ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI DALAM KOMIK DORAEMON (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)
SKRIPSI
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang.
Oleh :
Ira Natasha Naomi P. 050708012
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI DALAM KOMIK DORAEMON (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)
IMIRON KARA MITA DORAEMON MANGA NI OKERU “NONI” NO IMI NO BUNSEKI
SKRIPSI OLEH :
IRA NATASHA NAOMI PURBA 050708012
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi,M.A.
NIP. 19600827 199103 1 001 NIP. 19580704 1984121 001
Prof.Drs.Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D.
DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
Disetujui Oleh :
Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan
Departemen S-1 Sastra Jepang Ketua,
PENGESAHAN
Diterima Oleh
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi
salah satu syarat ujian sarjana Bidang Ilmu Sastra pada Fakultas Sastra
Pada :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Sastra
Dekan,
Prof. Drs. Syaifuddin,M.A.,Ph.D.
NIP : 19650909 199403 1 004
Panitia Ujian
No Nama Tanda Tangan
1 ( )
2 ( )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,
karena hanya atas berkat dan karuniaNya sajalah penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Usaha diiringi doa merupakan dua hal yang memampukan
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi yang berjudul “Analisis Makna Partikel Noni dalam Komik
Doraemon (Ditinjau dari Segi Semantik)” ini penulis susun sebagai salah satu
syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas
Sastra Universitas Sumatera utara Medan.
Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang
sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun
kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan sebagai motivasi.
Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra
Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS., Ph.D., selaku Ketua Program
Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
juga selaku Dosen Pembibmbing II.
3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi,M.A., selaku Dosen Pembimbing I, yang
telah demikian banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing
penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi
ini hingga selesai.
4. Bapak Drs. Nandi S., selaku dosen Penasehat Akademik.
5. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Sastra Jepang S-1 Universitas Sumatera
Utara yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.
6. Kepada Orang Tua Penulis, Bapak Yahya Purba dan Ibunda Murniaty br.
Sidadolog, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis agar penulis selalu
sehat dan telah banyak memberikan dukungan moral dan material yang tidak
tanpa kedua orangtua penulis, penulis tidak akan mampu untuk menjadi
seperti sekarang ini.
7. Kepada saudaraku, El-Roy Banta Purba yang telah mendukung dan memberi
semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Kepada sahabat dan teman-teman penulis di Sastra Jepang Stambuk 2005,
Vika Aprilia, Nurul Huda, Yanti, Putri, Deviani, Lisbeth, Rohani, Herty, Echy,
Eva, Emma, Dewi, Debby, Dian Nita, Dian Eka, Refina Midori, Kalvin,
Marzuki, Bul Ikhsan, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu
per satu.
9. Kedua sahabat penulis sejak SMA, Dina dan Tuty.
Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki
kesalahan pada masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat berguna dan
memberi manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.
Medan, Oktober 2009
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……… i
DAFTAR ISI ……….. iii
BAB I PENDAHULUAN………... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1
1.2 Perumusan Masalah ………. 6
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ………... 6
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………. 8
1.5 Tujuan dan Manfaat ………. 12
1.6 Metode Penelitian ……… 13
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JOSHI (PARTIKEL) DAN SEMANTIK………... 14
2.1 Pengertian Joshi (Partikel) ………... 14
2.2 Pengertian dan Pembagian Setsuzokujoshi ……….. 16
2.3 Pengertian Semantik ……… 17
2.4 Makna partikel noni Secara Umum ………. 23
BAB III ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI ……… 30
3.1 Analisis Makna Partikel noni dalam komik Doraemon Vol. 4 ...…... 30
3.1.1 Partikel noni yang Bermakna “padahal”, “walaupun…tetapi”, “seandainya”……… 30
3.1.2 Partikel noni yang bermakna “untuk..” atau “bertujuan untuk”.. 40
3.2 Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Vol. 5 …… 41
3.2.2 Partikel noni yang bermakna “untuk” atau “bertujuan untuk” ... 46
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 47
4.1 Kesimpulan……….. 47
4.2 Saran ……… 48
DAFTAR PUSTAKA ………. 50
ABSTRAK
ABSTRAK
Bahasa Jepang memiliki banyak perbedaan jika dibandingkan dengan
bahasa Indonesia. Kalimat dalam bahasa Jepang memiliki pola S-O-P, berbeda
dengan struktur kalimat bahasa Indonesia yang berpola S-P-O.
Dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang memiliki partikel (joshi) yang
memiliki fungsi yang bermacam-macam. Joshi (助詞) dalam bahasa Jepang
memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain didalam
sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas
lagi.
Beberapa ciri joshi (partikel) dalam bahasa Jepang diantaranya adalah
bahwa joshi tidak dapat berdiri sendiri (baik menjadi sebuah kata maupun menjadi
sebuah kalimat), tidak berkonjugasi (tidak mengalami perubahan bentuk), tidak
menjadi subjek, objek, keterangan dan predikat didalam sebuah kalimat, selalu
mengikuti kata lain, ada yang mempunyai arti sendiri namun ada juga yang
berfungsi memberi arti pada kata lain.
Meskipun pada dasarnya joshi ini banyak kita temukan didalam sebuah
kalimat bahasa Jepang, namun masih banyak pengguna dan pembelajar bahasa
Jepang yang belum benar-benar memahami makna yang ditunjukkannya dan
bagaimana penggunaannya.
Makna partikel “noni” yang diantaranya adalah :
4. Menunjukkan suatu hal yang bertentangan dengan hal yang telah
5. Jika diletakkan di akhir kalimat, menunjukkan perasaan kecewa atau
ketidakpuasan atas terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “padahal”,
atau “coba kalau”.
6. Menunjukkan suatu tujuan, “untuk”.
Dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari, sebenarnya makna partikel
noni yang secara umum dikenal adalah “meskipun..” atau “walaupun..”, namun
pada kenyataannya partikel ini tidak hanya memiliki makna yang terbatas seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya. “Noni” dalam sebuah kalimat dapat
memperjelas ekspresi dari perasaan si pembicara terhadap lawan bicaranya sesuai
dengan situasi dan kondisi saat terjadinya percakapan tersebut.
Dari ketiga jenis makna tersebut, makna partikel noni yang paling banyak
ditemukan dalam komik Doraemon ini adalah partikel noni yang bermakna
“padahal…”, “Coba kalau…”, dan “untuk…”. Dan kesemuanya merupakan
partikel noni yang mengungkapkan ekspresi tentang ketidakpuasan, kekesalan,
kritik atau kecaman, yang disebabkan oleh fakta yang terjadi (kenyataan) tidak
sesuai dengan apa yang diharapkan dan diprediksi sebelumnya.
Sebaliknya, makna partikel noni yang biasa digunakan dalam percakapan
sehari-hari bahasa Jepang, yaitu “meskipun..” sangat sulit ditemukan dalam komik
Doraemon ini, baik itu pada volume 4 maupun pada volume 5.
Sedangkan jenis partikel noni yang jarang digunakan adalah noni yang
bermakna “untuk…”. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pola kalimat lain yang
maknanya sama dengan partikel noni dalam bahasa Jepang, yakni pola kalimat
menjelaskan “maksud, tujuan untuk…” dan “untuk”. Dan pola kalimat ini pada
umumnya lebih banyak digunakan untuk menyatkan “untuk…” dalam bahasa
Jepang.
Sebagai contoh kalimat seperti pada beberapa cuplikan pada komik
Doraemon Volume 4 hal. 67 sebagai berikut :
女の人 : 「あかんぼのお守、たのんでおいたのに
Dalam kalimat ini makna dari partikel noni sudah cukup jelas terlihat.
Partikel noni disini digunakan untuk menunjukkan kekesalan atau kekecewaan,
dalam hal ini si ibu yang menunjukkan ekspresi kecewanya terhadap anak
laki-lakinya yang tidak mematuhi perintah untuk menjaga adik bayinya.
sudah disuruh menjaga adik, tapi malah pergi!”
