• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pemakaian Verba Shinu Dengan Nakunaru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pemakaian Verba Shinu Dengan Nakunaru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA SHINU DENGAN NAKUNARU DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG

(DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

IMIRON KARA MITA NIHONGGO NO BUNSHOU NI OKERU SHINU TO

NAKUNARU NO TSUKAIKATA NO BUNSEKI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra

Jepang

Oleh :

AKMAL MULIA LUBIS 030708027

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Drs. H.Yuddi Adrian Muladi,M.A Prof. Drs. Hamzon Situmorang MS Ph.D NIP : 196008271991031001 NIP : 195807041984121001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 SASTRA-JEPANG MEDAN

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin Puji dan syukur penulis panjatkan keharibaan Allah SWT atas segala nikmat dan rahmat yang diberikan-Nya kepada kita semua. Tak lupa shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi besar, Muhammad SAW.

  Atas berkat dan rahmat-Nya lah, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ANALISIS PEMAKAIAN VERBA “SHINU” DENGAN “NAKUNARU” DALAM KALIMAT BAHASA JEPANG (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)”, yang merupakan syarat untuk mencapai gelar Sarjana Sastra di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini :

1. Bapak Prof. Drs.Syaifuddin, M.A, Ph.D selaku dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Drs.Hamzon Situmorang, M.S.Ph.D, selaku ketua jurusan Program Studi Sastra Jepang dan selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan saran dan kritik kepada penulis yang sangat membangun.

3. Bapak Drs. H.Yuddi Adrian Muladi,M.A selaku pembimbing I yang telah banyak membantu dan membimbing saya selama menyelesaikan skripsi ini.

4. Dosen-Dosen Sastra Jepang yang telah membimbing dan mengajar saya selama belajar di Fakultas Sastra USU.

(3)

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis sendiri dan pembaca yang tertarik dengan hal mengenai Jepang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak luput dari berbagai kekurangan. Untuk itu saran dan kritik sangat penulis harapkan demi perbaikan untuk masa yang akan datang.

Medan, Maret 2010

Penulis,

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang Masalah 1 1.2 Perumusan Masalah 5 1.3 Ruang Lingkup Pembahasan 5 1.4 Tinjauan Pustaka Dan Kerangka Teori 5 1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 9 BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG SERTA

PEMAKAIAN VERBA SHINU DAN NAKUNARU 11 2.1 Defenisi Semantik 11

2.1.1. Jenis Jenis Makna Dalam Semantik 11 2.1.2. Manfaat Mempelajari Semantik 14 2.2 Pengertian Verba 15 2.2.1 Jenis-Jenis Verba 16 2.2.2 Fungsi Verba 21 2.3 Pengertian Verba Shinu dan Nakunaru. 22

2.3.1 Pengertian Verba Shinu 22 2.3.2 Pengertian Verba Nakunaru 23 BAB III ANALISIS PEMAKAIAN VERBA SHINU DAN NAKUNARU 25

3.1 Verba Shinu 25

(5)

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 37 4.1 Kesimpulan 37

4.2 Saran 38

DAFTAR PUSTAKA 39

(6)

ABSTRAK

意味論 見 日本語 文章 死 亡 使い方 分析

日本語 主 日本 使用 言語 日本国 法 公

用語 明記 い い 事実 公用語 学校教育 国語 教

え ま

動詞 う 品詞 一 主 動作 状態 表 項 守護

目的語 詞句 語 時制 あ 言語 一般 動詞 時制 示

亡 いう言葉 死 ま 死者 対 い 感

ま 身内 死 い 扱 う 見せ 言い方

い わ 自分 身内 相対的 相手 持

謙譲的表現 亡 死 婉曲表現 婉曲語 一般的 身内

使え 本 書い いま 実際 亡 敬意 表

い相手 使え 言葉 あ 自分 身内 使う 抵抗感 持 人 多い

わ 本 書い い い い 全 言葉 当 ま わ あ

ませ

死 亡 う 使い分 いい う 個人的 亡

身内 使う 変 , いう感覚 あ ま あ い , 亡 敬語

(7)

亡 場合 使え , 死 単 生物学的 或い 学

的 生命 途絶え 感 対 亡 人 世 中 居

いう感

 

