• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Partikel Noni dalam Komik Doraemon (Ditinjau dari Segi Semantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Partikel Noni dalam Komik Doraemon (Ditinjau dari Segi Semantik)"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI DALAM KOMIK DORAEMON (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Ilmu Sastra Jepang.

Oleh :

Ira Natasha Naomi P. 050708012

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI DALAM KOMIK DORAEMON (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

IMIRON KARA MITA DORAEMON MANGA NI OKERU “NONI” NO IMI NO BUNSEKI

SKRIPSI OLEH :

IRA NATASHA NAOMI PURBA 050708012

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. H. Yuddi Adrian Muliadi,M.A.

NIP. 19600827 199103 1 001 NIP. 19580704 1984121 001

Prof.Drs.Hamzon Situmorang, M.S.,Ph.D.

DEPARTEMEN SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Disetujui Oleh :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Departemen S-1 Sastra Jepang Ketua,

(4)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi

salah satu syarat ujian sarjana Bidang Ilmu Sastra pada Fakultas Sastra

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra

Dekan,

Prof. Drs. Syaifuddin,M.A.,Ph.D.

NIP : 19650909 199403 1 004

Panitia Ujian

No Nama Tanda Tangan

1 ( )

2 ( )

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa,

karena hanya atas berkat dan karuniaNya sajalah penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini. Usaha diiringi doa merupakan dua hal yang memampukan

penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Analisis Makna Partikel Noni dalam Komik

Doraemon (Ditinjau dari Segi Semantik)” ini penulis susun sebagai salah satu

syarat untuk meraih gelar Sarjana Sastra pada jurusan Sastra Jepang Fakultas

Sastra Universitas Sumatera utara Medan.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak mengalami kesulitan yang

sedikit banyak mempengaruhi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, namun

kesulitan-kesulitan yang dihadapi juga bisa dijadikan sebagai motivasi.

Penulis dalam kesempatan ini ingin mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Drs. Syaifuddin, MA., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Drs. Hamzon Situmorang, MS., Ph.D., selaku Ketua Program

Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

juga selaku Dosen Pembibmbing II.

3. Bapak Drs. Yuddi Adrian Muliadi,M.A., selaku Dosen Pembimbing I, yang

telah demikian banyak memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing

penulis dan memberikan pengarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi

ini hingga selesai.

4. Bapak Drs. Nandi S., selaku dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak/ Ibu dosen Program Studi Sastra Jepang S-1 Universitas Sumatera

Utara yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

6. Kepada Orang Tua Penulis, Bapak Yahya Purba dan Ibunda Murniaty br.

Sidadolog, yang selalu mendoakan dan mendukung penulis agar penulis selalu

sehat dan telah banyak memberikan dukungan moral dan material yang tidak

(6)

tanpa kedua orangtua penulis, penulis tidak akan mampu untuk menjadi

seperti sekarang ini.

7. Kepada saudaraku, El-Roy Banta Purba yang telah mendukung dan memberi

semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

8. Kepada sahabat dan teman-teman penulis di Sastra Jepang Stambuk 2005,

Vika Aprilia, Nurul Huda, Yanti, Putri, Deviani, Lisbeth, Rohani, Herty, Echy,

Eva, Emma, Dewi, Debby, Dian Nita, Dian Eka, Refina Midori, Kalvin,

Marzuki, Bul Ikhsan, dan teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu

per satu.

9. Kedua sahabat penulis sejak SMA, Dina dan Tuty.

Penulis sadar bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis

sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dapat memperbaiki

kesalahan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat berguna dan

memberi manfaat bagi penulis sendiri pada khususnya dan bagi pembaca pada

umumnya.

Medan, Oktober 2009

Penulis,

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……… i

DAFTAR ISI ……….. iii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……….. 1

1.2 Perumusan Masalah ………. 6

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan ………... 6

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori ………. 8

1.5 Tujuan dan Manfaat ………. 12

1.6 Metode Penelitian ……… 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JOSHI (PARTIKEL) DAN SEMANTIK………... 14

2.1 Pengertian Joshi (Partikel) ………... 14

2.2 Pengertian dan Pembagian Setsuzokujoshi ……….. 16

2.3 Pengertian Semantik ……… 17

2.4 Makna partikel noni Secara Umum ………. 23

BAB III ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI ……… 30

3.1 Analisis Makna Partikel noni dalam komik Doraemon Vol. 4 ...…... 30

3.1.1 Partikel noni yang Bermakna “padahal”, “walaupun…tetapi”, “seandainya”……… 30

3.1.2 Partikel noni yang bermakna “untuk..” atau “bertujuan untuk”.. 40

3.2 Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Vol. 5 …… 41

(8)

3.2.2 Partikel noni yang bermakna “untuk” atau “bertujuan untuk” ... 46

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN……… 47

4.1 Kesimpulan……….. 47

4.2 Saran ……… 48

DAFTAR PUSTAKA ………. 50

ABSTRAK

(9)

ABSTRAK

Bahasa Jepang memiliki banyak perbedaan jika dibandingkan dengan

bahasa Indonesia. Kalimat dalam bahasa Jepang memiliki pola S-O-P, berbeda

dengan struktur kalimat bahasa Indonesia yang berpola S-P-O.

Dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang memiliki partikel (joshi) yang

memiliki fungsi yang bermacam-macam. Joshi (助詞) dalam bahasa Jepang

memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain didalam

sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi lebih jelas

lagi.

Beberapa ciri joshi (partikel) dalam bahasa Jepang diantaranya adalah

bahwa joshi tidak dapat berdiri sendiri (baik menjadi sebuah kata maupun menjadi

sebuah kalimat), tidak berkonjugasi (tidak mengalami perubahan bentuk), tidak

menjadi subjek, objek, keterangan dan predikat didalam sebuah kalimat, selalu

mengikuti kata lain, ada yang mempunyai arti sendiri namun ada juga yang

berfungsi memberi arti pada kata lain.

Meskipun pada dasarnya joshi ini banyak kita temukan didalam sebuah

kalimat bahasa Jepang, namun masih banyak pengguna dan pembelajar bahasa

Jepang yang belum benar-benar memahami makna yang ditunjukkannya dan

bagaimana penggunaannya.

Makna partikel “noni” yang diantaranya adalah :

4. Menunjukkan suatu hal yang bertentangan dengan hal yang telah

(10)

5. Jika diletakkan di akhir kalimat, menunjukkan perasaan kecewa atau

ketidakpuasan atas terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “padahal”,

atau “coba kalau”.

6. Menunjukkan suatu tujuan, “untuk”.

Dalam percakapan bahasa Jepang sehari-hari, sebenarnya makna partikel

noni yang secara umum dikenal adalah “meskipun..” atau “walaupun..”, namun

pada kenyataannya partikel ini tidak hanya memiliki makna yang terbatas seperti

yang telah dijelaskan sebelumnya. “Noni” dalam sebuah kalimat dapat

memperjelas ekspresi dari perasaan si pembicara terhadap lawan bicaranya sesuai

dengan situasi dan kondisi saat terjadinya percakapan tersebut.

Dari ketiga jenis makna tersebut, makna partikel noni yang paling banyak

ditemukan dalam komik Doraemon ini adalah partikel noni yang bermakna

“padahal…”, “Coba kalau…”, dan “untuk…”. Dan kesemuanya merupakan

partikel noni yang mengungkapkan ekspresi tentang ketidakpuasan, kekesalan,

kritik atau kecaman, yang disebabkan oleh fakta yang terjadi (kenyataan) tidak

sesuai dengan apa yang diharapkan dan diprediksi sebelumnya.

Sebaliknya, makna partikel noni yang biasa digunakan dalam percakapan

sehari-hari bahasa Jepang, yaitu “meskipun..” sangat sulit ditemukan dalam komik

Doraemon ini, baik itu pada volume 4 maupun pada volume 5.

Sedangkan jenis partikel noni yang jarang digunakan adalah noni yang

bermakna “untuk…”. Hal ini bisa disebabkan oleh adanya pola kalimat lain yang

maknanya sama dengan partikel noni dalam bahasa Jepang, yakni pola kalimat

(11)

menjelaskan “maksud, tujuan untuk…” dan “untuk”. Dan pola kalimat ini pada

umumnya lebih banyak digunakan untuk menyatkan “untuk…” dalam bahasa

Jepang.

Sebagai contoh kalimat seperti pada beberapa cuplikan pada komik

Doraemon Volume 4 hal. 67 sebagai berikut :

女の人 : 「あかんぼのお守、たのんでおいたのに

Dalam kalimat ini makna dari partikel noni sudah cukup jelas terlihat.

Partikel noni disini digunakan untuk menunjukkan kekesalan atau kekecewaan,

dalam hal ini si ibu yang menunjukkan ekspresi kecewanya terhadap anak

laki-lakinya yang tidak mematuhi perintah untuk menjaga adik bayinya.

sudah disuruh menjaga adik, tapi malah pergi!”

