• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemakaian Verba Afureru Dan Koboreru (Ditinjau Dari Segi Semantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemakaian Verba Afureru Dan Koboreru (Ditinjau Dari Segi Semantik)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA AFURERU DAN KOBORERU (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

IMIRON KARA MITA “AFURERU” TO “KOBORERU” NO TSUKAIKATA NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Sastra Jepang

Oleh:

EMALYANI DAMANIK

090722010

PROGRAM STUDI EKSTENSI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA AFURERU DAN KOBORERU (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

IMIRON KARA MITA “AFURERU” TO “KOBORERU” NO TSUKAIKATA NO BUNSEKI

SKRIPSI

Skripsi ini Diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang Sastra Jepang

Oleh:

EMALYANI DAMANIK

090722010

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum

NIP. 19600919 1988 03 1 001 NIP. 19580704 1984 12 1 001

Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D

PROGRAM STUDI EKSTENSI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana sastra dalam bidang ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara

Pada : Tanggal : Hari :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

NIP. 19511013 1976 03 1 001 Drs. Syahron Lubis, M.A

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan 1. Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum (………) 2. Prof. Drs. Hamzon Situmorang, M.S,Ph.D (...……...……) 3. M Pujiono,SS.M.Hum (………)

(4)

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ekstensi Ketua Program Studi

Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum NIP. 19600919 1988 03 1 001

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas berkat dan izinNya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul “Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru (Ditinjau dari Segi Semantik)”. Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan, Namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat diselesaikan. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M.Hum, selaku Ketua Jurusan Program Studi Sastra Jepang fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang telah demikian besar memberikan waktu dan tenaga untuk membimbing penulis dan memberikan banyak penggarahan dengan sabar dalam penyusunan skripsi ini hingga selesai.

3. Bapak Prof.Drs.Hamzon Situmorang,M.S,Ph.D, selaku Dosen Pembimbing II yang begitu banyak memberikan masukan dan arahan yang sangat bermanfaat. 4. Bapak/ Ibu Dosen Program Studi Ekstensi Sastra Jepang Universitas Sumatera

(6)

5. Orangtua penulis dan seluruh keluarga kak Icha, kak Tika, bang Ando yang senantiasa memberikan bantuan baik materi maupun moral dan doa untuk keberhasilan penulis.

6. Teman-teman penulis di Program Studi Sastra Jepang Ekstensi (Nila, Indah, Novira, Sulis, Kiki, Eva, Sari, Maya, Paima, Yudi, Yulan, Yusrifah, Karina) dan juga yang tersayang Eka Setiawan yang sudah banyak memberikan semangat, dukungan dan masukan selama ini.

7. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Mengingat keterbatasan penulis sendiri, penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat diperlukan untuk memperbaikinya sehingga akhirnya skripsi ini dapat berguna dengan baik untuk penulis maupun pembelajar bahasa Jepang atau pihak-pihak yang memerlukan.

Medan, Januari 2011 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 5

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan... 7

1.4 Tinjaun Pustaka dan Kerangka Teori... 8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitaian... 11

1.6 Metode Penelitian... 12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN VERBA AFURERU DAN KOBORERU 2.1 Pengertian Verba... 14

2.2 Jenis-jenis Verba... 15

2.3 Fungsi Verba... 21

2.4 Pengertian Verba Afureru dan Koboreru... 22

2.4.1 Pengertian Verba Afureru... 22

2.4.2 Pengertian Verba Koboreru... 25

2.5 Semantik dan kesinoniman... 33

2.5.1 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik... 33

2.5.2 Sinonim dan Permasalahannya... 36

(8)

BAB III ANALISIS PEMAKAIAN VERBA AFURERU DAN KOBORERU 3.1 Verba Afureru dan Jenis-Jenis Pemakaiannya... 45

3.2 Verba Koboreru dan Jenis-jenis Pemakaiannya... 49

3.3 Analisis Perbedaan dan Persamaan verba Afureru dan Koboreru... 52

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

(9)

ABSTRAK

Bahasa adalah sarana komunikasi yang memiliki peranan penting dalam menyampaikan suatu informasi. Terdapat beragam hal yang dapat menimbulkan hambatan dalam

berkomunikasi. Salah satu diantaranya adalah sinonim atau perasamaan makna dalam sebuah bahasa baik berupa kata, pola kalimat, ungkapan ataupun bunyi-bunyi bahasa.

Dua buah kata atau lebih yang memiliki salah satu imitokuchou ( semantic feature) yang sama, bisa dikatakan sebagai kata yang bersinonim. Akan tetapi walaupun beberapa kata yang kita telaah memiliki makna yang hampir sama, itu hanya terjadi pada konteks-konteks tertentu saja. Sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:

1. Housetsu kankei (包摂関係 )

Sinonim ini menunjukan bahwa suatu arti kata termasuk kedalam arti lain secara sempit (khusus).

2. Shisateki Tokuchoo (示唆的特徴 )

Sinonim ini merupakan kata-kata yang sepadan /mirip dalam arti, namun memiliki perbedaan.

3. Dougigo (同義語 )

Sinonim ini menunjukan arti yang sama / sepadan .

Dalam penelitian ini penulis memilih verba Afureru (溢れる) koboreru (零れる) sebagai

tema dalam penelitian ini .Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan : 1) Memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian verba afureru dan koboreru

yang bermakna tumpah atau meluap;

2) Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan afureru dan koboreru

3) Sampai sejauh mana batas subtitusi fungsi verba afureru dan koboreru dalam kalimat.

(10)

verba afureru dan koboreru memiliki beberapa persamaan dan perbedaan yang dijadikan acuan ketika menggunakan kedua verba tersebut dalam konteks kalimat. Verba afureru digunakan untuk mengungkapkan ekspresi abstrak sedangkan verba koboreru digunakan untuk mengungkapkan ekspresi fisik atau yang terlihat oleh mata. Verba afureru memiliki makna keluarnya suatu materi disebabkan karena materi tidak cukup lagi dalam wadah, sedangkan verba koboreru keluarnya suatu materi diakibatkan adanya goncangan, jatuh atau lubang.Verba afureru dan koboreru dapat saling menggantikan dalam beberapa kalimat namun akan mengubah makna dan nuansa kalimat tersebut. Seperti dalam konteks kalimat “namida ga afureru” memiliki makna bahwa tumpah atau menetesnya airmata disebabkan sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri subjek. Sedangkan “namida ga koboreru” memiliki makna bahwa tumpahnya airmata disebabkan sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan subjek seperti rasa iba dan juga menceritakan kesedihan atau apa yang di alami orang lain.

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Permasalahan

Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memiliki peranan yang sangat penting untuk menyampaikan suatu informasi dari pembicara sebagai pemberi informasi ke pendengar yang merupakan penerima informasi. Agar proses komunikasi dapat berjalan dengan lancar, perlu ada persamaan persepsi dalam benak pembicara dan pendengar mengenai bahasa yang digunakan.

Kosakata yang dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah goi merupakan salah satu unsur karakteristik dari sebuah bahasa, oleh karena itu pemahaman kosakata sangatlah penting untuk menunjang pembelajaran sebuah bahasa. Terdapat beragam hal yang dapat menimbulkan hambatan dalam berkomunikasi, Salah satu diantaranya adalah keberadaan sinonim.

Sinonim berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu onoma yang berarti ‘nama’ dan syn yang berarti ‘dengan’. Maka secara harafiah kata sinonimi berarti ‘nama lain untuk benda atau hal yang sama’. Sinonim yang menurut Zgusta(1971: 89) merupakan kata-kata yang memiliki bentuk yang berbeda tetapi artinya hampir sama atau tidak mutlak. Sinonim itu sendiri merupakan salah satu objek kajian semantik dimana objeknya antara lain mencakup makna kata ( go ni imi ), relasi makna (go no imi kankei) antar satu kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam suatu idiom (ku no imi) dan makna kalimat (bun no imi) ( Sutedi,2004:103).

(12)

pada konteks-konteks tertentu saja. Sebab prinsip umum semantik menyatakan bahwa apabila bentuknya berbeda maka makna pun akan berbeda walaupun perbedaannya hanya sedikit. Secara semantik verhaar

( 1983: 132) mendefenisikan bahwa sinonim adalah ungkapan (bisa berupa kata, frase, atau kalimat) yang maknanya kurang lebih sama dengan makna ungkapan.

Chomsky dalam chaer (1994:385) menyatakan bahwa semantik sangat penting dalam study linguistik karena tata bahasa dan makna kalimat sangat ditentukan oleh komponen semantik.