Contoh tersebut diatas mewakili beberapa dialog dalam komik Doraemon
yang mengandung partikel noni didalamnya. Partikel noni yang terdapat dalam
sebuah kalimat bahasa Jepang ada kalanya memiliki padanan kata yang tepat jika
diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, seperti pada contoh diatas, partikel noni
dapat diartikan secara langsung sebagai kata “padahal”. Namun, ada pula partikel
noni dalam sebuah kalimat bahasa Jepang yang maknanya tidak bisa terlihat
langsung melalui penerjemahan kata per kata kedalam bahasa Indonesia,
melainkan dengan memahami secara menyeluruh bagaimana situasi dan kondisi
pada saat kalimat tersebut diucapkan oleh si pembicara, dan itu juga tergantung
pada perasaan si pembicara. Dalam hal ini, partikel noni lebih merujuk pada
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bahasa sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia
sehari-hari untuk mengkomunikasikan pikiran, hasrat, keinginan dan maksud
kepada lawan bicaranya guna mencapai tujuan yang diharapkan.
Kridalaksana (2005:3) menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem tanda
bunyi yang disepakati bersama untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok
masyarakat tertentu dalam bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.
Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi verbal yang paling utama dalam
aktivitas hidup manusia, bahasa sebagai suatu sistem tanda maksudnya adalah
bahwa bahasa mewakili sesuatu, memiliki makna dan berkaitan dengan segala
aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat yang menggunakannya.
Disamping itu, bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya,
diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan
antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa
berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna
tertentu (Chaer, 2004:12).
Sifat lain dari bahasa adalah bahwa bahasa bersifat dinamis. Artinya
bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang
sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahasa dapat mengalami perubahan seiring dengan
Di era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan teknologi membuat
masyarakat dunia mulai menyadari peran penting bahasa sebagai kunci untuk
mengenal dan mengetahui hal-hal yang ada diluar lingkungannya. Manusia mulai
merasa butuh untuk mempelajari bahasa-bahasa lain diluar bahasanya sendiri guna
mencapai kemajuan yang lebih baik lagi didalam berbagai bidang kehidupan
manusia secara keseluruhan.
Akibat perkembangan teknologi dan globalisasi yang sangat pesat inilah
bahasa Jepang mulai menjadi bahasa asing yang cukup diminati di dunia setelah
bahasa Inggris. Hal ini juga tidak terlepas dari keberhasilan negara Jepang sebagai
salah satu negara di Asia yang memiliki dominasi yang cukup kuat dalam bidang
perindustrian dan ekonomi di dunia.
Bahasa Jepang memiliki banyak perbedaan jika dibandingkan dengan
bahasa Indonesia. Kalimat dalam bahasa Jepang memiliki pola S-O-P, berbeda
dengan struktur kalimat bahasa Indonesia yang berpola S-P-O.
Dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang banyak memiliki partikel (joshi)
yang memiliki fungsi yang bermacam-macam pula. Joshi (助詞) dalam bahasa
Jepang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain
didalam sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi
lebih jelas lagi ( Sudjianto, 2004: 181).
Beberapa ciri joshi (partikel) dalam bahasa Jepang diantaranya adalah
bahwa joshi tidak dapat berdiri sendiri (baik menjadi sebuah kata maupun menjadi
sebuah kalimat), tidak berkonjugasi (tidak mengalami perubahan bentuk), tidak
mengikuti kata lain, ada yang mempunyai arti sendiri namun ada juga yang
berfungsi memberi arti pada kata lain (Situmorang, 2007:50).
Meskipun pada dasarnya joshi ini banyak kita temukan didalam sebuah
kalimat bahasa Jepang, namun masih banyak pengguna dan pembelajar bahasa
Jepang yang belum benar-benar memahami makna yang ditunjukkannya dan
bagaimana penggunaannya.
Berdasarkan fungsinya joshi dapar dibagi kedalam beberapa jenis,
diantaranya adalah Kakujoshi (格助詞), Setsuzokujoshi (接続助詞), Fukujoshi
(副助詞), dan Shuujoshi (終助詞). Umumnya bagi orang yang baru mempelajari
bahasa Jepang akan sedikit mengalami kesulitan dalam memahami makna dari
keempat jenis joshi ini didalam sebuah kalimat, namun dalam hal ini akan dibahas
secara khusus untuk jenis partikel setsuzokujoshi.
Sudjianto dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang
(2004:181).menjelaskan bahwa:
“ Setsuzokujoshi adalah partikel yang letaknya setelah doushi (kata kerja) dan keyoushi (kata sifat) atau setelah jodoushi (salah satu kelas kata yang dapat berubah bentuknya), untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang berikutnya”
Beberapa partikel yang termasuk kedalam jenis partikel Setsuzokujoshi
diantaranya adalah ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, nagara, node,
-noni dan sebagainya.
Contoh penggunaan setsuzokujoshi dalam kalimat:
• こ の ボ タ ン を 押 す と 、 切 符 が 出 ま す 。
Kono botan wo Osuto, kippu ga demasu.
(Minna no Nihongo I, 1998:194)
• こ の 頃 昼 は 暖 か い ん で す が 、 夜 は 寒 く な り ま し た 。
Konogoro hiru wa atatakai-n desu ga
Akhir- akhir ini panas di siang hari,
, yoru wa samuku narimashita.
tetapi
(Chino, 1991: 13)
menjadi dingin di waktu malam.
• あのレストランは安いから、
Ano resutoran wa yasui
いつもこんでいます。
kara, itsumo konde imasu.
Karena
(Chino, 1991:55)
murah, restoran itu selalu dipenuhi pengunjung.
• 毎日運動しているのに、全然痩せなかった。
Mainichi undoushite iru noni, zenzen yasenakatta.
Walaupun
(http://www.tutorial.yumeko.web.id/compound.html)
berolahraga tiap hari, tapi tidak tambah kurus sedikitpun.
Dari beberapa contoh kalimat tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan
setsuzokujoshi menjadi penghubung antara satu kata ke kata berikutnya dalam
sebuah kalimat, baik itu menunjukkan pengandaian, hubungan pertentangan, dan
sebagainya. Namun dalam penelitian ini secara khusus akan membahas lebih
mendalam mengenai partikel –noni (のに) , baik itu dari segi penempatannya
hanya bermakna “walaupun” atau masih memiliki makna lainnya sesuai dengan
konteks kalimatnya.
Chandra (2005: 69) menyatakan bahwa, secara umum partikel のに
memiliki beberapa fungsi dalam kalimat bahasa Jepang, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Menunjukkan suatu hal yang bertentangan dengan hal yang telah
disebutkan sebelumnya. Dalam bahasa Indonesia berarti “Meskipun…”.
Contoh :
かれ
,彼は体が大きいのに
Kare wa karada ga ookii
、力がありません。
noni
(
, chikara ga arimasen.
Meskipun
2. Jika diletakkan di akhir kalimat, menunjukkan perasaan kecewa atau
ketidakpuasan atas terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang
diharapkan. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “padahal…,
coba kalau….”
badannya besar, tetapi tidak ada tenaganya.)
Contoh:
3. Menunjukkan suatu tujuan, “untuk…”
saya sudah mengatakannya berkali-kali).
Contoh :
治るのに
Naoru
あと四五日もかかるかもしれません。
(Untuk
Dari beberapa contoh kalimat diatas dapat dilihat bahwa partikel のに
menunjukkan makna yang beragam. Hal ini memnumbuhkan ketertarikan untuk
membahas pemakaian dan makna partikel のに ini didalam kalimat-kalimat
percakapan antar tokoh dalam komik Doraemon tersebut.
sampai sembuh mungkin membutuhkan waktu empat sampai lima
hari.)
Dalam hal ini pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan
linguistik khususnya bidang Semantik. Hal inilah yang melatarbelakangi
penulisan proposal penelitian ini.