Contoh tersebut diatas mewakili beberapa dialog dalam komik Doraemon

yang mengandung partikel noni didalamnya. Partikel noni yang terdapat dalam

sebuah kalimat bahasa Jepang ada kalanya memiliki padanan kata yang tepat jika

diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia, seperti pada contoh diatas, partikel noni

dapat diartikan secara langsung sebagai kata “padahal”. Namun, ada pula partikel

noni dalam sebuah kalimat bahasa Jepang yang maknanya tidak bisa terlihat

langsung melalui penerjemahan kata per kata kedalam bahasa Indonesia,

melainkan dengan memahami secara menyeluruh bagaimana situasi dan kondisi

pada saat kalimat tersebut diucapkan oleh si pembicara, dan itu juga tergantung

pada perasaan si pembicara. Dalam hal ini, partikel noni lebih merujuk pada

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Bahasa sudah menjadi salah satu bagian penting dalam kehidupan manusia

sehari-hari untuk mengkomunikasikan pikiran, hasrat, keinginan dan maksud

kepada lawan bicaranya guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Kridalaksana (2005:3) menyatakan bahwa bahasa merupakan sistem tanda

bunyi yang disepakati bersama untuk dipergunakan oleh para anggota kelompok

masyarakat tertentu dalam bekerjasama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

Dalam fungsinya sebagai alat komunikasi verbal yang paling utama dalam

aktivitas hidup manusia, bahasa sebagai suatu sistem tanda maksudnya adalah

bahwa bahasa mewakili sesuatu, memiliki makna dan berkaitan dengan segala

aspek kehidupan dan alam sekitar masyarakat yang menggunakannya.

Disamping itu, bahasa memiliki beberapa sifat atau ciri lainnya,

diantaranya adalah bahasa bersifat manasuka (arbitrer), artinya bahwa hubungan

antara bahasa dengan yang dilambangkannya tidak bersifat wajib, bisa

berubah-ubah, dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengkonsepi makna

tertentu (Chaer, 2004:12).

Sifat lain dari bahasa adalah bahwa bahasa bersifat dinamis. Artinya

bahwa bahasa itu tidak terlepas dari berbagai kemungkinan perubahan yang

sewaktu-waktu dapat terjadi. Bahasa dapat mengalami perubahan seiring dengan

(13)

Di era globalisasi seperti sekarang ini, kemajuan teknologi membuat

masyarakat dunia mulai menyadari peran penting bahasa sebagai kunci untuk

mengenal dan mengetahui hal-hal yang ada diluar lingkungannya. Manusia mulai

merasa butuh untuk mempelajari bahasa-bahasa lain diluar bahasanya sendiri guna

mencapai kemajuan yang lebih baik lagi didalam berbagai bidang kehidupan

manusia secara keseluruhan.

Akibat perkembangan teknologi dan globalisasi yang sangat pesat inilah

bahasa Jepang mulai menjadi bahasa asing yang cukup diminati di dunia setelah

bahasa Inggris. Hal ini juga tidak terlepas dari keberhasilan negara Jepang sebagai

salah satu negara di Asia yang memiliki dominasi yang cukup kuat dalam bidang

perindustrian dan ekonomi di dunia.

Bahasa Jepang memiliki banyak perbedaan jika dibandingkan dengan

bahasa Indonesia. Kalimat dalam bahasa Jepang memiliki pola S-O-P, berbeda

dengan struktur kalimat bahasa Indonesia yang berpola S-P-O.

Dalam sisi gramatikalnya, bahasa Jepang banyak memiliki partikel (joshi)

yang memiliki fungsi yang bermacam-macam pula. Joshi (助詞) dalam bahasa

Jepang memiliki fungsi untuk menghubungkan antara satu kata dengan kata lain

didalam sebuah kalimat, serta untuk menambah arti kata tersebut agar menjadi

lebih jelas lagi ( Sudjianto, 2004: 181).

Beberapa ciri joshi (partikel) dalam bahasa Jepang diantaranya adalah

bahwa joshi tidak dapat berdiri sendiri (baik menjadi sebuah kata maupun menjadi

sebuah kalimat), tidak berkonjugasi (tidak mengalami perubahan bentuk), tidak

(14)

mengikuti kata lain, ada yang mempunyai arti sendiri namun ada juga yang

berfungsi memberi arti pada kata lain (Situmorang, 2007:50).

Meskipun pada dasarnya joshi ini banyak kita temukan didalam sebuah

kalimat bahasa Jepang, namun masih banyak pengguna dan pembelajar bahasa

Jepang yang belum benar-benar memahami makna yang ditunjukkannya dan

bagaimana penggunaannya.

Berdasarkan fungsinya joshi dapar dibagi kedalam beberapa jenis,

diantaranya adalah Kakujoshi (格助詞), Setsuzokujoshi (接続助詞), Fukujoshi

(副助詞), dan Shuujoshi (終助詞). Umumnya bagi orang yang baru mempelajari

bahasa Jepang akan sedikit mengalami kesulitan dalam memahami makna dari

keempat jenis joshi ini didalam sebuah kalimat, namun dalam hal ini akan dibahas

secara khusus untuk jenis partikel setsuzokujoshi.

Sudjianto dalam Pengantar Linguistik Bahasa Jepang

(2004:181).menjelaskan bahwa:

“ Setsuzokujoshi adalah partikel yang letaknya setelah doushi (kata kerja) dan keyoushi (kata sifat) atau setelah jodoushi (salah satu kelas kata yang dapat berubah bentuknya), untuk melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang berikutnya”

Beberapa partikel yang termasuk kedalam jenis partikel Setsuzokujoshi

diantaranya adalah ba, to, keredo, keredomo, ga, kara, shi, nagara, node,

-noni dan sebagainya.

Contoh penggunaan setsuzokujoshi dalam kalimat:

• こ の ボ タ ン を 押 す と 、 切 符 が 出 ま す 。

Kono botan wo Osuto, kippu ga demasu.

(15)

(Minna no Nihongo I, 1998:194)

• こ の 頃 昼 は 暖 か い ん で す が 、 夜 は 寒 く な り ま し た 。

Konogoro hiru wa atatakai-n desu ga

Akhir- akhir ini panas di siang hari,

, yoru wa samuku narimashita.

tetapi

(Chino, 1991: 13)

menjadi dingin di waktu malam.

• あのレストランは安いから、

Ano resutoran wa yasui

いつもこんでいます。

kara, itsumo konde imasu.

Karena

(Chino, 1991:55)

murah, restoran itu selalu dipenuhi pengunjung.

• 毎日運動しているのに、全然痩せなかった。

Mainichi undoushite iru noni, zenzen yasenakatta.

Walaupun

(http://www.tutorial.yumeko.web.id/compound.html)

berolahraga tiap hari, tapi tidak tambah kurus sedikitpun.

Dari beberapa contoh kalimat tersebut dapat dilihat bahwa penggunaan

setsuzokujoshi menjadi penghubung antara satu kata ke kata berikutnya dalam

sebuah kalimat, baik itu menunjukkan pengandaian, hubungan pertentangan, dan

sebagainya. Namun dalam penelitian ini secara khusus akan membahas lebih

mendalam mengenai partikel –noni (のに) , baik itu dari segi penempatannya

(16)

hanya bermakna “walaupun” atau masih memiliki makna lainnya sesuai dengan

konteks kalimatnya.

Chandra (2005: 69) menyatakan bahwa, secara umum partikel のに

memiliki beberapa fungsi dalam kalimat bahasa Jepang, diantaranya adalah

sebagai berikut:

1. Menunjukkan suatu hal yang bertentangan dengan hal yang telah

disebutkan sebelumnya. Dalam bahasa Indonesia berarti “Meskipun…”.

Contoh :

かれ

,彼は体が大きいのに

Kare wa karada ga ookii

、力がありません。

noni

(

, chikara ga arimasen.

Meskipun

2. Jika diletakkan di akhir kalimat, menunjukkan perasaan kecewa atau

ketidakpuasan atas terjadinya sesuatu yang tidak sesuai dengan apa yang

diharapkan. Dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai “padahal…,

coba kalau….”

badannya besar, tetapi tidak ada tenaganya.)

Contoh:

3. Menunjukkan suatu tujuan, “untuk…”

saya sudah mengatakannya berkali-kali).

Contoh :

治るのに

Naoru

あと四五日もかかるかもしれません。

(17)

(Untuk

Dari beberapa contoh kalimat diatas dapat dilihat bahwa partikel のに

menunjukkan makna yang beragam. Hal ini memnumbuhkan ketertarikan untuk

membahas pemakaian dan makna partikel のに ini didalam kalimat-kalimat

percakapan antar tokoh dalam komik Doraemon tersebut.

sampai sembuh mungkin membutuhkan waktu empat sampai lima

hari.)

