang diajaknya berbicara. Jika ditinjau dari segi maknanya, kata sensei tidak dapat digunakan kepada sembarang orang. Hanya dapat digunakan kepada guru, dokter, pengacara dan juga para seniman.

Menurut kelas katanya, kata sensei termasuk dalam kelas kata benda. Kata benda atau nomina adalah kelas kata yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak ; dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya untuk bergabung dengan suffix plural (Sudjianto, 2004 : 34). Kridalaksana dalam Sudjiatnto menjelaskan bahwa kelas kata ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa ; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa. Dalam bahasa Jepang, kata benda disebut dengan meishi. Meishi adalah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat atau adverbial. Meishi memiliki beberapa ciri-ciri khas (Situmorang. 2007 : 34), yakni :

a. Dapat berdiri sendiri

b. Tidak mengenal konjugasi (perubahan)

(26)

Kata sensei termasuk kepada kata benda atau meishi. Kata sensei dapat digunakan sebagai subjek, predikat, ataupun objek. Kata sensei biasanya digunakan sebagai panggilan kepada guru ataupun dokter.

b. Kerangka Teori

Setiap kata yang terdapat pada bahasa yang kita gunakan pada kehidupan sehari-hari memiliki makna yang berbeda-beda. Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda (Chaer, 2007 : 289). Moeliono, dkk (2008 : 165) menjelaskan bahwa makna adalah arti ; maksud pembicara atau penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasan.

Dalam bidang ilmu linguistik, yang membahas tentang makna suatu kata adalah semantik dan dalam bahasa Jepang disebut dengan imiron. Aristoteles dalam Aminuddin (1985 : 15) menjelaskan bahwa semantik adalah satuan terkecil yang mengandung makna. Beliau juga mengungkapkan bahwa makna kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri secara otonom, serta makna kata yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal.

Makna kata terdiri dari beberapa bagian. Menurut Chaer, makna kata terdiri dari beberapa bagian (2007 : 289), yakni :

(27)

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat ditarik kesimpulan, bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera kita, atau makna apa adanya.

b. Makna Gramatikal

Makna gramatikal adalah makna yang timbul setelah terjadinya proses gramatikal, misalnya afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.

c. Makna Kontekstual

Makna kontekstual adalah makna sebuah leksem atau kata yang berada didalam satu konteks. Makna konteks dapat juga berkenaan dengan situasinya, yakni tenpat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

d. Makna Refrensial

(28)

Berdasarkan teori diatas, makna kata yang digunakan pada penelitian ini adalah makna kontekstual, yakni kata sensei dimaknai berdasarkan konteks atau situasi yang tergambar dalam kalimat. Jadi, situasi yang tergambar pada kalimat dijabarkan, kemudian kata sensei yang terdapat pada kalimat tersebut dianalisis dan kemudian diberi makna sesuai dengan situasi yang tergambar pada kalimat tersebut.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

a. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan makna kata sensei yang digunakan dalam Bahasa Jepang.

2. Mendeskripsikan kepada siapa kata sensei tersebut digunakan.

b. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis pada khususnya dan para pembelajar bahasa Jepang pada umumnya tentang penggunaan kata sensei dalam Bahasa Jepang.

(29)

F. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Nawawi (1993 : 25) menjelaskan bahwa pada penelitian deskriptif mengungkapkan masalah yang dihadapinya dengan menggambarkan setiap aspeknya sebagaimana adanya. Kegiatannya dilakukan dengan menghimpun data atau fakta (fact finding) yang berhubungan dengan masalahnya tanpa memberikan interpretasi.

Untuk mendapatkan data, penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka (library research). Yakni mencari data dan mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam penulisan. Objek dalam penelitian ini adalah kata sensei yang digunakan pada berbagai sarana yang menggunakan bahasa Jepang sebagai bahasa pengantarnya. Misalnya pada buku pelajaran bahasa Jepang, artikel-artikel yang menggunakan bahasa Jepang, dan juga video-video yang yang berasal dari Jepang.

Langkah-langkah yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah :

1. Mencari sumber data yang memakai kata sensei didalamnya. 2. Mencari makna kata sensei.

3. Mencari tahu kepada siapa saja kata sensei digunakan.

(30)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGGUNAAN KATA SENSEI DAN

STUDI SEMANTIK

2.1. Etimologi Kata Sensei

2.1.1. Makna kata Sensei

Kata sensei (先生) bila dilihat dari kanjinya, terdiri atas 2 kanji, yakni kaji

(31)

yang digunakan kepada guru dan juga dokter. Sedangkan pada Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia (2008 : 186) dijelaskan bahwa sensei bermakna guru, sarjana dan dokter. Pada Kamus besar Jepang – Indonesia Kenji Matsuura, dijelaskan bahwa kata sensei pada bahasa Indonesia memiliki makna “guru ; dokter”. Pada kamus bahasa Jepang, yakni “Nihongo Daijiten” (1978) makna kata sensei dituliskan sebagai berikut :

先生 名 :

(sensei [na])

1. 文 自 先 生 人 い,類:先輩

([bun] [jibunyori] sakini umareta hito. Tagui : senpai)

2. 自 師事 い ,学問 い ,芸術 い う,芸能 う

,指導者 う,師匠 人 い,対 い う,敬称

([jibun ga ijishiteiru] gakumon, geijutsu, geinou nado no shidousha,

shishou. Mata, sono hito ni taisuru keishou.)