1.2 Perumusan Masalah
Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya akan
dibatasi dalam beberapa hal saja. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah makna dan fungsi partikel -noni?
2. Bagaimanakah penggunaan partikel -noni dalam komik Doraemon vol.4
dan 5?
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Penelitian ini difokuskan kepada pembahasan atau masalah yang
berhubungan dengan makna dan fungsi dari partikel –noni yang ada didalam
kalimat bahasa Jepang dalam komik Doraemon.
Dalam hal ini, analisis yang dilakukan terhadap komik Doraemon hanya
ditemukan cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung partikel noni ini, dan
penyebarannya di kedua volume ini cukup merata. Adapun jumlah partikel noni
yang ditemukan dalam komik Doraemon Volume 4 dan 5 ini adalah sebanyak 20
buah.
Sebagai contoh, cuplikan kalimat percakapan yang mengandung partikel
noni dalam komik Doraemon Volume 4:
お父さん: 「いやだったのに
Walaupun aku tak suka..!”
Pada dasarnya partikel selalu diletakkan di pertengahan kalimat, (yang
fungsinya sebagai kata penghubung atau penyambung sebuah kata dengan kata
berikutnya dalam kalimat tersebut), namun ada kalanya juga partikel tidak
diletakkan di tengah kalimat tetapi di akhir kalimat dan makna dari partikel
tersebut sudah berubah. Hal ini merupakan salah satu topik pembahasan yang
akan dibahas lebih mendalam. Demikan pula halnya dengan partiikel -noni, pada
saat kapan partikel ini bermakna “walaupun”, dan pada saat kapan bermakna
“padahal” atau “untuk”.
Oleh karena itu ada baiknya jika membatasi permasalahan yang akan
dibahas nantinya. Beberapa pembahasan yang akan menjadi batasan permasalahan
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Jenis-jenis joshi dalam bahasa Jepang
2. Makna dan fungsi partikel -noni
1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1. Tinjauan Pustaka
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa bahasa Jepang adalah
bahasa yang memiliki keunikan, salah satunya adalah bahwa bahasa Jepang
mengenal penggunaan partikel (joshi) didalam gramatikalnya. Joshi dalam bahasa
Jepang memiliki peran yang cukup penting dalam menghubungkan satu kata
dengan kata lainnya didalam sebuah kalimat (tertulis maupun lisan) bahasa Jepang
agar makna dan maksud dari kalimat tersebut menjadi lebih jelas.
Joshi (助詞) dalam bahasa Jepang adalah kata yang berfungsi sebagai
penggabung antar kata dan merupakan hubungan frasa yang menunjukkan
objeknya. Joshi merupakan tambahan dan tidak berkonjugasi (berubah bentuk).
(www.wiktionary.org)
Secara umum, (dalam www.wiktionary.org), joshi dalam bahasa Jepang
berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:
a. 格助詞 (Kakujoshi)
yaitu partikel yang tidak mengalami perubahan, dan menunjukkan hubungan
makna dalam sebuah kalimat.
Contoh:
-が、-の、 -に、-を、 -へ、-と、-より、-から、-にて、-して.
b. 並立助詞 (Heiritsujoshi)
yaitu partikel yang mendampingkan dua buah benda dalam sebuah kalimat.
Contoh : -に、 -と、 -やら.
yaitu partikel yang ditambahkan di akhir sebuah kalimat atau paragraf, dapat
menambahkan makna berupa pertanyaan, larangan, maupun kesan.
Contoh :
-かしら、 -か、-な、 -なあ、-の、ぞ、とも、よ、ね、わ、さ.
d. 副助詞 (Fukujoshi)
yaitu partikel yang secara keseluruhan berfungsi layaknya seperti kata
keterangan atau adverbia yang muncul dibelakang kakujoshi, kata keterangan
(adverb) maupun kata benda.
Contoh:
は、も、こそ、さえ、でも、しか、まで、ばかり、だけ、ほど、くらい(
ぐらい) 、など、なり、やら、か dan ずつ.
e. 接続助詞 (Setsuzokujoshi)
yaitu partikel yang berfungsi sebagai penghubung yang menunjukkan kaitaan
antara kalimat dan kalimat berikutnya.
Contoh :
-ば、-と、けれども、けれど、が、から、-し、ても (でも) 、て(で)
、ながら、たり(だり) 、 -のに、dan -ので.
Sedangkan menurut Hirai (dalam Sudjianto, 2004: 181), joshi terbagi
kedalam 4 jenis, yaitu:
a. 格助詞 (Kakujoshi)
Joshi yang termasuk dalam Kakujoshi ini pada umumnya dipakai setelah
nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata
Contoh Kakujoshi:
が、の、を、に、へ、と、より、から、で dan や.
b. 接続助詞 (Setsuzokujoshi)
Joshi yang termasuk Setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (doushi,
i-keyoushi, dan na-keiyoushi). Atau setelah Jodoushi (kata kerja bantu) untuk
melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada
bagian berikutnya.
Contoh Setsuzokujoshi:
ば、と、けれども、けれど、が、から、し、ても(でも)、て(で)
、たり(だり) 、のに、dan ので.
c. 副助詞 (Fukujoshi)
Jenis joshi ini dipakai setelah berbagai macam kata. Seperti kelas kata
Fukushi (adverbia), fukujoshi berkaitan erat dengan kata berikutnya.
Contoh Fukujoshi:
は、も、こそ、さて、でも、しか、まで、ばかり、だけ、ほど、くらい(
ぐらい) 、など、なり、やら、か dan ずつ.
d. 終助詞 (Shuujoshi)
Joshi yang termasuk dalam Shuujoshi ini pada umumnya dipakai pada
berbagai macam kata di akhir kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan,
larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya.
Contoh Shuujoshi:
Dari penjelasan tersebut dapat terlihat jelas bahwa inti dari pembahasan
penelitian ini, yaitu pada partikel -noni merupakan partikel yang tergolong
kedalam jenis partikel Setsuzokujoshi (接続助詞).
2. Kerangka Teori
Karena pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang makna
partikel -noni, maka dalam penelitian ini akan digunakan teori-teori ilmu
linguistik khususnya yang mengkaji tentang makna, yaitu Semantik.
Ridwan (1995:1) menyatakan bahwa
“Linguistik adalah studi, kajian, atau ilmu yang objeknya adalah bahasa.”
Kridalaksana (2005: 7) mengemukakan bahwa linguistik adalah ilmu
tetntang bahasa.
Ilmu Linguistik sering juga disebut “Lingustik umum” karena linguistik itu
tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa
pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. (Chaer,
2007:3).
Secara garis besar, linguistik diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu
intralinguistik dan ekstralinguistik. Intralinguistik didalamnya mencakup kajian
Morfologi, Semantik, Sintaksis dan Fonologi. Sedangkan ekstralinguistik
mencakup kajian sosiolinguistik dan psikolinguistik.
Salah satu disiplin ilmu dalam linguistik yang membahas tentang makna
adalah Semantik. Verhaar dalam Asas-asas Linguistik Umum (1996:13)
“Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas arti atau makna.”
Kemudian dalam Encyclopedia Britanica dalam Pateda (2001: 7)
dikemukakan bahwa:
“Semantik adalah studi tentang hubungan anatara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.”
Kemudian Aminuddin (2001:15) mengemukakan bahwa:
“Semantik mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian ‘studi tentang makna’ ”.
Dalam bahasa Jepang, Sutedi (2003:103) menyatakan bahwa Semantik
(意味論/ Imiron) merupakan cabang ilmu linguistik yang memegang peranan
yang sangat penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain
hanya untuk menyampaikan suatu makna.
Menurut Sutedi, Objek kajian Semantik antara lain adalah makna kata (go
no imi), relasi makna (go no imi kankei), makna frase dalam suatu idiom (ku no
imi), dan makna kalimat (bun no imi).