Dalam hal ini pendekatan yang akan digunakan adalah pendekatan

linguistik khususnya bidang Semantik. Hal inilah yang melatarbelakangi

penulisan proposal penelitian ini.

1.2 Perumusan Masalah

Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka penelitian ini hanya akan

dibatasi dalam beberapa hal saja. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah makna dan fungsi partikel -noni?

2. Bagaimanakah penggunaan partikel -noni dalam komik Doraemon vol.4

dan 5?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Penelitian ini difokuskan kepada pembahasan atau masalah yang

berhubungan dengan makna dan fungsi dari partikel –noni yang ada didalam

kalimat bahasa Jepang dalam komik Doraemon.

Dalam hal ini, analisis yang dilakukan terhadap komik Doraemon hanya

(18)

ditemukan cuplikan-cuplikan percakapan yang mengandung partikel noni ini, dan

penyebarannya di kedua volume ini cukup merata. Adapun jumlah partikel noni

yang ditemukan dalam komik Doraemon Volume 4 dan 5 ini adalah sebanyak 20

buah.

Sebagai contoh, cuplikan kalimat percakapan yang mengandung partikel

noni dalam komik Doraemon Volume 4:

お父さん: 「いやだったのに

Walaupun aku tak suka..!”

Pada dasarnya partikel selalu diletakkan di pertengahan kalimat, (yang

fungsinya sebagai kata penghubung atau penyambung sebuah kata dengan kata

berikutnya dalam kalimat tersebut), namun ada kalanya juga partikel tidak

diletakkan di tengah kalimat tetapi di akhir kalimat dan makna dari partikel

tersebut sudah berubah. Hal ini merupakan salah satu topik pembahasan yang

akan dibahas lebih mendalam. Demikan pula halnya dengan partiikel -noni, pada

saat kapan partikel ini bermakna “walaupun”, dan pada saat kapan bermakna

“padahal” atau “untuk”.

Oleh karena itu ada baiknya jika membatasi permasalahan yang akan

dibahas nantinya. Beberapa pembahasan yang akan menjadi batasan permasalahan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Jenis-jenis joshi dalam bahasa Jepang

2. Makna dan fungsi partikel -noni

(19)

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa bahasa Jepang adalah

bahasa yang memiliki keunikan, salah satunya adalah bahwa bahasa Jepang

mengenal penggunaan partikel (joshi) didalam gramatikalnya. Joshi dalam bahasa

Jepang memiliki peran yang cukup penting dalam menghubungkan satu kata

dengan kata lainnya didalam sebuah kalimat (tertulis maupun lisan) bahasa Jepang

agar makna dan maksud dari kalimat tersebut menjadi lebih jelas.

Joshi (助詞) dalam bahasa Jepang adalah kata yang berfungsi sebagai

penggabung antar kata dan merupakan hubungan frasa yang menunjukkan

objeknya. Joshi merupakan tambahan dan tidak berkonjugasi (berubah bentuk).

(www.wiktionary.org)

Secara umum, (dalam www.wiktionary.org), joshi dalam bahasa Jepang

berdasarkan fungsinya dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, diantaranya yaitu:

a. 格助詞 (Kakujoshi)

yaitu partikel yang tidak mengalami perubahan, dan menunjukkan hubungan

makna dalam sebuah kalimat.

Contoh:

-が、-の、 -に、-を、 -へ、-と、-より、-から、-にて、-して.

b. 並立助詞 (Heiritsujoshi)

yaitu partikel yang mendampingkan dua buah benda dalam sebuah kalimat.

Contoh : -に、 -と、 -やら.

(20)

yaitu partikel yang ditambahkan di akhir sebuah kalimat atau paragraf, dapat

menambahkan makna berupa pertanyaan, larangan, maupun kesan.

Contoh :

-かしら、 -か、-な、 -なあ、-の、ぞ、とも、よ、ね、わ、さ.

d. 副助詞 (Fukujoshi)

yaitu partikel yang secara keseluruhan berfungsi layaknya seperti kata

keterangan atau adverbia yang muncul dibelakang kakujoshi, kata keterangan

(adverb) maupun kata benda.

Contoh:

は、も、こそ、さえ、でも、しか、まで、ばかり、だけ、ほど、くらい(

ぐらい) 、など、なり、やら、か dan ずつ.

e. 接続助詞 (Setsuzokujoshi)

yaitu partikel yang berfungsi sebagai penghubung yang menunjukkan kaitaan

antara kalimat dan kalimat berikutnya.

Contoh :

-ば、-と、けれども、けれど、が、から、-し、ても (でも) 、て(で)

、ながら、たり(だり) 、 -のに、dan -ので.

Sedangkan menurut Hirai (dalam Sudjianto, 2004: 181), joshi terbagi

kedalam 4 jenis, yaitu:

a. 格助詞 (Kakujoshi)

Joshi yang termasuk dalam Kakujoshi ini pada umumnya dipakai setelah

nomina untuk menunjukkan hubungan antara nomina tersebut dengan kata

(21)

Contoh Kakujoshi:

が、の、を、に、へ、と、より、から、で dan や.

b. 接続助詞 (Setsuzokujoshi)

Joshi yang termasuk Setsuzokujoshi dipakai setelah yoogen (doushi,

i-keyoushi, dan na-keiyoushi). Atau setelah Jodoushi (kata kerja bantu) untuk

melanjutkan kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada

bagian berikutnya.

Contoh Setsuzokujoshi:

ば、と、けれども、けれど、が、から、し、ても(でも)、て(で)

、たり(だり) 、のに、dan ので.

c. 副助詞 (Fukujoshi)

Jenis joshi ini dipakai setelah berbagai macam kata. Seperti kelas kata

Fukushi (adverbia), fukujoshi berkaitan erat dengan kata berikutnya.

Contoh Fukujoshi:

は、も、こそ、さて、でも、しか、まで、ばかり、だけ、ほど、くらい(

ぐらい) 、など、なり、やら、か dan ずつ.

d. 終助詞 (Shuujoshi)

Joshi yang termasuk dalam Shuujoshi ini pada umumnya dipakai pada

berbagai macam kata di akhir kalimat untuk menyatakan suatu pertanyaan,

larangan, seruan, rasa haru, dan sebagainya.

Contoh Shuujoshi:

(22)

Dari penjelasan tersebut dapat terlihat jelas bahwa inti dari pembahasan

penelitian ini, yaitu pada partikel -noni merupakan partikel yang tergolong

kedalam jenis partikel Setsuzokujoshi (接続助詞).

2. Kerangka Teori

Karena pembahasan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang makna

partikel -noni, maka dalam penelitian ini akan digunakan teori-teori ilmu

linguistik khususnya yang mengkaji tentang makna, yaitu Semantik.

Ridwan (1995:1) menyatakan bahwa

“Linguistik adalah studi, kajian, atau ilmu yang objeknya adalah bahasa.”

Kridalaksana (2005: 7) mengemukakan bahwa linguistik adalah ilmu

tetntang bahasa.

Ilmu Linguistik sering juga disebut “Lingustik umum” karena linguistik itu

tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk beluk bahasa

pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. (Chaer,

2007:3).

Secara garis besar, linguistik diklasifikasikan kedalam 2 kelompok, yaitu

intralinguistik dan ekstralinguistik. Intralinguistik didalamnya mencakup kajian

Morfologi, Semantik, Sintaksis dan Fonologi. Sedangkan ekstralinguistik

mencakup kajian sosiolinguistik dan psikolinguistik.

Salah satu disiplin ilmu dalam linguistik yang membahas tentang makna

adalah Semantik. Verhaar dalam Asas-asas Linguistik Umum (1996:13)

(23)

“Semantik adalah cabang ilmu linguistik yang membahas arti atau makna.”

Kemudian dalam Encyclopedia Britanica dalam Pateda (2001: 7)

dikemukakan bahwa:

“Semantik adalah studi tentang hubungan anatara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.”

Kemudian Aminuddin (2001:15) mengemukakan bahwa:

“Semantik mengandung makna to signify atau memaknai. Sebagai istilah teknis, semantik mengandung pengertian ‘studi tentang makna’ ”.

Dalam bahasa Jepang, Sutedi (2003:103) menyatakan bahwa Semantik

(意味論/ Imiron) merupakan cabang ilmu linguistik yang memegang peranan

yang sangat penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain

hanya untuk menyampaikan suatu makna.

Menurut Sutedi, Objek kajian Semantik antara lain adalah makna kata (go

no imi), relasi makna (go no imi kankei), makna frase dalam suatu idiom (ku no

imi), dan makna kalimat (bun no imi).

1.5 Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan partikel -noni dalam kalimat

(24)

2. Untuk mengetahui apa sajakah makna dan fungsi partikel -noni dalam

komik Doraemon Vol. 4 dan 5.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Dapat mengetahui bagaimanakah penggunaan partikel -noni didalam

kalimat bahasa Jepang.

