• Tidak ada hasil yang ditemukan

Semantik Verba ‘Bawa’ Dalam Bahasa Bataktoba: Analisis Metabahasa Semantik Alami

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Semantik Verba ‘Bawa’ Dalam Bahasa Bataktoba: Analisis Metabahasa Semantik Alami"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I DATA INFORMAN

1. Nama : Ramses Siburian Umur : 46 Tahun

Alamat : Jl.Sisahorja Paranginan Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Indonesia, bahasa Batak Toba

2. Nama : Pemilu Siburian Umur : 44 Tahun Alamat : Jl.Sihonongan Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : SMA

Bahasa yang dikuasai : Bahasa Indonesia, bahasa Batak Toba

3. Nama : Tarida rajaguk-guk Umur : 48 Tahun

Alamat : Batugaja, Paranginan Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

(2)

4. Nama : Maslidu Siburian Umur : 50 Tahun

Alamat : Onan raja, Paranginan Pekerjaan : Petani

Pendidikan : SMA

(3)

LAMPIRAN II

DAFTAR TANYAAN

1. Manuhuk

a. Apa arti verba manuhuk?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manuhuk? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda mati

(tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manuhuk? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba manuhuk seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

2. Mangabarai

a. Apa arti verba mangabarai?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangabarai? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba mangabarai? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba mangabarai menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

3. Mangusung

(4)

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangusung? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba mangusung? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba mangusung seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

4. Mangalanja

a. Apa arti verba mangalanja?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangalanja? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba mangalanja? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba mangalanja seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

5. Manghallung

a. Apa arti verba manghallung?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manghallung? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

(5)

d. Apakah dalam verba manghallungseseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

6. Manghadang

a. Apa arti verba manghadang?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manghadang? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manghadang? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba manghadang seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

7. Manghunti

a. Apa arti verba manghunti?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manghunti? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manghunti? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

(6)

8. Manarat

a. Apa arti verba manarat?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manarat? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda mati

(tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manarat? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba manarat seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

9. Mangahut

e. Apa arti verba mangahut?

f. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangahut? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

g. Bagaimana ukuran objek pada verba mangahut? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

h. Apakah dalam verba mangahut seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

10. Mangompa

a. Apa arti verba mangompa?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangopma? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

(7)

c. Bagaimana ukuran objek pada verba mangompa? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba mangompa seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

11. Mangabing

a. Apa arti verba mangabing?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mangabing? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba mangabing? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba mangabing seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

12. Manaruhon

a. Apa arti verba manaruhon?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manaruhon? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manaruhon? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

(8)

13. Manghandit

a. Apa arti verba manghandit‘?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manghandit? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manghandit? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

d. Apakah dalam verba manghandit seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

14. Mambonseng

a. Apa arti verba mambonseng?

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba mambonseng? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda

mati (tidak bernyawa)?

a. Bagaimana ukuran objek pada verba mambonseng? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

b. Apakah dalam verba mambonseng seseorang menggunakan alat atau tidak menggunakan alat?

15. Manupiri

(9)

b. Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada verba manupiri? Apakah benda hidup (bernyawa) atau berupa benda mati

(tidak bernyawa)?

c. Bagaimana ukuran objek pada verba manupiri? Apakah berobjek kecil atau berobjek besar?

(10)

LAMPIRAN III

LEKSIKON VERBA ‘BAWA’

No Data Bahasa Batak Toba Terjemahan dalam Bahasa Indonesia

1 Manuhuk Memikul tanpa kayu pikulan

2 Mangabarai Memikul tanpa kayu pikulan (manusia)

3 Mangusung Memikul (jenazah)

4 Mangalanja Memikul dengan kayu pikulan (satu

orang)

5 Manghallung Memikul dengan kayu pikulan (dua

orang)

6 Manghadang Menyandang

7 Manghunti Menjunjung

8 Manarat Menyeret tanpa menggunakan tangan

tanpa garpu tanah

9 Mangahut Menyeret menggunakan garpu tanah

10 Mangompa Menggendong dengan kain gendongan 11 Mangabing Menggendong tanpa kain gendongan

12 Manghandit Mengangkat

13 Manaruhon Mengantarkan

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, Hasan. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Beratha. 2000. ‘Struktur dan Peran Semantis Verba Ujaran Bahasa Bali’. Linguistika: Denpasar.

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia.Jakarta: Rineka Cipta.

Gande. V 2012. ‘Tipologi Leksikal Verba Memotong dalam Bahasa Manggarai :A NATURAL SEMANTIC METALANGUAGE (NSM)’. [diakses. 12 April

2015]. Tersedia dari

Giovani. 2014. ‘Makna Verba Potong dalam Bahasa Batak Toba’. (Skripsi) Fakultas Ilmu Budaya USU

Goddard, C. 1998. Semantic Analysis: A Pratical Introduction. Oxford Unirversity Press

Hutagalung, 2014. ‘Kamus Bahasa Batak’.[diakses. 25 Agustus 2015]. Tersedia

Purwo, Bambang Kaswanti. 2000. Kajian Serba Linguistik: untuk Anton Moeliono Pereksa Bahasa. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

Mashun, 1995.Dialektologi Diakronis Sebuah Pengantar. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(12)

Mulyadi, 2009.‘Kategori dan Peran Semantis Verba Bahasa Indonesia’. Universitas Sumatera Utara. [diakses 16 Maret 2015].

Mulyadi dan Siregar, 2006.‘Aplikasi Teori Metabahasa Makna Alami dalam Kajian Makna’.Universitas Sumatera Utara dan Politeknik Negeri Medan[diakses 16 Maret 2015].

Raynold,2014. ‘Struktur Semantis Verba Memotong Bahasa Kei:Kajian Metabahasa Semantik Alami’.PPS Universitas Udayana. [diakses 12

April 2015]. Tersedia dari:

Subiyanto Agus, 2011.‘Struktur Semantik Verba Proses Tipe Kejadian Bahasa

Jawa’. Universitas Diponegoro.

Sudaryanto, 1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistis. Yogyakarta: Duta

(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Paranginan Utara, Kec. Paranginan, Kab. Humbang Hasundutan. Paranginan adalah daerah yang luas tanpa dibatasi oleh gunung yang posisinya berada di atas tebing terjal Danau Toba. Wilayah Kecamatan Paranginan terletak antara 2013’ – 2020’ Lintang Utara dan 98057 -98057’ Bujur Timur, terletak pada 1000 -1500 m di atas permukaan laut dengan dengan luas wilayah 4.778,06 Ha.

Desa Paranginan Utara berbatasan dengan Kecamatan Siborong-borong/Kabupaten Tapanuli Utara di sebelah Selatan, di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Muara/Kabupaten Tapanuli Utara, dan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lintongnihuta. Penduduk Kecamatan Paranginan mayoritas dihuni Suku Batak Toba dan masih bersifat homogen dengan jumlah penduduk 13.787 per Februari 2015 jiwa terdiri dari laki-laki 6.750 jiwa dan perempuan 7.027 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 2.946 KK. Sebagian besar wilayah Kecamatan Paranginan adalah areal pertanian dan sebagian menjadi hutan rakyat yang ditanamai dengan pohon mekadamia, pinus dan ekvaliftus.

(14)

Letak Desa Paranginan Utara dapat dilihat pada gambar di bawah ini

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian

(15)

Desa Paranginan Utara bisa disebut sebagai salah satu desa yang sudah maju karena selalu mengikuti perubahan dan perkembangan zaman mulai dari penggunaan listrik, Perusahaan Air Minum (PAM) serta perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK) seperti layanan internet. Desa Paranginan Utara dihuni oleh penutur asli bahasa Batak Toba.Oleh sebab itu, bahasa yang digunakan penduduk desa Paranginan Utara adalah bahasa Batak Toba sebagai alat komunikasi sehari-hari. Namun, desa ini juga sudah didiami masyarakat yang bukan penutur jati bahasa Batak Toba atau pendatang baru yang berasal dari suku dan bahasa lain seperti suku Nias. Akan tetapi interferensi bahasa yang diberikan masih tergolong sangat kecil sehingga tidak begitu mempengaruhi bahasa masyarakat sehingga penutur jati bahasa Batak Toba masih banyak dijumpai di desa ini. Hal tersebut kemudian menjadi alasan peneliti untuk memilih desa ini sebagai lokasi penelitian.

3.2 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah penutur asli bahasa Batak Toba. Informan penelitian direncanakan berjumlah empat orang yang terdiri dari dua orang perempuan dan dua orang laki-laki yang berdomisili di Desa Paranginan Utara, Kec.Paranginan, Kab. Humbang Hasundutan. Adapun syarat-syarat untuk menjadi informan adalah sebagai berikut.