Setiap bahasa memilik kaidah-kaidah ataupun aturan masing-masing yang baik dan benar. Artinya dalam pemakaian bahasa itu harus sesuai dengan situasi pemakaiannya dan sesuai dengan kaidah-kaidah yang berlaku. Seperti kata yang memiliki arti yang sama. Untuk menghindari masalah dalam berbahasa, seseorang perlu mempelajari tata bahasa yang baik dan benar, terutama saat kita hendak berbicara dengan orang yang tidak sebahasa dengan kita, atau saat hendak menterjemahkan bahasa asing. Hal ini sangat penting untuk menjalin suatu komunikasi yang baik dan terjemahan yang benar, khususnya dalam bahasa Jepang.

Bahasa Jepang memiliki jumlah sinonim yang sangat banyak dan sulit dicari padanan katanya dalam bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan pembelajar bahasa Jepang sering sekali merasa kesulitan dan melakukan kesalahan dalam menggunakan kosakata yang bersinonim. Dari hasil pengamatan penulis, beberapa pembelajar bahasa mengakui bahwa mereka mengetahui kata-kata yang bersinonim namun kurang memahami perbedaan makna dan fungsi masing-masing kata sehingga dalam penggunaannya sering sekali hanya berdasarkan pada kata yang sedang diingat saja.

Sinonim dalam bahasa Jepang sering ditemui terutama dalam bentuk verba. Misalnya,

kaeru (帰る) dan modoru (戻る); omou (思う) dan kangaeru (考える); amaru (余る) dan

(13)

pemakaiannya pada sebuah kalimat, kosakata tersebut tidak dapat sepenuhnya bisa saling menggantikan dikarenakan dua atau tiga buah kata yang bersinonim maknanya tidak akan persis sama ( Chaer, 1994:298 ). Salah satu contoh kasus seperti dalam verba benkyousuru (

勉強する)dan narau (習う)dan manabu(学ぶ) yang ketiganya dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan artinya dengan belajar.

Dalam penelitian ini penulis memilih verba Afureru (溢れる) koboreru (零れる)

sebagai tema dalam penelitian ini. Dibawah ini adalah contoh kalimat dari kedua verba tersebut:

1. こっぷにあふれる

Koppu ni

ほどビールをつぐ。(Gaikokujin no tame no Kihong Yourei

Jiten)

afureru

Menuangkan air ke gelas sampai akan hodo biiru o tsugu.

tame no Kihong Yourei Jiten)

koborenai

Agar bir tidak

youni, chuishite koppu ni tsuide kudasai.

tumpah,

Kedua verba afureru dan koboreru yang ada dalam kalimat diatas berpadanan dengan kata tumpah, penuh atau meluap. Namun pada kalimat diatas kedua kata afureru dan koboreru tidak bisa saling menggantikan karena dapat mengubah makna dari kalimat

tersebut. Alasan lain dipilihnya verba tersebut yaitu:

tolong berhati-hati menuangkannya.

- Sering digunakan dalam percakapan bahasa jepang sehari-hari; - Sering muncul dalam buku-buku bahasa jepang;

(14)

Dengan melihat uraian diatas penulis merasa tertarik untuk membahas pemakaian kata afureru dan koboreru yang bersinonim dalam dalam skripsi ini. Maka akhirnya penulis menulis skripsi yang berjudul "Analisis Makna Verba Afureru dan Koboreru (Ditinjau dari Segi Semantik)".

1.2 Perumusan Masalah

Setiap bahasa tertentu memiliki kaidah-kaidah tersendiri, misalnya bahasa Inggris, bahasa Jepang, bahasa Malaysia, bahasa Prancis dan bahasa lainnya masing-masing memiliki tata bahasanya sendiri. Begitu juga dengan bahasa Jepang yang memiliki kaidah tersendiri dalam penggunaanya terutama dalam verba yang bersinonim.

Munculnya perbedaan makna yang diinterprestasikan dan akhirnya menimbulkan kesalahpahaman antar individu yang berkomunikasi atau terjemahan yang tidak sesuai dengan bahasa Jepang, yang mengakibatkan adanya kesalahan dalam mengartikan kata tersebut dalam kalimat bahasa Jepang.

Banyak kata dalam bahasa Jepang yang bersinonim (dougigo).seperti verba afureru dan koboreru. Penulis tertarik dan penasaran mengenai persamaan dan perbedaan verba afureru dan koboreru karena verba afureru dan koboreru bisa saling menggantikan namun

tidak untuk semua kalimat. Sebagai contoh:

1. 沢山零れる

Takusan

。( Kamus Goro Taniguchi) koboreru

。( Kamus Goro Taniguchi)

(15)

Hohoemiga koboreru.

Penuh

4. 悲しい知らせに彼女めには涙が

Senyuman.

あふれてきた

Kanashii shiraseni kanojo meniwa namidaga

(Nihongo gakushu

Verba koboreru dan afureru yang berarti penuh, tumpah atau meluap yang ada pada kalimat (1), (2) diatas, dalam pemakaiannya memiliki makna dan nuansa yang sama, tetapi pada kalimat (3), (4) verba afureru dan koboreru tidak bisa saling menggantikan walaupun kedua verba tersebut dapat digunakan untuk mengungkapan ekspresi, emosi, atau perasaan karena dapat mengubah nuansa dan makna dari kalimat tersebut.

air mata karena berita sedih.

Dalam bentuk pertanyaan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apa persamaan verba afureru dan koboreru dari segi makna?

2. Apa perbedaan verba afureru dan koboreru dari segi makna?

3. Apakah fungsi verba afureru dan koboreru dapat saling menggantikan dalam kalimat atau tidak?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

(16)

Sebelum Bab pembahasan, Penulis menjelaskan juga tentang pengertian verba, jenis-jenis verba, fungsi verba, pengertian verba afureru dan koboreru jenis-jenis-jenis-jenis makna dalam semantik, sinonim dan permasalahanya serta pemilihan bahasa.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori a. Tinjauan Pustaka

Menurut Abdul Chaer (1994:1) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengkaji tentang bahasa sebagai objek kajian. Untuk itu penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik atau makna.

Bahasa terdiri dari kosakata-kosakata yang membentuk kalimat. Dalam setiap kosakata mengandung makna. Salah satu jenis kosakata adalah sinonim. Sinonim menurut Zgusta (1971:89) merupakan kata-kata yang memiliki bentuk berbeda tetapi arti yang hampir sama.

Dalam bahasa Jepang juga terdapat sinonim. Menurut Akimoto (2004) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi bahwa sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:

1. Housetsu kankei (suatu arti kata termasuk kedalam arti lain)

2. Sisateki Tokuchoo (sepadan dalam arti namun memiliki perbedaan) 3. Dougigo ( Arti dan makna yang sama atau sepadan)

(17)

diisi pada tempatnya dan sebagian isinya keluar dan dapat digunakan juga untuk mengungkapkan perasaan atau emosi yang berlebihan. Koboreru berarti sebahagian atau seluruh isi dari sesuatu mengalir keluar atau tumpah. Afureru mengindikasikan bahwa sesuatu dalam suatu tempat keluar karena tidak ada cukup tempat. Sedangkan pada koboreru goncangan,jatuh atau lubang pada wadah bisa menjadi sebab terjadinya keluar isi dari wadah tersebut. Koboreru juga digunakan untuk ekspresi fisik dari sebuah emosi atau perasaan seperti tertawa atau menangis yang tidak sengaja terlihat. Akan tetapi, koboreru tidak digunakan untuk mendeskripsikan suasana dari suatu tempat atau keadaan emosi yang tidak terlihat oleh mata seperti senang, kesedihan atau percaya diri (Masayoshi,1994:44). Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna.Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat.

b. Kerangka Teori

Sesuai dengan pembahasan skripsi ini, teori atau pendekatan yang digunakan untuk menganalisis makna verba afureru dan koboreru adalah pendekatan linguistik dalam kajian semantik.

Linguistik adalah ilmu yang mempelajari tentang bahasa. Ilmu linguistik itu tidak hanya mengkaji sebuah bahasa saja, melainkan mengkaji seluk-beluk bahasa pada umumnya. Sebagai ilmu linguistik beberapa bidang kajian yang menyangkut struktur-struktur dasar tertentu salah satunya yaitu bidang kajian makna (semantik). Kata semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani yaitu sema (kata benda) yang berarti ”tanda” dan ”lambang”. Kata kerjanya adalah semaino yang berarti ”menandai” atau ”melambangkan”.

(18)

(genggogaku) yang mengkaji tentang makna. Kata semantik kemudian disepakati sebagai

istilah yang digunakan untyuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu, kata semantik dapat diartikan ilmu tentang makna atau arti (Ferdinand De Saussure dalam Chaer, 1992:2).