2. Dapat mengetahui apa saja makna dan fungsi partikel -noni dalam bahasa

Jepang dalam komik Doraemon Vol. 4 dan 5.

1.6 Metode Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan adalah teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan buku-buku

ataupun artikel-artikel yang ada kaitannya dengan pembahasan penelitian.

(Wirartha, 2005: 36)

Sedangkan teknik penyajian data dalam penelitian ini adalah dengan

teknik deskriptif, yaitu dengan memberikan penjabaran-penjabaran dan uraian

(25)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG JOSHI (PARTIKEL) DAN SEMANTIK

Pengertian Joshi (Partikel)

Pengertian joshi jika dilihat dari asal katanya adalah:

助 : jo , tasukeru yang berarti “bantu”

詞 : shi, kotoba yang berarti “kata”

Jadi 助詞 berarti “kata bantu”

Sudjianto (2004:181) mengemukakan bahwa joshi (助詞) adalah kelas

kata yang termasuk kedalam fuzokugo (kata yang tidak mengalami perubahan

(konjugasi), yang dipakai setelah suatu kata untuk menunjukkan hubungan

antara kata tersebut dengan kata lain serta untuk menambah arti kata tersebut

agar lebih jelas lagi. Menurut fungsinya, joshi terbagi kedalam 4 jenis, yaitu

kakujoshi, setsuzokujoshi, fukujoshi, shuujoshi.

Sedangkan menurut Chino (2006: vii) menyatakan bahwa sebuah partikel

mungkin dapat didefenisikan sebagai bagian yang tak dapat ditafsirkan dalam

sebuah percakapan, memiliki kemutlakan arti tersendiri yang bebas ikatan,

melengkapi dirinya sendiri dalam bagian-bagian pembicaraan, yang dengan

demikian, ia menempatkan dirinya dalam sebuah konteks. Oleh karena itu,

suatu kata yang hanya terdiri dari partikel saja mungkin tidak akan bermakna

apa-apa.

Situmorang (2007:50) juga mengemukakan beberapa cirri-ciri joshi,

(26)

1. Tidak dapat berdiri sendiri

2. Tidak berkonjugasi

3. Tidak menjadi subjek, predikat, objek dan keterangan dalam kalimat

4. selalu mengikuti kata lain

Situmorang juga membagi joshi kedalam 4 jenis, yaitu:

1. kakujoshi

Beberapa contohnya adalah の、を、に、で、より、から、が、は、まで.

2. fukujoshi

Beberapa contohnya adalah だけ、ほど、くらい、など.

3. setsuzokujoshi

Beberapa contohnya adalah けれど、ので、のに、から.

4. shuujoshi

Beberapa contohnya adalah か、ね、な.

Sedangkan dalam (www.genji54.comcjapanesepostpositions.htm.)

dijelaskan bahwa ada 6 jenis joshi dalam bahasa Jepang, yaitu:

1. Menerangkan sebab: 格助詞 (Kaku Joshi)

2. Penghubung : 接続助詞 (Setsuzoku Joshi)

3. Adverbia atau keterangan : 副助詞 (Fuku Joshi)

4. Penegasan dan Interogatif: 係助詞 (Kakari Joshi)

5. Akhir kalimat : 終助詞 (Shu Joshi)

(27)

Pengertian dan Pembagian Setsuzokujoshi

Secara etimologi, setsuzokujoshi dilihat dari hurufnya sebagai berikut:

接続助詞, 接続(setsuzoku) berarti menyambung, menghubungkan,

menggabungkan.

Sedangkan 助詞 (joshi) berarti partikel.

Jadi, setsuzokujoshi secara etimologi berarti partikel yang berfungsi untuk

menggabungkan, dan menghubungkan antara satu kata dengan kata lainnya dalam

sebuah kalimat.

Sedangkan menurut Sudjianto (2004:181) dinyatakan bahwa

setsuzokujoshi adalah joshi (partikel) yang dipakai setelah doushi (kata kerja) dan

keiyoushi (kata sifat), atau setelah jodoushi (kata kerja bantu) untuk melanjutkan

kata-kata yang ada sebelumnya terhadap kata-kata yang ada pada bagian

berikutnya.

(28)

Defenisi Semantik

Jenis Makna

Kata “semantik” sebenarnya merupakan istilah teknis yang mengacu pada

studi tentang makna (arti). Semantik sebagai sub disiplin ilmu linguistik muncul

pada abad ke-19. C. Reisig menyebutkan semantik dengan istilah “semasiologi”,

yaitu sebuah studi tentang makna. (Pateda, 2001:3).

Sedangkan dalam Ensiklopedia Britanica (dalam pateda, 2001:7)

dinyatakan bahwa semantik adalah studi tentang hubungan antara satu pembeda

linguistic dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara.

Semantik sebagai salah satu sub disiplin linguistik yang membahas tentang

bagaimana makna yang terdapat dalam sebuah proses pemaknaan baik pada pihak

si pembicara maupun si pendengar dalam sebuah pembicaraan.

Dalam perannya untuk membahs tentang makna, beberapa pakar linguistik

telah berusaha untuk menjabarkan jenis-jenis makna sesuai dengan pandangannya

masing-masing.

Leech, (2003:19) membedakan makna kedalam 7 tipe, diantaranya:

1. Makna Konseptual

Disebut juga sebagai makna denotatif atau makna kognitif. Dalam

pengertian luas tipe makna ini dianggap sebagai faktor sentral dalam

komunikasi bahasa, hal ini disebabkan karena makna konseptual

(29)

2. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan nilai komunikatif dari satu ungkapan menurut

apa yang diacu, melebihi di atas isinya yang murni konseptual.

3. Makna Stilistik dan Afektif

Merupakan makna sebuah kata yang menunjukkan lingkungan sosial

penggunanya. Makna ini terbentuk dari pandangan terhadap aspek

komunikasi yang berhubungan dengan situasi terjadinya ucapan.

4. Makna Refleksi dan Makna Kolokatif

Makna Refleksi adalah makna yang timbul dalam hal makna konseptual

ganda, apabila suatu pengertian kata membentuk sebagian dari respon kita

terhadap pengertian lain.

Makna Kolokatif merupakan makna yang terdiri atas asosiasi-asosiasi

yang diperoleh suatu kata, yang disebabkan oleh makna kata-kata yang

cenderung mucul didalam lingkungannya.

5. Makna Asosiatif

Makna reflektif dan makna kolokatif, makna afektif dan makna stilistik:

kesemuanya itu lebih merupakan makna konotatif daripada makna

konseptual, semua jenis makna tersebut memiliki karakter terbuka, tanpa

batas dan memungkinkan dilakukannya analisis menurut skala atau jarak

dan bukannya suatu analisis yang diskret. Kesemua tipe makna ini bisa

disatukan kedalam satu kategori besar, yaitu makna asosiatif.

6. Makna Tematik

Merupakan makna yang dikomunikasikan menurut penutur atau penulis

(30)

Sedangkan Chaer (1994: 289) mengemukakan beberapa jenis makna,

diantaranya:

1. Makna Leksikal

Merupakan makna yang dimiliki atau ada pada leksem meski tanpa

konteks apapun. Bisa juga dikatakan bahwa makna leksikal ini adalah

makna yang sebenarnya, makna yang sesuai dengan hasil observasi indera

akita, atau makna yang apa adanya. Oleh karena itulah, barangkali banyak

orang mengatakan bahwa makna leksikal ini adalah makna yang ada

didalam kamus.

2. Makna Gramatikal

Makna yang baru muncul jika terjadi proses gramatikal, seperti afiksasi,

reduplikasi, komposisi, atau kalimatisasi. Misalnya, dalam proses afiksasi

prefiks “ber-“ dengan “baju” melahirkan makna gramatikal “mengenakan

baju”.

3. Makna Kontekstual

Makna sebuah leksem atau kata yang berada dalam suatu konteks.

Misalnya dalam kalimat:

• Adik jatuh dari sepeda. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti jatuh dari atas ke bawah.)

• Dia jatuh dalam ujian yang lalu. (Dalam hal ini, kata “jatuh” berarti mengalami kegagalan.)

4. Makna Referensial

Makna referensial adalah makna pada leksem yang didasarkan pada

(31)

acuan dalam dunia nyata, misalnya pada kata ayam, merah, dan

sebagainya.

5. Makna Non Referensial

Makna non refernsial adalah makna yang tidak mempunyai acuan atau

referensi. Seperti kata dan, karena, supaya, adalah tidak termasuk kata-kata

yang tidak bermakna referensial, karena tidak mempunyai referens.

6. Makna Denotatif

Makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya

yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi sebenarnya makna denotatif ini

sama dengan makna leksikal.