3. 教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

Yang artinya :

(32)

2. Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia pendidikan, seniman, para pemimpin panggung hiburan, dan juga dokter. Selain itu juga, panggilan ini digunakan kepada orang sebagai gelar kehormatan.

3. Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.

Sedangkan berdasarkan kamus “Shinshuu Kanwa Daijiten” ada beberapa makna dari kata sensei yakni :

(ware yori umarete michi wo shireru hito.) 2.

(33)

4. Abang dan orang tua ; wali

5. Gelar yang diberikan kepada orang yang bekerja di instansi pemerintah desa.

6. Gelar kehormatan.

Pada kamus “Informative Japanese Dictionary” dituliskan beberapa makna dari kata sensei, yakni :

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha,

bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)

Yang artinya :

Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain.

Pada kamus “Reikai Shinkokugo” dituliskan makna sensei seperti berikut :

(34)

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga,

geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

Yang artinya :

Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.

2.1.2. Kelas Kata Sensei

Pembagian kelas kata dalam bahasa Jepang disebut dengan hinsi bunrui. Hinshi berarti jenis kata atau kelas kata (word class atau part of speech), sedangkan bunrui berarti penggolongan, klasifikasi, kategori atau pembagian. Jadi hinshi bunrui dalam Sudjianto, dapat berarti klasifikasi kelas kata berdasarkan berbagai karakteristiknya secara gramatikal (2004 : 25). Dalam Yamada Bunpo terdapat 14 kelas kata pada bahasa Jepang, yaitu : meishi, daimeshi, sushi, doushi, keiyoushi, sonzaishi, keishiki doushi, keishiki keiyoshi, joutai fukushi, teidofukushi,

chinjutsu fukushi, setsuzoku fukushi, kandoushi dan joushi.

(35)

1. Jiritsugo yang mengenal konjugasi/deklinasi

Jiritsugo jenis ini adalah kelompok kata yang tidak dapat berdiri sendiri, harus diikuti oleh fuzokugo.Contoh kalimatnya :

ホ 親

(Miho san wa shinsetsu da) Miho adalah orang yang ramah

Pada contoh kalimat diatas, ada bagian kalimat yang menjadi jawaban pertanyaan “Bagaimana seseorang/sesuatu itu?” maka jawaban dari pertanyaan tersebut adalah “shinsetsu da”. Bagian dari jawaban pertanyaan tersebut itu yang disebut sebagai jiritsugo yang mengenal konjugasi / deklinasi.

2. Jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi 

Jiritsugo yang tidak mengenal konjugasi adalah jiritsugo yang dapat berdiri sendiri tanpa diikuti oleh fuzokugo. Contoh kalimatnya adalah :

a. ,僕 あ ,朝野  

(Boku ga Asano desu) Saya adalah Asano 

b. い う,北海道 日本 一番来 あ  

(Hokkaido wa Nihon no ichiban kita ni aru)

(36)

Pada dua kalimat diatas terdapat kata boku dan Hokkaido. Dua kata tersebut adalah jiritsugo yang tak mengenal konjugasi / deklinasi. Bila jiritsugo tersebut dapat digabungkan dengan fuzokugo (partikel atau kata bantu) sehingga membentuk sebuah bunsetsu, itu disebut dengan meishi (kata benda).

Nomina disebut juga kata benda dalam bahasa Indonesia, dalam bahasa Inggris disebut noun, sedangkan dalam bahasa Jepang disebut meishi. Nomina (noun) ialah kelas kata yang yang dalam bahasa Indonesia ditandai oleh tidak dapatnya bergabung dengan kata tidak; yang dalam bahasa Inggris ditandai dengan kemungkinannya untuk bergabung dengan sufix plural; misalnya rumah adalah nomina, karena tidak rumah adalah tidak mungkin. Kridalaksana dalam Sudjianto menjelaskan bahwa kelas kata ini biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa; kelas kata ini sering berpadanan dengan orang, benda atau hal lain yang dibendakan dalam alam diluar bahasa.

(37)

(perdamaian), kekkon (pernikahan), ryuugaku (masuk sekolah / perguruan tinggi), kangae (pikiran), yorokobi (kegembiraan) dan sebagainya. Ciri-ciri meishi adalah:

1. Meishi (nomina) termasuk kelas kata yang berdiri sendiri (jiritsugo) dan tidak mengenal konjugasi atau deklinasi. Kata-kata yang termasuk kelompok nomina tidak mengalami perubahan misalnya kedalam bentuk lampau, bentuk negatif dan sebagainya. Ciri yang pertama ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i), keiyoudoshi (adjektifa-na) dan joudoshi (verba bantu). Keempat belas kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelas kata yang mengalami konjugasi / deklinasi.