Selanjutnya menurut Parera (1990:16) secara umum teori makna dibedakan atas: 1. Teori Refrensial atau Korespondensi

2. Teori Kontekstual 3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas

Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik salah satu makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah Teori Kontekstual.Teori makna Kontekstual adalah sebuah makna leksem atau kata kata yang berbeda dalam suatu konteks, termasuk juga dapat berkenaan dengan situasinya (Abdul Chaer, 1994:2001).

Sesuai dengan Teori Kontekstual penulis juga menggunakan pemilihan bahasa yang disesuaikan dengan kaidah yang sudah ditetapkan oleh pemakai bahasa pertama atau bahasa ibu. Seperti yang diutarakan oleh Robert Lado (1957) dalam buku Pengajaran Analisis Kontrasitif yang ditulis oleh G. Tarigan: "Unsur-unsur yang sama didalam bahasa ibu

dengan bahasa asing yang sedang dipelajari sangat menunjang pengajaran untuk bahasa yang sedang dipelajari; sebaliknya unsur-unsur yang berbeda menyebabkan timbulnya kesulitan belajar".

Berdasarkan teori makna diatas, maka penulis akan menginterpretasikan makna verba afureru dan koboreru sesuai dengan konteks kalimatnya

(19)

1. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang pemakaian verba afureru dan koboreru yang bermakna tumpah, penuh atau meluap.

2. Untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan verba afureru dan koboreru.

3. Untuk mengetahui sejauh mana batasan fungsi afureru dan koboreru dalam kalimat.

b. Manfaat

Manfaat dari penelitian ini antara lain :

1. Dapat di jadikan sebagai bahan tambahan pengetahuan tentang linguistik bahasa Jepang, khususnya mengenai persamaan kata.

2. Untuk menambah wawasan pembaca dalam mempelajari bahasa Jepang yang menggunakan verba yang bersinonim, khususnya verba Afureru dan Koboreru.

1.6 Metode Penelitian

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode peneltian adalah cara mencari kebenaran dengan asas-asas gejala alam, masyarakat atau kemanusiaan, berdasarkan disiplin ilmu yang bersangkutan.

Penelitian deskriptif (deskriftive research) adalah penelitian yang bertujuan untuk memberikan ( menjabarkan) suatu keadaan atau fenomena yang ada secara apa adanya. ( Sutedi :18).

(20)

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan (liberary research) yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca refrensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung penyusunan skripsi ini.

Adapun teknik analisis data yang digunakan penulis antara lain: 1. Pengumpulan Data

Mencakup pengumpulan contoh-contoh kalimat yang digunakan dalam tulisan ilmiah maupun data yang akurat dari internet (jitsurei). Selain itu, contoh-contoh kalimat lainnya yang merupakan hasil pemikiran penulis sendiri ( sakurei).

2. Analisis Data

Mencakup pengajian setiap contoh kalimat mengenai kondisi atau situasi yang muncul dalam kalimat tersebut, pengelompokan contoh-contoh kalimat berdasarkan hasil yang diperoleh pada tahap sebelumnya, mencari persamaan dan perbedaan yang terjadi berdasarkan pengelompokan yang telah dilakukan, menganalisis data dengan melihat konteks dimana ungkapan-ungkapan tersebut dapat atau tidaknya digunakan, maupun dapat tidaknya saling menggantikan dalam kalimat.

3. Memberi Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan maka akan diperoleh kesimpulan berdasarkan atas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.

BAB II

(21)

Terhadap beberapa defenisi verba antara lain menerangkan tentang pemakaiannya didalam konteks kalimat dan mengklasifikasikannya.

Penulis mencoba menggunakan defenisi verba bahasa Jepang. Sebelum menelaah fungsi bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba afureru dan koboreru, penulis akan menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam bahasa Jepang mempunyai batasan atau defenisi yang ditemukan oleh beberapa ahli linguistik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan yang juga disebut kata kerja

(Poerwadarmita,2005:1260).

Dalam bahasa Jepang Verba disebut dengan doushi. Makna doushi dilihat dari kanjinya:

動く= ugoku, dou = bergerak

= kotoba, shi = kata

動詞= doushi = kata yang bermakna gerak

Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat,

mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan biasanya berdiri sendiri (Sutedi,2003:42) Nomura dan Koike berpendapat hampir sama dengan defenisi Sutedi. Mereka mengatakan bahwa verba (doushi) adalah salah satu kelas kata dalam bahasa Jepang , sama dengan adjektiva-i dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis Yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktifitas, keberadaan atau suatu keadaan. Doushi dapat mengalami satu perubahan (katsuyou) dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat (Nomura dalam Sudjianto,2004:149).

(22)

aktifitas,keberadaan atau keadaan, mengalami perubahan (katsuyou), dapat berdiri sendiri dan menjadi predikat dalam suatu kalimat.

2.2 Jenis-jenis verba

Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang ( Dedi Sutedi,2003:47) menyatakan bahwa verba dalam bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjugasinya.

a. Kelompok I

Kelompok I disebut dengan 五段動詞 (godan-doushi) karena kelompok ini mengalami perubahan dalam kalimat deretan bunyi bahasa Jepang yaitu: あ、い、う、え、お (a,i,u,e,o), cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf

う、つ、る、く、す、む、ぬ、ぶ (u,tsu,ru,ku,su,mu,nu,bu). Contoh :

1. 買う ka-u (membeli) 2. 立つ ta-tsu (berdiri) 3. 売るu-ru (menjual) 4. 書くka-ku (menulis) 5. 泳ぐoyo-gu (berenang) 6. 読む yo-mu (membaca) 7. 死ぬ Shi-nu (mati) 8. 遊ぶ aso-bu (bermain) 9. 話すhana-su (berbicara) b. Kelompok II

(23)

berakhiran suara え、る (e, ru) yang disebut kami ichidan-doushi atau yang berakhiran い、る (i, ru) yang disebut shimo-ichidan-doushi. Contoh : 1. 見る mi-ru (melihat)

2. 起きる oki-ru (bangun) 3. 寝る ne-ru (tidur) 4. 食べる tabe-ru (makan)

c. Kelompok III

Verba kelompok III ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan, sehingga disebut 変格動詞 (henkaku-doushi) diantaranya terdiri dari dua verba yaitu:

1. する suru (melakukan) 2. 来る kuru (datang)

Dalam buku A Dictionary Of Basic Japanese Grammar ( Seiiichimakino dan Tsutsui, 1997:582-584) mengklasifikasi verba secara semantik menjadi lima jenis yaitu:

1. Verba Stative (yang menyatakan diam/tetap)

Verba ini menunjukan keberadaan. Biasanya verba ini tidak muncul bersamaan dengan verba bantu iru.

Contoh : 1. いる iru (ada)

(24)

2. Verba Continual ( yang menyatakan selalu, terus-menerus)

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu –iru untuk menunjukan aspek pergerakan. Contoh:

1. 食べる taberu ( Makan) -- 食べている tabeteiru (sedang makan)

2. 飲むnomu (minum) -- 飲んでいる nonde iru (sedang minum)

3. Verba Punctual (yang menyatakan tepat pada waktunya)

Verba ini berkonjugasi degan verba bantu –iru untuk menunjukan tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/ posisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda.

Contoh:

1. 知るshiru- (tahu) -- 知っている shiteiru (mengetahui)

2. 打つutsu- (memukul) -- 打っている utte iru (memuku li)

4. Verba Non-Volitional (yang menyatakan bukan suatu kemauan)

Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin,bentuk perintah, dan bentuk

kesanggupan. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan emosi atau perasaan dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan.

Contoh :

1. 愛する (mencintai, berkenaan dengan perasaan )

2. 聞こえる (kedengaran/berkenaan dengan perasaan)

5.Verba Movement (yang menyatakan pergerakan) Verba ini menunjukan pergerakan.

(25)

1. 走る(berlari)

2. 行くiku (pergi)

Menurut Yoshikawa (1989:56-57) doushi bisa dibagi secara garis besar berdasarkan makna gramatikalnya menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

1. Jidoushi dan Tadoushi

Jidoushi ialah verba yang tidak memerlukan kata bantu (を) untuk menunjukan objeknya. Misalnya いる、ある、おきる、ねる、歩く、見える。salah satu contoh adalah dalam verba 歩く- aruku yang bermakna berjalan pada kalimat 道を歩くmichi o aruku yang bermakna berjalan-jalan, karena sebenarnya kata bantu (を) dalam kalimat tersebut tidak diperlukan, maka verba 歩くtermasuk dalam jidoushi.