7. Makna Konotatif

Makna konotatif merupakan makna makna lain yang ditambahkan pada

makna denotatif yang ada pada sebuah leksem.

8. Makna Konseptual

Makna konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem

terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Makna konseptual pada

dasarnya sama dengan makna leksikal atau makna yang sebenarnya.

9. Makna Asosiatif

Merupakan makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata yang berkaitan

dengan adanya hubungan kata itu dengan sesuatu yang berada diluar

bahasa. Misalnya kata “merah” berasosiasi denngan “keberanian”, kata

(32)

10.Makna Kata

Makna kata adalah makna yang lebih jelas yang dimiliki oleh suatu kata

jika kata tersebut sudah berada didalam konteks kalimatnya atau konteks

situasinya.

11.Makna Istilah

Merupakan makna yang pasti, yang jelas, yang tidak meragukan,

meskipun tanpa konteks kalimat. Oleh karena itu, sering dikatakan bahwa

istilah itu bebas konteks, sedangkan kata tidak bebas konteks. Namun

perlu diingat bahwa sebuah istilah ini hanya digunakan pada

bidang-bidang keilmuan atau kegiatan tertentu.

12.Makna Idiom

Idiom adalah satuan ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan” dari

makna unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal.

13.Makna Peribahasa

Makna peribahasa merupakan makna yang masih bisa ditelusuri atau

dilacak dari makna unsur-unsurnya karena adanya “asosiasi” antara makna

asli dengan makna peribahasa.

Sedangkan Sutedi (2003:106) mengemukakan beberapa jenis makna dalam

bahasa Jepang, diantaranya adalah:

1. Makna Leksikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang disebut juga dengan Jishoteki-imi

(33)

kata yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil

pengamatan indera dan terlepas dari unsur gramatikalnya.

2. Makna Gramatikal

Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi

(文法的意味), yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam

bahasa Jepang, joshi 「助詞」(partikel) dan jodoushi 「助動詞」(kopula)

tidak memiliki makna leksikal namun memiliki makna gramatikal, sebab

baru jelas maknanya jika digunakan dalam sebuah kalimat.

3. Makna Denotatif

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki-imi (明示的意味)

atau gaien (外延). Makna denotatif adalah makna yang berkaitan dengan

dunia luar bahasa seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan

dengan analisis komponen makna.

4. Makna Konotatif

Dalam bahasa Jepang disebut anjiteki-imi (暗示的意味) atau naihou (内包),

yaitu makna yang ditimbulkan karena perasaan atau pikiran pembicara dan

lawan bicaranya.

5. Makna Dasar

Makna dasar disebut dengan kihongi (基本義), makna dasar merupakan

makna asli yang dimiliki oleh suatu kata. Makna asli yang dimaksud

adalah makna bahasa yang digunakan pada masa sekarang ini.

(34)

Makna perluasan disebut tengi (転義) yakni merupakan makna yang

muncul sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya adalah

akibat penggunaan secara kiasan (majas).

Makna Partikel noni Secara Umum

Chino (1991:83) menyatakan bahwa partikel noni memiliki tiga makna,

yaitu:

1. Dipakai diantara dua klausa untuk menunjukkan bahwa antara keduanya

berlawanan arti, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya adalah

“walaupun, namun kenyataannya”.

Contoh:

, tabako bakari suttee imasu.

Walaupun

2. Dipakai pada sebuah akhir kalimat, menunjukkan perasaan tidak puas, jika

diterjemahkan ke bahasa Indonesia, artinya adalah “namun kenyataannya,

walaupun begitu.”

Ikeda sedang batuk karena flu, namun ia terus merokok.

Contoh:

勉強をしなさいと言ったのに

Benkyou wo shinasai to itta

。。。

noni…

Walaupun

3. Menunjukkan makna “tujuan”, jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia,

artinya adalah “dalam rangka untuk…”, “untuk…”.

saya sudah memberitahumu untuk belajar, tapi nyatanya…

(35)

漢字を覚えるのに

Kanji wo oboeru

いい方法を教えてください。

noni

Tolong beritahu saya cara yang baik

ii houhou wo oshiete kudasai.

untuk menghafal huruf Kanji.

Sedangkan Chandra (1993:69) menyebutkan makna partikel noni sebagai

berikut:

1. Partikel noni digunakan untuk menunjukkan suatu hal yang bertentangan

dengan hal yang telah disebutkan sebelumnya. Dapat diartikan sebagai;

“meskipun” dan “padahal….., tetapi…”.

Noni diletakkan setelah kata “na” untuk kata sifat golongan II (Keiyoudoushi)

dan kata benda (meishi).

Contoh:

熱があるのに

Netsu ga aru

、外出しています。

noni, gaishutsu shite imasu.

Meskipun

2. Partikel noni, jika diletakkan di akhir kalimat, dipakai untuk menunjukkan

perasaan kecewa/tidak puas, karena terjadinya sesuatu yang tidak sesuai

dengan apa yang diharapkan, dapat diartikan sebagai “padahal…”, “coba

kalau…”, “alangkah baiknya kalau….”. ia demam, tetapi ia pergi keluar.

Contoh:

もう少し勉強したら、しけんにパスしたのに

Mou sukoshi benkyoushitara, shiken ni pasu shita

noni.

Coba kalau

(36)

Contoh:

お菓子を作るのに

Okashi wo tsukuru

砂糖を使います。

noni satou wo tsukaimasu.

Untuk membuat kue memakai gula.

Dalam kamus pola kalimat bahasa Jepang (Bunkei Jiten, 1998:472-475)

dijelaskan bahwa partikel noni dapat diikuti oleh jenis-jenis kata berikut ini:

- Kata benda / Kata sifat “na-” + na noni

- Kata sifat “i-“/ bentuk “-katta” + noni

- Kata kerja bentuk biasa “-ru”(non lampau) dan “-ta”(lampau)

Untuk selanjutnya, bagaimana makna dan arti partikel noni ini jika diletakkan

dalam sebuah kalimat bahasa Jepang, dapat dilihat sebagai berikut:

1. …. noni (文中/ tertulis, dalam dokumen)

Dalam sebuah paragraf, bentuk “X noni Y”, Y menunjukkan hasil yang

tidak sesuai dengan apa yang ditafsirkan dari X. X dan Y mewakili fakta atau

kenyataan yang terjadi di akhir, namun Y menunjukkan fakta yang masih belum

pasti, mengandung keragu-raguan, apakah itu pertanyaan, instruksi (perintah) atau

permintaan.

Adapun partikel noni dalam 文中 ini, dibagi lagi menjadi beberapa jenis

berdasarkan emosi dan nuansa yang ditunjukkan oleh si pembicaranya. Yaitu :

a.) … noni (逆原因/ Penyebab atau faktor yang berkebalikan/

berlawanan)

Contoh :

(37)

Ame ga futte iru noni dekakete itta.

Meskipun hujan, dia pergi keluar.

Pada “X noni Y” diantara X dan Y, jika ada suatu hubungan sebab

akibat, dan apabila dalam hubungan sebab akibat tersebut tidak

mengandung petunjuk dalam penggunaannya. Sebagai contoh,

kalimat (1) tersebut menunjukkan pertentangan pada kondisi yang

terjadi biasanya bahwa pada saat hujan, umumnya atau normalnya

yang terjadi adalah orang tidak keluar rumah. Oleh karena itu

kalimat ini menunjukkan bahwa kalimat tersebut tidak membentuk

hubungan kausal sebab, sebaliknya menunjukkan hubungan yang

bertolak belakang atau bertentangan.

b. ….noni (対比/ hubungan yang berlawanan, kontras, perbandingan,)

Digunakan untuk menunjukkan hubungan yang bersifat kontradiktif

atau berlawanan dan bukan menunjukkan hubungan sebab akibat antara X dan Y.

Sebagai contoh yang tidak tepat,

(2) 「日本語が上手でない」

“Nihongo ga jouzu de nai”

Tidak mahir berbahasa Jepang

「 英語がうまい」

“Eigo ga umai”

(38)

Kedua kalimat ini mengandung unsur X dan Y yang dihubungkan

oleh hubungan yang berlawanan atau bertentangan. Apabila

digabungkan menjadi sebuah kalimat seperti,

「あの中国人は日本語が上手でないので英語がうまい」maka

tidak menunjukkan hubungan yang bersifat sebab akibat. Karena

kalimat ini akan menjadi rancu jika dihubungkan dengan partikel

node (karena).

Dalam hal ini, noni merupakan kemungkinan partikel yang paling

tepat untuk digunakan seperti halnya juga pada partikel keredomo

atau ga yang menunjukkan hubungan pertentangan. Noni

menghubungkan dugaan yang biasa antara X dan Y dan terkadang

dapat juga menimbulkan perasaan dan nuansa yang agak “aneh” atau

“ganjil” terhadap si pembicara.