2. Meishi dapat menjadi subjek, objek, predikat dan adverbia, sehingga secara langsung dapat diikuti joshi (partikel) atau jodoushi (verba bantu). Nomina yang diikuti joshi dan nomina yang diikuti jodoushi itu dapat membentuk sebuah bunsetsu.

a. Meishi bila diikuti joshi (partikel) wa, ga, mo, koso,dake atau sae dapat menjadi subjek atau tema dalam suatu kalimat. Contoh kalimatnya :

a. ,電車 来

(Densha ga kimashita) Kereta listrik sudah datang

(38)

(Chikyuu wa marui) Bumi itu bulat

c. 先生 出席

(Sensei mo shusseki saremasu) Bapak / Ibu sudah hadir

Meishi bila diikuti joshi (partikel) yo, diikuti jodoshi (verba bantu) da, desu, rashii dan bila diikuti joshi (partikel) no + verba bantu you da dapat menjadi predikat. Contoh kalimatnya adalah :

a. 私 本

(Sore wa watashi no hon yo) Itu adalah buku saya

b. 桜

(Kore wa sakura da) Ini adalah bunga sakura

d. Meishi bila diikuti partikel o dapat menjadi objek. Contoh kalimatnya adalah :

a. 見

(Terebi o mimasu) Menonton televisi

b. 食

(39)

e. Meishi bila diikuti partikel o, ni, e, to, yori, kara, atau de dapat menjadi keterangan (adverbia). Contoh kalimatnya adalah :

a. 空 飛

Pergi keluar rumah bersama kakak

Ada juga meishi yang berfungsi sebagai adverbia tanpa diikuti pertikel. Contoh kalimatnya adalah :

a. 父 朝散歩 い

(Chichi wa maiasa sanposhiteimasu) Setiap pagi ayah berjalan-jalan b. 昨日火事 あ

(Kinou kaji ga atta) Semalam ada kebakaran

Sedangkan apabila meishi diikuti joshi (partikel) no maka dapat menerangkan meishi yang lainnya. Contoh kalimatnya adalah :

(40)

(Sekai no heiwa) Perdamaian dunia

b. 日本 歴史

(Nihon no rekishi) Sejarah Jepang

3. Meishi atau nomina dalam bahasa Jepang disebut juga taigen. Hal ini membedakan meishi dengan doushi (verba), keiyoushi (adjektiva-i) dan keiyoudoshi (adjektiva-na). Ketiga kelas kata yang disebutkan terakhir termasuk kelompok yougen.

4. Seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa meishi ialah kelas kata yang menyatakan benda atau nama benda, tempat, orang atau hal lain yang dibendakan baik benda konkret maupun benda abstrak. Ciri yang terakhir ini tidak dimiliki oleh kelas kata lain, sehingga hal inilah yang membedakan meishi dengan kelas kata lain.

Menurut Hamzon Situmorang, (2007 : 34) kata benda terbagi atas 4, yakni :

1. Futsuu meishi

Futsuu meishi adalah kata benda yang menyatakan suatu benda. Misalnya hito, inu, mizu.

(41)

Koyuu meishi adalah kata benda terbatas. Pada koyuu meishi ini terbagi 2 jenis, yaitu :

a. Kata benda yang menjelaskan nama daerah / tempat

Misalnya : Medan, Tokyo, Jakarta

b. Kata benda yang menjelaskan nama orang

Misalnya : Suzuki, Ali, dll

3. Suushi

Suushi merupakan kata benda yang menyatakan bilangan. Suushi ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis.

4. Daimeshi

Daimeshi atau yang sering disebutkan kata ganti nama terdiri dari 3 jenis, yakni :

a. Kata ganti penunjuk pertama

Misalnya : watashi, watakushi, atashi, ore, dll

(42)

Misalnya : anata, anta, kimi, dll

c. Kata ganti penunjuk ketiga

Misalnya : kare, kanojo, sonohito, dll

2.2. Studi Semantik

(43)

Objek studi semantik adalah makna yang terdapat pada satuan-satuan ujaran, seperti kata, frase, klausa dan kalimat. Menurut Fatimah (2008 : 5), makna adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama kata-kata). Menurut Lyons dalam Fatimah, mengkaji atau memberikan makna suatu kata ialah memahami kajian kata tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang membuat kata tersebut berbeda dari kata-kata lain. Makna sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkat keberadaan, yakni :

a. Pada tingkat pertama, makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan, b. Pada tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan,

c. Pada tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi yang mampu membuahkan informasi tertentu.