死 縁語表現 亡  

1 亡 いう答え 多 本来 親 使いませ 亡

自分 両親 外 使いま  

但 最近 間違 使い方 定着 せい 亡 使い  

亡 最近 良い う  

3 動物 死 結構  

英語 文法 日本語 動物 ” ”扱い  

う ○○ 家族 !冗談 いわ! 方 い 思いま

日本語文法 死 使いま  

い 死 敬語表現 紹 ま う  

日本 死 義 言葉 複数 在 愛情 注い 敬意 表 相手

いわ 特別  在 死 対 単 生命 終わ 意味 言葉 あ 死

使う い あ う 思いま 亡 一 考え 

差支え い う  

例え 殺虫ス 浴び キ 絶命 際 死 ! 言

亡 ! 言う人 稀 う 玄関 前 見知 人 死体

あ 見 場合 警察 通報時 家 前 人 亡 いま ! 言う人

少数派 う 思いま キ   軒先 死体 人 愛情 敬意

対象 い 少 亡 死 等 言葉 い

(8)

あ 動物 含 死 自分 程度 重 持 ケ ス

個々 違いま 時 亡 表現不足 感  当然あ

う 亡 死 ワン ンク 言葉 あ 特別 思い 表わ

程 意味 い 一般語  域 出 い 思いま

従 身内 対 人間 亡 使う 抵抗 あ 他

界 表現 いま

私 飼 経験 無い 実感 申 い 自分 飼 い ペッ

死亡 場合 他界 言いま 他界 いう 死亡 事実 客

観的 表現 言い回 思う 人間 動物 差異 あま 感 ま

一方 他人 ペッ 死亡 場合 亡 言わ い 思いま 私

場合 ペッ 失 相手 喪失感 大 受 止 い

狭量 了見 反映 い ませ

但 相手 ペッ 失 大 喪失感 感 い わ

場合 相手 対 あ ま 死 いう言葉 使い い ま せ

ま ういう方 会い 無い わ ませ ういう場面 あ

私 亡 使う ませ

 

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada mahkluk lainnya dimuka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi.

Begitu pula melalui bahasa, kebudayaan suatu bangsa dapat dibina dan dikembangkan serta dapat diturunkan kepada generasi-generasi mendatang. Dengan adanya bahasa sebagai alat komunikasi maka semua yang ada disekitar manusia misalnya : Peristiwa-peristiwa, binatang-binatang,tumbuhan, hasil karya cipta manusia dan lain sebagainya mendapat tanggapan dalam pikiran manusia.

Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau ujaran. Sebagai lambang tertentu ada yang dilambangkan. Maka yang dilambangkan adalah suatu pengertian,suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu. Karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide atau pikiran maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna (Chaer,Abdul 1994 : 57).

Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu didalam bahasa merupakan satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frasa, klausa, kalimat dan wacana. Semua satuan satuan tersebut mampunyai makna.

(10)

Aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi perkembangan suatu bahasa. Dengan demikian fungsi bahasa adalah untuk menyampaikan makna seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Jepang adalah bahasa yang dipakai sebagai alat komunikasi antar anggota masyarakat diseluruh pelosok Negara Jepang. Bahasa Jepang dipakai sebagai bahasa resmi, bahasa penghubung antar anggota masyarakat Jepang. Dipakai sebagai bahasa pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang. Sejak sekolah taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dengan demikian Bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang dipakai oleh sekelompok masyarakat penutur yang berada disuatu wilayah atau suatu Negara.

Dalam mempelajari suatu bahasa ada beberapa subsistem linguistik yaitu : Fonologi mempelajari tentang bunyi, morfologi mempelajari tentang betuk-bentuk kata, sistaksis mempelajari tentang susunan kalimat dan semantik mempelajari tentang makna.

Baik pengajar maupun pembelajar Bahasa Jepang perlu memahami minimal mengetahui sedikit tentang linguistik Bahasa Jepang. Pengetahuan ini merupakan media memperlancar pemahaman dan penguasaan Bahasa Jepang. Kesalahan pembelajar umumnya terjadi karena adanya transfer negatif bahasa ibu dan Bahasa Jepang. Kesalahan ini muncul bisa berupa penggunaan kalimat, dan sebagainya yang kurang tepat yang semuanya merupakan objek kajian semantik.