1. Berjenis kelamin pria/wanita

(16)

3. Orang tua, istri/suami informan yang dibesarkan di desa itu serta jarang/tidak pernah meninggalkan desanya.

4. Berpendidikan maksimal tamat pendidikan dasar (SD-SLTP).

5. Berstatus sosial menengah (tidak rendah/tidak tinggi dengan harapan tidak terlalu tinggi mobilitasnya.

6. Pekerjaannya bertani/buruh

7. Sehat jasmani dan rohani (Mashun 1995: 106)

3.3Data

Peneliti memeroleh data dengan terlebih dahulu menyediakan daftar tanyaan yang akan diajukan kepada masyarakat penutur bahasa Batak Toba atau narasumber di Desa Batugaja, Kec.Paranginan Utara, Kab. Humbang Hasundutan.

3.4Metode dan Teknik Pengumpulan Data

(17)

Metode cakap adalah pemerolehan data dengan melakukan percakapan antara peneliti dan penutur.Teknik dasar yang digunakan dalam metode cakap adalah teknik catat. Teknik catat adalah teknik yang digunakan dengan cara mencatat data-data yang diperoleh dari percakapan atau dialog sedangkan teknik lanjutan yang digunakan peneliti adalah teknik rekam yaitu pengumpulan data dengan cara merekam dengan menggunakan telepon selular/handphone (Sudaryanto 1993:34).

3.5Metode dan Teknik Analisis Data

Adapun metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah pendekatan kualitatif.Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data berupa kata-kata tertulis dari orang-orang yang diteliti.Pendekatan kualitatif digunakan untuk memperoleh gambaran yang jelas.Metode yang digunakan dalam menganalisis data ini adalah metode agih.Metode agih adalah metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa yang bersangkutan atau tidak terlepas dari bahasa yang bersangkutan (Sudaryanto, 1993:15).Untuk mencari makna yang tepat, konstruksi tersebutakan diuji melalui teknik ganti(Sudaryanto, 1993:36).

Teknik ganti bertujuan untuk untuk mengetahui kadar kesamaan kelas atau kategori unsur terganti atau unsur ginanti dengan unsur pengganti. Bila dapat digantikan atau saling menggantikan berarti kedua unsur itu memiliki kelas atau kategori yang sama (Sudaryanto, 1993:48). Hal tersebut tampak pada contoh di bawah ini.

(18)

‘kamulah yang memikul adikmu itu ya?’

Pada kalimat data (3) di atas, mangabarai dan manuhuk merupakan dua buah verba dalam bahasa Batak Toba yang bermaknamemikul yaitu seseorang melakukan tindakandengan meletakkannya di atas bahu. Sementara pada contoh kalimat tersebut kata manuhuk kurang tepat jika digunakan pada kalimat yang berobjekkan manusia.Oleh karena itu verba manuhukdapat diganti dengan verba mangabarai sehingga informasi yang disampaikan dapat diterima.

Selain menggunakan teknik ganti sebagai alat untuk menganalisis data, peneliti juga menggunakan teknik analisis lainnya yaitu teknik parafrasa.Teknik parafrasa bertujuan untuk mengungkap kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama tanpa mengubah maknanya. Penggunaan teknik parafrasa ini mengacu pada mekanisme Wierzbicka. Seluruh perangkat makna asali yang diusulkan Wierzbicka akan diadopsi dan kemudian dimodifikasi sesuai dengan profil bahasa Indonesia. Ini penting dikemukakan sebab belum tentu semua makna asali itu sesuai dengan karakter semantis bahasa Indonesia (Mulyadi, 2003:4).Melalui teknik parafrasa ini diharapkan struktur semantis verbaBAWA dapat ditemukan.Model teknik parafrasa yang digunakan adalah ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu (Y). Teknik parafrasa ini bertujuan untuk mengetahui struktur semantis verba. Maka parafrasa verba mangabarai‘memikul’ adalah : Mangabarai ‘memikul’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan sesuatu (Z) yaitu leher

(19)

c) Y sifatnya berat

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah

f) X menginginkan ini g) X melakukan seperti ini

3.6 Metode Penyajian Data

Metode penyajian data terbagi atas dua , yaitu metode penyajian informal dan metode penyajian formal. Metode penyajian informal adalah perumusan dengan kata- kata biasa. Metode penyajian formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.Tanda yang dimaksud diantaranya tanda kurung biasa (( )), tanda petik (“), tanda apostrof (‘) (Sudaryanto: 1993:145).

(20)

PEMBAHASAN

4.1Struktur Semantis verba BAWA bahasa Batak Toba

Struktur semantis adalah jaringan relasi semantis di antara kata-kata dalam sistem leksikal suatu bahasa (Lyons, 1995 dalam Mulyadi 2003:5). Verba BAWA dalam bahasa Batak Toba mengandung dua makna asali yaitu MELAKUKAN dan TERJADI.Kedua makna asali tersebut membentuk sintaksis makna universal ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu (Y)’ sehingga terjadi sesuatu pada Y pada waktu yang sama’.

Verba boan ‘bawa’ merupakan kata yang umum dalam bahasa Batak Toba.Verba boan ‘bawa’ dibentuk oleh komponen ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu (Y) dengan menggunakan sesuatu (Z).Verba boan ‘bawa’ memiliki makna yang lebih luas daripada verba yang bermakna BAWA lainnya.Pada bahasa Batak Toba ada banyak butir leksikal yang bermakna boan ‘bawa’.Tindakan mamboan ‘membawa’akan diterangkan pada setiap butir leksikal yang bermakna BAWA sehingga akan tampak perbedaan pada setiap maknanya. Perbedaan tersebut dapatditinjau berdasarkan alat yang digunakan, cara membawa, bagaimana objek diperlakukan dan lain sebagainya.

(21)

4.1.1 Verba manuhuk ‘memikul di bahu’

Verba manuhuk merupakan kata yang umum dalam bahasa Batak Toba.Verba manuhuk terdiri dari bentuk ma+tuhuk sehingga menjadi kata manuhuk. Kata tuhuk memiliki arti pikul. Verba manuhuk memiliki arti memikul.

Objek yang dibawa adalah benda mati yang sifatnya berat.Misalnya padi, kopi, beras, kayu bakar, dan sebagainya yang sudah dimasukkan ke dalam wadah.

Apabila pada verba mangalanja dan verba manghallung objek dibawa dengan memakai alat (kayu pikulan), maka pada verba manuhuk‘memikul di bahu’ objek dibawa dengan tidak memakai alat melainkan dengan meletakkan objek langsung di atas bahu.

Contoh:

(4) Dinangkohi among do dolok i huhut manuhuk eme PAS-daki 3Tg P bukit DEM sambil AKT-pikul padi ‘Bapak mendaki bukit sambil memikul padi’

(5) Manuhuk hopi do haha sian balian AKT-pikul kopi P 3Tg ADV ‘Abang memikul kopi dari ladang

Verba manuhuk ‘memikul di bahu’ memiliki objek berupa benda mati yaitu padi dan kopi yang diletakkan di atas bahu seperti tampak pada contoh di atas.Maka, struktur semantis verba manuhuk ‘memikul’ dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

(22)

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan(Z) yaitu bahu

b) Y adalah benda mati c) Y sifatnya berat

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah tempat

f) X menginginkan ini g) X melakukan seperti ini

4.1.2 Verba mangabarai ‘memikul di bahu’

Verba mangabarai terdiri dari bentuk ma + abarai sehingga menjadi kata mangabarai. Kata abarai juga memiliki arti pikul.Verba mangabarai berarti

memikul. Seperti halnya verba manuhuk ‘memikul di atas bahu’, verba mangabarai ‘memikul di atas bahu’ juga tidak memakai alat dalam melakukan

tindakannya. Verbamangabarai ‘memikul di atas bahu’ memiliki yang sifatnya berat.

Pada umumnya, objek pada verba mangabarai‘memikul di atas bahu’ adalah manusia khususnya anak-anak. Objek yang dibawa diletakkan di atas bahu.Namun, ada kalanya objek yang dibawadiletakkan di atas leher.Apabila objek diletakkan di atas leher maka posisi objek berada dalam keadaan duduk dengan merentangkan kedua kaki dalam posisi mengapit leher subjek pelaku. Contoh :

(23)

AKT-pikul 3Tg 2Tg DEM ‘pikullah adikmu itu’!

Verba mangabarai ‘memikul di atas bahu’ memiliki objek anak-anak (adik) seperti tampak pada contoh (6) di atas.Struktur semantis mangabarai ‘memikul di atas bahu’ dapat dilihat melalui parafrasa berikut ini.

Mangabarai ‘memikul di atas bahu’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan sesuatu (Z) yaitu leher

b) Y adalah manusia (anak-anak) c) Y sifatnya berat

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah

f) X menginginkan ini g) X melakukan seperti ini

4.1.3 Verba mangusung ‘memikul di bahu’

Verba mangusungmerupakan kata yang umum dalam bahasa Batak Toba.Verba mangusung terdiri dari bentukma+usung sehingga menjadi kata mangusung.Katausungmemiliki arti pikul.Maka, verba mangusung memiliki arti

(24)

(jenazah).Tindakan membawa peti jenazah itu biasa disebut dengan istilah mangusung.Subjek pelaku terdiri dari dua sampai enam orang.