Tadoushi ialah verba yang memerlukan kata bantu (を) dalam menunjukan objeknya. Verba yang termasuk kedalam jenis tadoushi adalah

読む、食べる、見る、集める、起こす。

2. Keizokudoushi dan Shukandoushi

Keizokudoushi pada kalimat seperti (本を読んでいる) , bentuk -ている disini merupakan bentuk verba yang menunjukan keadaan berlangsungnya suatu kegiatan. Verba yang termasuk dalam jenis Keizokudoushi adalah verba-verba seperti

詠む、書く、歌う雨が降る。

Shukandoushi pada kalimat merupakan bentuk yang menunjukan keadaan

akhir.Contoh verba yang termasuk dalam jenis Shukandoushi yaitu開く、壊れる、知る。

3. Ishidoushi dan Muishidoushi

Ishidoushi adalah verba yang menunjukan perbuatan yang dikehendaki manusia.

(26)

Muishidoushi adalah verba yang menyatakan suatu hal yang tidak dapat di kontrol

menurut keinginan manusia. Contoh verba yang termasuk muishidoushi adalah sepertiびっくりする、落ちる。

2.3 Fungsi verba

Seperti yang telah dijelaskan pada sub bab 2.1 (pengertian verba), pada umumnya verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, dan terletak diakhir kalimat.

Contoh :

私は漢字を書く

Watashi wa kanji o

Saya

kaku.

menulis

Verba berfungsi untuk membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya fuzukugo (Sudjianto,2004:159)

kanji.

Contoh :

壁に地図が張ってある

Kabe ni chizu ga hatte

aru

Di dinding

.

ada

Verba berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vokal /u/ (Sudjianto,2004:149)

(27)

Watashi wa eakon ga aru

Saya ingin mobil

jidousha ga hoshiidesu.

yang memiliki AC.

2.4 Pengertian Verba Afureru dan Koboreru

2.4.1 Pengertian Verba Afureru

Dalam buku Nihongo Gakushuu Tsukaiwake Jiten /日本語学習使い分け事典 (Hirose Masayoshi, el al :1994:44-46) membahas verba afureru sebagai berikut:

1。いっぱいになって入りきらずに、一部が外へ出てしまうことです.

Ippai ni natte hairi kirazuni,ichibu ga soto e dete shimau koto desu .

Sesuatu diisi pada tempatnya dan sebagian isinya keluar.

2。感情やその場のようにも使い、そのような気持ちやふにきが一ぱいだ満ちて

いるということです。

Kanjyou ya sono ba no yousu ni tsukai, sono youna kimochi ya funiki ga ippai

da michiteiru iu koto desu.

Juga digunakan untuk menjelaskan sesuatu mengenai perasaan atau emosi yang sangat kuat, berlebihan atau digunakan untuk mendeskripsikan suasana dari suatu tempat atau keadaan emosi/ perasaan yang tidak terlihat oleh mata (abstrak) seperti senang, kesedihan atau percaya diri.

Contoh kalimat dari penjelasan makna nomor 1 diatas adalah sebagai berikut:

(1) 年末のデパートには、買い物客が溢れている。

Nenmatsu no depatoo niwa , kaimono kyakuga afureteiru.

Pada akhir tahun departemen store dipadati oleh pengunjung.

(28)

Ima no yononaka, mono ga afureruhodo aru kuni to ,soodenai kuni to no

saga hageshii.

Pada saat ini jarak antara Negara yang kaya dan Negara yang miskin semakin besar.

Contoh kalimat untuk penjelasan makna nomor 2 adalah :

(3) 朝の市場は活気に溢れている。

Me kara namida ga afureta.

Airmata meluap dari mata.

Dalam buku Gaikokujin no tame no Kihongo YoureiJiten

外国人のための基本語用例事典 ( Asano Tsuruko: 1983) menyatakan bahwa

pengertian afureru menurut Asono dkk, adalah sebagai berikut:

(水などが) いっぱいになって外へ出ててしまう。

(Mizu nado ga) ippai ni natte soto e deteshimasu.

(Air dan lainnya) karena menjadi penuh sehingga keluar. Contoh kalimatnya adalah sebagai berikut:

(4)こどもたちは元気に溢れている。

Kodomotachi wa genki ni afureteiru.

Anak –anak berhamburan keluar dengan gembira.

(5) あの人は入学試験にパスしたので、よろこびに溢れています。

Ano hito ha nyugakushiken ni pasushita node,yorokobini afureteimasu.

(29)

Dalam buku Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reika Jiten

/使い方の分かる類語例解事典 (Satou Norimasa: 1994: 1022) mendefenisikan

verba afureru sebagai berikut:

a) 入れ物に対して物が多すぎて収まりきれなくなり、入れ物にはいりきれない部分だけ

が外に出る意。

Iremono taishite mono ga oosugite osamari kirenakunari, iremono ni

hairikirenai bubun dakega soto ni derui.

Sesuatu yang tidak bisa masuk kedalam suatu wadah karena benda itu lebih baik dibanding kapasitas wadahnya,sehingga sebahagian dari benda yang tidak bisa masuk tersebut muncul keluar.

b) はみ出しそうになるほどいっぱいに満ちている意で使われる.

Hamida shisouni naru hodo ippai ni michiteiru demo tsukawareru.

Mengandung pengertian bahwa suatu hal terisi dengan penuh seakan-akan menjadi berhamburan keluar.

Contoh : 才気があふれる。

Saiki ga afureru.

Penuh bakat

2.4.2 Pengertian Verba Koboreru

Dalam buku Nihongo Gakushuu Tsukaiwake Jiten /日本語学習使い分け事典 (Hirose Masayoshi, el al :1994:44-46) membahas verba koboreru sebagai berikut:

1. 入れ物に入っていたものの一部や全部が外へ出ることです。(溢れる)

が入りきらずに出てしまうの対し、(零れる)

はそれ以外に入れ物が揺れた穴があいたりという、入れ物の状態の変化によることもあり

(30)

Iremono haitte mono no ichibuya zenbu ga soto ederu koto desu.afureru ga

hairikirazuni deteshimau ni taishi, (koboreru) wa sore igaini iremono ga

yureitari

taoretari anaga aitari to iu, iremono no jootai no henkani yorukoto mo

arimasu.mata

koborete shita ni michiru toiu imi mo fukumimasu.

Koboreru berarti sebahagian atau seluruh isi dari sesuatu mengalir keluar atau

tumpah. Afureru mengindikasikan bahwa sesuatu dalam suatu tempat keluar karena

tidak ada cukup tempat .Sedangkan koboreru goncangan, jatuh atau lubang pada

wadah bisa menjadi penyebab terjadinya keluar isi dari wadah tersebut.Kata ini juga

menunjukan bahwa tumpah tersebut jatuh atau mengalir kebawah.

2. (笑い、涙) のように思わず現れる感情表現に使います。(喜び、悲しい、自信)

などのように見て分からないものや、その場のふにきには使いません。

(warai, namida) no youni omowazu arawareru kanjyouhyougen ni

tsukaimasu.(yorokobi,kanashimi,jishin) nado no youni mite wakaranai mono

ya , sono bano funikini ha tsukaimasen.

Koboreru juga dapat diartikan sebagai ekspresi fisik dari sebuah emosi atau

perasaan

seperti tertawa atau menangis yang secara sengaja terlihat.Akan tetapi, koboreru tidak digunakan untuk mendeskripsikan suasana dari suatu tempat

(31)

Contoh kalimat dari penjelasan nomor 1:

(1) 急いではこんだので、バケツの水がこぼれた。

Isoide hakodanode, baketsu no mizu ga koboreta.

Karena membawa dengan terburu-buru, air dalam ember tumpah.

Contoh kalimat penjelasan nomor 2:

(2) その映画はとても感動的だったので、私は涙が零れるのをとめることができなかった

Sono eiga ha totemo kandooteki dattanode, watashi ha namida ga

koboreru no tomeru kotoga dekinakatta.

Film itu sangat menyentuh sehingga saya tidak bisa berhenti menumpahkan air mata.

Apabia kita lihat pada pengertian makna afureru menurut Hirose dkk yaitu untuk menjelaskan sesuatu mengenai perasaan atau emosi yang sangat kuat atau berlebihan , maka afureru pun seharusnya dapat juga digunakan dalam konteks kalimat nomor (2). Akan tetapi Hirose dkk tidak menjelaskan lebih detail mengenai hal tersebut, kenapa koboreru yang digunakan atau apakah afureru juga dapat menggantikan dalam kalimat tersebut.

(32)

Dengan menggunakan cara subtitusi untuk mengetahui sejauh mana penggunaan koboreru dalam kalimat yang menggunakan airmata (namida) penulis mencoba mengambil contoh kalimat yang menggunakan verba koboreru.

1. こぶし握り緊め、朝日をまれば、赤い爪あとに、涙きらりが零れる.