Makna yang menjadi objek kajian semantik dapat dikaji dari berbagai segi, terutama teori atau aliran yang berada dalam linguistik. Jenis-jenis semantik termasuk dalam teori kajian tersebut. Jenis-jenis semantik tersebut adalah :

a. Semantik Behavoris

(44)

b. Semantik Deskriptif

Semantik deskriptif adalah jenis semantik yang mengkaji makna pada saat sekarang sedang berlaku. Dalam semantik deskriptif ini, makna yang diperhatikan adalah makna yang berlaku pada saat ini dan diketahui secara umum, bukan karena kata tersebut kebetulan ada dalam bahasa daerah ataupun dialek bahasa daerah tersebut. Makna yang muncul pada awal proses pemaknaan sudah tidak diperhatikan lagi.

c. Semantik Generatif

Pateda (2001 : 69) menjelaskan bahwa teori semantik generatif ini menjelaskan bahwa tata bahasa terdiri dari struktur dalam yang berisi tidak lain dari struktur semantik dan struktur luar yang merupakan perwujudan ujaran. Kedua struktur ini dihubungkan dengan suatu proses yang disebut transformasi. Pada semantik generatif ini lebih banyak membicarakan makna yang muncul didalam kalimat.

d. Semantik Gramatikal

(45)

e. Semantik Historis

Masyarakat sebagai pengguna bahasa adalah satu hal yang mengalami perkembangan secara terus menerus tanpa ada batasannya. Sama seperti sifat bahasa yang bersifat dinamis. Pada semantik historis ini ditekankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan mengkaji sejarah perubahan bentuk makna. Oleh karena itu dapat diambil kesimpulan bahwa semantik historis adalah studi semantik yang mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu.

f. Semantik Leksikal

Semantik leksikal ialah semantik yang memusatkan pada pembahasan sistem makna yang terdapat dalam kata. Dalam semantik leksikal ini, hal yang diperhatikan adalah bagian makna yang terdapat delam kata sebagai satuan mandiri, misalnya makna yang terdapat pada kamus. Oleh karena itu, pada semantik jenis ini tidak membahas makna kata yang sudah terangkai dalam satu kalimat.

g. Semantik Logika

(46)

kalimat. Satu kalimat dapat diujarkan dengan proporsi berjumlah dua atau lebih.

Ada banyak jenis makna yang diungkapkan oleh para ahli. Dalam Chaer (2007 : 289) ada berbagai jenis makna yang dijelaskan, yakni :

1. Makna Leksikal

Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem, mesti tanpa konteks apapun. Misalnya leksem kuda memiliki makna leksikal ‘sejenis binatang berkaki empat yang biasanya dikendarai’. Dengan contoh itu dapat juga dikatakan bahwa makna leksikal adalah makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indra kita, atau makna apa adanya.

2. Makna Gramatikal

Berbeda dengan makna leksikal, makna gramatikal baru ada kalau terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi. Umpamanya, dalam proses afiksasi prefiks ber-dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal ‘mengenakan atau memakai baju’; dengan dasar kuda melahirkan makna gramatikal ‘mengendarai kuda’.

3. Makna Kontekstual

(47)

berkenaan dengan situasinya, yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan bahasa itu.

4. Makna Refrensial

Sebuah kata atau leksem disebut bermakna refrensial kalau ada refrensnya, atau acuannya. Kata-kata seperti kuda, merah dan gambar adalah termasuk kata-kata yang bermakna refrensial karena ada acuannya dalam dunia nyata.

5. Makna Non refrensial

Makna non-refrensial adalah makna dari suatu kata yang timbul tetapi tidak ada refrensi yang mengacu kepada kata tersebut. Pada kata dan, atau dan karena tidak memiliki makna refrensial karena kata-kata tersebut tidak memiliki referensi atau acuan yang nyata, tetapi tetap memiliki arti jika dipadankan dengan kata-kata lain dalam suatu kalimat.

6. Makna Denotatif

(48)

empat yang biasa diternakkan dan dimanfaatkan daging dan susunya’.

7. Makna Konotasi

Makna konotasi adalah makna lain yang ‘ditambahkan’ pada makna denotatif yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Misalnya kata babi. Bila ditinjau dari makna denotasinya, maka kata babi tersebut bermakna hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya. Tetapi bila ditinjau dari makna konotasinya, maka makna yang dihasilkan bukan lagi sama seperti makna sebelumnya, yakni hewan berkaki empat yang dimanfaatkan dagingnya, melainkan ada perasaan negatif yang muncul ketika mendengar kata tersebut.

8. Makna Konseptual

Yang dimaksud dengan makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Sebenarnya makna konseptual ini memiliki kesamaan proses pemaknaan dengan makna denotatif, makna leksikal dan makna refrensial.

(49)

Makna asosiatif sama seperti lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan konsep lain yang mempunyai kemiripan dengan sifat, keadaan atau ciri yang ada pada asal kata tersebut. Makna asosiatif adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar bahasa. Misalnya kata merah yang berasosiasi dengan ‘berani’ atau ‘paham komunis’.

10.Makna Kata

Makna kata adalah makna yang baru jelas maknanya kalau kata itu sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks situasinya. Makna kata tidak dapat dimaknai secara langsung pada kata yang belum mengalami proses kalimatisasi. Makna kata akan terlihat semakin jelas jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimat atau konteks situasinya.