Contoh:

(7) Nungnga diusung nasida be na monding i tu udean Sudah PAS-pikul 3Jmkmayat DEM Adv

‘Mereka sudah memikul (membawa) jenazah itu ke makamnya’

Berdasarkan contoh dan ilustrasi di atas, tampak bahwa verba mangusung ‘memikul’ hanya dipakai untuk tindakan khusus yaitu membawa jenazah dengan cara memikulnya. Maka, struktur semantis verba mangusung ‘memikul (membawa) jenazah’ dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

Mangusung ‘memikul di atas bahu’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan sesuatu (Z) yaitu bahu

b) X terdiri dari 4-8 orang c) Y adalah jenazah d) Y sifatnya berat

e) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama f) Setelah itu, Y berpindah

g) X menginginkan ini h) X melakukan seperti ini

(25)

Verba mangalanja terdiri dari bentuk ma + lanjasehingga menjadi kata mangalanja. Kata lanjaberarti pikul. Verba mangalanja berarti memikul yaitu

membawa barang dengan memakai pikulan yang terbuat dari kayu. Subjek pelaku terdiri dari satu orang.Verba mangalanja ‘memikul di bahu’ biasanya digunakan untuk membawa objek berupa dagangan keliling seperti karpet, ambal, dan bantal.Objek yang dibawa tersebut digantung pada setiap sisi kayu yaitu sisi depan dan sisi belakang kayu dengan menggunakan tali dan kemudianditaruh atau diletakkan di bahu.

Contoh:

(8) Dilanja si Togap do tiga-tigana i tu onan PAS-pikul 3Tg P NDEM Adv

‘Togap memikul barang dagangannya ke pasar’

Berdasarkan contoh (8) tersebut, tampak pada verba mangalanja ‘memikul di bahu’memiliki objek benda mati khususnya barang dagangan yang digantung pada kayu pikulan dengan menggunakan tali.Maka, struktur semantis verba mangalanja ‘memikul di bahu’ tampak pada parafrasa berikut.

Mangalanja ‘memikul di bahu’

a. Pada waktu itu , X membawa sesuatu (Y) dengan sesuatu (Z) yaitu kayu pikulan

b. X terdiri dari satu orang c. Y sifatnyaberat

(26)

e. Setelah ini, Y berpindah tempat f. X menginginkan ini

g. Xmelakukan seperti ini

4.1.5 Verba manghallung ‘memikul di bahu’

Verba manghallung terdiri dari bentuk ma + hallung menjadi manghallung. Kata hallung berarti pikul.Verba manghallung berarti memikul

yaitu membawa barang dengan memakai pikulan yang terbuat dari kayu. Berbeda halnya dengan verba mangalanja ‘memikul di bahu’, apabila verba mangalanja ‘memikul di bahu’ subjek pelaku terdiri dari satu orang, maka pada verba manghallung ‘memikul di bahu’ subjek pelaku terdiri dari dua orang. Pada

umumnya objek verba manghallung ‘memikul di bahu’ adalah hewan ternak dan sifatnya berat. Objek yang dibawa tersebut kemudian digantung dan diikatkan pada bagian tengah kayu kemudian ditaruh atau diletakkan di bahu subjek pelaku masing-masing satu sisi kayu.

Contoh :

(9) Hallunghon hamuna pinahan i tuson! AKT-pikul 2Jmk ternak DEM Adv ‘Pikul kalian dulu ternak itu ke sini’!

(27)

Manghallung ‘memikul di bahu’

a. Pada waktu itu X membawa sesuatu (Y) dengan sesuatu (Z) yaitu kayu pikulan

b. Y terdiri dari dua orang c. X bersifat berat

d. Karena itu, sesuatu terjadi terhadap Y pada waktu yang sama

e. Setelah ini, Y berpindah tempat f. X menginginkan ini

g. X melakukan seperti ini

4.1.6 Verba manghadang ‘menyandang’

Verba manghadang terdiri dari bentuk mang+hadang sehingga menjadi kata manghadang. Kata hadang memiliki arti sandang. Verba manghadang memiliki arti menyandang. Adapun objek yang dibawa pada verba manghadang ‘menyandang’ adalah benda mati yaitu tas yang digantungkan pada bahu. Objek tersebut bisa terbuat dari bahan plastik, kulit, maupun kain dan lain sebagainya. Subjek pelaku membawa objek dengan menggantungkan dan meyilangkannya pada bahu.

Contoh:

(28)

(11) Manghadang palastik inong manapu kopi i AKT-sandang plastik 3Tg AKT-petik kopi DEM ‘Ibu menyandang plastik memetik kopi itu’

Dari kedua contoh di atas tampak bahwa verba manghadang ‘menyandang’ memiliki objek yang sama yaitu tas. Kedua objek tersebut dapat digantung maupun disilangkan pada bahu. Maka, struktur semantis verba manghadang ‘menyandang’ dapat dilihat berdasarkan parafrasa berikut ini.

Manghadang ‘menyandang’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) yaitu tas atau kantongan dengan menggunakan bahu

b) Y dalam posisi menggantung, menyilang

c) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama d) Setelah itu, Y berpindah tempat

e) X menginginkan ini f) X melakukan seperti ini

4.1.7 Verba manghunti ‘menjunjung’

Pada bahasa Batak Toba, verba manghunti terdiri dari bentuk mang+hunti sehingga menjadi kata manghunti. Kata hunti memiliki arti junjung. Verba manghunti berarti menjunjung. Objek pada verba manghunti ‘menjunjung’ pada

(29)

karung, ember, maupun jerigen. Objek yang dibawa tersebut diletakkan di atas kepala..

Contoh :

(12) Manghunti sahirang gadong au sian balian AKT-junjung sekeranjang ubi 1TgAdv ‘Saya menjunjung sekeranjang ubi dari kebun’

(13) Manghunti saember aek inong sian mual AKT-junjung seember air 3Tg Adv ‘Ibu menjunjung air seember dari sungai’ (14) Angkang manghutti soban sian pollak

3Tg AKT-junjung kayu Adv ‘Kakak menjunjung kayu bakar dari ladang’

Penggunaan verba manghunti ‘menjunjung’ tampak pada contoh (12), (13), dan (14).Ketiga kalimat tersebut memiliki objek dan alat yang berbeda-beda.Meskipun memiliki objek yang berbeda-beda tetapi ketiganya sama-sama menggunakan kepala untuk membawa objek tersebut. Struktur semantis verba manghunti ‘menjunjung’ dapat dilihat melalui parafrasanya berikut ini.

Manghunti ‘menjunjung’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) yaitu ubi, air, kayu, padi, dan sebagainya dengan menggunakan sesuatu (Z) yaitu kepala

b) Y sifatnya berat

(30)

d) Setelah itu, Y berpindah tempat e) X menginginkan ini

f) X melakukan seperti ini

4.1.8 Verba manarat ‘menyeret’

Verba manarat terdiri dari bentuk ma+sarat sehingga menjadi kata manarat. Kata sarat memiliki arti seret.Maka, verba manaratmemiliki pengertian

menyeret. Tindakan manarat ‘menyeret’ bisa dilakukan dilakukan satu orang ataupun lebih. Pada umumnya verba manarat ‘menyeret’ memiliki objek benda-benda mati. Objek pada verba manarat ‘menyeret’ biasanya bersifat berat. Objek tersebut dibawa dengan cara menariknya dengan menggunakan tangan hingga objek tersebut bersentuhan dengan tanah.

Contoh:

(15) Disuru inong au manarat hau i tu topi ni dalan PAS-suruh 3Tg 1TgAKT-seret kayu DEM Adv

‘Ibu menyuruh saya menyeret kayu itu ke tepi jalan’

Ada kalanya, verba manarat ‘menyeret’ dipakai dalam tindakan yang berobjekkan manusia.Dalam hal ini tindakan yang dilakukan bersifat paksaan atau kasar.Subjek pelaku dalam kondisi marah atau emosi.

Contoh:

(16) Sarat jo anggimi tuson asa hu lotak! AKT-seret 3Tg Adv biar 1Tg pukul

(31)

Selain tindakan manarat‘menyeret’ yang sifatnya kasar dan paksa, tindakan manarat‘menyeret’ juga bisa dilakukan dengan tujuan menyelamatkan objek dari bahaya. Subjek pelaku melakukannya secara tiba-tiba (spontan) .