Maka kalimat (2) ini dapat dibenarkan menjadi

「あの中国人は日本語があまり上手でないのに

“Ano chuugoku jin wa nihongo ga amari jouzu denai

、英語がうま

い」

noni,

Orang China itu tidak begitu pintar berbahasa Jepang,

eigo ga

Menunjukkan penggunaan partikel noni dalam kalimat yang

mengandung perasaan atau ekspresi bahwa fakta yang terjadi tidak

(39)

Contoh :

(3) 合格すると思ったいたのに

Goukaku suru to omotta ita

、不合格だった。

noni, fugoukaku datta.

Padahal saya pikir saya akan lulus, ternyata tidak lulus.

Dari kalimat di atas terlihat jelas bagaimana perasaan si pembicara

terhadap kenyataan atau fakta yang terjadi. Mungkin karena

sebelumnya ia (si pembicara) merasa sudah melakukan persiapan

yang cukup matang untuk menghadapi ujian tersebut, namun

benar-benar diluar dugaannya ternyata dia tidak lulus karena faktor dan alas

an yang kurang jelas.

2. …..noni (文末/ di akhir kalimat)

Partikel noni yang diletakkan di akhir sebuah kalimat menunjukkan nuansa

yang hampir sama dengan noni yang bermakna “予想外” (tak terduga), namun

dalam hal ini, partikel noni yang terletak di akhir kalimat lebih menunjukkan

penekanan terhadap kritikan atau kecaman terhadap perasaan tidak puas atau

perasaan kecewa atas terjadinya suatu hal yang tidak sesuai dengan harapan si

pembicara.

Contoh:

(4) もっと早く出発すればよかったのに

Motto hayaku shuppatsu sureba yokatta

noni.

(40)

Dari kalimat di atas terlihat bagaimana kekecewaan si pembicara yang

menyatakan “coba kalau berangkat lebih cepat…”. Menunjukkan penyesalan dan

kekecewaannya karena ia tidak berangkat lebih cepat sehingga menyebabkan

suatu kerugian ataupun hal yang tidak baik yang tidak ia duga sebelumnya.

3. …. V-ru + noni …. (untuk ….)

dalam hal ini partikel noni dapat bermakna “untuk” apabila diikuti oleh verba

bentuk kamus (動詞の 辞書形 ). Makna partikel noni disini hampir sama

fungsinya dengan pola kalimat “….するために” (… suru tame ni), yang juga

(41)

BAB III

ANALISIS MAKNA PARTIKEL NONI

Sebelumnya pada Bab II telah dijelaskan partikel noni merupakan bagian

dari kelas kata joshi atau partikel, khususnya setsuzokujoshi. Oleh karena itu pada

bab III ini akan dicoba menganalisis pemakaian partikel noni yang terdapat dalam

manga (komik) Doraemon Volume 4 dan 5, berdasarkan beberapa pendapat dari

beberapa pakar yang telah dijabarkan sebelumnya.

Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Volume 4

Partikel noni yang Bermakna “padahal”, “walaupun…tetapi…”, “seandainya…”

Contoh : (1) Ayah Giant mengajak ayah Nobita untuk bertarung: (Hal. 27)

Ayah Giant : 「そりゃ!」

“Sorya!”

“Ini dia! (Rasakan ini!)”

Ayah Nobita : 「いやだったのに

“Iyadatta

! 」

noni

!”

Walaupun

Analisis :

(42)

Pada contoh (1), kalimat diatas diambil dari percakapan antara ayah

Nobita dan ayah Giant. Partikel noni yang terlihat dalam percakapan terdapat

dalam kalimat yang diucapkan oleh ayah Nobita. Noni dalam kalimat ini

mengandung ungkapan atau ekspresi ketidaksenangan atau perasaan enggan.

Dalam hal ini dapat dilihat bahwa sesungguhnya ayah Nobita tidak suka jika harus

berkelahi dengan ayah Giant. Dan penggunaan partikel noni disini sudah tepat

sesuai dengan situasi terjadinya percakapan tersebut. Penggunaan partikel noni

disini sudah tepat sesuai dengan teori (Chino, 1991: 87) yang mengemukakan

bahwa partikel noni digunakan di akhir kalimat untuk mengungkapkan perasaan

tidak puas dan kecewa, dapat diartikan sebagai “walaupun…, namun nyatanya…”

Contoh : (2) Nobita berteriak pada boneka mainannya yang menyerang Suneo.

(Hal. 35)

sudah dikatakan, berhenti!”

Pada contoh (2) diatas, dari kalimat ini dapat diketahui bahwa Nobita

sedang kewalahan dalam mengendalikan mainannya (dalam hal ini mainan yang

dimaksud adalah boneka yang bisa bergerak yang dipinjamkan Doraemon kepada

Nobita), yang diluar dugaan, sedang mengejar dan menyerang Suneo temannya,

hingga berlari ketakutan. Penggunaan partikel noni disini dapat dilihat sebagai

(43)

pada saat mainannya berbuat rusuh dan mengejar Suneo, yang membuat Nobita

terkejut dan menyuruh mainannya itu untuk berhenti mengejar Suneo, tapi

boneka-boneka itu tidak juga mau berhenti. Dan pemakaian partikel noni disini

sudah tepat karena sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh

(Sunakawa, 1998: 474).

Contoh : (3) Ibu berbicara pada Doraemon untuk meminta bantuannya

menyiram halaman depan rumah. (Hal.36)

Ibu : 「水まきしてくれない?」

“Sui makishite kurenai?”

“Maukah membantu menyiram?”

Doraemon : 「僕はいそがしいのです。ううむ。。むずかしい!」

“Aku sedang sibuk… Umm, susah sekali!”

Ibu : 「のびちゃんにたのんどいたのに

“Nobicchan ni tanondoita

、どっかへ行っち

ったきり、帰らないし。」

noni

“Mau minta tolong pada Nobita,

, dokka e icchatakiri,

kaeranaishi.”

tetapi

Analisis :

kenapa sampai

sekarang belum pulang ya..?”

Dalam kalimat ini, makna partikel noni yang terdapat didalamnya adalah

(44)

“tetapi” saja. Karena dalam kalimat ini kata “tetapi” bukan merujuk pada suatu

hubungan pertentangan atau berlawanan. Sesungguhnya kalimat ini lebih

mengarah kepada ekspresi kecewa karena hal yang diniatkan oleh ibu (menyuruh

Nobita untuk menyiram) tidak dapat terealisasi karena Nobita tidak ada dirumah.

Sebaiknya, akan lebih tepat lagi jika di awal kalimat ditambahkan dengan kata

“padahal…” kemudian diikuti “tetapi…”. Dengan begini makna yang terkandung

dalam kalimat tersebut akan terasa lebih jelas. Hal ini sesuai dengan teori yang

dikemukakan dalam Bunkei Jiten (Sunakawa, 1998:473).

Contoh : (4) Doraemon berteriak kepada Nobita (Hal. 37)

Doraemon : 「何するんだよ。」

“Nani surundayo?”

“Apa yang kau lakukan?”

「あと、ひといきだったのに

“Ato, hitoiki datta

!」

noni

Padahal tinggal satu tarikan nafas lagi!”

Analisis :

Dalam kalimat diatas, sebenarnya makna kalimat ini belum terlihat jelas.

Karena jika diterjemahkan secara langsung kedalam bahasa Indonesia,

“あと、ひといきだったのに” berarti “Padahal tinggal satu tarikan nafas lagi”,

sebenarnya makna yang tersirat dari kalimat tinggal satu tarikan nafas lagi dalam

(45)

kalimat ini tidak dapat langsung terlihat hanya dengan menerjemahkan secara

langsung, tapi fungsi partikel noni yang terdapat didalamnya tidak berubah.

Doraemon yang marah berteriak pada Nobita karena puzzle yang sudah

disusunnya sejak tadi dirusak begitu saja oleh Nobita. Dalam hal ini partikel noni

menunjukkan ungkapan kekecewaan dan kekesalan yang begitu dalam dari

Doraemon terhadap Nobita karena sudah melakukan hal buruk yang merugikan

dia. Penggunaan partikel noni dalam kalimat ini sudah tepat sesuai dengan teori

(Chandra, 1993: 71) yang menyatakan bahwa partikel noni yang terleetak di akhir

kalimat jika diikuti oleh verba bentuk “-ta” (lampau) akan menunjukkan ungkapan

perasaan kecewa dan tidak puas dari si pembicara terhadap suatu keadaan yang

tidak sesuai dengan yang diharapkannya.

Contoh : (5) Nobita berteriak pada Doraemon. (Hal. 38)

ドラえもん : 「ね、ね、そうだんにのってよ。」

Doraemon : “Ne, ne, soudan ni notte yo.”

Doraemon : “Hei, hei, Nobita bantuin dong.”