(11)

Makna setiap kata menjadi objek kajian semantik karena komunikasi dengan menggunakan suatu bahasa yang sama seperti Bahasa Jepang, baru akan lancar jika setiap kata yang digunakan oleh pembicara dalam setiap komunikasi tersebut makna atau maksudnya sama dengan yang digunakan oleh lawan bicaranya. Karena setiap kata memiliki perbedaan apabila dilihat dari konteks kalimatnya.

Berdasarkan fungsinya, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Yang dimaksud secara internal adalah pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, yaitu : Struktur fonologis, struktur morfologis, dan semantik. Selanjutnya kajian ini akan menghasilkan varian-varian bahasa tanpa berkaitan dengan masalah diluar bahasa. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan norma yang telah ada didalam disiplin ilmu linguistik.

(12)

hendak berbicara dengan seseorang yang tidak sebahasa dengan kita. Hal ini menjadi penting bila kita ingin berkomunikasi dengan orang lain.

Kesalahpahaman dalam berkomunikasi sering terjadi karena adanya penafsiran makna berbeda antara pembicara dan lawan bicara. Ini dikarenakan banyaknya persamaan makna dan asingnya bahasa yang dipakai oleh seseorang yang bukan penutur asli. Seperti halnya penggunaan verba shinu dan nakunaru dalam Bahasa Jepang.

Setelah melihat uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai verba, khususnya verba shinu dan nakunaru yang memiliki perbedaan cara penggunaannya dalam kalimat.

Contoh:

生ま 死 ま 父 間違 一

Umarete kara shinu made chichi wa machigatta koto wa hitotsu mo shinakatta.

‘Sejak lahir hingga meninggal dunia, Ayah tidak pernah melakukan satu kesalahan sekalipun’. (Gaikokujin no Tame no Kihongo Yourei Jiten, 1987 : 441)

母 私 歳 亡 ま

Haha wa watashi ga sansei no toki nakunarimashita.

‘ Ibu meninggal dunia ketika saya berusia 3 tahun’.

(Gaikokujin no Tame no Kihongo Yourei Jiten, 1987 : 746)

(13)

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini mencoba menjelaskan masalah dari pemakaian dan penggunaan verba shinu dan nakunaru yang tepat di dalam kalimat Bahasa Jepang. Untuk membahas masalah

verba shinu dan nakunaru yang memiliki perbedaan penggunaannya dalam kalimat dalam Bahasa Jepang tersebut, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :

1. Apa pengertian verba shinu dan nakunaru dalam kalimat Bahasa Jepang?

2. Bagaimanakah pemakaian verba shinu yang tepat dalam kalimat Bahasa Jepang? 3. Bagaimanakah pemakaian verba nakunaru yang tepat dalam kalimat Bahasa

Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Verba shinu dan nakunaru. dapat diterjemahkan dalam bahasa Indonesia menjadi “meninggal dunia, mati atau kehilangan”. Namun, kedua verba tersebut tidak dapat digunakan begitu saja karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat pada sebuah kalimat. Sebelum membahas inti permasalahan, penulis perlu menjelaskan pula pengertian serta jenis verba dalam Bahasa Jepang untuk dapat mempermudah dalam pemahaman analisis penelitian ini. Namun, agar penelitian tidak terlalu luas, peneliti akan membatasi masalah penelitian hanya pada saat kapan dan bagaimana pemakaian verba shinu dan verba nakunaru yang tepat dalam kalimat Bahasa Jepang.

(14)

Fokus dari penelitian ini adalah analisis pemakaian shinu dan nakunaru serta perbedaannya. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau defenisi yang berkait dengan linguistik, terutama dalam bidang Semantik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara (Chaer,Abdul.1994:1 ), menyatakan : linguistik adalah ilmu tentang bahasa, atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai obyek kajiannya.

Bahasa yang kita gunakan diungkapkan dalam bentuk kalimat-kalimat dan predikat dalam sebuah kalimat merupakan bagian yang terpenting. Jenis kata yang mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Sama halnya dengan Bahasa Jepang, contohnya, shinu ditempatkan sebagai predikat dalam sebuah kalimat sesuai dengan situasi pemakaiannya. Karena itu sangat penting mampelajari tata bahasa yang baik dan benar. Kitahara Yasuo dalam Sudjianto (1996:22) mengemukakan : “Tata bahasa adalah suatu fenomena yang umum pada waktu menyusun kalimat, secara teoritis merupakan suatu sistem tentang bentuk kata, urutan kata, dan fungsi kata dalam kalimat”.Demikian halnya dengan Bahasa Jepang apabila kita ingin berkomunikasi dengan masyarakat jepang, kita harus menguasai bahasa tersebut.