1.5 Tujuan dan Manfaat
1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan partikel -noni dalam kalimat
2. Untuk mengetahui apa sajakah makna dan fungsi partikel -noni dalam
komik Doraemon Vol. 4 dan 5.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Dapat mengetahui bagaimanakah penggunaan partikel -noni didalam
kalimat bahasa Jepang.
2. Dapat mengetahui apa saja makna dan fungsi partikel -noni dalam bahasa
Jepang dalam komik Doraemon Vol. 4 dan 5.
1.6 Metode Penelitian
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan adalah teknik
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku
ataupun artikel-artikel yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian.
(Wirartha, 2005: 36)
Sedangkan teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan
teknik deskriptif, yaitu dengan memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian
BAB II
TINJAUAN UMUM TENTANG JOSHI (PARTIKEL) DAN SEMANTIK
Pengertian Joshi (Partikel)
Pengertian joshi jika dilihat dari asal katanya adalah:
助 : jo , tasukeru yang berarti “bantu”
詞 : shi, kotoba yang berarti “kata”
Jadi 助詞 berarti “kata bantu”
Sudjianto (2004:181) mengemukakan bahwa joshi (助詞) adalah kelas
kata yang termasuk kedalam fuzokugo (kata yang tidak mengalami perubahan
(konjugasi), yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan
antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut
agar lebih jelas lagi. Menurut fungsinya, joshi terbagi kedalam 4 jenis, yaitu
kakujoshi, setsuzokujoshi, fukujoshi, shuujoshi.
Sedangkan menurut Chino (2006: vii) menyatakan bahwa sebuah partikel
mungkin dapat didefenisikan sebagai bagian yang tak dapat ditafsirkan dalam
sebuah percakapan, memiliki kemutlakan arti tersendiri yang bebas ikatan,
melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan, yang dengan
demikian, ia menempatkan dirinya dalam sebuah konteks. Oleh karena itu,
suatu kata yang hanya terdiri dari partikel saja mungkin tidak akan bermakna
apa-apa.
Situmorang (2007:50) juga mengemukakan beberapa cirri-ciri joshi,
1. Tidak dapat berdiri sendiri
2. Tidak berkonjugasi
3. Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam kalimat
4. selalu mengikuti kata lain
Situmorang juga membagi joshi kedalam 4 jenis, yaitu:
1. kakujoshi
Beberapa contohnya adalah の、を、に、で、より、から、が、は、まで.
2. fukujoshi
Beberapa contohnya adalah だけ、ほど、くらい、など.
3. setsuzokujoshi
Beberapa contohnya adalah けれど、ので、のに、から.
4. shuujoshi
Beberapa contohnya adalah か、ね、な.
Sedangkan dalam (www.genji54.comcjapanesepostpositions.htm.)
dijelaskan bahwa ada 6 jenis joshi dalam bahasa Jepang, yaitu:
1. Menerangkan sebab: 格助詞 (Kaku Joshi)
2. Penghubung : 接続助詞 (Setsuzoku Joshi)
3. Adverbia atau keterangan : 副助詞 (Fuku Joshi)
4. Penegasan dan Interogatif: 係助詞 (Kakari Joshi)
5. Akhir kalimat : 終助詞 (Shu Joshi)
Pengertian dan Pembagian Setsuzokujoshi
Secara etimologi, setsuzokujoshi dilihat dari hurufnya sebagai berikut:
接続助詞, 接続(setsuzoku) berarti menyambung, menghubungkan,
menggabungkan.
Sedangkan 助詞 (joshi) berarti partikel.
Jadi, setsuzokujoshi secara etimologi berarti partikel yang berfungsi untuk
menggabungkan, dan menghubungkan antara satu kata dengan kata lainnya dalam
sebuah kalimat.
Sedangkan menurut Sudjianto (2004:181) dinyatakan bahwa
setsuzokujoshi adalah joshi (partikel) yang dipakai setelah doushi (kata kerja) dan
keiyoushi (kata sifat), atau setelah jodoushi (kata kerja bantu) untuk melanjutkan
kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian
berikutnya.
Defenisi Semantik
Jenis Makna
Kata “semantik” sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada
studi tentang makna (arti). Semantik sebagai sub disiplin ilmu linguistik muncul
pada abad ke-19. C. Reisig menyebutkan semantik dengan istilah “semasiologi”,
yaitu sebuah studi tentang makna. (Pateda, 2001:3).
Sedangkan dalam Ensiklopedia Britanica (dalam pateda, 2001:7)
dinyatakan bahwa semantik adalah studi tentang hubungan antara satu pembeda
linguistic dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.
Semantik sebagai salah satu sub disiplin linguistik yang membahas tentang
bagaimana makna yang terdapat dalam sebuah proses pemaknaan baik pada pihak
si pembicara maupun si pendengar dalam sebuah pembicaraan.
Dalam perannya untuk membahs tentang makna, beberapa pakar linguistik
telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya
masing-masing.
Leech, (2003:19) membedakan makna kedalam 7 tipe, diantaranya:
1. Makna Konseptual
Disebut juga sebagai makna denotatif atau makna kognitif. Dalam
pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral dalam
komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual
2. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut
apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual.
3. Makna Stilistik dan Afektif
Merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial
penggunanya. Makna ini terbentuk dari pandangan terhadap aspek
komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan.
4. Makna Refleksi dan Makna Kolokatif
Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual
ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kita
terhadap pengertian lain.
Makna Kolokatif merupakan makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi
yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang
cenderung mucul didalam lingkungannya.
5. Makna Asosiatif
Makna reflektif dan makna kolokatif, makna afektif dan makna stilistik:
kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna
konseptual, semua jenis makna tersebut memiliki karakter terbuka, tanpa
batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak
dan bukannya suatu analisis yang diskret. Kesemua tipe makna ini bisa
disatukan kedalam satu kategori besar, yaitu makna asosiatif.
6. Makna Tematik
Merupakan makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau penulis
Sedangkan Chaer (1994: 289) mengemukakan beberapa jenis makna,
diantaranya:
1. Makna Leksikal
Merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa
konteks apapun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah
makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera
akita, atau makna yang apa adanya. Oleh karena itulah, barangkali banyak
orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada
didalam kamus.
2. Makna Gramatikal
Makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi,
reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi
prefiks “ber-“ dengan “baju” melahirkan makna gramatikal “mengenakan
baju”.
3. Makna Kontekstual
Makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks.
Misalnya dalam kalimat:
• Adik jatuh dari sepeda. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah.)
• Dia jatuh dalam ujian yang lalu. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti mengalami kegagalan.)
4. Makna Referensial
Makna referensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada
acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah, dan
sebagainya.
5. Makna Non Referensial
Makna non refernsial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau
referensi. Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata
yang tidak bermakna referensial, karena tidak mempunyai referens.
6. Makna Denotatif
Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya
yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini
sama dengan makna leksikal.
7. Makna Konotatif
Makna konotatif merupakan makna makna lain yang ditambahkan pada
makna denotatif yang ada pada sebuah leksem.
8. Makna Konseptual
Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada
dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna yang sebenarnya.
9. Makna Asosiatif
Merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkaitan
dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar
bahasa. Misalnya kata “merah” berasosiasi denngan “keberanian”, kata
10.Makna Kata
Makna kata adalah makna yang lebih jelas yang dimiliki oleh suatu kata
jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks
situasinya.
11.Makna Istilah
Merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan,
meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa
istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Namun
perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada
bidang-bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.
12.Makna Idiom
Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari
makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.
13.Makna Peribahasa
Makna peribahasa merupakan makna yang masih bisa ditelusuri atau
dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna
asli dengan makna peribahasa.