のびた : 「うるさいっ、人が宿題してるのに

Nobita : “Urusai, hito ga shukudai shiteru

!」

noni

Nobita : “Berisik, aku sedang mengerjakan PR!”

!”

(46)

Penggunaan partikel noni disini sudah tepat, namun sedikit sulit untuk

mencari kata yang memilki nuansa kata yang sesuai kedalam bahasa Indonesia.

Dalam kalimat ini partikel noni bisa saja diartikan dengan kata “padahal...” namun

dalam hal ini situasinya lebih mengarah kepada ekspresi Nobita itu sendiri. Jika

diartikan, “Berisik, padahal aku sedang mengerjakan PR!”, jika kalimat ini

berhenti sampai disini saja, maka maknanya akan terdengar sedikit ganjil. Maka

kalimat ini akan lebih terasa ekspresinya bila dilanjutkan seperti berikut ini,

“Berisik, padahal aku sedang mengerjakan PR, (tapi masih saja diganggu)”. Jika

demikian, maka ekspresi dari kalimat ini akan lebih bisa dimengerti. Dan sama

seperti makna partikel noni sebelumnya, penggunaan partikel noni disini sudah

cukup tepat jika dilihat dari teori (Sunakawa, 1998: 474).

Contoh : (6) Doraemon berbicara kepada Nobita (Hal. 43)

ドラえもん : 「だから、やめとけといったのに

Doraemon : “Dakara, yametoke to itta

!」

noni

Doraemon : “

!”

Makanya, sudah kubilang, hentikan!”

Analisis :

Penggunaan partikel noni dalam kalimat ini kurang tepat, karena dalam hal

ini meskipun noni juga digunakan sebagai ungkapan ekspresi antisipasi atau

kritikan/ kecaman terhadap suatu hal, namun sepertinya penempatan kata partikel

noni disini sulit untuk dimaknai secara harfiah. Kalimat ini merupakan kalimat

(47)

untuk menghentikan suatu perbuatan), oleh karena itu partikel noni dalam kalimat

ini sifatnya hanya memberi penegasan pada kritikan / perintah yang diucapkan

oleh Doraemon, hanya menambah nuansa pada kalimat ini saja.

Contoh : (7) Paman Nobita berbicara kepada Ayahnya tentang permainan golf.

(Hal. 81)

おじさん : 「兄さんも買えばいいのに

Ojisan : “Niisan mo kaeba ii

。」

noni

Paman : “Abang pun, tak ada salahnya membeli barang ini”

.”

お父さん : 「とてもねえ。」

Otousan : “Totemo nee.”

Ayah : “Mudah-mudahan.”

Analisis :

Pada kalimat ini, partikel noni digunakan sebagai ekspresi pengandaian

yang tersirat dari kalimat yang diucapkan paman. Noni dalam hal ini juga bisa

diartikan sebagai “alangkah baiknya…” atau “coba kalau…”.

Contoh : (8) “Nobita setengah tahun lalu” menyuruh “Nobita masa sekarang”

(48)

半年ののびた : 「あっ、やめろってのに

Hannen no nobita : “Aa, yamerotte

。」

noni

Nobita setengah

.”

tahun lalu : “Berhenti!”

Analisis :

Pada kalimat ini, partikel noni digunakan untuk menunjukkan ekspresi

kecaman atau perintah yang diucapkan oleh “Nobita setengah tahun lalu” kepada

“Nobita masa kini” pada sat Nobita masa kni membawa lari tabungannya. Kata

“jangan” dalam hal ini dipakai untuk mewakilkan perasaan kesal Nobita masa lalu

terhadap Nobita masa kini dan menyuruhnya berhenti dan mengembalikan

tabungan tersebut. Dalam hal ini, kata “jangan” dapat diperluas maknanya jika

diterjemahkan kata per kata. “Aa, yamero to itte noni..” (“Sudah kubilang,

berhenti!”). Dalam kalimat ini terkandung ekspresi yang memaksa. Sesuai dengan

teori (Sunakawa, 1998:473).

Contoh : (9) Nobita menggerutu karena disuruh oleh ibunya. (Hal. 86)

お母さん : 「のび太さん!あとしまつしない。」

Okaasan : “Nobita! Ato shimatsu shinai .”

Ibu : “Nobita! Bereskan dulu.”

のびた : 「僕がやったんじゃないのに

Nobita : “Boku ga yattanjanai

。」

(49)

Nobita : “Padahal bukan aku yang melakukannya.”

Analisis :

Dalam kalimat ini sudah jelas terlihat makna dari partikel noni. Partikel

noni yang terletak di akhir kalimat menunjukkan ungkapan ketidakpuasan, rasa

kesal dan kecwa atas suatu hal yang terjadi diluar perkiraan atau harapan si

pembicara, menurut teori (Chandra 1993:71). Dalam hal ini, Nobita merasa sedikit

kesal terhadap ibunya, karena sebenarnya yang mengotori lantai bukanlah Nobita,

tapi meskipun demikian, ia dipaksa ibunya untuk mengepel lantai.

Contoh : (10) Ayah berbicara pada dirinya sendiri. Ia cemas menunggu Nobita

mengambilkan benda yang disuruhnya untuk diambilkan (Hal.110)

お父さん : 「何をぐすぐすしてんだ。すぐ、使いたいのに

Otousan : “Nani wo gusugusu shitenda. Sugu tsukaitai

。」

noni

Ayah : “Kok lama sekali.

.”

Padahal mau segera dipakai.”

Analisis :

Dalam kalimat ini ayah Nobita yang berbicara pada dirinya sendiri merasa

sedikit kecewa dan tidak puas karena barang yang dimintanya pada Nobita untuk

dicarikan masih juga belum ditemukan. Menunjukkan kenyataan yang tidak sesuai

dengan harapan. Partikel noni dalam kalimat ini sudah tepat, karena dari polanya,

(50)

kesal dari si pembicara karena apa yang diharapkannya tidak terjadi. (Chandra,

1993:71).

Contoh : (11) Nobita berbicara kepada Doraemon tentang hilangnya benda

yang mereka kubur. (Hal. 136)

のびた : 「おかしい。たしかにうめたのに

Nobita : “Okashii. Tashika ni umeta

。」

noni

Nobita : “Aneh ya

.”

. Padahal jelas-jelas dikubur disitu.”

ドラえもん : 「おかしいなあ。。。」

Doraemon : “Okashii naa..”

Doraemon : “Aneh ya…”

Analisis :

Penggunaan dan makna partikel noni dlam kalimat ini sudah cukup jelas.

Karena letak partikel noni pada akhir kalimat, jelas menunjukkan adanya unsur

ketidakpuasan dan kekecewaan dari pembicara, dalam hal ini Nobita dan

Doraemon yang merasa kesal dan kecewa karena benda yang dikuburnya di

tempat yang mereka rasa tepat, tidak mereka temukan. Padanan kata “padahal”

dalam bahasa Indonesia, jika ditempatkan di kalimat ini pun maknanya sudah

sesuai dengan nuansa yang dimaksud dalam kalimat ini. Kalimat ini akan

berkembang menjadi “Padahal sudah jelas-jelas dikubur disitu (tapi ternyata

(51)

Contoh : (12) Giant berbicara kepada Polisi abad 22. (Hal.147)

22世紀時間

警察官 : 「この男のもってたかばんをかえしなさい。」

22 Seiki Jikan

Keisatsukan : “Kono otoko no motteta kaban wo kaeshinasai.”

Polisi abad 22 : “Tolong kembalikan tas yang dibawa orang ini.”

ジャイアン : 「せっかくおれが、ひろったのに

Giant : “Sekkaku orega, hirotta

。」

non

Giant : “

i.”

Walaupun aku susah payah mendapatkannya.”

Analisis :

Dalam kalimat ini kata “walaupun” dapat dipadankan dengan “tetapi”,

“walaupun….tetapi…” artinya, ini mengekspresikan keberatan atau keterpaksaan

si pembicara untuk melakukan suatu hal yang ia tidak sukai, namun harus ia

lakukan. Partikel noni yang terletak di akhir kalimat menjadi pembeda makna

“walaupun” yang terletak di tengah kalimat yang merujuk pada makna kalimat

pertentangan, sedangkan pada kalimat ini “walaupun” merujuk pada ekspresi

keterpaksaan. Jika dikembangkan, kalimat diatas dapat menjadi kalimat

“Walaupun aku yang menemukannya (tapi apa boleh buat, aku akan

mengembalikannya).” (Chino, 1991:84).

3.1.2. Partikel noni yang Bermakna “untuk” atau “bertujuan untuk..”

(52)

のびた、ドラえもん、しずか:

「虫の声を聞くのに

“Mushi no koe wo kiku

、お金がいるの。」

noni

“Masa’ mendengarkan suara serangga saja harus membayar?”

, okane ga iru no.”