11.Makna Istilah

Makna istilah adalah makna yang mempunyai makna yang pasti, jelas, yang tidak meragukan meskipun tanpa konteks kalimat. Istilah-istilah hanya digunakan pada bidang kelimuan atau kegiatan tertentu. Misalnya istilah yang terdapat pada linguistik, yakni morferm, alomorf, variansi, dan lain-lain.

(50)

Idiom ialah suatu ujaran yang maknanya tidak dapat dimaknai secara langsung, baik itu secara leksikal maupun secara gramatikal. Misalnya idiom “menjual gigi” bila dimaknai langsung secara gramatikal adalah menjual gigi. Tetapi makna yang sebenarnya bukanlah itu, melainkan tertawa terbahak-bahak. Jadi, makna idiom adalah makna yang tidak dapat dimaknai secara langsung, baik secara gramatikal maupun leksikal.

Sementara itu, menurut Dedi Sutedi dalam bukunya yang berjudul “Dasar-Dasar linguistik Bahasa Jepang” memaparkan berbagai jenis makna seperti berikut:

1. Jishouteki Imi (Makna Leksikal)

Dalam bahasa Jepang, makna leksikal disebut dengan jishoteki imi (辞書的意味) atau goiteki imi (語彙的意味). Makna leksikal adalah makna kata yang sesungguhnya sesuai dengan refrensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau dapat dikatakan sebagai makna asli suatu kata. Misalnya kata hana (花) dan kata gakkou (学校) memiliki makna leksikal: <bunga> dan <sekolah>.

2. Bunpuoteki Imi (Makna Gramatikal)

(51)

gramatikalnya. Dalam bahasa Jepang, joshi (助詞) <partikel> dan

jodoushi (助動詞) <kopula> tidak memiliki makna leksikal, tetapi memiliki makna gramatikal, sebab baru jelas maknanya jika digunakan dalam kalimat. Verba dan ajektiva memiliki kedua jenis makna tersebut, misalnya pada kata (忙 い) dan (食 ), bagian

gokannya {い } dan { } bermakna leksikal <sibuk> dan

<memakan>, sedangkan gobinya, yaitu {い/i} dan { /ru} sebagai makna gramatikal, karena akan berubah sesuai dengan konteks gramatikalnya. Partikel ni ( ) secara leksikal tidak jelas maknanya, tetapi baru jelas kalau digunakan dalam kalimat. Misalnya Bandon ni sundeiru ( ン ン い ) <tinggal di Bandung>.

3. Meijiteki imi (Makna Denotatif)

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi (明示

的意味) atau gaien ( 延), yaitu makna yang berkaitan dengan dunia luar bahasa, seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis komponen makna. Misalnya 父(chichi) dan 親 父(oyaji) memiliki makna denotatif yang sama, karena menunjuk kepada refren yang sama yaitu ayah.

4. Anjiteki imi (Makna Konotatif)

(52)

lawan bicaranya. Misalnya pada kata chichi () dan oyaji () kedua-duanya memiliki makna yang sama, yakni <ayah> dan dapat dijelaskan dengan komponen makna sebagai berikut :

父 = 親父: <人間> <+男性> <+一世代 >

Chichi = Oyaji : <ningen> <+dansei> <+chichi sedai ue>

<insan> <+jantan> <+satu generasi diatas>

Makna denotatif dari kedua kata tersebut sama, karena menunjuk pada refren yang sama tetapi nilai rasa berbeda. Kata chichi digunakan lebih formal dan lebih halus, sedangkan kata oyaji terkesan lebih dekat dan lebih akrab.

5. Kihon gi (Makna Dasar)

(53)

Makna perluasan ten gi (転義) merupakan makna yang muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat penggunaan secara kiasan atau majzas (hiyu). Hal ini dikemukakan oleh para penganut aliran linguistik kognitif. Aliran linguistik kognitif dalam mendeskripsikan hubungan antar makna dalam suatu polisemi, banyak menggunakan gaya bahasa. Perubahan makna suatu kata dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut; perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi atau pengaruh bahasa asing.

BAB III

ANALISIS MAKNA DAN PENGGUNAAN KATA SENSEI

(54)

juga berkenaan dengan situasinya,, yakni tempat, waktu dan lingkungan penggunaan bahasa tersebut. Jadi penulis melihat kata sensei yang digunakan sesuai dengan konteks yang sedang terjadi pada kalimat tersebut.

3.1. Menyatakan Orang yang Berprofesi Sebagai Pengajar

Dalam menganalisis makna kata sensei yang menjelaskan panggilan kepada orang yang berprofesi sebagai pengajar, penulis mengambil salah satu contoh percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihongo II bab 38.

Cupikan percakapan :

大学職員 :ワッ 先生 い ,回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.

ワッ :あ 置い い

(Watt : “A, Sumimasen. Soko ni oitoite kudasai.”) Watt : “A.. Maaf. Tolong letakkan disitu.”

大学職員 :先生 研究室 い い

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei

desune.)

(55)

(Watt : Watashi ha katazukeru no ga suki nan desu.)

Watt : “Saya menyukai keteraturan.”

大学職員 :本 並 あ 物 整理

置い あ 整理

(Daigakushokuin : Hon mo kichinto narabete arushi, mono mo

seirishite oitearushi... seirisuru no ga

jouzu nan desune.)