Contoh:

(17) Maringkati among laho manarat au sian api i

AKT-lari 3Tg untuk AKT-seret 1Tg Adv DEM ‘Bapak berlari untuk menyeretku dari api itu’

Contoh (15), (16), (17), dapat dilihat bagaimana verba manarat ‘menyeret’ dalam melakukan tindakannya. Pada contoh (15) tampak verba manarat ‘menyeret’ menggunakan tangan pada objek benda mati (kayu). Pada

contoh (16) tampak verba manarat ‘menyeret’ yang berobjekkan manusia dilakukan secara kasar dan paksaan. Sedangkan pada contoh (17) dijelaskan verba manarat ‘menyeret’ berobjekkan manusia tetapi tindakannya dilakukan untuk

tujuan menyelamatkan objek dari bahaya. Maka struktur semantis verba manarat ‘menyeret’ tampak pada parafrasa berikut.

Parafrasa verba manarat ‘menyeret’ pada benda mati

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y)seperti kayu dengan menggunakan tangan

b) X terdiri dari satu orang atau lebih c) Y adalah benda mati

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah tempat

(32)

g) X melakukan seperti ini

Parafrasa verba manarat ‘menyeret’ pada manusia

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan tangan

b) Y adalah manusia

c) X melakukannya dengan paksa dan kasar d) Y tidak menginginkan ini

e) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama f) Setelah itu, Y berpindah

g) X menginginkan ini h) X melakukan seperti ini

Parafrasa verba manarat‘menyeret’ pada manusia

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan tangan

b) Y adalah manusia

c) X melakukannya dengan tiba-tiba spontan

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah

(33)

4.1.9 Verba mangahut ‘menyeret dengan garpu tanah’

Verba mangahut terdiri dari bentuk ma+ ahut sehingga menjadi kata mangahut. Kata ahutmemiliki arti seret.Maka, verba mangahut memiliki

pengertian menyeret. Tindakan mangahut ‘menyeret’ dilakukan dengan memakai alat. Alat yang dipakai berupa garpu tanah. Subjek elaku terdiri dari satu orang. Objek pada verba mangahut ‘menyeret’ adalah benda-benda mati misalnya berupa rumput-rumput kering, daun-daun kering, serpihan-serpihan kayu dan sampah. Objek-objek itu kemudian dibawa dengan cara menyeretnya menggunakan garpu tanah.

Contoh:

(18) Ahuthon jo rapu-rapu i tu api! AKT-seret serpihan kayu DEM Adv ‘Seretkan dulu serpihan kayu itu ke dalam api!

(19) Diahut oppung sude duhut-duhut na digisgis i tu hirang PAS-seret 3Tg semua rumput PAS-siangi DEM Adv

‘Nenek menyeret semua rumput yang disianginya ke dalam keranjang’ Pada contoh (18) dan contoh (19) di atas tampak bahwa verba mangahut‘menyeret’ memiliki objek berupa serpihan-serpihan kayu dan

rumput-rumput yang telah disiangi. Berdasarkan hal tersebut, struktur semantis verba mangahut ‘menyeret’ dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

Mangahut ‘menyeret’

(34)

b) X terdiri dari satu orang c) Y adalah benda mati

d) Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e) Setelah itu, Y berpindah tempat

f) X menginginkan ini g) X melakukan seperti ini

4.1.10 Verba mangompa ‘menggendong’

Verba mangompa terdiri dari bentuk ma + ompa sehingga menjadi kata mangompa. Kata ompa memiliki arti gendong.Maka, verba mangompa memiliki

pengertian menggendong. Tindakan verba mangompa ‘menggendong’ dilakukan dengan memakai alat. Alat yang dipakai berupa kain gendongan.

Verba mangompa ‘menggendong’ memiliki objek manusia khususnya anak-anak dan benda mati seperti boneka. Objek yang dibawa diletakkan di bagian belakang (punggung).Ada kalanya objek diletakkan di bagian depan tubuh. Oleh karena itu dalam bahasa Batak Toba ditemukan kata mangompa pudi‘menggendong di belakang’ dan mangompa jolo ‘menggendongdi depan’.

Penggunaan verba mangompa dalam kalimat tampak pada contoh berikut.

(20) Mangompa anggingku do inong tu ulaon i AKT-gendong adikku P 3Tg Adv DEM ‘Ibu menggendong adikku ke pesta itu’

(35)

‘Adikku bermain sambil mengendong boneka’

Pada contoh tersebut di atas terdapat objek yang berbeda-beda. Contoh (20) memiliki objek manusia (adik), dancontoh (21) memiliki objek benda mati(boneka). Meskipun memiliki objek yang berbeda-beda, keduanya objek tersebut dapat dikenai tindakan mangompa pudi‘menggendong di belakang’ danmangompa jolo‘menggendong di depan’. Dalam hal ini tindakan mangompa pudi ‘menggendong di belakang’ dan mangompa jolo ‘menggendong di

depan’sama-sama menggunakan tali atau kain gendong.Maka, struktur semantis verba mangompa ‘menggendong’ tampak pada parafrasa berikut.

Mangompa pudi‘menggendong di belakang’

a. Pada waktu itu X membawa sesuatu (Y) yaitu manusia (anak-anak dan bayi), boneka, dengan sesuatu (Z) yaitu tali atau kain gendongan

b. Y berada di bagian belakang tubuh yaitu punggung c. Oleh sebab itu, sesuatu terjadi terhadap Y pada waktu

yang sama

d. Setelah ini, Y berpindah tempat e. X menginginkan ini

f. X melakukan seperti ini

Mangompa jolo‘menggendong di depan’

(36)

c. Oleh sebab itu, sesuatu terjadi terhadap Y pada waktu yang sama

d. Setelah ini, Y berpindah tempat e. X menginginkan ini

f. X melakukan seperti ini

4.1.11 Verba mangabing ‘menggendong di depan tanpa kain gendongan’

Verba mangabing terdiri dari bentuk ma+abingsehingga menjadi kata mangabing.Kata abing memiliki arti gendong. Maka, verba mangabing

menggendong. Verba mangabing dan verba mangompa memiliki pengertian yang sama yaitu menggendong. Namun, verba mangabingmenggendong di depan tanpa menggunakan kain gendongan. Objek yang dibawa pada umumnya adalah anak-anak. Tindakan mangabing ‘menggendong’ dilakukan dengan cara mengapit objek menggunakan kedua tangan.

Contoh:

(22) Abinghon jo anggimi tu podoman AKT-gendong 3Tg DEM Adv ‘Gendongkan dulu adikmu itu ke tempat tidur’

Pada contoh (22) tampak bahwa verba mangabing ‘menggendong’ memiliki objek anak-anak atau bayi dan subjek pelaku dalam posisi berdiri.Struktur semantisnya dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

(37)

b. X dalam posisi berdiri

c. Y berada di bagian depan tubuh

d. Karena itu, sesuatu terjadi terhadap Y pada waktu yang sama

e. Setelah ini, Y berpindah tempat f. X menginginkan ini

g. X melakukan seperti ini

Namun, ada kalanya kata mangabing ‘menggendong’ digunakan pada tindakan dimana subjek pelaku dalam keadaan duduk (tidak bergerak).Objeknya dalah manusia khususnya anak-anak.Objek berada di bagian depan tubuh dan diletakkan di atas paha dengan kedua kali dilipat tanpa menggunakan kain gendongan.

Contoh:

(23) Abing ma jo ibotomi binsan hundul ho AKT-gendong 3TG-adik selagi duduk 2Tg ‘Gendong dulu adikmu selagi kamu duduk’

Pada contoh (23) verba mangabing ‘menggendong’ memiliki objek manusia (anak-anak atau bayi) dan subjek pelaku dalam posisi duduk tanpa menggunakan kain gendongan.Struktur semantisnya dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

a. Pada waktu itu X membawa sesuatu (Y) yaitu manusia yaitu kedua tangan sebagai pengapit

(38)

c. Y berada di atas paha

d. Karena itu, sesuatu terjadi terhadap Y pada waktu yang sama

e. Setelah ini, Y berpindah tempat f. X menginginkan ini

g. X melakukan seperti ini

4.1.12 Verba manghandit ‘mengangkat’

Verba manghandit merupakan kata yang umum dalam bahasa Batak Toba dan sering digunakan dalam komunikasi sehari-hari.Verba manghandit terdiri dari bentuk ma+ handit. Kata handitmemiliki arti angkat. Maka, verba manghanditmemiliki pengertian mengangkat. Tindakan mengangkat dilakukan

oleh satu orang atau lebih. Objek yang dibawa berupa benda hidup yaitu manusia dan benda mati yang sifatnya berat. Verba manghandit ‘mengangkat’ menggunakan tangan dalam melakukan tindakannya.

Contoh:

(24) Handit ma borasi tu jabu AKT-angkat beras DEM Adv ‘Angkatlah beras itu ke dalam rumah’

(25) Manghandit na marlanggar hami tu motor AKT-angkat AKT-tabrak 3Jmk Adv

(39)

Pada contoh (24) menerangkan verba manghandit ‘mengangkat’ memiliki objek benda mati yaitu boras ‘beras’ yang sudah berada dalam wadah seperti karung ataupun plastik dengan dilakukan satu orang dan pada contoh (25) verba manghandit ‘mengangkat’ memiliki objek benda hidup yaitu manusia yang

dilakukan oleh dua atau tiga orang. Maka, struktur semantis manghandit ‘mengangkat’ dapat dilihat berdasarkan parafrasa berikut ini.