Sedangkan Sutedi (2003:106) mengemukakan beberapa jenis makna dalam
bahasa Jepang, diantaranya adalah:
1. Makna Leksikal
Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut juga dengan Jishoteki-imi
kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil
pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya.
2. Makna Gramatikal
Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi
(文法的意味), yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam
bahasa Jepang, joshi 「助詞」(partikel) dan jodoushi 「助動詞」(kopula)
tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab
baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat.
3. Makna Denotatif
Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki-imi (明示的意味)
atau gaien (外延). Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan
dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan
dengan analisis komponen makna.
4. Makna Konotatif
Dalam bahasa Jepang disebut anjiteki-imi (暗示的意味) atau naihou (内包),
yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan
lawan bicaranya.
5. Makna Dasar
Makna dasar disebut dengan kihongi (基本義), makna dasar merupakan
makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud
adalah makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.
Makna perluasan disebut tengi (転義) yakni merupakan makna yang
muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya adalah
akibat penggunaan secara kiasan (majas).
Makna Partikel noni Secara Umum
Chino (1991:83) menyatakan bahwa partikel noni memiliki tiga makna,
yaitu:
1. Dipakai diantara dua klausa untuk menunjukkan bahwa antara keduanya
berlawanan arti, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya adalah
“walaupun, namun kenyataannya”.
Contoh:
, tabako bakari suttee imasu.
Walaupun
2. Dipakai pada sebuah akhir kalimat, menunjukkan perasaan tidak puas, jika
diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya adalah “namun kenyataannya,
walaupun begitu.”
Ikeda sedang batuk karena flu, namun ia terus merokok.
Contoh:
勉強をしなさいと言ったのに
Benkyou wo shinasai to itta
。。。
noni…
Walaupun
3. Menunjukkan makna “tujuan”, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia,
artinya adalah “dalam rangka untuk…”, “untuk…”.
saya sudah memberitahumu untuk belajar, tapi nyatanya…
漢字を覚えるのに
Kanji wo oboeru
いい方法を教えてください。
noni
Tolong beritahu saya cara yang baik
ii houhou wo oshiete kudasai.
untuk menghafal huruf Kanji.
Sedangkan Chandra (1993:69) menyebutkan makna partikel noni sebagai
berikut:
1. Partikel noni digunakan untuk menunjukkan suatu hal yang bertentangan
dengan hal yang telah disebutkan sebelumnya. Dapat diartikan sebagai;
“meskipun” dan “padahal….., tetapi…”.
Noni diletakkan setelah kata “na” untuk kata sifat golongan II (Keiyoudoushi)
dan kata benda (meishi).
Contoh:
熱があるのに
Netsu ga aru
、外出しています。
noni, gaishutsu shite imasu.
Meskipun
2. Partikel noni, jika diletakkan di akhir kalimat, dipakai untuk menunjukkan
perasaan kecewa/tidak puas, karena terjadinya sesuatu yang tidak sesuai
dengan apa yang diharapkan, dapat diartikan sebagai “padahal…”, “coba
kalau…”, “alangkah baiknya kalau….”. ia demam, tetapi ia pergi keluar.
Contoh:
もう少し勉強したら、しけんにパスしたのに
Mou sukoshi benkyoushitara, shiken ni pasu shita 。
noni.
Coba kalau
Contoh:
お菓子を作るのに
Okashi wo tsukuru
砂糖を使います。
noni satou wo tsukaimasu.
Untuk membuat kue memakai gula.
Dalam kamus pola kalimat bahasa Jepang (Bunkei Jiten, 1998:472-475)
dijelaskan bahwa partikel noni dapat diikuti oleh jenis-jenis kata berikut ini:
- Kata benda / Kata sifat “na-” + na noni
- Kata sifat “i-“/ bentuk “-katta” + noni
- Kata kerja bentuk biasa “-ru”(non lampau) dan “-ta”(lampau)
Untuk selanjutnya, bagaimana makna dan arti partikel noni ini jika diletakkan
dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, dapat dilihat sebagai berikut:
1. …. noni (文中/ tertulis, dalam dokumen)
Dalam sebuah paragraf, bentuk “X noni Y”, Y menunjukkan hasil yang
tidak sesuai dengan apa yang ditafsirkan dari X. X dan Y mewakili fakta atau
kenyataan yang terjadi di akhir, namun Y menunjukkan fakta yang masih belum
pasti, mengandung keragu-raguan, apakah itu pertanyaan, instruksi (perintah) atau
permintaan.
Adapun partikel noni dalam 文中 ini, dibagi lagi menjadi beberapa jenis
berdasarkan emosi dan nuansa yang ditunjukkan oleh si pembicaranya. Yaitu :
a.) … noni (逆原因/ Penyebab atau faktor yang berkebalikan/
berlawanan)
Contoh :
Ame ga futte iru noni dekakete itta.
Meskipun hujan, dia pergi keluar.
Pada “X noni Y” diantara X dan Y, jika ada suatu hubungan sebab
akibat, dan apabila dalam hubungan sebab akibat tersebut tidak
mengandung petunjuk dalam penggunaannya. Sebagai contoh,
kalimat (1) tersebut menunjukkan pertentangan pada kondisi yang
terjadi biasanya bahwa pada saat hujan, umumnya atau normalnya
yang terjadi adalah orang tidak keluar rumah. Oleh karena itu
kalimat ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut tidak membentuk
hubungan kausal sebab, sebaliknya menunjukkan hubungan yang
bertolak belakang atau bertentangan.
b. ….noni (対比/ hubungan yang berlawanan, kontras, perbandingan,)
Digunakan untuk menunjukkan hubungan yang bersifat kontradiktif
atau berlawanan dan bukan menunjukkan hubungan sebab akibat antara X dan Y.
Sebagai contoh yang tidak tepat,
(2) 「日本語が上手でない」
“Nihongo ga jouzu de nai”
Tidak mahir berbahasa Jepang
「 英語がうまい」
“Eigo ga umai”
Kedua kalimat ini mengandung unsur X dan Y yang dihubungkan
oleh hubungan yang berlawanan atau bertentangan. Apabila
digabungkan menjadi sebuah kalimat seperti,
「あの中国人は日本語が上手でないので英語がうまい」maka
tidak menunjukkan hubungan yang bersifat sebab akibat. Karena
kalimat ini akan menjadi rancu jika dihubungkan dengan partikel
node (karena).
Dalam hal ini, noni merupakan kemungkinan partikel yang paling
tepat untuk digunakan seperti halnya juga pada partikel keredomo
atau ga yang menunjukkan hubungan pertentangan. Noni
menghubungkan dugaan yang biasa antara X dan Y dan terkadang
dapat juga menimbulkan perasaan dan nuansa yang agak “aneh” atau
“ganjil” terhadap si pembicara.
Maka kalimat (2) ini dapat dibenarkan menjadi
「あの中国人は日本語があまり上手でないのに
“Ano chuugoku jin wa nihongo ga amari jouzu denai
、英語がうま
い」
noni,
Orang China itu tidak begitu pintar berbahasa Jepang,
eigo ga
Menunjukkan penggunaan partikel noni dalam kalimat yang
mengandung perasaan atau ekspresi bahwa fakta yang terjadi tidak
Contoh :
(3) 合格すると思ったいたのに
Goukaku suru to omotta ita
、不合格だった。
noni, fugoukaku datta.
Padahal saya pikir saya akan lulus, ternyata tidak lulus.
Dari kalimat di atas terlihat jelas bagaimana perasaan si pembicara
terhadap kenyataan atau fakta yang terjadi. Mungkin karena
sebelumnya ia (si pembicara) merasa sudah melakukan persiapan
yang cukup matang untuk menghadapi ujian tersebut, namun
benar-benar diluar dugaannya ternyata dia tidak lulus karena faktor dan alas
an yang kurang jelas.