Staf akademik : “Bukunya disusun dengan rapi, penyusunan barang-barangnya pun rapi. Bapak pintar dalam hal penyusunan ya..”

Dalam cuplikan percakapan ini, digambarkan bahwa percakapan tersebut terjadi antara Jhon Watt dan daigakushokuin (staf akademik). Dalam percakapan ini terjadi pada ruang kerja Jhon Watt. Staf akademik tersebut datang ke ruang kerja Watt sensei untuk menyerahkan beberapa dokumen. Setelah menyerahkan dokumen tersebut, sang staf akademik tersebut mengamati dan melihat ruang kerja Watt sensei. Pada kalimat pertama yang diucapkan oleh staf akademik tersebut, terdapat kata sensei yang digunakan. Cuplikan kalimat percakapan yang menggunakan kata sensei ada 2, yakni :

大学職員 :ワッ 先生 回覧

(Daigakushokuin : Watto sensei, kairan desu)

Staf akademik : Pak Watt, ada dokumen.

(56)

(Daigakushokuin : Sensei no kenkyuushitsu ha itsumo kirei desune.)

Staf akademik : “Ruang penelitian bapak selalu terlihat indah ya..”

Pada dua cuplikan kalimat tersebut muncul kata sensei. Hal ini disebabkan karena lawan bicara daripada staf akademik tersebut (daigakushokuin) adalah seorang dosen, ataupun orang yang berprofesi sebagai pendidik di dunia pendidikan. Makna kata sensei yang berarti staf pengajar tidak hanya terdapat pada percakapan ini saja, pada percakapan lainnya juga ada. Pada percakapan yang terdapat dalam buku Minna No Nihongo II bab 40, terdapat cuplikan percakapan. Percakapan yang terjadi antara orang tua Hans Schmidt, Clara Schmidt, dengan Ibu guru Itou. Ibu guru Itou adalah guru disekolah Hans. Percakapan ini, Clara menanyakan keadaan Hans di sekolah kepada Ibu guru Itou. Ibu guru itou pun menjelaskan bahwa keadaan Hans di sekolah tidak perlu dikhawatirkan, karena Hans dapat mengikuti pelajaran dengan baik dan cukup terkenal dikalangan murid-murid disekolahnya. Cuplikan kalimat yang terdapat pada percakapan yang memakai kata sensei adalah :

クララ :先生 ンス 学校 う う ?

(Kurara : Sensei, Hansu ha gakkou de doudeshouka?) Clara : “Bagaimana dengan Hans disekolah, Bu?”

(57)

dalam percakapan ini ditujukan kepada orang yang berprofesi sebagai pengajar. Hal ini sama seperti yang ditemukan pada cuplikan percakapan diatas.

Pada percakapan yang terdapat pada buku Minna No Nihongo II bab 49 ditemukan kata sensei digunakan pada percakapan itu. Cuplikan percakapan itu adalah :

クララ : う い

5 組 ンス シュ ッ 伊藤先生 い い

(Kurara : Ohayou Gozaimasu. Go nen ni gumi no Hansu Shumitto

no haha desuga, Itou sensei wa irasshaimasuka?)

(Clara : Selamat pagi. Saya ibu Hans Schmidt, siswa kelas 5-2, apakah ibu guru Itou ada?”

Dalam percakapan ini, terdapat 2 orang yang melakukan percakapan ini, yakni Clara dan salah seorang guru yang mengajar di sekolah Himawari. Percakapan ini terjadi melalui telepon. Clara menelpon sekolah Himawari dengan tujuan ingin berbicara dengan Itou, tetapi pada saat itu Itou belum datang, sehingga Clara pun berbicara dengan salah seorang guru. Clara ingin memberitahu bahwa pada hari itu Hans tidak dapat hadir ke sekolah seperti biasa karena demam. Karena Itou belum datang, maka Clara meninggalkan pesan kepada guru yang mengangkat teleponnya itu. Clara berpesan agar alasan Hans tidak datang ke sekolah, disampaikan kepada Itou.

(58)

教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

“Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.”

Pada kamus “Shinshuu Kanwa Daijiten” juga dijelaskan bahwa kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai guru.

Pada cuplikan kalimat-kalimat yang terdapat diatas, kata sensei yang digunakan pada percakapan, memiliki makna guru atau dosen. Penggunaan kata sensei pada percakapan tersebut digunakan pada orang yang berprofesi sebagai pengajar.

3.2. Menyatakan Orang yang Berprofesi sebagai Dokter

(59)

ternyata Schmidt lelah dan stres karena terlalu banyak lembur di kantor. Berikut adalah cuplikan percakapan dari buku Minna No Nihongo II.