Manghandit ‘mengangkat’

a. Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan menggunakan sesuatu (Z) yaitu tangan

b. X terdiri dari satu orang atau lebih c. Y sifatnya berat dan ringan

d. Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama e. Setelah itu, Y berpindah tempat

f. X menginginkan ini g. X melakukan seperti ini

4.1.13 Verba manaruhon ‘mengantarkan’

Verba manaruhonmerupakan kata umum dalam bahasa Batak Toba atau dalam komunikasi sehari-hari.Verba manaruhon terdiri dari bentuk ma + taru + hon. Kata taru memiliki arti antar.Maka verba manaruhon berarti

(40)

Contoh:

(26) Taruhon ahu anon mulak AKT-antar 1Tg Adv pulang ‘Antar nanti saya pulang’

(27) Saut do ditaruhon ho indahan ni among tu porlak? Jadi PAS-antar 2Tg nasi 3Tg Adv

‘Jadikah kamu tadi mengantarkan nasi bapak ke ladang?

Pada contoh tersebut tampak verba manaruhon ‘mengantarkan’ memiliki objek manusia yaitu ahu’ saya’ dan benda mati yaitu indahan ‘nasi’. Tindakan manaruhon ‘mengantarkan’ dilakukan dengan berjalan kaki.Berdasarkan contoh

di atas, maka struktur semantis verba manaruhon ‘mengantarkan’ dapat dilihat melalui parafrasa berikut.

Manaruhon ‘mengantarkan’

a. Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan berjalan kaki (menuntun)

b. Karena itu, sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama c. Setelah itu, Y berpindah tempat

d. X menginginkan ini e. X melakukan seperti ini

Namun, seiring berkembangnya zaman dan tehknologi maka tindakan manaruhon ‘mengantarkan’ sudah dilakukan dengan memakai kendaraan.Dengan

(41)

belum dijumpai dalam kamus bahasa Batak Toba, kata-kata tersebut sudah lazim dipakai masyarakat Batak Toba dalam komunikasi sehari-hari. Selanjutnya akan dibahas berikut ini.

4.1.13.1 Verba mambonseng ‘membonceng’

Verba mambonseng merupakan bagian dari verba manaruhon ‘mengantar’ dengan menggunakan kendaraan.Kata mambosseng merupakan serapan dari kata bahasa Indonesia membonceng. Dalam bahasa Indonesia kata membonceng terdiri dari kata mem+bonceng.Kata bonceng memiliki arti ikut (naik kendaraan). Maka, kata membonceng memiliki pengertian menaiki kendaraan roda dua yaitu motor dan sepeda. Objek pada verba mambonseng ‘membonceng’ adalah manusia. Contoh:

(28) Mambonseng inong do au tu onan AKT-bonceng 3Tg 1Tg Adv ‘Saya membonceng ibu ke pasar’.

Pada contoh (28) tersebut tampak bahwa verba mambonseng ‘membonceng’ digunakan pada tindakan membawa sesuatu dengan menggunakan kendaraan yaitu sepeda motor.Maka, struktur semantis verba mambosseng dapat dilihat melalui parafrasa berikut ini.

Mambonseng ‘membawa dengan memakai sepeda motor’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan

menggunakan sesuatu (Z) yaitu sepeda motor

(42)

d) X menginginkan ini e) X melakukan seperti ini

4.1.13.2 Verba manupiri ‘mengemudi’

Verba manupiri merupakan bagian dari verba manaruhon ‘mengantarkan’ dengan menggunakan kendaraan. Kata manupiri merupakan serapan dari kata bahasa Indonesia yaitu menyupiri. Dalam bahasa Indonesia kata menyupiri terdiri dari kata me + supir + i. Kata supir memiliki arti pengemudi mobil. Maka verba manyupiri berarti mengemudikan mobil.

Contoh:

(29) Isedonamanupirimotor i nangking? Int P AKT-kemudi mobil DEM Adv Siapa yang mengemudikan mobil itu tadi?

Pada contoh (29) tersebut tampak bahwa verba manupiri ‘mengemudikan’ digunakan pada tindakan padaseseorang yangmengemudikan kendaraan yaitu mobil.Maka, struktur semantis verba mambonseng dapat dilihat melalui parafrasa berikut ini.

Manupiri‘membawa dengan memakai mobil’

a) Pada waktu itu, X membawa sesuatu (Y) dengan

menggunakan sesuatu (Z) yaitu mobil

(43)

d) X menginginkan ini e) X melakukan seperti ini

4.2Kategorisasi verba BAWA bahasa Batak Toba

Kategorisasi adalah pengelompokan butir leksikal berdasarkan kesamaan komponen semantisnya. Kategorisasi verba ditinjau berdasarkan kesamaan pada ciri semantisnya. Ciri semantis verba BAWA bahasa Batak Toba tampak pada alat yang digunakan dan objek yang dimilikinya. Ciri semantis berdasarkan komponen alat dapat berupa kendaraan, benda-benda tajam, anggota-anggota tubuh, dan lain sebagainya. Ciri semantis tersebut menjadi acuan untuk memperoleh kategorisasi verba BAWA dalam bahasa Batak Toba. Hal tersebut tampat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Kategorisasi verba BAWA berdasarkan alat yang digunakan

No Leksikon

verba BAWA

Tangan Bahu Punggung Kain

gendong

Kepala Pikulan Kendaraan Garpu

(44)

8 Manarat + - - - - - - -

9 Mangahut - - - - - - - +

10 Mangompa - - + + - - - -

11 Mangabing + - - - - - - -

12 Manghandit + - - - + - - -

13 Mambonseng - - - - - - + -

14 Manupiri - - - - - - + -

Pemahaman tentang kategorisasi verba BAWA berdasarkan komponen alat dapat dilihat pada contoh berikut.

Contoh:

(29) a. Manghunti soban do simajujungna dibahen among AKT-junjung kayu bakar kepala PAS-pakai 3Tg ‘Bapak menjunjung kayu bakar itu dengan kepala’.

b. ?Manghuntisoban do abarana dibahen among AKT-junjung kayu bakar P pundak PAS.pakai3Tg ‘?Bapak menjunjung kayu itu dengan punggung’

(30) a. Dibahen tulang do abarana manuhuk soban i PAS.pakai 3Tg pundak-3Tg AKT.pikul kayu bakar DEM ‘Paman memikul kayu bakar itu dengan pundak’

(45)

Pada contoh (29) dan (30) membuktikan bahwa verba manghunti ‘menjunjung’ menggunakan kepala dalam melakukan tindakannya sedangkan verba manuhuk ‘memikul’ menggunakan bahu (pundak) dalam melakukan tindakannya meskipun keduanya memiliki objek yang sama yaitu kayu bakar.

Berdasarkan objeknya verba BAWA bahasa Batak Toba dibedakan menjadi dua bagian yaitu verba BAWA yang objeknya berat dan verba BAWA yang objeknya ringan.Selain berdasarkan berat dan ringannya suatu objek, maka objek juga dapat ditinjau berdasarkan wujudnya yaitu objek yang berupa benda hidup atau berupa benda mati.Berdasarkan komponen objeknya, kategorisasi verba BAWA dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2

Kategorisasi verba BAWA berdasarkan objek

No Leksikon verba BAWA

Berat Ringan Benda hidup Benda Mati

1 Manuhuk + - + -

2 Mangabarai + + + -

3 Mangusung + - - +

4 Mangalanja + + - +

5 Manghallung + - + -

6 Manghadang + + - +

7 Manghunti + + - +

(46)

9 Mangahut - + - +

10 Mangompa + + + +

11 Mangabing + + + +

12 Manghandit + - + +

13 Mambonseng + + + +

14 Manupiri + + + +

Pada tabel 4.2 tampak kategorisasi verba BAWA bahasa Batak Toba yang ditinjau berdasarkan objeknya.

(47)

Bagan 1 Kategorisasi verba BAWA bahasa Batak Toba berdasarkan padanannya MAMBOAN

Manuhuk Manghunti Manarat Mangompa ManghanditManaruhon Mangabarai

Mangusung

Mangalanja MangahutMangabing Mambonseng

Manghallung Manupiri

(48)

Pada bagan 1 tersebut di atas tampak verba BAWA bahasa Batak Toba memiliki 13 butir leksikal yaitu verba manuhuk, mangabarai, mangusung, mangalanja, manghallung, manghadang, manghunti, manarat, mangahut,

mangompa, mangabing, manghanditdan manaruhon yang terdiri dari verba

mambonseng dan verba manupiri. Melalui butir-butir leksikal verba BAWA

tersebut, maka verba BAWA bahasa Batak Toba dapat dikelompokkan menurut padanannya masing-masing.