Kobushi nigirishime,asahi no mareba, akai tsume ato ni, namida kirari ga

koboreru.

(Namida –Soundtrack Litre no Namida)

Bahkan bila kau menggengan tanganmu, menanti matahari pagi,meninggalkan tanda-tanda merah di kukumu, dan bahkan memulai meneteskan

2. もしも心が、傷ついて

airmata.

涙零れる

Moshi kokoro ga, kizutsuite namida

ときは世界じゅうをできにしてもきみを守

るよ。 (Kanji Kiss-Kaeri michi no love, by:

Togemashu)

koboreru

Aku akan menerimamu bahkan jika kamu patah hati dan

toki wa, sekai jyuu o deki ni

shitemo kimi o mamoru yo.

meneteskan

3. その映画はとても感動的だったので、私は涙が

airmata bahkan jika kamu harus melawan dunia, aku kan melindungimu. 零れる

Sono eiga ha totemo kandooteki dattanode, watashi ha namida

ga

のをとめることができなかった

(Hirose Masayoshi, el al :1994)

koboreru

Film itu sangat menyentuh sehingga saya tidak bisa berhenti no tomeru kotoga dekinakatta.

(33)

Berdasarkan ketiga (3) contoh diatas, dimana pada kalimat (1) dan (2) verba koboreru digunakan oleh subjek untuk menceritakan perasaan atau apa yang

dialami oleh lawan bicara atau orang lain bukan menceritakan apa yang subjek rasakan atau alami. Dan dalam kalimat (3) baik afureru dan koboreru dapat digunakan. Keduanya memiliki arti yang sama yaitu menumpahkan, namum nuansa akan berbeda. Jika menggunakan namida ga afureru pada kalimat (3) makna wanita itu menangisi kabar sedih yang ia dengar dan berhubungan langsung dengan dirinya, misalnya keluarga perempuan tersebut meninggal dunia. Sedangkan namida ga koboreru memiliki nuansa yang berbeda, dimana wanita itu menangisi berita tersebut karena rasa iba atau sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan dirinya sehingga ia tidak sadar sudah meneteskan air mata.

Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa koboreru dapat digunakan juga untuk mengekspresikan kesedihan seperti airmata. Walaupun secara gramatikal maka verba yang tepat dipakai untuk mengekspresikan perasaan yang abstrak adalah verba afureru, namun sesuai dengan kontekstual kalimat maka verba koboreru juga dapat digunakan untuk membedakan nuansa dari kalimat

tersebut.

Dalam buku Gaikokujin no tame no Kihongo YoureiJiten

外国人のための基本語用例事典 ( Asano Tsuruko: 1983) menyatakan bahwa

pengertian koboreru menurut Asono dkk, adalah sebagai berikut:

1. 入れ物にはいっているものが、多すぎて外へ落ちる。

(34)

Benda yang dimasukan kedalam sebuah wadah terlalu banyak sehingga jatuh keluar.

Contoh:

お茶をつぎすぎて、ちゃわんからこぼれてしまった。

Ocha wo tsugitsugite,chawan kara koborete shimatta.

Karena berlebihan menuangkan, teh tumpah dari gelas.

2. 入れ物がたおれたり、こわれたりして、中の物が外へ落ちる。

Iremono ga taoretari kowaretarishite naka no mono ga soto e ochiru.

Tempat memasukan barang jatuh atau rusak sehingga benda yang didalamnya jatuh keluar.

Contoh :

びんの口を良くしめなかったので、中のインクが毀れてしまった。

Binno kuchi wo yoku shimenakatta node , naka no koborete shimatta.

Karena botol tidak tertutup dengan baik, tinta didalamnya tumpah.

Dalam buku Tsukaikata no Wakaru Ruigo Reika Jiten

/使い方の分かる類語例解事典 (Satou Norimasa: 1994: 1022) mendefenisikan

verba koboreru sebagai berikut:

1. 液体や粒状、粉状の物が、その入れ物よりも多すぎたり、入れ物から

もれたり、あるいは入れ物がひっくりかえったりして、外に出る意。Eikitaiya

ryuujoo, funjoo no mono ga, sono ire mono yori mo

oosugitari,iremono kara moretari, arui ha iremono ga hikkkuri

kaettarushite,

(35)

Terdapat pengertian dimana zat cair,butiran, benda bubuk terlalu banyak dibandingkan dengan tempat penyimpanan sehingga keluar dari tempat penyimpananya atau tempat penyimpanannya jatuh terguling.sehingga isinya keluar.

2. 内側の物が自然に表に現れ出る意も表わす。

Uchigawa no mono ga shizenni omote ni arawarederui mo arawasu.

Menunjukan sesuatu yang tersembunyi (atau bagian dalam) kelihatan ke luar secara sendirinya.

Contoh : えみがこぼれる。

Emi ga koboreru.

Senyumannya mengembang/penuh senyuman.

2.5 Semantik dan Kesinoniman

2.5.1 Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:54)jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria atau sudut pandang , yaitu:

(36)

seperti tifus.Makna itu juga muncul pada kalimat : Tikus mati diterkam kucing, Panen gagal akibat serangan tikus. Pada kalimat ini makna tikus merujuk pada binatang, bukan kepada makna yang lain.Sedangkan makna Gramatikaladalah makna yang hadir akibat proses gramatikal atau proses afikasi, proses

reduplikasi,dan proses komposisi.Contoh dari proses afiksasi adalah /ter/pada kata/angkat/dalam kalimat: Koper seberat itu terangkat juga oleh adik.awalan ter pada kata angkat melahirkan makna ‘dapat’. Sedangkan pada kalimat : ketika balok itu ditarik, papan itu terangkat keatas. melahirkan makna ‘tidak

sengaja’. Contoh proses reduplikasi dapat dilihat pada kata buku yang bermakna ‘sebuah buku’ menjadi buku-buku yang berarti ‘banyak buku’. Sedangkan contoh dalam proses komposisi dapat dilihat pada kata sate ayam tidak sama dengan sate Padang. Sate ayam menyatakan asal bahan sedangkan sate Padang menyatakan asal tempat.

b. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem dapat dibedakan menjadi makna refensial dan makna non-refrensial. Makna refrensial ialah makna dari kata-kata yang memiliki refren, seperti meja, lemari yang kedua kata itu merupakan sejenis prabot rumah tangga. Sedangkan makna non-refrensial adalah kata yang tidak memiliki refren seperti karena atau tetapi yang merupakan konjugasi, proposisi.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau lesem maka dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensial, sebab makna denotatif ini lazim diberikan penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut

(37)

itu sering disebut sebagai makna sebenarnya. Contoh kata wanita dan

perempuan. Karena kata-kata ini memiliki denotatif yang sama, yaitu manusia dewasa dan bukan laki-laki. Sedangkan makna konotatif ialah makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi rasa positif atau negatif atau yang disebut sebagai makna tidak sebenarnya.

d. Berdasarkan ketetapan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata atau makna istilah.Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tepat dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran seperti kata tangan dan lengan digunakan sebagai istilah untuk pengertian yang berbeda. Makna tangan adalah ‘pergelangan sampai ke pangkal bahu’, sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya).

e. Berdasarkan kriteria atau sudut pandang lain,dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatif,kolokatif dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambangan-perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain. Contohnya seperti melati yang digunakan sebagai lambang kesucian, kata merah sebagai lambang keberanian dan Srikandi sebagai lambang

kepahlawanan wanita.

Berbeda dengan makna idiomatik,kata idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur nya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Sebagai contoh menjual rumah yang bermakna ‘sipembeli menerima rumah dan sipenjual menerima uang’, tetapi menjual gigi bukan berarti

(38)

‘tertawa keras-keras’. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna sebuah satuan bahasa (kata, frase atau kalimat) leksikal atau gramatikal unsur-unsur pembentukannya.

Makna kolotatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya, sedangkan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase . Contoh gadis itu cantik dan pemuda itu ganteng. Kita tidak dapat menyatakan gadis itu tampan dan pemuda itu cantik karena pada kedua kalimat tersebut maknanya tidak sama walaupun informasinya sama.

2.5.2 Sinonim dan Permasalahannya

Sebagai sebuah sistem, bahasa mempunyai komponen pokok yaitu sistem bunyi, sistem tata bahasa dan kosakata. Oleh karena itu, untuk dapat menguasai sebuah bahasa dengan baik, seorang pembelajar harus mampu memiliki keterampilan yang mencakup ketiga komponen kebahasaan tersebut. Asano (1981:3) menyebutkan bahwa tujuan akhir pengajaraan bahasa Jepang adalah agar para pembelajar dapat menyampaikan ide atau gagasannya dengan menggunakan bahasa Jepang baik dengan tulisan maupun lisan.