Cuplikan :

シュ ッ :先生 悪い

医者 :特 悪い あ

仕事 忙 い

シュ ッ :ええ 最近残業 多い

医者 :働 仕事 ス ス う

シュ ッ : う

医者 :無理 い う いい

少 休

シュ ッ : い わ

Suasana dalam percakapan diatas adalah Schmidt yang datang untuk memeriksakan keadaan badannya yang kurang sehat. Sewaktu memanggil sang dokter, Schmidt menggunakan kata sensei. Hal tersebut dapat kita lihat di cuplikan kalimat percakapan Schmidt, yakni :

先生 悪い

(60)

教員 医師 作家 弁護士 い ,代議士 う,職業 い い 人 い,対 い う,敬称

(kyouin, ishi, sakka, bengoushi, daigishi, nado no shokugyou ni tsuiteiru hito ni taisuru keishou.)

“Pengajar, dokter, penulis, pengacara, anggota konggres, gelar kehormatan yang diberikan kepada orang yang memiliki profesi tertentu.”

Pada kamus Nihongo Daijiten dijelaskan bahwa kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai dokter. Tidak hanya pada kamus Nihongo Daijiten saja, pada kamus Reikai Shinkokugo juga dijelaskan bahwa penggunaan kata sensei dapat digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai dokter.

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga,

geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.

Pada kamus Shinshuu Kanwa Daijiten juga dijelaskan bahwa kata sensei juga dapat digunakan kepada dokter.

,教師 う

,師匠

(61)

Penggunaan kata sensei yang terdapat pada kalimat percakapan tersebut, digunakan pada orang yang berprofesi sebagai dokter.

3.3. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Seni

Untuk menganalisis makna sensei yang menyatakan orang yang ahli dibidang seni, maka penulis mengambil cuplikan percakapan yang terdapat pada komik “Hai, Miiko!” volume 17 halaman 52. Pada cuplikan tersebut, terdapat penggunaan kata sensei.

Cuplikan :

Kashiwabara : “Maaf ya… Halaman 31 ada ditangan kalian?” Mari : “Punyaku halaman 26”

Miiko : “Kalau aku, halaman 27, 28, 30” Kashiwabara : “Coba cari disebelah sana?”

Miiko : “Nggak ada di tempatmu, Mari chan? Mari : “Jangan-jangan didudukin Miiko!” Miiko : “Di tempat sensei tak ada ya?”

Kashiwabara : “Tak ada sama sekali! Dimana-mana taka da.. Kok bisa hilang ya?”

Miiko : “Kalau gak dicari, pasti muncul! Biasa deh kalau lupa taruh barang dimana!”

(62)

Pada saat itu, mereka sedang menggambar sketsa komik. Tetapi mereka kehilangan salah satu lembaran sketsa yang sudah mereka selesaikan. Pada situasi ini, Miiko memanggil sang komikus tersebut dengan panggilan sensei. Cuplikan kalimatnya adalah :

“Di tempat sensei tak ada ya?”

Dari cuplikan kalimat percakapan yang diutarakan oleh Miiko diatas, dapat dilihat bahwa kata sensei yang digunakan pada kalimat tersebut, digunakan untuk menyatakan orang yang ahli dibidang seni, yakni komikus. Kata sensei yang digunakan Miiko untuk memanggil Kashiwabara pada percakapan ini, diartikan untuk menyatakan orang yang ahli dibidang seni. Penggunaan kata sensei kepada orang yang berprofesi sebagai seniman ini didukung oleh pernyataan yang terdapat pada kamus Informative Japanese Dictionary, yakni

,学問 ,技術 ,知識 ,持 い

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha,

bengoushi nado wo yobu tokini mo tsukau koto ga arimasu.)

(63)

Tidak hanya pada Kamus Informative Japanese Dictionary saja, pernyataan ini juga didukung dengan pernyataan yang terdapat pada kamus Reikai Shinkokugo, yakni :

(hito wo ashietari shidoushitarisuru tachiba ni aru hito. Sono hito wo uyamatte yobu iikata de futsuu, kyoushiya, isha nado wo sasuga,

geijutsukaya, seijika nado ni mo tsukau.)

“Orang memiliki pendirian yang mengajarkan atau membimbing orang lain. Orang tersebut biasanya berbicara dengan cara yang sopan dan baik, misalnya pengajar / guru, dokter dan juga seniman dan politikus.”

3.4. Menyatakan Orang yang Berprofesi sebagai Pengacara

Untuk menganalisis kata sensei dalam hal menyatakan orang yang berprofesi sebagai pengacara, penulis mengambil cuplikan kalimat dari sebuah artikel yang terdapat pada http://www.rikkyo.ne.jp/grp/rala/natu.htm.    .  Pada

cuplikan artikel ini, diceritakan cara-cara bersosialisasi di jurusan hukum.

Cuplikan artikel itu adalah :

(64)

,自 ,気持 い,次第 え,得 ,出来

,変わ う

“Pada malam hari, Anda harus mengurus suatu tempat untuk berbicara dengan guru dan kepala pengacara, dan OB · OG. Saya pikir isi percakapannya bermacam-macam, dan ada banyak hal yang dapat dipelajari dari sana. Ada tentang keadilan dalah ujian, hukum sekolah, mencari pekerjaan, tetapi itu semua tergantung pada perasaanmu, berubah atau tidak.”