Pada bagan 1 tersebut di atas dijelaskan bahwa verba manuhukberpadanan atau mirip dengan verba mangabarai, mangusung, mangalanja, manghallung, dan manghadang. Keenam verba tersebut terletak pada ranah semantis yang sama.

Kesamaan tersebut terletak pada tindakan membawa. Keenam verba tersebut sama-sama menggunakan bahu untuk membawa objek.

Verba manuhuk, mangabarai dan mangusung membawa barang di bahu tanpa menggunakan kayu pikulan sedangkan verba mangalanja dan verba manghallung membawa barang di bahu dengan menggunakan kayu pikulan.

Perbedaanya terletak pada subjek dan objeknya. Pada verba manuhuk memiliki objek benda mati, dan verba mangabarai memiliki objek manusia (anak-anak) verba mangusung objeknya adalah benda mati (jenazah) dan terdiri dari 4-6 subjek pelaku, sedangkan verba manghadang juga membawa barang di atas bahu dan objeknya adalah benda mati (tas).

(49)

Perbedaannya teletak pada alat yang digunakan. Pada verba manarat pada umumnya memiliki objek benda hidup (manusia) yang dibawa menggunakan tangan dengan sifat paksaan. Namun, ada kalanya verba manarat juga memiliki objek benda mati sedangkan pada verba mangahut objeknya berupa benda mati yang dibawa dengan menggunakan bantuan garpu tanah.

Verba mangompa juga berpadanan atau mirip dengan verba mangabing. Kedua verba tersebut terletak pada ranah semantis yang sama. Verba mangompa dan verba mangabing memiliki pengertian yang sama yaitu menggendong. Kedua verba tersebut pada umumnya memiliki objek yang sama yaitu manusia. Namun, pada verba mangompa objek diletakkan di belakang badan (punggung) dengan menggunakan kain gendongan sedangkan pada verba mangabing objek diletakkan di bagian depan badan tanpa menggunakan kain gendongan.

(50)

BAB V PENUTUP 5.1Simpulan

Struktur semantis verba BAWA dalam bahasa Batak Toba menggunakan makna asali untuk membatasi makna kata dengan menggunakan sistem parafrasa. Verba yang bermakna BAWA dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali yaitu MELAKUKAN dan TERJADI. Struktur semantis verba BAWA bahasa Batak Toba membentuk sintaksis makna universal ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu (Y) karena itu sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama’.

Kategorisasi verba BAWA bahasa Batak Toba ditinjau berdasarkan alat dan objeknya. Butir-butir leksikal verba BAWA bahasa Batak Toba tersbut juga dikelompokkan menurut padanannya masing-masing. Dalam bahasa Batak Toba diperoleh banyak butir leksikal verba BAWA yaitu verba manuhuk ‘memikul tanpa kayu pikulan’, mangabarai ‘memikul tanpa kayu pikulan’, mangusung ‘memikul (jenazah), mangalanja‘memikul dengan kayu pikulan (satu orang)’, manghallung ‘memikul dengan kayu pikulan (dua orang)’,manghadang

‘menyandang’, manghunti ‘menjunjung’, manarat ‘menyeret’, mangahut ‘menyeret (menggunakan garpu tanah), mangompa ‘menggendong (menggunakan kain gendongan)’, mangabing ‘menggendong (tanpa kain gendongan)’, manghandit ‘mengangkat’, manaruhon ‘mengantarkan’ yang terdiri dari verba

(51)

5.2Saran

(52)

BAB II

KONSEP, LANDASAN TEORI, TINJAUAN PUSTAKA

2.1Konsep 2.1.1 Semantik

Semantik adalah studi tentang makna, pusat penyelidikan bahasa untuk memahami hakikat bahasa dan kemampuan bahasa manusia (Goddard 1998:1).

2.1.2 Verba

Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan yang disebut juga kata kerja (KBBI 2008:1546). Verba merupakan salah satu kelas leksikal utama dalam bahasa.Verba dari segi perilaku semantisnya memiliki makna inheren perbuatan atau tindakan yang terkandung di dalamnya.Secara umum, verba bahasa Indonesia dapat dibedakan atas tiga jenis yaitu verba keadaan, verba proses, dan verba tindakan dimana setiap verba memiliki kategori bawahannya (Tampubolon dkk, dalam Mulyadi 2009:57).

2.1.3 Verba BAWA

(53)

2.1.4 Metabahasa Semantik Alami (MSA)

Metabahasa Semantik Alami (MSA) diakui sebagai pendekatan kajian semantik yang dianggap mampu memberi hasil analisis makna yang memadai dan dapat diterima oleh semua penutur jati karena parafrasa maknanya dibingkai dalam sebuah metabahasa yang bersumber dari bahasa alamiah (Mulyadi dan Rumnasari K. Siregar 2006:69).

2.2 Landasan Teori

Kajian ini mengggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA).Teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) merupakan kajian semantik leksikal.Asumsi dasar teori ini adalah bahwa makna kompleks dapat dideskripsikan dengan menggunakan konfigurasi elemen makna yang lebih sederhana hingga tidak dapat diuraikan lagi.Teori MSA memiliki beberapa prinsip dasar untuk menghindari terjadinya kekaburan dan keberputaran dalam analisis makna.

Ada tiga konsep teoritis dalam teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) yaitu makna asali (semantic primitive/semantic prime),polisemi takkomposisi(non-compositional polysemy),dan sintaksis universal (universal syntax).

2.2.1 Makna Asali

Analisis makna akan diskret dan tuntas jika menggunakan perangkat yang

disebut makna asali.Makna asali adalah makna yang tidak dapat berubah dan telah

(54)

(perubahan zaman). Makna asali merupakan refleksi dan pembentukan pikiran yang dapat dieksplikasi dari bahasa alamiah yang merupakan satu-satunya cara dalam mempersentasikan makna (Wierzbicka 1996 dalam Purwo 2000:243).

Sebuah tanda tidak dapat dianalisis ke dalam bentuk yang bukan merupakan tanda itu sendiri.Ini berarti bahwa tidak mungkin menganalisis makna pada kombinasi bentuk yang bukan merupakan makna bentuk itu sendiri.Asumsi ini berangkat dari prinsip teori semiotik, yaitu teori tentang tanda.

Asumsi teori MSA berhubungan dengan prinsip semiotik yang menyatakan bahwa analisis makna akan menjadi diskret dan tuntas, dalam arti makna sekompleks apapun dapat dijelaskan tanpa perlu berputar-putar (Wierzbicka 1996 dalam Purwo 2000:241).Prinsip tersebut menyatakan bahwa makna tidak dapat dideskripsikan tanpa perangkat makna asali.

Wierzbicka telah mengusulkan sejumlah makna asali berdasarkan penelitian pada sejumlah bahasa di dunia seperti bahasa Cina, Jepang, Inggris, Aceh, bahasa Aborijin di Australia.

Tabel 2.1

Perangkat makna asali oleh Wierzbicka

KOMPONEN ELEMEN MAKNA ASALI

Substantif AKU, KAMU, SESORANG/ORANG,

SESUATU/HAL, TUBUH

Substantif relasional JENIS, BAGIAN

(55)

Penjumlah SATU, DUA, SEMUA, BANYAK, BEBERAPA

Evaluator BAIK, BURUK

Predikat mental PIKIR, TAHU, INGIN, RASA, LIHAT , DENGAR

Ujaran UJAR, KATA, BENAR

Tindakan, peristiwa, gerakan, perkenaan

LAKU, TERJADI, GERAK, SENTUH

Keberadaan dan milik ADA, PUNYA Hidup dan Mati HIDUP, MATI

Waktu BILA/WAKTU, SEKARANG, SEBELUM,

SETELAH, LAMA, SEKEJAP, SEBENTAR, SEKARANG ,SAAT

Ruang (DI) MANA/TEMPAT, (DI) SINI, (DI) ATAS, (DI) BAWAH, JAUH, DEKAT, SEBELAH, DALAM

Konsep logis TIDAK, MUNGKIN, DAPAT, KARENA, JIKA Augmentor, intensifier SANGAT, LEBIH

Kesamaan SEPERTI

Sumber :Goddard 2006:12 dalam Mulyadi 2009: 5)

2.2.2 Polisemi Takkomposisi

(56)

verbatindakan ‘membawa’ initerjadi polisemi takkomposisi antara MELAKUKAN dan TERJADI, sehingga pengalam memiliki eksponen sebagai berikut : ‘X melakukan sesuatu, dankarena itu sesuatu terjadi pada Y’.

Goddard juga mengatakan bahwa terdapat dua jenis hubungan yaitu: hubungan yang menyerupai (entailmeny like relationship), seperti MELAKUKAN, TERJADI, dan hubungan implikasi (implicational relationship), seperti MERASAKAN,TERJADI. Pernyataan tersebut dapat dilihat dalam contoh berikut.