2. …..noni (文末/ di akhir kalimat)
Partikel noni yang diletakkan di akhir sebuah kalimat menunjukkan nuansa
yang hampir sama dengan noni yang bermakna “予想外” (tak terduga), namun
dalam hal ini, partikel noni yang terletak di akhir kalimat lebih menunjukkan
penekanan terhadap kritikan atau kecaman terhadap perasaan tidak puas atau
perasaan kecewa atas terjadinya suatu hal yang tidak sesuai dengan harapan si
pembicara.
Contoh:
(4) もっと早く出発すればよかったのに
Motto hayaku shuppatsu sureba yokatta
。
noni.
Dari kalimat di atas terlihat bagaimana kekecewaan si pembicara yang
menyatakan “coba kalau berangkat lebih cepat…”. Menunjukkan penyesalan dan
kekecewaannya karena ia tidak berangkat lebih cepat sehingga menyebabkan
suatu kerugian ataupun hal yang tidak baik yang tidak ia duga sebelumnya.
3. …. V-ru + noni …. (untuk ….)
dalam hal ini partikel noni dapat bermakna “untuk” apabila diikuti oleh verba
bentuk kamus (動詞の 辞書形 ). Makna partikel noni disini hampir sama
fungsinya dengan pola kalimat “….するために” (… suru tame ni), yang juga
BAB III
ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI
Sebelumnya pada Bab II telah dijelaskan partikel noni merupakan bagian
dari kelas kata joshi atau partikel, khususnya setsuzokujoshi. Oleh karena itu pada
bab III ini akan dicoba menganalisis pemakaian partikel noni yang terdapat dalam
manga (komik) Doraemon Volume 4 dan 5, berdasarkan beberapa pendapat dari
beberapa pakar yang telah dijabarkan sebelumnya.
Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Volume 4
Partikel noni yang Bermakna “padahal”, “walaupun…tetapi…”, “seandainya…”
Contoh : (1) Ayah Giant mengajak ayah Nobita untuk bertarung: (Hal. 27)
Ayah Giant : 「そりゃ!」
“Sorya!”
“Ini dia! (Rasakan ini!)”
Ayah Nobita : 「いやだったのに
“Iyadatta
! 」
noni
“
!”
Walaupun
Analisis :
Pada contoh (1), kalimat diatas diambil dari percakapan antara ayah
Nobita dan ayah Giant. Partikel noni yang terlihat dalam percakapan terdapat
dalam kalimat yang diucapkan oleh ayah Nobita. Noni dalam kalimat ini
mengandung ungkapan atau ekspresi ketidaksenangan atau perasaan enggan.
Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sesungguhnya ayah Nobita tidak suka jika harus
berkelahi dengan ayah Giant. Dan penggunaan partikel noni disini sudah tepat
sesuai dengan situasi terjadinya percakapan tersebut. Penggunaan partikel noni
disini sudah tepat sesuai dengan teori (Chino, 1991: 87) yang mengemukakan
bahwa partikel noni digunakan di akhir kalimat untuk mengungkapkan perasaan
tidak puas dan kecewa, dapat diartikan sebagai “walaupun…, namun nyatanya…”
Contoh : (2) Nobita berteriak pada boneka mainannya yang menyerang Suneo.
(Hal. 35)
sudah dikatakan, berhenti!”
Pada contoh (2) diatas, dari kalimat ini dapat diketahui bahwa Nobita
sedang kewalahan dalam mengendalikan mainannya (dalam hal ini mainan yang
dimaksud adalah boneka yang bisa bergerak yang dipinjamkan Doraemon kepada
Nobita), yang diluar dugaan, sedang mengejar dan menyerang Suneo temannya,
hingga berlari ketakutan. Penggunaan partikel noni disini dapat dilihat sebagai
pada saat mainannya berbuat rusuh dan mengejar Suneo, yang membuat Nobita
terkejut dan menyuruh mainannya itu untuk berhenti mengejar Suneo, tapi
boneka-boneka itu tidak juga mau berhenti. Dan pemakaian partikel noni disini
sudah tepat karena sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh
(Sunakawa, 1998: 474).
Contoh : (3) Ibu berbicara pada Doraemon untuk meminta bantuannya
menyiram halaman depan rumah. (Hal.36)
Ibu : 「水まきしてくれない?」
“Sui makishite kurenai?”
“Maukah membantu menyiram?”
Doraemon : 「僕はいそがしいのです。ううむ。。むずかしい!」
“Aku sedang sibuk… Umm, susah sekali!”
Ibu : 「のびちゃんにたのんどいたのに
“Nobicchan ni tanondoita
、どっかへ行っち
ったきり、帰らないし。」
noni
“Mau minta tolong pada Nobita,
, dokka e icchatakiri,
kaeranaishi.”
tetapi
Analisis :
kenapa sampai
sekarang belum pulang ya..?”
Dalam kalimat ini, makna partikel noni yang terdapat didalamnya adalah
“tetapi” saja. Karena dalam kalimat ini kata “tetapi” bukan merujuk pada suatu
hubungan pertentangan atau berlawanan. Sesungguhnya kalimat ini lebih
mengarah kepada ekspresi kecewa karena hal yang diniatkan oleh ibu (menyuruh
Nobita untuk menyiram) tidak dapat terealisasi karena Nobita tidak ada dirumah.
Sebaiknya, akan lebih tepat lagi jika di awal kalimat ditambahkan dengan kata
“padahal…” kemudian diikuti “tetapi…”. Dengan begini makna yang terkandung
dalam kalimat tersebut akan terasa lebih jelas. Hal ini sesuai dengan teori yang
dikemukakan dalam Bunkei Jiten (Sunakawa, 1998:473).
Contoh : (4) Doraemon berteriak kepada Nobita (Hal. 37)
Doraemon : 「何するんだよ。」
“Nani surundayo?”
“Apa yang kau lakukan?”
「あと、ひといきだったのに
“Ato, hitoiki datta
!」
noni
“
”
Padahal tinggal satu tarikan nafas lagi!”
Analisis :
Dalam kalimat diatas, sebenarnya makna kalimat ini belum terlihat jelas.
Karena jika diterjemahkan secara langsung kedalam bahasa Indonesia,
“あと、ひといきだったのに” berarti “Padahal tinggal satu tarikan nafas lagi”,
sebenarnya makna yang tersirat dari kalimat tinggal satu tarikan nafas lagi dalam
kalimat ini tidak dapat langsung terlihat hanya dengan menerjemahkan secara
langsung, tapi fungsi partikel noni yang terdapat didalamnya tidak berubah.
Doraemon yang marah berteriak pada Nobita karena puzzle yang sudah
disusunnya sejak tadi dirusak begitu saja oleh Nobita. Dalam hal ini partikel noni
menunjukkan ungkapan kekecewaan dan kekesalan yang begitu dalam dari
Doraemon terhadap Nobita karena sudah melakukan hal buruk yang merugikan
dia. Penggunaan partikel noni dalam kalimat ini sudah tepat sesuai dengan teori
(Chandra, 1993: 71) yang menyatakan bahwa partikel noni yang terleetak di akhir
kalimat jika diikuti oleh verba bentuk “-ta” (lampau) akan menunjukkan ungkapan
perasaan kecewa dan tidak puas dari si pembicara terhadap suatu keadaan yang
tidak sesuai dengan yang diharapkannya.
Contoh : (5) Nobita berteriak pada Doraemon. (Hal. 38)
ドラえもん : 「ね、ね、そうだんにのってよ。」
Doraemon : “Ne, ne, soudan ni notte yo.”
Doraemon : “Hei, hei, Nobita bantuin dong.”
のびた : 「うるさいっ、人が宿題してるのに
Nobita : “Urusai, hito ga shukudai shiteru
!」
noni
Nobita : “Berisik, aku sedang mengerjakan PR!”
!”
Penggunaan partikel noni disini sudah tepat, namun sedikit sulit untuk
mencari kata yang memilki nuansa kata yang sesuai kedalam bahasa Indonesia.