Pada artikel ini, kata sensei digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai pengacara. Hal ini dapat kita lihat pada penggalan kalimat :

, う , 方 い,弁護士先生 う,室長

Pada penggalan kalimat ini tertulis bahwa dibelakang kata 弁 護 牛

(bengoushi) “pengacara” terdapat kata sensei. Kata sensei dalam kalimat ini menjelaskan orang yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Hal ini di dukung dengan pernyataan pada kamus Informative Japanese Dictionary, yakni :

,学問 ,技術 ,知識 ,持 い

(gakumonya, gijutsuya, chishiki nado wo motteite, sore wo hito ni

oshietari shidoushitarisuru hito. Nohoka ni geijutsuka, sejikashi, gakusha,

(65)

“Orang yang mengajarkan atau membimbing orang lain dalam bidang pengetahuan, seni dan informasi. Selain itu panggilan ini juga digunakan kepada seniman, politikus, sarjana / cendikiawan, pengacara dan lain-lain.”

 

Oleh karena itu, penggunaan kata sensei pada kalimat ini digunakan kepada orang yang berprofesi sebagai pengacara.

3.5. Menyatakan Orang yang Ahli dibidang Tertentu

Dalam menganalisis makna kata sensei yang menyatakan orang yang ahli dibidang profesi tertentu ini, penulis menggunakan cuplikan kalimat yang berasal dari website online http://web-japan.org/nipponia/nipponia22/ja/feature/feature08_3.html. Pada website online

tersebut

,安次富紀子先生 い,舞 う,指導 う, う

,真境名 日 い い,最 時 間 い

,稽古 いう

Ajitomi Noriko sensei kara mai no shidou wo ukeru makyuuna san.

Mainichi saiteri san jikan wa keiko wo suru to iu.)

Yang artinya :

(66)

Artikel ini menceritakan tentang tarian tradisional jepang, Ryukyu. Pada artikel ini menceritakan tentang Majina Yukako yang mulai mempelajari tarian tradisional Jepang. Mulai dari ia mempelajarinya, hingga sekarang Ia menjadi kepala sekolah tari tradisional Jepang Ryukyu Shinyo-Ryu. Kata sensei yang digunakan untuk menjelaskan orang yang ahli dalam suatu bidang tidak hanya terdapat pada artikel ini saja, tetapi juga terdapat pada tayangan “TV Champion” yang di tayangkan oleh TV Tokyo, edisi   “増田裕樹 TVチャン オンケ キ職人選手 権 ” yang dirilis pada tanggal 27 November 2011, menayangkan acara

(67)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

(68)

Setelah menganalisis makna dan penggunaan kata sensei pada berbagai data, baik pada komik, artikel maupun video yang ada maka penulis dapat menarik beberapa kesimpulan, yakni :

1. Kata sensei dapat digunakan kepada beberapa orang tertentu dengan profesi yang tertentu pula, yakni kepada :

a. Orang yang berprofesi sebagai pengacara, (terdapat dalam artikel

http://www.rikkyo.ne.jp/grp/rala/natu.htm )

b. Orang yang ahli dalam suatu bidang, misalnya koki yang ahli dalam bidang memasak, (terdapat dalam video TV Champion edisi “増田裕樹 TVチャン オンケ キ職人選手権”)

c. Orang yang berprofesi sebagai seniman, misalnya komikus / penulis komik (terdapat pada cuplikan percakapan komik “Hai, Miiko!” volume 17), penari (terdapat pada cuplikan kalimat pada Nipponnia Online)

d. Orang yang berprofesi sebagai guru atau dosen ataupun tenaga pengajar dalam instansi pendidikan (terdapat pada percakapan dalam buku Minna No Nihongo II bab 38, 40 dan 49)

e. Orang yang berprofesi sebagai dokter (terdapat pada percakapan Minna No Nihongo II bab 32)

2. Kata sensei tidak hanya digunakan kepada orang yang berprofesi dokter maupun guru saja.

Referensi

Dokumen terkait

Kridalaksana (dalam Chaer, 2007:32) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk kerja sama,

yaitu Kata keterangan atau adverbia yang dalam bahasa Jepang disebut Fukushi.. Chotto dalam beberapa kamus, hanya diartikan “ Sebentar;

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA OCHIRU, KOROBU, DAN TAORERU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG.. (DITINJAU DARI

yang mengandung ekspresi kecaman atau perintah (Doraemon terhadap Nobita.. untuk menghentikan suatu perbuatan), oleh karena itu partikel noni dalam kalimat. ini sifatnya hanya

Definisi morfofonemik dalam arti luas menurut Kridalaksana ( 2007 : 185 ), tidak hanya mengacu pada analisis dan klasifikasi berbagai wujud atau realisasi yang

Saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Analisis Jodoushi ~Souda dan ~Youda dalam Bahasa Jepang ditinjau dari Segi Semantik dan Sintaksis ini sepenuhnya

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara Medan Untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam Bidang Ilmu Bahasa Arab1. UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti “marah”, tetapi dalam