(39)

kata akan tetapi bisa juga frasa atau kalimat) yang kurang lebih sama maknanya dengan suatu ungkapan lain.

Pateda (2001:222-223) menyatakan bahwa ada tiga batasan yang dapat dikemukakan yaitu:

a. Kata–kata dengan acuan ekstra linguistik yang sama, misalnya kata mati dan mampus;

b. Kata-kata yang mengandung makna yang sama , misalnya kata memberitahukan dengan kata menyampaikan;

c. Kata-kata yang dapat disubtitusikan dalam konteks yang sama, misalnya “kami berusaha agar pembangunan berjalan terus.”, “kami berupaya agar pembangunan berjalan terus.” Kata berusaha bersinonim dengan kata berupaya.

Akimoto (2004) dalam bukunya yang berjudul Yoku Wakaru Goi dijelaskan bahwa sinonim terbagi atas 3 jenis yaitu:

a. Housetsu kankei (包摂関係 )

Sinonim ini menunjukan bahwa suatu arti kata termasuk kedalam arti lain secara sempit (khusus). Untuk lebih jelas dapat di lihat pada gambar berikut:

Arti B merupakan bagian arti secara sempit (khusus) dari arti A. Misalnya pada kata sensei (A) dan kyoushi (B). Maka kata kyoushi dan

A

(40)

sensei merupakan sinonim.Maka kata sensei merupakan makna luas dan

kyoushi sebagai makna sempit (khusus).

b. Shisateki Tokuchoo (示唆的特徴)

Sinonim ini merupakan kata-kata yang sepadan /mirip dalam arti, namun memiliki perbedaan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Kata dalam gambar A dan B merupakan kata yang memiliki arti yang sepadan. Misalnya noboru dan agaru. Kedua kata tersebut memiliki makna yang mirip yaitu naik. Namun ada perbedaan dalam penggunaannya, yang dalam kondisi tertentu dapat saling menggantikan.

c. Dougigo (同義語)

Sinonim ini menunjukan arti yang sama / sepadan seperti yang pada gambar dibawah ini :

A B

(41)

Misalnya pada kata takkyuu dengan pinpon. Kedua-duanya mempunyai arti olahraga tenis meja.mempunyai kesamaan yang menyeluruh baik dari segi

nuansa. Sinonim ini biasanya terjadi akibat faktor pengaruh terjemahan bahasa asing ( Akimoto, 2004: 112).

Setiap kata yang bersinonim pasti ada perbedaannya, karena tidak mungkin dua kata atau lebih yang sama sekalitidak memiliki perbedaan. Momiyama (1998) memberikan beberapa pemikiran tentang cara mengidentifikasi suatu sinonim, seperti berikut:

a. Chokkanteki ( secara intuitif langsung) bagi para penutur asli dengan berdasarkan pengalaman hidupnya. Bagi penutur asli jika mendengar suatu kata, maka akan langsung dapat merasakan bahwa kata tersebut bersinonim atau tidak.

b. Beberapa kata jika diterjemahkan dalam bahasa asing akan menjadi satu kata, misalnya kata oriru,kudaru,sagaru,dan furu dalam bahasa Indonesia bisa dipadankan dengan kata turun.

c. Dapat menduduki posisi yang sama dalam suatu kalimat dengan perbedaan makna yang kecil. Misalnya pada kalimat 階段を上がる kaidan o agaru dengan 階段を上るkaidan o noboru sama-sama

berarti menaiki tangga.

d. Dalam menegaskan suatu makna, kedua-duanya bisa digunakan bersamaan (sekaligus). Misalnya kata 光‘hikaru’ dan 輝く

(42)

hikari-kagayaite iru’ berarti bintang bersinar

cemerlang.(Sutedi,2003:120).

Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam meneliti sinonim menurut Sutedi (2003: 121-123) yaitu :

a. Menentukan objek yang akan diteliti

Hal ini bergantung pada minat peneliti sendiri untuk meneliti apa yang akan ditelitinya dan apa latar belakangnya serta untuk apa manfaatnya.

b. Mencari literatur yang relevan

Literatur yang dimaksud bisa berupa teori-teori kebahasaan, atau berupa hasil penelitian terdahulu.

c. Mengumpulkan data (jitsurei dan sakurei)

Mengumpulkan data (jitsurei) yang dapat diperoleh dari tulisan ilmiah,buku cerita, novel-novel dan surat kabar. Sedangkan sakurei data yang dibuat sendiri oleh penulis dengan terlebih dahulu

memperhatikan kaidah-kaidah yang berlaku dan dapat diterima oleh penutur aslinya. Salah satu cara untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan meminta native speaker yang berkompeten untuk memeriksa setiap sakurei yang dibuat.

d. Mengklasifikasikan data

(43)

e. Membuat pasangan kata yang akan dianalisis

Apabila kata yang dianalissi lebih dari dua maka akan lebih mudah menganalisisnya dengan membuat analisis pasangan, dua kata dibanding dengan beberapa kata secara sekaligus.

f. Melakukan analisis

Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menganalisis makna kata antara lain sebagai berikut:

1) Dengan membandingkan ruigigo (kata yang memiliki bunyi ucapan yang berbeda tapi memiliki kemiripan dalam makna) sebaiknya dengan kalimat yang sama, agar analisis terpusat pada objek tersebut.

2) Harus menyajikan kalimat yang benar (yang berpedoman pada jitsutei),jika ragu terhadap kalimat yang dibuat (sakurei), maka

prlu meminta pendapat penutur asli. Lalu, melalui tehnik permutasi dan tehnik subtitusi akan dapat diketahui mengapa suatu kata bisa digunakan dalam kalimat, sedangkan kata yang lain tidak bisa. Dengan menelaah berbagai unsur yang terkait, maka perbedaan dan persamaan suatu sinonim akan bisa ditemuka n.

g. Membuat kesimpulan/generalisasi

Kesimpulan atau generalisasi dapat dibuat secara induktif yang berdasarkan pada hasil analisis. Oleh karena itu, kelengkapan dan keakuratan data sangat diperlukan agar mampu membuat

(44)

2.5.3 Pilihan Bahasa

Pilihan bahasa atau diksi berhubungan dengan bagaimana seorang pembicara atau penulis memilih kata atau istilah yang tepat digunakan dalam penuturan atau karangan yang disusunnya. Pilihan kata adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna yang sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan yang menemukan bentuk sesuai dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sipembicara/pendengar.

Sebagai contoh kata kini dan sekarang. Kelihatan persis sama maknanya sehingga seolah-olah keduanya dapat saling menggantikan, sebagaimana dapat dilihat dalam kalimat berikut: (1) karena dahulu para petani di daerah ini berpindah-pindah, sekarang banyak lahan yang rusak. Akan tetapi jika diamati kemungkinan pemunculan kata kini lebih terbatas

dari pada sekarang. Kata kini mengandung nuansa yang lebih khusus, penggunaan kata kini mengandalkan adanya kesinambungan antara apa yang terjadi pada waktu lampau dan terjadi pada saat awalnya dibicarakan, antara yang terjadi dulu dan yang terjadi sekarang (2) yang dulu dipandang remeh, kini disegani banyak orang (3) Dia yang di kenal sebagai

peragawati kini mencoba nasib menjadi perancang busana. Meskipun kata kini selalu

mengait ke peristiwa masa lampau itu sendiri tapi tidak selalu harus disebut secara eksplit. Peristiwa lampau yang terkena kaitan itu dapat saja hanya secara implisit tersingkap dari konteksnya. Sedangkan kata sekarang digunakan sebagai atribut untuk menerangkan nomina. Seperti (4) sekarang daerah itu telah dikosongkan ,(5) guru yang sekarang lebih pandai menyampaikan materi pelajaran.

(45)

Sama halnya dengan kata afureru dan koboreru yang dalam beberapa konteks kalimat dapat saling menggantikan tetapi memiliki makna atau nuansa yang berbeda. Karena tidak ada dua kata yang memiliki makna yang sama persis ( Zgusta:1971:89).

BAB III

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA AFURERU DAN KOBORERU

3.1 Verba Afureru dan Jenis-Jenis Pemakaiannya

Contoh :

1. それでも今は情報が溢れ

Soredemo ima wa jyouhou ga afure, kigyou yori kounyuusuru kokyaku no hou ga chishiki

ha ooi koto ga aru.

、起業より購入する顧客の方が知識は多いことがある。(なぜ日本人、勤勉、

器用、裕福なの 1997:100)

Terjemahan:

Sekarang informasi melimpah, sehingga pelanggan lebih banyak pengetahuan dibanding produsen.