Dalam kalimat ini partikel noni bisa saja diartikan dengan kata “padahal...” namun
dalam hal ini situasinya lebih mengarah kepada ekspresi Nobita itu sendiri. Jika
diartikan, “Berisik, padahal aku sedang mengerjakan PR!”, jika kalimat ini
berhenti sampai disini saja, maka maknanya akan terdengar sedikit ganjil. Maka
kalimat ini akan lebih terasa ekspresinya bila dilanjutkan seperti berikut ini,
“Berisik, padahal aku sedang mengerjakan PR, (tapi masih saja diganggu)”. Jika
demikian, maka ekspresi dari kalimat ini akan lebih bisa dimengerti. Dan sama
seperti makna partikel noni sebelumnya, penggunaan partikel noni disini sudah
cukup tepat jika dilihat dari teori (Sunakawa, 1998: 474).
Contoh : (6) Doraemon berbicara kepada Nobita (Hal. 43)
ドラえもん : 「だから、やめとけといったのに
Doraemon : “Dakara, yametoke to itta
!」
noni
Doraemon : “
!”
Makanya, sudah kubilang, hentikan!”
Analisis :
Penggunaan partikel noni dalam kalimat ini kurang tepat, karena dalam hal
ini meskipun noni juga digunakan sebagai ungkapan ekspresi antisipasi atau
kritikan/ kecaman terhadap suatu hal, namun sepertinya penempatan kata partikel
noni disini sulit untuk dimaknai secara harfiah. Kalimat ini merupakan kalimat
untuk menghentikan suatu perbuatan), oleh karena itu partikel noni dalam kalimat
ini sifatnya hanya memberi penegasan pada kritikan / perintah yang diucapkan
oleh Doraemon, hanya menambah nuansa pada kalimat ini saja.
Contoh : (7) Paman Nobita berbicara kepada Ayahnya tentang permainan golf.
(Hal. 81)
おじさん : 「兄さんも買えばいいのに
Ojisan : “Niisan mo kaeba ii
。」
noni
Paman : “Abang pun, tak ada salahnya membeli barang ini”
.”
お父さん : 「とてもねえ。」
Otousan : “Totemo nee.”
Ayah : “Mudah-mudahan.”
Analisis :
Pada kalimat ini, partikel noni digunakan sebagai ekspresi pengandaian
yang tersirat dari kalimat yang diucapkan paman. Noni dalam hal ini juga bisa
diartikan sebagai “alangkah baiknya…” atau “coba kalau…”.
Contoh : (8) “Nobita setengah tahun lalu” menyuruh “Nobita masa sekarang”
半年ののびた : 「あっ、やめろってのに
Hannen no nobita : “Aa, yamerotte
。」
noni
Nobita setengah
.”
tahun lalu : “Berhenti!”
Analisis :
Pada kalimat ini, partikel noni digunakan untuk menunjukkan ekspresi
kecaman atau perintah yang diucapkan oleh “Nobita setengah tahun lalu” kepada
“Nobita masa kini” pada sat Nobita masa kni membawa lari tabungannya. Kata
“jangan” dalam hal ini dipakai untuk mewakilkan perasaan kesal Nobita masa lalu
terhadap Nobita masa kini dan menyuruhnya berhenti dan mengembalikan
tabungan tersebut. Dalam hal ini, kata “jangan” dapat diperluas maknanya jika
diterjemahkan kata per kata. “Aa, yamero to itte noni..” (“Sudah kubilang,
berhenti!”). Dalam kalimat ini terkandung ekspresi yang memaksa. Sesuai dengan
teori (Sunakawa, 1998:473).
Contoh : (9) Nobita menggerutu karena disuruh oleh ibunya. (Hal. 86)
お母さん : 「のび太さん!あとしまつしない。」
Okaasan : “Nobita! Ato shimatsu shinai .”
Ibu : “Nobita! Bereskan dulu.”
のびた : 「僕がやったんじゃないのに
Nobita : “Boku ga yattanjanai
。」
Nobita : “Padahal bukan aku yang melakukannya.”
Analisis :
Dalam kalimat ini sudah jelas terlihat makna dari partikel noni. Partikel
noni yang terletak di akhir kalimat menunjukkan ungkapan ketidakpuasan, rasa
kesal dan kecwa atas suatu hal yang terjadi diluar perkiraan atau harapan si
pembicara, menurut teori (Chandra 1993:71). Dalam hal ini, Nobita merasa sedikit
kesal terhadap ibunya, karena sebenarnya yang mengotori lantai bukanlah Nobita,
tapi meskipun demikian, ia dipaksa ibunya untuk mengepel lantai.
Contoh : (10) Ayah berbicara pada dirinya sendiri. Ia cemas menunggu Nobita
mengambilkan benda yang disuruhnya untuk diambilkan (Hal.110)
お父さん : 「何をぐすぐすしてんだ。すぐ、使いたいのに
Otousan : “Nani wo gusugusu shitenda. Sugu tsukaitai
。」
noni
Ayah : “Kok lama sekali.
.”
Padahal mau segera dipakai.”
Analisis :
Dalam kalimat ini ayah Nobita yang berbicara pada dirinya sendiri merasa
sedikit kecewa dan tidak puas karena barang yang dimintanya pada Nobita untuk
dicarikan masih juga belum ditemukan. Menunjukkan kenyataan yang tidak sesuai
dengan harapan. Partikel noni dalam kalimat ini sudah tepat, karena dari polanya,
kesal dari si pembicara karena apa yang diharapkannya tidak terjadi. (Chandra,
1993:71).
Contoh : (11) Nobita berbicara kepada Doraemon tentang hilangnya benda
yang mereka kubur. (Hal. 136)
のびた : 「おかしい。たしかにうめたのに
Nobita : “Okashii. Tashika ni umeta
。」
noni
Nobita : “Aneh ya
.”
. Padahal jelas-jelas dikubur disitu.”
ドラえもん : 「おかしいなあ。。。」
Doraemon : “Okashii naa..”
Doraemon : “Aneh ya…”
Analisis :
Penggunaan dan makna partikel noni dlam kalimat ini sudah cukup jelas.
Karena letak partikel noni pada akhir kalimat, jelas menunjukkan adanya unsur
ketidakpuasan dan kekecewaan dari pembicara, dalam hal ini Nobita dan
Doraemon yang merasa kesal dan kecewa karena benda yang dikuburnya di
tempat yang mereka rasa tepat, tidak mereka temukan. Padanan kata “padahal”
dalam bahasa Indonesia, jika ditempatkan di kalimat ini pun maknanya sudah
sesuai dengan nuansa yang dimaksud dalam kalimat ini. Kalimat ini akan
berkembang menjadi “Padahal sudah jelas-jelas dikubur disitu (tapi ternyata
Contoh : (12) Giant berbicara kepada Polisi abad 22. (Hal.147)
22世紀時間
警察官 : 「この男のもってたかばんをかえしなさい。」
22 Seiki Jikan
Keisatsukan : “Kono otoko no motteta kaban wo kaeshinasai.”
Polisi abad 22 : “Tolong kembalikan tas yang dibawa orang ini.”
ジャイアン : 「せっかくおれが、ひろったのに
Giant : “Sekkaku orega, hirotta
。」
non
Giant : “
i.”
Walaupun aku susah payah mendapatkannya.”
Analisis :
Dalam kalimat ini kata “walaupun” dapat dipadankan dengan “tetapi”,
“walaupun….tetapi…” artinya, ini mengekspresikan keberatan atau keterpaksaan
si pembicara untuk melakukan suatu hal yang ia tidak sukai, namun harus ia
lakukan. Partikel noni yang terletak di akhir kalimat menjadi pembeda makna
“walaupun” yang terletak di tengah kalimat yang merujuk pada makna kalimat
pertentangan, sedangkan pada kalimat ini “walaupun” merujuk pada ekspresi
keterpaksaan. Jika dikembangkan, kalimat diatas dapat menjadi kalimat
“Walaupun aku yang menemukannya (tapi apa boleh buat, aku akan
mengembalikannya).” (Chino, 1991:84).