1) X MELAKUKAN sesuatu pada Y Sesuatu TERJADI pada Y

2) Jika X MERASAKAN sesuatu Maka sesuatu TERJADI pada X

Berdasarkan contoh di atas, dari verba MELAKUKAN dan TERJADI dapat diketahui perbedaan sintaksisnya yaitu bahwa MELAKUKAN memerlukan dua argumen sedangkan TERJADI hanya membutuhkan satu argumen dan pada verba TERJADI dan MERASAKAN terjadi hubungan implikasi dimana apabila X MERASAKAN sesuatu, maka sesuatu TERJADI pada X.

2.2.3 Sintaksis Universal

(57)

1996 dalam Purwo 2000:246).Sintaksis universal terdiri atas kombinasi butir-butir leksikon makna asali universal yang membentuk proposisi sederhana sesuai dengan perangkat morfosintaksis. Misalnya: INGIN akan memiliki kaidah universal tertentu dalam konteks: Saya INGIN melakukan ini (Beratha dalam Purwo, 2000:246).

2.2.4 Struktur Semantis

Konfigurasi makna kata disebut dengan struktur semantis.Struktur semantis ini dapat dipahami karena adanya relasi gramatikal antara verba dan argumen yang dimiliki oleh verba tersebut.Secara universal setiap verba memiliki khasanah makna yang berbeda-beda sehingga sebuah verba dapat memiliki struktur semantis yang sederhana dan kompleks.Struktur semantis adalah jaringan relasi semantis diantara kata-kata di dalam sistem leksikal suatu bahasa.Oleh karena itu pula dikatakan bahwa setiap bahasa pasti memiliki struktur semantik (Lyons, 1995 dalam Mulyadi 2003:5).

(58)

diterima oleh semua penutur jati karena parafrasa maknanya dibingkai dalam sebuah metabahasa yang bersumber dari bahasa alamiah.

Parafrasa bisa dikatakan sebagai pengungkapan kembali konsep dengan cara lain dalam bahasa yang sama tanpa mengubah maknanya (Wierzbickadalam Purwo 2000: 248).Parafrasa harus mengikuti kaidah-kaidah berikut :

1. Parafrasa harus menggunakan kombinasi sejumlah makna asali yang telah diusulkan oleh Weirzbicka. Kombinasi sejumlah makna asali diperlukan terkait dengan klaim dari teori MAM, yaitu suatu bentuk tidak dapat diuraikan hanya dengan memakai satu makna asali.

2. Parafrasa dapat pula dilakukan dengan memakai unsur yang merupakan kekhasan suatu bahasa. Hal ini dapat dilakukan dengan menggabungkan unsur-unsur yang merupakan keunikan bahasa itu sendiri untuk menguraikan makna.

3. Kalimat parafrasa harus mengikuti kaidah sintaksis bahasa yang dipakai untuk memparafrasa.

4. Parafrasa selalu menggunakan bahasa yang sederhana.

5. Kalimat parafrasa kadang-kadang memerlukan indentasi dan spasi khusus.

2.2.5 Kategorisasi

(59)

berdasarkan kesamaan komponen semantisnya.Kategorisasi ditetapkan dengan mengelompokkan butir-butir leksikal berdasarkan komponen semantisnya. Komponen semantis mencakup kombinasi dari perangkat makna seperti ‘seseorang’, ‘sesuatu’, ‘mengatakan’, ‘melakukan’, ‘terjadi’, ‘ini’, dan ‘baik’ (Mulyadi 2000:40 dalam Giovanni 2014:10)..

2.3Tinjauan Pustaka

Penelitian terhadap verba sudah banyak dilakukan oleh beberapa ahli.Selanjutnya peneliti akan menjelaskan penelitian- penelitian sebelumnya yang mirip atau relevan dengan penelitian ini.

Beratha (2000) ‘Struktur Semantis Verba Ujaran Bahasa Bali’ dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami yang berkombinasi dengan teori peran umum (macro – role). Teori MSA digunakan dalam mengkaji struktur semantik verba ujaran bahasa Bali dengan membatasinya menggunakan teknik parafrasa sedangkan teori peran umum (macro- role) digunakan untuk menjelaskan peran umum yang dimiliki oleh argumen - argumen verba dan peran umum ini dapat memiliki peran - peran khusus (spesifik).Ada sejumlah verba tindakan yang bertipe ujaran seperti: ngidih, nunas ‘meminta’, nunden, nikain ‘memerintah’, nombang ‘melarang’, majanji ‘berjanji’, ngajum ‘menyanjung’, nyadcad ‘mengkritik’, nesek ‘mendesak’, ngancam ‘mengancam’, nuduh

(60)

ACTOR yang dapat memiliki peran khusus seperti agen, pemengaruh atau lokatif, serta UNDERGOER yang mempunyai peran khusus sebagai pasien, tema, atau lokatif. Penelitian Beratha memberikan sumbangan yang sangat membantu peneliti terutama dalam menyelesaikan masalah analisis makna yang tampak pada penggunaan parafrasa yang bersumber dari perangkat makna asali. Penelitian Beratha akan dikembangkan peneliti dengan kajian yang sama namun dalam bahasa yang berbeda yaitu verba BAWA dalam bahasa Batak Toba.

Mulyadi (2003) yang berjudul ‘Struktur Semantis Verba Tindakan BahasaIndonesia’ dengan menggunakan teori MetabahAsa Semantik Alami (MSA). Teori MSA digunakan untuk mengetahui makna asali verba tindakan bahasa Indonesia dan memetakan struktur semantis verba tindakan bahasa Indonesia. Beliau membatasilingkup kajian hanya pada enam verba, yaitu menangkap, menendang, membeli, menangis, pergi, dan bertemu.

(61)

bertumpang tindih pada komponen kedua.Komponen yang dimaksud ialah ‘sesuatu terjadi karena X menginginkan sesuatu’. Ketiga, dari eksplikasi yang dilakukan terlihat bahwa struktur semantis verba tindakan bahasa Indonesia tidak memperlihatkan adanya keteraturan dalam jaringan elemennya. Karena kajian ini masih dilakukan secara terbatas, yakni hanya menggunakan enam verba sebagai sampel, kiranya diperlukan kajian yang lebih jauh pada seluruh verba tindakan bahasa Indonesia. Penelitian Mulyadi memberikan sumbangan kepada peneliti yang mengkaji semantik verba BAWA dalam bahasa Batak Toba sertacara mengaplikasikan teori MSA dalam menganalisis struktur.

Gande (2012) dalam tesis yang berjudul ‘Verba Memotong dalam Bahasa Manggarai’ memakai Matabahasa Semantik Alami sebagai teorinya. Gande mengklasifikasikan verba yang bermakna “memotong” sesuai dengan realisasi leksikal verba POTONG dalam bahasa Manggarai yang terdiri atas 86 leksikon yang diklasifikasikan atas beberapa bagian, yaitu(1) memotong manusia / anggota tubuh manusia, (2) memotong pada binatang/hewan, (3) memotong pohon, (4) memotong rumput, (5) memotong buah, (6) memotong daun, (7) memotong tali, dan (8) memotong kain. Selain itu, Gande juga melakukan kajian terhadap struktur semantik verbaPOTONGdalam bahasa Manggarai dengan ‘X melakukan sesuatu pada Y’, ‘sesuatu terjadi pada Y’. Penelitian Gande memberikan sumbangan bagi peneliti baik dari segi teori dan cara menganalisis makna verba dengan teknik parafrasa.

(62)

verba ‘memotong’ bahasa Kei, teori MSA menawarkan polisemi takkomposisi sebagai alat deskripsi.Berdasarkan analisis yang telah dilakukan adabeberapa hal yang dapat disimpulkan dalam kajian terhadap struktur dan peran semantis verba ‘memotong’ bahasa kei sebagai berikut.

a. Struktur semantik verba ‘memotong’ bahasa Kei dapat diekspresikan dalam beberapa leksikon, yaitu: (1) memotong ‘avat’,(2) memotong dengan mesin ‘titat’,(3) memotong dengan kecil-kecil (kek), (4) memotong dengan mesin (kiq),(5) memotong dengan pisau ‘wur’, (6) memotong dengan pisau atau parang ‘rouk’, (7) memotong dengan parang ‘vnge’, (8) memotong dengan pisau ‘isin’, (9) memotong/tebang ‘itan’, dan (10) memotong/membelah ‘uvur’. b. Penggunaan leksikon verba‘memotong’ (avat; titat, kek,kiq,wur, rouk, vnge, isin, itan,dan uvur ) bahasa Kei disesuaikan dengan aktivitas fisik yang kompleks (complex physical activities) yaitu mencakup motivasi prototypical, entitas yang diperlakukan, alat yang digunakan, cara memotong, dan hasil yang diinginkan.

Penelitian Raynold memberikan wawasan bagi peneliti untuk mengkaji verba BAWA dalam bahasa Batak Toba.Penelitian ini juga menjadi sumber referensi tentang penerapan teori Metabahasa Semantik Alami dalam mengkaji struktur semantis dengan menggunakan teknik parafrasa.