Didalam sebuah kalimat predikat merupakan bagian terpenting. Jenis kata yang biasanya mengisi unsur jabatan ini adalah verba. Verba adalah salah suatu kelas kata dalam Bahasa Jepang, kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan, atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan dengan sendrinya dapat menjadi predikat (Noumura,

1992 : 158). Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk (Katsuyou) dan bisa berdiri sendiri (Sutedi, 2003 : 42).

(15)

seorang manusia. (Hamanishi, 1985). Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.

Semantik adalah salah satu cabang linguistik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Sementara didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990 : 548) adalah (1) arti : makna (2) maksud pembicara dan penulis ; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis.

Semantik adalah salah satu cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang makna (Sutedi, 2003 : 103), makna yang sama namun nuansa yang berbeda dalam kalimat berkaitan dengan relasi makna.

Menurut Henri Guntur Tarigan (1985 : 18) bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa yunani semantikkos ‘penting ; berarti’, yang diturunkan pula dari semainein ‘memperlihatkan ; menyatakan’ yang berasal pula dari sema ‘tanda’ yang terdapat pada kata semaphore yang berarti ‘tiang sinyal yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api’. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Verba shinu dan nakunaru memiliki kesamaan makna, maka untuk menganalisa kedua verba tersebut penulis menggunakan teori pemakaian dari makna.

(16)

memberi nasehat : “Jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakaiannya. Lahirlah satu pengertian tentang makna : makna sebuah ujaran ditentukan oleh pemakaiannya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera (1990 : 18).

Pada umumnya, verba berfungsi sebagai predikat didalam sebuah kalimat. Baik dalam Bahasa Jepang maupun bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia, berdasarkan pada urutannya berada ditengah kalimat. Sementara arti kata “verba” dalam kamus besar bahasa Indonesia (1990 : 1260) adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan. Disini verba tidak mengalami perubahan bentuk. Berbeda dengan Bahasa Jepang, berdasarkan urutannya verba berada diakhir kalimat. Verba adalah kata yang menyatakan aktivitas, keberadaan, keadaan sesuatu, atau menjadi keterangan bagi kelas kata yang lain pada sebuah kalimat. Verba juga adalah kata kerja yang berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, mengalami perubahan bentuk (katsuyou) dan bisa berdiri sendiri (Sutedi, 2003 : 42).

(17)

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian a. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian shinu dan nakunaru dalam konteks kalimat Bahasa Jepang.

2. Untuk mengetahui pemakaian verba shinu yang tepat dalam Bahasa Jepang. 3. Untuk mengetahui pemakaian verba nakunaru yang tepat dalam Bahasa Jepang. b. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Menambah referensi yang berkaitan dengan linguistik.

2. Menambah wawasan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang verba Bahasa Jepang, khususnya pengertian, perbedaan dan persamaan penggunaan verba shinu dan nakunaru dalam konteks kalimat Bahasa Jepang.

1.6 Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu pemaparan dan penjelasan yang dikembangkan sendiri oleh penulis dengan tetap mengacu kepada sumber informasi dan fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat dalam skripsi ini.

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP VERBA BAHASA JEPANG SERTA PEMAKAIAN VERBA SHINU DAN NAKUNARU.

2.1 Defenisi Simantik

2.1.1. Jenis-Jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Chaer (1994:54) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :

a. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referensinya, makna yang sesuai dengan observasi indra, atau makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita. Contohnya kata tikus, makna leksikalnya adalah sebagai binatang pengerat yang dapat menyebabkan timbulnya penyakit tifus. Makna itu tampak pada kalimat : ‘Tikus itu mati diterkam kucing’ atau ‘Panen kali ini gagal akibat serangan tikus’, karena pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain.

(20)

b. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna refrensial dan makna non-refrensial.

Makna refrensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai refren, yaitu sesuatu diluar bahasa yang diacu oleh kata itu. Contoh kata ‘meja’ dan ‘tetapi’, disebut bermakna refrensial karena kedua kata itu mempunyai refren yaitu sejenis prabot rumah tangga.