3.1.2. Partikel noni yang Bermakna “untuk” atau “bertujuan untuk..”
のびた、ドラえもん、しずか:
「虫の声を聞くのに
“Mushi no koe wo kiku
、お金がいるの。」
noni
“Masa’ mendengarkan suara serangga saja harus membayar?”
, okane ga iru no.”
Analisis :
Dalam kalimat ini, makna partikel noni tidak terlihat secara tertulis, namun
partikel noni yang digunakan dalam kalimat ini mengandung makna tersirat, yaitu
“untuk”. Sesuai dengan teori oleh (Chandra, 1993:73) bahwa partikel noni juga
memiliki makna “untuk” atau menunjukkan adanya suatu tujuan. Dalam hal ini,
kalimat diatas dapat diartikan sebagai, “ Masa’ (untuk) mendengarkan suara
serangga saja harus membayar?”. Dan penggunaan partikel noni disini sudah
tepat, sesuai dengan polanya, partikel noni yang menyatakan tujuan diikuti oleh
verba bentuk kamus (動詞の辞書形).
Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Volume 5
Partikel noni yang Bermakna “padahal…” dan “walaupun”
Contoh : (1) Doraemon berbicara kepada ayah Nobita yang sedang
memperbaiki rak buku. (Hal. 25)
ドラえもん : 「たななんかつらなくてもいいのに
Doraemon : “Tana nanka tsuranakutemo ii
。」
Doraemon : “Padahal
お父さん : 「それ、どういう意味?」
tidak usah pakai rak pun, barang-barangnya bisa
disusun rapi.”
Otousan : “Sore, dou iu imi?”
Ayah : “Apa maksudmu?”
Analisis :
Pada kalimat ini, partikel noni yang terletak di akhir kalimat
menunjukkan ungkapan si pembicara (Doraemon) yang bermaksud untuk
memberikan saran dan membantu ayah yang terlihat sangat kewalahan untuk
memperbaiki rak buku yang rusak.
Contoh : (2) Nobita berbicara pada dirinya sendiri. (Hal. 34)
のびた : 「スネオたち何してんだ。
早く見にくればいいのに
Nobita : “Suneotachi nani shitenda. Hayaku mini kureba ii 。」
noni
Nobita : “Apa yang sedang dilakukan suneo dan kawan-kawan ya.
.”
Coba kalau aku pergi melihat lebih cepat..”
Analisis :
Partikel noni yang terletak di akhir kalimat menunjukkan bahwa kalimat
dalam hal ini adalah pengandaian yang muncul akibat rasa tidak puas / tidak
senang karena melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal
ini Nobita yang terlambat datang menemui teman-temannya mengungkapkan
harapannya yang tidak terjadi, yaitu “datang lebih cepat”. Verba bentuk kanou
(kemungkinan/ potensi/ kesanggupan) ini merupakan penanda kalimat ini. Dapat
diartikan sebagai “coba kalau….” Atau “alangkah baiknya jika…”.
(Sunakawa,1998:474).
Contoh : (3) Nobita berbicara kepada ibunya. (Hal.42)
お母さん : 「スネオさんたちが。。。」
Okaasan : “Suneo san tachi ga…”
Ibu : “Diluar ada teman-temanmu..”
のびた : 「ええっ、もっと早くくればいいのに
Nobita : “Ee, motto hayaku kureba ii
。」
noni.
Nobita : “Ee, kenapa mereka tidak datang dari tadi.”
”
Analisis :
Dalam kalimat ini penggunaan partikel noni juga menunjukkan
ungkapan perasaan kecewa si pembicara (Nobita) terhadap temannya yang tidak
kunjung datang. Ungkapan kalimat diatas juga dapat bermakna “Coba kalau
bahwa kalimat ini mengandung nuansa adanya ketidakpuasan terhadap suatu hal
yang tidak sesuai dengan harapan si pembicara. (Chino, 1991:83).
Contoh : (4) Nobita berbicara kepada Giant yang memaksanya untuk
menyumbang uang untuk membeli bola baru. (Hal.66)
ジャイアン : 「すこしずつ出しあって。。。」
Giant : “Sukoshi zutsu dashiatte…”
Giant : “Masing-masing sumbang sedikit ya..”
のびた : 「まず、自分から入れれば、いいのに
Nobita : “Mazu, jibun kara hairereba, ii
」
Nobita “ “
noni”
Padahal kan aku yang menyumbang pertama”
Analisis :
Dari kalimat diatas ini, terlihat bahwa partikel noni yang terletak di akhir
kalimat menunjukkan bahwa Nobita, sebagai si pembicara, memiliki unsur
keterpaksaan (dalam hal ini untuk membayar uang sumbangan ) terhadap Giant.
Hanya padanan kata dalam bahasa Indonesia sulit untuk mewakili ekspresi dari
kalimat ini, karena bentuk “…ii noni” sebenarnya dapat dimaknai sebagai “coba
kalau…” atau “alangkah baiknya jika…”, tapi dalam hal ini kedua makna itu tidak
sesuai dengan konteks kalimatnya. (Chandra, 1993:71-72).
女の人 : 「あかんぼのお守、たのんでおいたのに
Onna no hito : “Akanbo no omori, tanonde oita
!」
noni
Wanita : “
!”
Padahal sudah disuruh menjaga adik, tapi malah pergi!”
Analisis :
Dalam kalimat ini makna dari partikel noni sudah cukup jelas terlihat, dan
padanan kata yang memiliki makna yang sama dalam bahasa Indonesia juga sudah
sesuai. Partikel noni disini digunakan untuk menunjukkan kekesalan atau
kemarahan, dalam hal ini si ibu yang mennunjukkan ekspresi marahnya terhadap
anak laki-lakinya yang tidak mematuhi perintah ibunya untuk menjaga adik
bayinya. (Sunakawa, 1998:473).
Contoh : (6) Giant berbicara kepada Nobita. (Hal.99)
ジャイアン : 「あのなあ、百円玉ぐらいじゃ、感じないんだよ。
一万円玉なら見つかれるのに
Giant : “Ano naa, hyaku en dama gurai ja, kanjinaindayo.
Ichiman en dama nara mitsukareru 。」
noni
Giant : “Anu, kalau seratus ribu sih tak menimbulkan semangat,
tapi
.”
coba kalau sepuluh ribu, pasti akan kutemukan.”
Pada kalimat ini terlihat makna yang tersirat bahwa Giant mengharapkan
sesuatu yang lebih besar daripada sertaus ribu koin emas untuk ditemukan. Dia
berpikir akan menemukan sepuluh ribu koin emas, tapi pada kenyataannya yang
akan dicari hanyalah seratus koin emas, dan itu diluar perkiraannya sehingga ia
enggan untuk menemukan koin emas tersebut. Penggunaan partikel noni dalam
kalimat ini sudah tepat. (Sunakawa, 1998:474).
3.2.2. Partikel noni yang Bermakna “untuk…” atau “bertujuan untuk…”
Contoh (1) : Pak Guru berbicara kepada Nobita.
先生 : 「いつもながら、のび太さまのよくおできになるの
に
Sensei : “Itsumo nagara, nobita sama no yoku odeki ni naru は、ただただ感心するばかりでございます。」
noni
Pak Guru : “Tuan nobita benar-benar pandai, saya benar-benar
menghargainya.”
ha,tadatada kanshin suru bakari de gozaimasu.”
Analisis :
Dalam kalimat ini, verba bentuk kamus yang mengikuti partikel noni
merujuk pada pola yang menunjukkan makna “untuk…”. Kalimat yang diucapkan
oleh Pak Guru, “Odeki ni naru no ni wa…”, dapat dimaknai sebagai “Untuk
kebolehan/ kepandaian Anda…”. Penggunaan partikel noni ini sesuai dengan teori