Analisis :

Dalam kalimat ini, makna partikel noni tidak terlihat secara tertulis, namun

partikel noni yang digunakan dalam kalimat ini mengandung makna tersirat, yaitu

“untuk”. Sesuai dengan teori oleh (Chandra, 1993:73) bahwa partikel noni juga

memiliki makna “untuk” atau menunjukkan adanya suatu tujuan. Dalam hal ini,

kalimat diatas dapat diartikan sebagai, “ Masa’ (untuk) mendengarkan suara

serangga saja harus membayar?”. Dan penggunaan partikel noni disini sudah

tepat, sesuai dengan polanya, partikel noni yang menyatakan tujuan diikuti oleh

verba bentuk kamus (動詞の辞書形).

Analisis Makna Partikel noni dalam Komik Doraemon Volume 5

Partikel noni yang Bermakna “padahal…” dan “walaupun”

Contoh : (1) Doraemon berbicara kepada ayah Nobita yang sedang

memperbaiki rak buku. (Hal. 25)

ドラえもん : 「たななんかつらなくてもいいのに

Doraemon : “Tana nanka tsuranakutemo ii

。」

(53)

Doraemon : “Padahal

お父さん : 「それ、どういう意味?」

tidak usah pakai rak pun, barang-barangnya bisa

disusun rapi.”

Otousan : “Sore, dou iu imi?”

Ayah : “Apa maksudmu?”

Analisis :

Pada kalimat ini, partikel noni yang terletak di akhir kalimat

menunjukkan ungkapan si pembicara (Doraemon) yang bermaksud untuk

memberikan saran dan membantu ayah yang terlihat sangat kewalahan untuk

memperbaiki rak buku yang rusak.

Contoh : (2) Nobita berbicara pada dirinya sendiri. (Hal. 34)

のびた : 「スネオたち何してんだ。

早く見にくればいいのに

Nobita : “Suneotachi nani shitenda. Hayaku mini kureba ii 。」

noni

Nobita : “Apa yang sedang dilakukan suneo dan kawan-kawan ya.

.”

Coba kalau aku pergi melihat lebih cepat..”

Analisis :

Partikel noni yang terletak di akhir kalimat menunjukkan bahwa kalimat

(54)

dalam hal ini adalah pengandaian yang muncul akibat rasa tidak puas / tidak

senang karena melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan. Dalam hal

ini Nobita yang terlambat datang menemui teman-temannya mengungkapkan

harapannya yang tidak terjadi, yaitu “datang lebih cepat”. Verba bentuk kanou

(kemungkinan/ potensi/ kesanggupan) ini merupakan penanda kalimat ini. Dapat

diartikan sebagai “coba kalau….” Atau “alangkah baiknya jika…”.

(Sunakawa,1998:474).

Contoh : (3) Nobita berbicara kepada ibunya. (Hal.42)

お母さん : 「スネオさんたちが。。。」

Okaasan : “Suneo san tachi ga…”

Ibu : “Diluar ada teman-temanmu..”

のびた : 「ええっ、もっと早くくればいいのに

Nobita : “Ee, motto hayaku kureba ii

。」

noni.

Nobita : “Ee, kenapa mereka tidak datang dari tadi.”

Analisis :

Dalam kalimat ini penggunaan partikel noni juga menunjukkan

ungkapan perasaan kecewa si pembicara (Nobita) terhadap temannya yang tidak

kunjung datang. Ungkapan kalimat diatas juga dapat bermakna “Coba kalau

(55)

bahwa kalimat ini mengandung nuansa adanya ketidakpuasan terhadap suatu hal

yang tidak sesuai dengan harapan si pembicara. (Chino, 1991:83).

Contoh : (4) Nobita berbicara kepada Giant yang memaksanya untuk

menyumbang uang untuk membeli bola baru. (Hal.66)

ジャイアン : 「すこしずつ出しあって。。。」

Giant : “Sukoshi zutsu dashiatte…”

Giant : “Masing-masing sumbang sedikit ya..”

のびた : 「まず、自分から入れれば、いいのに

Nobita : “Mazu, jibun kara hairereba, ii

Nobita “ “

noni”

Padahal kan aku yang menyumbang pertama”

Analisis :

Dari kalimat diatas ini, terlihat bahwa partikel noni yang terletak di akhir

kalimat menunjukkan bahwa Nobita, sebagai si pembicara, memiliki unsur

keterpaksaan (dalam hal ini untuk membayar uang sumbangan ) terhadap Giant.

Hanya padanan kata dalam bahasa Indonesia sulit untuk mewakili ekspresi dari

kalimat ini, karena bentuk “…ii noni” sebenarnya dapat dimaknai sebagai “coba

kalau…” atau “alangkah baiknya jika…”, tapi dalam hal ini kedua makna itu tidak

sesuai dengan konteks kalimatnya. (Chandra, 1993:71-72).

(56)

女の人 : 「あかんぼのお守、たのんでおいたのに

Onna no hito : “Akanbo no omori, tanonde oita

!」

noni

Wanita : “

!”

Padahal sudah disuruh menjaga adik, tapi malah pergi!”

Analisis :

Dalam kalimat ini makna dari partikel noni sudah cukup jelas terlihat, dan

padanan kata yang memiliki makna yang sama dalam bahasa Indonesia juga sudah

sesuai. Partikel noni disini digunakan untuk menunjukkan kekesalan atau

kemarahan, dalam hal ini si ibu yang mennunjukkan ekspresi marahnya terhadap

anak laki-lakinya yang tidak mematuhi perintah ibunya untuk menjaga adik

bayinya. (Sunakawa, 1998:473).

Contoh : (6) Giant berbicara kepada Nobita. (Hal.99)

ジャイアン : 「あのなあ、百円玉ぐらいじゃ、感じないんだよ。

一万円玉なら見つかれるのに

Giant : “Ano naa, hyaku en dama gurai ja, kanjinaindayo.

Ichiman en dama nara mitsukareru 。」

noni

Giant : “Anu, kalau seratus ribu sih tak menimbulkan semangat,

tapi

.”

coba kalau sepuluh ribu, pasti akan kutemukan.”

(57)

Pada kalimat ini terlihat makna yang tersirat bahwa Giant mengharapkan

sesuatu yang lebih besar daripada sertaus ribu koin emas untuk ditemukan. Dia

berpikir akan menemukan sepuluh ribu koin emas, tapi pada kenyataannya yang

akan dicari hanyalah seratus koin emas, dan itu diluar perkiraannya sehingga ia

enggan untuk menemukan koin emas tersebut. Penggunaan partikel noni dalam

kalimat ini sudah tepat. (Sunakawa, 1998:474).

3.2.2. Partikel noni yang Bermakna “untuk…” atau “bertujuan untuk…”

Contoh (1) : Pak Guru berbicara kepada Nobita.

先生 : 「いつもながら、のび太さまのよくおできになるの

Sensei : “Itsumo nagara, nobita sama no yoku odeki ni naru は、ただただ感心するばかりでございます。」

noni

Pak Guru : “Tuan nobita benar-benar pandai, saya benar-benar

menghargainya.”

ha,tadatada kanshin suru bakari de gozaimasu.”

Analisis :

Dalam kalimat ini, verba bentuk kamus yang mengikuti partikel noni

merujuk pada pola yang menunjukkan makna “untuk…”. Kalimat yang diucapkan

oleh Pak Guru, “Odeki ni naru no ni wa…”, dapat dimaknai sebagai “Untuk

kebolehan/ kepandaian Anda…”. Penggunaan partikel noni ini sesuai dengan teori

Referensi

Dokumen terkait

kata. Makna gramatikal kata ﻦﺴﺣ / ḥ asan/, ﺮﻴﺧ /khair/, dan ﺐﻴﻁ / ṭ ayyib/ dalam Alquran yang mengalami proses afiksasi yaitu: menunjukkan

Agar tidak terjadi salah pengertian dalam menggunakan verba-verba tersebut dalam kalimat, dan lebih berhati-hati dalam menggunakan kata- kata yang mempunyai kemiripan makna,

Oleh karena itu, Chaer menjelaskan bahwa bahasa tidak pernah lepas dari manusia, dalam arti, tidak ada kegiatan manusia yang tidak disertai bahasa (2007 : 33). Tiap-tiap

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA OCHIRU, KOROBU, DAN TAORERU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG.. (DITINJAU DARI

Dalam kalimat 1b tidak disisipkan partikel yang mewatasi setiap kata di dalamnya, oleh karena itu makna yang muncul akan menjadi tidak jelas.. Dari penjelasan beberapa fungsi

Meriam Emma Simanjuntak : Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No

Berdasarkan contoh kalimat diatas, secara umum verba shikaru dan okoru tersebut bila diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia memiliki kemiripan arti “marah”, tetapi dalam

Secara tidak langsung dari kalimat tadi, karakter guru pada komik tersebut sedang memberi perintah dan arahan pada karakter lain yang diilustrasikan sebagai anak SMA untuk