Sedangkan kalau kata-kata itu memiliki refren, makna kata itu disebut kata bermakna non-refrensial. Contoh kata ‘karena’ dan ‘tetapi’ tidak memiliki refren, jadi kata tersebut bermakna Non-Refrensial, sedangkan yang termasuk kata tugas seperti proposisi, konjungsi dan kata tugas lain adalah kata-kata yang bermakna non-refrensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai pada sebuah kata atau lasem dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna refrensi, sebab makna denotatif ini lazim diberikan penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi factual objectif, karena itu sering disebut makna sebenarnya. Contoh kata ‘wanita’ dan ‘perempuan’. Karena kata-kata ini mempunyai denotasi yang sama, yaitu manusia dewasa bukan laki-laki. Walaupun kata perempuan dan mempunyai makna denotatif yang sama, yakni kata perempuan mempunyai nilai rasa yang tinggi. Makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya memberi nilai rasa positif maupun negatif tersebut makna konokatif.

(21)

Makna kata sering disebut sebagai makna bersifat umum, sedangkan makna istilah memiliki makna yang tepat dan pasti. Hal ini dapat dilihat dari contoh dalam bidang kedokteran kata tangan dan lengan adalah ‘Pergelangan sampai ke pangkal bahu’. Sebaliknya dalam bahasa umum tangan dan lengan dianggap bersinonim (sama maknanya).

e. Berdasarkan kreteria atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatif, kolokatif dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan perlambang-perlambangan yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatkaan suatu konsep lain. Contoh kata ‘melati’ digunakan sebagai lambang kesucian, kata ‘merah’ digunakan sebagai perlambang keberanian, dan kata ‘serikandi’ digunakan sebagai perlambang perlambang kepahlawanan wanita.

(22)

2.1.2 Manfaat Mempelajari Semantik

Manfaat yang dapat kita petik dari Studi Semantik sangat tergantung dari bidang apa yang kita geluti sehari-hari (Chaer.1994:11). Bagi seorang wartawan, seorang reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dunia persurat kabaran dan pemberitaan, mereka barangkali akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai simantik. Pengetahuan simantik akan memudahkannya dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan inforamsi kepda masyarakat umum.

Bagi mereka yang berkecimpung dalam penelitan bahasa, seperti mereka yang belajar di Fakultas Sastra, pengetahuan mengenai semantik akan memberikan maanfaat teorotis dan juga manfaat praktis. Manfaat teoritis karena dia sebagai guru bahasa harus pula mempelajari dengan sungguh-sungguh akan bahasa yang di ajarkannya. Teori-teori semantik ini akan menolongnya memahami dengan lebih baik konsep-konsep yang diajarkannya. Sedangkan manfaat praktis akan diperolehnya berupa kemudahan bagi dirinya dalam mengajarkan bahasa itu kepada murid-muridnya.

Sedangkan bagi orang awam atau orang kebanyakan pada umumnya, pengetahuan yang luas akan teori semantik tidaklah diperlukan. Tetapi pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk memahami dunia sekelilingnya, yang penuh dengan informasi dan lalu lintas kebahasaan. Semua informasi yang ada disekelilingnya, dan juga yang harus mereka serap, berlangsung melalui bahasa, melalui dunia lingual. Sebagai masyarakat tidak mungkin melalui bahasa.

2.2 Pengertian Verba Bahasa Jepang

(23)

Penulis mencoba menggunakan defenisi Verba Bahasa Jepang. Sebelum menelaah fungsi Bahasa Jepang secara umum dan pemakaian verba shinu dan nakunaru, penulis akan menerangkan pengertian verba yang diambil dari beberapa sumber. Dalam Bahasa Jepang mempunyai batasan atau defenisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli linguistik.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia disebutkan bahwa verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan atau keadaan, yang juga disebut kata kerja (Poerwadarmita, 2005 : 1260).