(46)

Penggunaan verba afureru pada konteks kalimat ini sudah tepat. Sebab verba afureru mengindikasikan sesuatu yang bersifat abstrak atau tidak terlihat oleh mata.

Artinya kata afureru digunakan untuk menyatakan berlimpahnya suatu hal yang bersifat abstrak atau tidak berwujud namun dapat dirasakan seperti kesedihan,percaya diri, harapan dan lain sebagainya. (Hirose Masayoshi: 1994). Oleh karena itu, “informasi” pada kalimat diatas adalah bentuk abstrak karena informasi tidak memiliki wujud namun memberikan gambaran mengenai suatu hal yang tidak dapat dilihat oleh mata (abstrak). Dengan demikian “informasi” yang “berlimpah” pada kalimat diatas sudah tepat menggunakan verba “afureru”.

2. 成熟化した今の日本、物は溢れ

Seijyoukukashita ima no nihon, mono wa

、飽食の日本、土地は買えないほど高い。(なぜ日本人

、勤勉、器用、裕福なの 1997:40)

afure

Terjemahan:

, housyouku no nihon ,tochi wa kaenai

hodo takai.

Pada masa saat ini di Jepang, barang berlimpah sedangkan harga tanah begitu tinggi sehingga tidak terjangkau.

ANALISIS:

(47)

keadaan tanpa melihat langsung benda atau hal tersebut, dalam arti masih dalam bayangan atau pemikiran si pembicara.

Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa secara gramatikal kalimat tersebut dirasa kurang tepat, namun jika ditinjau melalui persepsi atau sudut pandang yang lain, kalimat tersebut bisa digunakan dimana kalimat tersebut merupakan kalimat informatif yang menginformasikan suatu hal tanpa melihat langsung wujud benda atau materi tersebut.

3. 人は有名な 気力に溢れた

Nihon jin ha yumei na kiryoku ni

人。(なぜ日本人 、勤勉、器用、裕福なの 1997:40)

afureta

Terjemahan:

hito.

Orang jepang terkenal sebagai orang yang penuh semangat.

ANALISIS: Pemakaian verba afureru sudah tepat. Karena verba afureru digunakan untuk mendeskripsikan hal yang dapat dirasakan dan tidak memiliki wujud atau abstrak seperti kesedihan, percaya diri atau senang. Dengan kata lain Verba afureru digunakan untuk menunjukan ekspresi emosional subjek dengan apa yang ia rasakan. Oleh karena itu “semangat” dalam konteks kalimat diatas menggambarkan suasana hati yang tidak terlihat oleh mata namun bisa dirasakan . sehingga verba afureru sudah tepat digunakan dalam konteks kalimat ini.

4. 喜び涙が溢れてきた。(日本のこころの歌 1993: 311)

Yorokobi namida ga afuretekita.

Terjemahan:

(48)

ANALISIS:

Secara gramatikal pemakaian verba ini sudah tepat. Afureru digunakan untuk mengggambarkan suatu hal yang tidak terlihat oleh mata atau abstrak. Meneteskan air mata menunjukan ekspresi emosional subjek dengan apa yang ia alamai atau rasakan. Walaupun air mata memiliki wujud berupa cairan, namun jika ditinjau melalui prosesnya den pendapat para pakar yang mengatakan verba afureru digunakan untuk menyatakan suatu materi yang karena penuh sehingga mengakibatkan isinya keluar (Asano Tsuruko: 1983).

Maka penulis mengambil kesimpulan bahwa “ air mata” pada kalimat ini keluar karena dorongan emosional yang berlebihan sehingga tidak dapat menahan perasaan tersebut yang akhirnya meneteskan air mata. Sehingga penggunaan afureru pada kalimat ini sudah tepat menggambarkkan ekspresi emosional yang di tuangkan melalui air mata.

5. 池の水がていほうからあふれ出す。(Bunpou 2 jodoushi o chuushinshite 1980 :184)

Ike no mizu ga teihou kara afuredasu.

Terjemahan:

Air kolam mengalir keluar melalui pematang. ANALISIS:

Penggunaan verba afureru pada kalimat diatas dirasa sudah tepat . Verba afureru digunakan untuk menyatakan keluarnya sebuah materi seperti air dari

wadahnya dikarenakan wadahnya telah penuh sehingga isinya keluar dengan kata lain materi tersebut melebihi kapasitas wadah ( Asano Tsuruko: 1983).

(49)

3.2Verba koboreru dan Jenis-Jenis Pemakaiannya Contoh :

(1) お豆が零れないように、ふくろの口よく結んで下さいね。 (Tetsuko, Kuroyanagi, 1984:147)

Omame ga koborenai youni, fukuro no kuchi o yoku musunde kudasai ne.

Terjemahan:

Agar kacang tidak tumpah, tolong lubang karungnya tutup dengan baik ya. ANALISIS:

Penggunaan verba koboreru pada kalimat diatas sudah tepat. Verba koboreru mengandung pengertian dimana zat cair, butiran benda bubuk atau gas yang keluar dari tempatnya akibat mengalami goncangan, lubang atau terjatuh yang mengakibatkan sebahagian atau seluruh isinya keluar atau tumpah dari wadahnya ( Satou Norimasa : 1994).

Pada kalimat diatas penggunaan koboreru bertujuan untuk mengantisipasi agar ‘kacang” dari dalam “ karung” tersebut tidak tumpah karena adanya “lubang”. Sehingga kalimat diatas sudah tepat menggunakan verba koboreru.

(2) こぶし握り緊め、朝日をまれば、赤い爪あとに、涙きらりが零れる.

Kobushi nigirishime, asahi no mareba, akai tsume ato ni, namida kirari ga koboreru. (Namida – Soundtrack Litre no Namida)

Terjemahan:

(50)

ANALISIS:

Penggunaan verba koboreru pada konteks kalimat diatas sudah tepat. Koboreru digunakan untuk menyatakan suatu hal yang awalnya tidak terlihat atau bagian dalam yang terlihat keluar dengan sendirinya (Satou Norisama : 1994).

Oleh karena itu, air mata yang pada dasarnya tidak terlihat menjadi terlihat keluar dengan sendirinya. Sehingga penggunaan koboreru pada konteks kalimat ini tepat. (3) 部屋中にわ笑いがこぼれていた、本当にしあわせな家庭だな。

(ww.sci_lang_japan.googlegroups.com)

Heya no naka niwa waraiiga koboreteita, hontou ni shiawasena kateida na.

Terjemahan:

Dalam ruangan penuh tawa, benar-benar rumah tanggga yang bahagia .

ANALISIS:

Pada kalimat diatas penggunaan koboreru sudah tepat. Dimana koboreru digunakan untuk menunjukan ekspresi fisik dari sebuah emosi atau perasaan seperti tertawa, tersenyum dan lain sebagainya. Atau dengan kata lain suatu hal yang awalnya tidak terlihat atau bagian dalam yang terlihat keluar dengan sendirinya (Satou Norisama : 1994).

Pada kalimat diatas “tawa” merupakan ekspresi fisik yang tampak dari sebuah emosi, atau hal yang pada dasarnya tidak kelihatan atau tersembunyi, menjadi terlihat dengan sendirinya. Sehingga “warai” sudah tepat menggunakan koboreru.

(51)

(1) 喜び涙が溢れていた Yorokobi namida ga

。(日本のこころの歌 1993: 311)

Kobushi nigirishime,asahi no mareba, akai tsume ato ni, namida kirari ga koboreru.

(Namida Soundtrack Litre no Namida)

Terjemahan:

Bahkan bila kau menggengan tanganmu, menanti matahari pagi,meninggalkan tanda-tanda merah di kukumu, dan bahkan membenci meneteskan

ANALISIS:

airmata.

Pada kalimat (1) afureru digunakan untuk menyatakan perasaan yang tidak terlihat oleh mata seperti kesedihan, percaya diri atau senang. Meneteskan air mata bahagia

menunjukan ekspresi emosional subjek dengan apa yang ia rasakan di mana kalimat ini memiliki nuansa yang berhubungan langsung dengan dirinya atau yang dialami langsung oleh si subjek. Sedangkan pada kalimat (2) koboreru digunakan untuk menyatakan suatu hal yang awalnya tidak terlihat oleh mata, menjadi terlihat dengan sendirinya. Namun jika dilihat dari segi nuansa, kalimat (2) subjek menceritakan kesedihan orang lain atau yang tidak berhubungan langsung dengan dirinya.

Hal ini dapat dilihat lebih jelas dari beberapa contoh berikut:

1. こぶし握り緊め、朝日をまれば、赤い爪あとに、涙きらりが零れる.

Kobushi nigirishime,asahi no mareba, akai tsume ato ni, namida kirari ga

koboreru.