(63)

dengan sesuatu) dan satu subkategori (sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama). Beliau juga menyatakan bahwa verba POTONG bahasa Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang berpolisemi membentuk sintaksis makna universal ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu karena ini sesuatu terjadi pada Y’.

(64)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa adalah alat komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.Bahasa mempunyai fungsi yang penting bagi manusia terutama fungsi komunikatif.Di samping sebagai alat komunikasi bahasa dapat digunakan untuk menyampaikan informasi atau berita, fakta, pendapat, dan lain-lain dari seorang penutur.Bahasa adalah sistem bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri (KBBI 2008:116).

Bahasa sangat dipengaruhi oleh kebudayaan.Melalui bahasa masyarakat dapat mengetahui budayanya.Bahasa daerah merupakan suatu bahasa yang dituturkan di suatu wilayah dan merupakan salah satu bentuk kebudayaan.Bahasa daerah merupakan suatu aset kekayaan budaya Indonesia yang pantas untuk dijaga dan dilestarikan termasuk bahasa Batak Toba.Bahasa daerah merupakan salah satu sumber bahan untuk menambah kosakata dalam bahasa Indonesia.

(65)

orang)’,manghallung ‘memikul dengan kayu pikulan (dua orang)’’,manuhuk ‘memikul’, mangabarai ‘memikul’, mangusung ‘memikul (jenazah), manghadang ‘menyandang’, manarat ‘menyeret’, mangahut ‘menyeret (garpu tanah), manghandit ‘mengangkat’, mangompa ‘menggendong (kain gendongan’,

mangabing ‘menggendong (tanpa kain gendongan)’, manghunti ‘menjunjung’,

dan manaruhon ‘mengantarkan’.

Verba BAWA dalam bahasa Batak Toba memiliki fitur semantis untuk membedakan satu butir leksikal dengan butir leksikal lain. Perbedaaan butir-butir leksikal tersebut dapat ditunjukkan dengan menggunakan komponen semantis.Dalam teori MSA komponen itu disebut perangkat makna asali (Wierzbicka, 1996 dalam Giovanni 2014:1).

Verba BAWA dalam bahasa Batak Toba cukup banyak jumlah variasinya sehingga tergolong unik karena ada kata-kata yang dianggap bersinonim terletak pada ranah yang berbeda.Misalnya, dalam bahasa Batak Toba kata manuhukdengan kata mangabaraiyang dipahami sebagai dua kata yang

bersinonim tetapi terletak pada ranah yang berbeda. Verba manuhuk dan verba mangabarai memiliki pengertianyang sama yaitu sama-sama membawa beban di

atas bahu. Perbedaan kedua verba terletak pada objek yang dimilikinya.Verba manuhuk ‘memikul’ memiliki objek benda-benda mati sedangkan verba

mangabarai ‘memikul’memiliki objek manusia khususnya anak-anak.Hal tersebut

(66)

Contoh :

(1)Tuhuk jo eme on! AKT-pikul padi DEM ‘Pikul dulu padi ini!’

(2) Abarahon anggimi molo mulak ho tu jabu! AKT-pikul 3Tg kalau pulang 1Tg Adv

‘Pikulkan adikmu itu kalau kamu pulang ke rumah!’.

Pada contoh (1) terlihat bahwa verba mamuhuk ‘memikul’ objeknya adalah padi, sedangkan pada contoh (2) tampak bahwa verba mangabarai ‘memikul’ objeknya adalah anak-anak.

Penelitian tentang verba dengan menerapkan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA) sudah pernah dilakukan. Misalnya, Beratha (2000) struktur semantis verba ujaran bahasa Bali, Mulyadi (2003) yaitu struktur semantis verba tindakan bahasa Indonesia, Mulyadi dan Rumnasari K. Siregar (2006) aplikasi teori metabahasa makna alami dalam kajian, Mulyadi (2009) kategori dan peran semantis verba bahasaIndonesia,Agus Subiyanto (2011) struktur semantik verba proses tipe kejadian bahasa Jawa, Gande (2012) dalam tesis yang berjudul verba

(67)

Penelitian tentang verba BAWA dalam bahasa Batak Toba belum pernah dilakukan. Pada penelitian ini peneliti akan mengkaji verba BAWA bahasa Batak Toba dengan cara mendeskripsikan struktur semantis verba BAWA dalam bahasa Batak Toba.

1.2Masalah

Berdasarkan uraian yang dikemukakan di atas, masalah penelitian ini dikemukakan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah struktur semantis verba BAWA dalam bahasa Batak Toba? 2. Bagaimanakah kategorisasi verba BAWA dalam bahasa Batak Toba?

1.3Batasan Masalah

Pada penelitian ini, penulis akan mengkaji semantik verba BAWA dalam bahasa Batak Toba yaitu mendeskripsikan struktur semantis dan kategorisasi verba BAWA bahasa Batak Toba. Penulis membatasi penelitiannya di Desa Paranginan Utara, Kec.Paranginan, Kab. Humbang Hasundutan.

1.4Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan struktur semantis verba BAWA dalam bahasa Batak Toba 2. Mendeskripsikan kategorisasi verba BAWA dalam bahasa Batak Toba

1.4.2 Manfaat Penelitian 1.4.2.1Secara Teoritis

(68)

b. Hasil penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan peneliti dalam kajian linguistik terutama kajian semantik tentang makna verba BAWA dengan menggunakan teori Metabahasa Semantik Alami (MSA).

1.4.2.2Secara Praktis

a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat umum atau peneliti-peneliti lain yang ingin membahas verba BAWA dalam bahasa daerah lain.

(69)

SEMANTIS VERBA BAWA DALAM BAHASA BATAK TOBA : ANALISIS METABAHASA SEMANTIK ALAMI

OLEH

Dian R Sianturi

ABSTRAK

Skripsi ini ditulis untuk mengetahuistruktur semantis verba BAWA dalam bahasa Batak Tobadengan menerapkan pendekatan metabahasa semantik alami (MSA) yang dikemukakan oleh Wierzbicka. Metode yang digunakandalam pengumpulan data adalah metode simak dengan teknik sadap, teknik SimakLibat Cakap, dan metode cakap dengan teknik catat dan teknik rekam. Analisis data yang digunakan metode agih. Verba BAWA dalam bahasa Batak Toba dibentuk oleh dua makna asali yaitu MELAKUKAN dan TERJADI yang membentuk sintaksis makna universal ‘X melakukan sesuatu pada sesuatu (Y) karena itu sesuatu terjadi pada Y pada waktu yang sama’.Apabila ditinjau dari alat yang digunakan maka verba BAWA dibedakan atas berdasarkan verba BAWA yang menggunakan alat berupa kendaraan, benda tajam, atau dengan melibatkan anggota-anggota tubuh seperti tangan, kepala, bahu, leher, punggung, dan lain sebagainya.Semantisverba BAWA dalam bahasa Batak Toba dicirikan dengan komponen ‘X melakukan sesuatu dengan sesuatu. Struktur semantis verba BAWA dikaji dengan menggunakan makna asali untuk membatasi makna kata dengan menggunakan sistem parafrasa. Kata kunci: Semantik Verba ‘BAWA’, Struktur Semantis, Metabahasa Semantik

(70)

SEMANTIK VERBA ‘BAWA’ DALAM BAHASA

BATAKTOBA: ANALISIS METABAHASA SEMANTIK

ALAMI

SKRIPSI

DIAN R. SIANTURI

110701005

DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Gambar

Gambar 1.1 Peta Lokasi Penelitian
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya, makna verba POTONG dibentuk oleh dua makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang berkombinasi membentuk sintaksis makna universal ‛X melakukan sesuatu pada Y karena

Metabahasa Semantik Alami (MSA) merupakan kajian semantik leksikal.Asumsi dasar teori ini adalah bahwa makna kompleks dapat dideskripsikan dengan menggunakan konfigurasi elemen

Bagaimana fitur argumen yang menempati posisi objek pada

Selanjutnya makna warna dalam budaya Batak Toba dibentuk oleh komponen ‘X adalah sesuatu’ dan ‘X adalah sesuatu seperti ini’. Kata kunci: warna, budaya, Batak Toba,

Selanjutnya, makna verba gerakan agentif dalam bahasa Batak Toba di bentuk oleh dua makna asali MELAKUKAN dan TERJADI yang berkombinasi membentuk sintaksis makan universal ‛

skripsinya meneliti semantik verba “BAWA” dalam bahasa Batak Toba, Lumban. Gaol (2014) dalam skripsinya meneliti verba POTONG dalam bahasa

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa verba beri dalam bahasa Nias memiliki kategori yang dibentuk oleh sintaksis makna universal, yaitu „seseorang (X) melakukan

Makna asali dan kategori terkait dengan makna asali Diadaptasi dari Goddard dan Wierzbicka, 2014: 12 Kategori Terkait Makna Asali substantif AKU, KAMU, SESEORANG, SESUATU/HAL,