Dalam Bahasa Jepang verba disebut dengan Doushi. Makna Doushi dilihat dari kanjinya :

動 = Ugoku, dou = bergerak

= kotoba, shi = kata

動詞 = Doushi = kata yang bermakna

Doushi adalah kata kerja yang berfungsi menjadi predikat dalam suatu kalimat,

mengalami perubahan bentuk (Katsuyou) dan bisa berdiri sendiri (Sutedi, 2003 : 42)

Noumura dan koike berpendapat hampir sama dengan defenisi Sutedi. Mereka mengatakan bahwa verba (Doushi) adalah salah satu kelas kata dalam Bahasa Jepang, sama dengan adjektiva-I dan adjektiva-na menjadi salah satu jenis Yougen. Kelas kata ini dipakai untuk menyatakan aktivitas, keberadaan atau keadaan sesuatu. Doushi dapat mengalami perubahan (Katsuyou) dan dengan sendirinya dapat menjadi predikat Noumura dalam Sudjianto,(2004 : 149).

(24)

2.2.1 Jenis-Jenis Verba

Dalam buku Dasar-Dasar Linguistik Bahasa Jepang (Dedi Sutedi, 2003:47), Verba dalam Bahasa Jepang digolongkan kedalam tiga kelompok berdasarkan pada bentuk konjugasinya.

a. Kelompok I

Kelompok I disebut dengan 五段 動 詞 (Godan-Doushi), karena kelompok ini mengalami perubahan dalam lima deretan bunyi Bahasa Jepang, yaitu : あ い う え ‘a-i-u-e-o’, cirinya yaitu verba yang berakhiran (gobi) huruf う ぶ ‘u – tsu – ru – ku – su – mu – nu – bu’

Contoh :

1. 買う Ka-u ( membeli ) 2. 立 Ta- tsu ( berdiri ) 3. 売 U- ru (menjual) 4. 書 Ka- ku (menulis) 5. 泳 Oyo- gu (berenang) 6. 読 Yo-mu (membaca)

7. 死 Shi-nu (mati)

8. 遊ぶ Aso- bu (bermain)

(25)

b. Kelompok II

Kelompok II disebut dengan 一 段 動 詞 (Ichidan-Doushi), karena perubahannya hanya pada satu deretan bunyi saja. Ciri utama dari verba ini adalah yang berakhiran suara e- (‘e-ru) disebut Kami Ichidan-Doushi atau yang berakhiran i- (‘i-ru) disebut Shimo Ichidan-Doushi.

1. 見 Mi-ru (melihat/menonton) 2. 起 Oki-ru (bangun)

3. Ne-ru (tidur) 4. 食 Tabe-ru (makan)

c. Kelompok III

Verba kelompok III ini merupakan verba yang perubahannya tidak beraturan, sehingga disebut 変革動詞 (Henkaku-Doushi) diantaranya terdiri dari dua verba yaitu :

1. Suru (melakukan) 2. 来 Kuru (datang)

Dalam buku A Dictionary of Basic Japanese Grammar (Michio Makino dan Tsutsui, 1997 : 582-584) mengklasifikasi verba semantik menjadi lima jenis yaitu:

1. Verba Stative (yang menyatakan ‘diam’, ‘tetap’)

(26)

Contoh :

1. い Iru (ada) 2. Dekiru (dapat) 3. 要 Iru (membutuhkan)

2. Verba Continual (yang menyatakan ‘selalu’, ‘terus menerus’)

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu _iru untuk menunjukkan aspek pergerakan.

Contoh :

1. 食 Taberu (makan) ______ 食 い tabete iru (sedang makan)

2. 飲 Nomu (minum)______ 飲 い nonde iru (sedang minum)

3. Verba Punctual (yang menyatakan ‘tepat pada waktunya’)

Verba ini berkonjugasi dengan verba bantu iru untuk menunjukkan tindakan atau perbuatan yang berulang-ulang atau suatu tingkatan/posisi setelah melakukan suatu tindakan atau penempatan suatu benda.

Contoh :

1. 知 Shiru (tahu) _______ 知 い shitte iru (mengetahui)

2. 打 Utsu (memukul)_______ 打 い utte iru (memukuli)

(27)

Verba ini biasanya tidak memiliki bentuk ingin, bentuk perintah, dan bentuk kesanggupan. Diklasifikasikan menjadi verba yang berkenaan dengan emosi atau perasaan dan verba yang tidak berkenaan dengan emosi atau perasaan.

Contoh:

1. 愛 Aisuru (mencintai, berkenaan dengan perasaan)

2. 聞 え Kikoeru (kedengaran/ terdengar, tidak berkenaan dengan perasaan).