(52)

Bahkan bila kau menggengan tanganmu, menanti matahari pagi,meninggalkan tanda-tanda merah di kukumu, dan bahkan membenci meneteskan

2. もしも心が、傷ついて

airmata.

涙零れる

Moshi kokoro ga, kizutsuite namida

ときは世界じゅうをできにしてもきみを守るよ。(Kanji

Kiss-Kaeri michi no love, by: Togemashu)

koboreru

Aku akan menerimamu bahkan jika kamu patah hati dan

toki wa, sekai jyuu o deki ni shitemo

kimi o mamoru yo.

meneteskan

3. その映画はとても感動的だったので、私は涙が

airmata bahkan jika kamu harus melawan dunia, aku kan melindungimu.

零れる

Sono eiga ha totemo kandooteki dattanode, watashi ha namida ga

のをとめることができなかった。 (Hirose

Masayoshi, el al :1994)

koboreru

Film itu sangat menyentuh sehingga saya tidak bisa berhenti

no

tomeru kotoga dekinakatta.

meneteskan air mata.

Berdasarkan ketiga (3) contoh diatas, dimana pada kalimat (1) dan (2) verba koboreru digunakan oleh subjek untuk menceritakan perasaan atau apa yang dialami

oleh lawan bicara atau orang lain bukan menceritakan apa yang subjek rasakan atau alami. Dan dalam kalimat (3) baik afureru dan koboreru dapat digunakan. Keduanya memiliki arti yang sama yaitu menumpahkan, namum nuansa akan berbeda. Jika menggunakan namida ga afureru pada kalimat (3) makna wanita itu menangisi kabar sedih yang ia dengar dan berhubungan langsung dengan dirinya, misalnya keluarga perempuan tersebut meninggal dunia. Sedangkan namida ga koboreru memiliki nuansa yang berbeda, dimana wanita itu menangisi berita tersebut karena rasa iba atau sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan dirinya sehingga ia tidak sadar sudah

(53)

Dalam konteks kalimat ini baik afureru maupun koboreru dapat saling menggantikan namun memiliki makna dan nuansa yang berbeda, “namida ga afureru” memiliki makna bahwa tumpah atau menetesnya airmata disebabkan sesuatu yang berhubungan langsung dengan diri subjek. Sedangkan “namida ga koboreru” memiliki makna bahwa

tumpahnya airmata disebabkan sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan subjek seperti rasa iba dan juga menceritakan kesedihan atau apa yang di alami orang lain.

(3) 人は有名な 気力に溢れた

Nihon jin ha yumei na kiryoku ni

人。(なぜ日本人 、勤勉、器用、裕福なの 1997:40)

afureta

Terjemahan:

hito.

Orang jepang terkenal sebagai orang yang penuh semangat.

(4) 部屋中にわ笑いがこぼれていた、本当にしあせな家庭だなわ。

(www.sci_lang_japan.googlegroups.com)

Heya no naka niwa waraiiga koboreteita, hontou ni shiawasena kateida na.

Terjemahan:

Dalam ruangan penuh tawa, benar-benar rumah tanggga yang bahagia. ANALISIS:

Pada kalimat (3) verba afureru digunakan untuk mendeskripsikan perasaan yang atau yang dapat dirasakan namun tidak memiliki wujud seperti semangat, namun kalimat tersebut tidak dapat menggunakan verba koboreru. Hal ini dikarena Verba koboreru tidak dapat mendeskripsikan suatu perasaan atau hal yang bersifat abstrak, sehingga pada kalimat (3) hanya bisa menggunakan verba afureru saja, tidak bisa menggunakan verba koboreru. Sedangkan pada kalimat (4) verba koboreru digunakan karena

(54)

ekspresi fisik dari sebuah perasaan senang, namun pada kalimat ini verba afureru tidak dapat digunakan. Karena kedua makna dari afureru dan koboreru dalam konteks kalimat ini jelas sangat berbeda, dimana afureru menggambarkan perasaan yang tidak terlihat oleh mata atau abstrak namun dapat dirasakan sedangkan verba koboreru digunakan untuk menggambarkan ekpresi fisik yang terlihat oleh mata, sehingga kedua verba ini tidak dapat tidak dapat saling menggantikan.

(5) 池の水がていほうからあふれ出す。

(Bunpou 2 jodoushi o chuushinshite 1980 :184) Ike no mizu ga teihou kara afuredasu.

Terjemahan:

Air kolam mengalir keluar melalui pematang.

(6)お豆が零れないように、ふくろの口よく結んで下さいね。 (Tetsuko, Kuroyanagi, 1984:147)

Omame ga koborenai youni, fukuro no kuchi o yoku musunde kudasai ne.

Terjemahan:

Agar kacang tidak tumpah, tolong lubang karungnya tutup dengan baik ya.

ANALISIS:

Pada kalimat (5) penggunaan verba afureru pada kalimat ini yaitu untuk

mengindikasikan suatu materi yang keluar dari tempat asalnya disebabkan karena jumlah materi tersebut melebihi kapasitas yang ada, sehingga pada kalimat (5) “air tersebut mengalir ke pematang” disebabkan kapasitas air dalam kolam yang sudah sangat

(55)

kolam melebihi kapasitas kolam tersebut. Pada kalimat (5) verba koboreru juga dapat digunakan namun akan merubah makna dari kalimat tersebut. Dimana jika

menggunnakan verba koboreru maka “mengalirnya air tersebut ke pematang” bukan disebabkan karena kapasitas yang berlebih namun diakibatkan karena adanya faktor lain seperti kebocoran sehingga airnya mengalir ke pematang. Pada kalimat (6) verba

koboreru mengandung pengertian bahwa air, gas benda bubuk atau butiran yang keluar

dari wadahnya akibat adanya goncangan, terjatuh atau adanya lubang. Pada kalimat (6) verba afureru tidak dapat digunakan karena sudah jelas bahwa afureru tidak dapat digunakan untuk menyatakan sesuatu yang tumpah akibat adanya goncangan atau lubang. Pada kalimat ini tidak memungkinkan adanya jumlah materi atau “kacang” tersebut keluar dari karung karena jumlah yang dimasukan melebih kapasitas, hal ini disebabkan karena kalimat (6) merupakan kalimat antisipasi agar tidak terjadi kesalahan. Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa pada kalimat (5) baik verba afureru maupun koboreru dapat saling mengggantikan walaupun memiliki nuansa yang berbeda.

(56)

BAB 1V

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1Kesimpulan

Setelah melakukan analisis berbagai macam kalimat yang menggunakan verba afureru dan koboreru baik dari berbagai data maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Persamaan verba afureru dan koboreru

1) Sama-sama digunakan untuk menyatakan arti tumpah, meluap;

2) Verba afureru dan koboreru termasuk dalam shisateki tokuchoo dalam klasifikasi sinonim

3) Pada dasarnya kedua verba tersebut digunakan untuk menyatakan arti suatu materi, baik padat maupun cari yang keluar dari tempatnya;

4) Sama-sama dapat digabungkan dengan verba lain.

2. Perbedaan verba afureru dan koboreru

1) Verba afureru memiliki makna keluarnya suatu materi disebabkan karena materi tidak cukup lagi dalam wadah, sedangkan verba koboreru keluarnya suatu materi diakibatkan adanya goncangan, jatuh atau lubang.

2) Verba afureru digunakan untuk mengungkapkan ekspresi abstrak sedangkan verba koboreru digunakan untuk mengungkapkan ekspresi fisik atau yang terlihat oleh mata.

Gambar

gambar berikut:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan tingkat risiko postur kerja berdasarkan metode RULA dengan tingkat risiko keluhan muskuloskeletal pada.. pekerja

positif atau afek menyenangkan yang dirasakan pada remaja awal dengan. kanker, selain itu juga dapat mengurangi afek negatif atau afek

Kasus joki itu menjadi salah satu bahasap dari pu- luhan masalah yang diba- has dalam rapat pimpinan ITB pada kemarin pagi.. Pe- tinggi ITB belum bisa me,- mutuskan sanksi

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institutions) sebagai organisasi yang mengembangkan akuntansi dan auditing bagi lembaga keuangan syariah di

[r]

Sebagai lembaga negara yang bersifat mandiri, Komisi Yudisial mempunyai dua kewenangan, yaitu: (1) mengusulkan pengangkatan hakim agung kepada Dewan Perwakilan Rakyat;

lanjut mengenai “Analisis Pengaruh Dewan Pengawas Syariah dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tingkat Pengungkapan Islamic Social Reporting pada Perbankan Syariah di Indonesia”.

Noyon, berpendapat bahwa sesuai dengan rumusan ketentuan pidana yang diatur dalam pasal 344 KUHP itu sendiri, kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain itu hanya