5. Verba Movement (yang menyatakan ‘pergerakan’) Verba ini menunjukkan pergerakan.

Contoh :

1. 走 Hashiru (berlari)

2. 行 Iku (pergi)

Dalam buku Pengantar Linguistik Bahasa Jepang (Shimizu, 2000 : 45), verba dalam Bahasa Jepang dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Jidoushi 自動詞 (“Verba Intransistif”)

Jidoushi merupakan verba yang tidak disertai dengan objek penderita. Pengertian

dilihat dari huruf kanjinya yang bermakna ‘kata yang bergerak sendiri’. Contoh :

(28)

5. 集ま Atsumaru (berkumpul)

6. Nagareru (mengalir)

2. Tadoushi 他動詞 (“verba intransitive”)

Verba ini memiliki objek penderita. Pengertian dilihat dari makna kanjinya yang bermakna “kata yang digerakkan yang lain”, jadi ada gerakan dari subjek.

Contoh :

1. 起 Okosu (membangunkan)

2. 寝 Nekasu (menidurkan) 3. 入 Ireru (memasukkan) 4. 集 (mengumpulkan) 5. 流 (mengalirkan)

3. Shodoushi (初動詞)

Oleh karena merupakan verba (Doushi) yang memasukkan pertimbangan pembicara, maka tidak dapat diubah kedalam bentuk pasif dan kausatif. Selain itu, tidak memiliki bentuk perintahdan ungkapan kemauan (Ishi Hyougen). Diantara verba-verba yang termasuk kelompok ini, kelompok Doushi yang memiliki makna potensial seperti Ikeru dan Kikeru disebut Konou Doushi ‘verba potensial’.

Contoh :

(29)

4. 行 (dapat pergi)

2.2.2 Fungsi Verba

Seperti yang telah dijelaskan pada Sub Bab 2.2 tentang pengertian verba, pada umumnya verba berfungsi sebagai predikat dalam sebuah kalimat, dan terletak diakhir kalimat.

Contoh :

私 漢 書

Watashi wa kanji o kaku

‘Saya menulis kanji’.

Verba berfungsi untuk membantu verba-verba yang ada pada bagian sebelumnya dan menjadi bagian dari predikat sebagaimana halnya Fuzukugo (Sudjianto, 2004 :159).

Contoh :

1. 壁 地図 張 あ

Kabe ni chizu ga hatte aru

‘Didinding ada peta tergantung’.

2. 先生 漢 書い う

Sensei ni kanji o kaite morau.

‘Guru menuliskan kanji untuk saya’.

Verba berfungsi sebagai keterangan bagi kelas kata lainnya pada sebuah kalimat, dalam bentuk kamus selalu diakhiri dengan vocal /u/ (Sudjianto, 2004 : 149)

Contoh :

1. ミ 書

(30)

‘Ini adalah gambar yang digambar oleh tuan Amir’.

2. 私 エ ン あ 自動車 ほ い

Watashi wa eakon ga aru jidousha ga hoshii desu.

‘Saya ingin mobil yang memiliki AC’.

2.3 Pengertian Verba Shinu dan Nakunaru 2.3.1 Pengertian Verba Shinu

Verba Shinu adalah verba yang termasuk kedalam kelompok I 五 段 動 詞 (Goundandousi). Berikut akan dijelaskan tentang pengertian dan pemakaian dari verba shinu

tersebut :

a. Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Edisi Bahasa Indonesa, mengatakan bahwa verba shinu adalah menyatakan tentang makhluk kehilangan nyawanya (tidak mengandung rasa hormat).(Nomoto, 1998:1031).

Contoh :

うま 死 ま 父 ま

Umarete kara shinu made chichi wa machigatta.

‘Sejak lahir hingga meninggal dunia, Ayah tidak pernah melakukan satu kesalahan sekalipun’.

(31)

Contoh :

気力 目 死 い

Kiryoku o nakushite me ga shinde iru

‘Sinar matanya mati karena kehilangan semangat (sirna sinar matanya)’.

c. Ogata Toshiyuki (2005:6) dalam Word Reference Forums.com menyatakan bahwa verba shinu adalah penjelasan mudah menggambarkan kematian dari sesuatu hal. Dapat dipakai juga untuk makhluk selain manusia.

2.3.2 Pengertian Verba Nakunaru

a. Dalam buku Basic Japanese-English Dictionary. Mengatakan bahwa verba nakunaru adalah ungkapan untuk menunjukkan arti ‘orang meninggal’, akan tetapi paling umum digunakan sebagai ungkapan yang halus dan mengandung rasa hormat.(Michizuki, 1996:718).

Contoh :

昨日 先生

Kino wa sensei ga nakunatta.

‘Kemarin Pak Guru meninggal dunia’.

(32)

Contoh :

夜遅 電車

Yoru osoku natte densha ga nakunatta.

Karena telah larut malam tak ada lagi kereta listrik

(33)

BAB III

ANALISIS PEMAKAIAN VERBA SHINU DAN NAKUNARU

Pada Bab III ini penulis mencoba menganalisis pemakaian Verba Shinu dan Nakunaru. Pada saat kapan sebaiknya dipakai Verba Shinu dan Verba Nakunaru dalam

kalimat dilihat dari teori dan pendapat beberapa ahli linguistik yang telah diaparkan sebelumnya.

3.1. Verba Shinu

Analisis Pemakaian Verba Shinu yang tepat dalam kalimat :

Contoh Kalimat 1 :

 大地震 起 私 死 思 Tepat

Daijishin ga okotta toki, watashi wa shinuka to omotta.

‘ Sewaktu terjadi gempa besar, saya pikir saya akan mati’.

 大地震 起 私 亡 思 Kurang tepat

Daijishin ga okotta toki, watashi wa nakunaru to omotta.

‘Sewaktu terjadi gempa besar, saya pikir saya akan mati’.

Analisis kalimat di atas :

(34)

dirinya. Oleh karenanya pemakaian kata shinu dalam kalimat diatas merujuk diri sendiri dan bukan untuk orang lain serta tidak mengandung rasa hormat pada orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Nomoto (1998:1031) dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Edisi Bahasa Indonesa, mengatakan bahwa verba shinu adalah untuk menyatakan tentang mahkluk yang kehilangan nyawanya (tidak mengandung rasa hormat).

Contoh Kalimat 2 :

 昨日 私 犬 死 ま Tepat

Kinou wa watashi no inu ga shinimashita.

‘Kemarin, anjing saya telah mati’.

 昨日 私 犬 亡 ま Kurang tepat

Kinou wa watshi no inu ga nakunarimashita

‘Kemarin, anjing saya telah mati’.

Analisis kalimat di atas :

(35)

Hal ini juga sesuai dengan pendapat Ogata Toshiyuki (2005 : 6) yang menyatakan bahwa verba shinu adalah penjelasan mudah menggambarkan kematian sesuatu. Dapat dipakai juga untuk makhluk selain manusia.

Contoh Kalimat 3 :

 死 生 一緒 Tepat

Shinu mo ikiru mo issho.

‘Sehidup Semati bersama’.

 亡 生 一緒 Kurang tepat

Nakunaru mo ikiru mo issho.

‘Sehidup Semati bersama’.

Analisis kalimat di atas :

(36)

Contoh Kalimat 4 :

 死 気 働 Tepat

Shinu ki de hataraku.

Bekerja keras dengan sungguh-sungguh (sampai mati).

 亡 気 働 Kurang tepat

Nakunaru ki de hataraku.

Bekerja keras dengan sungguh-sungguh (sampai mati).

Analisis kalimat di atas :

Kalimat diatas menunjukkan sesuatu hal dengan sungguh-sungguh sampai mati. Dimana pada kalimat tersebut yang menunjukkan sesuatu hal bukan untuk hanya untuk mengungkapkan kematian seseorang, akan tetapi lebih memberi pengertian akan sesuatu hal yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Dapat dikatakan kalimat tersebut merupakan suatu ungkapan, bukan arti yang sebenarnya. Sehingga lebih tepat digunakan verba shinu untuk memberikan makna lebih tegas dalam kalimat di atas dibandingkan verba nakunaru.

Contoh Kalimat 5 :

 あ 死 ほ 愛 tepat

Anata wo shinu hodo ai shiteru.

(37)

 あ 亡 ほ 愛 kurang tepat

Anata wo nakunaru hodo ai shiteru.

‘Saya cinta padamu sampai mati’.

Analisis kalimat di atas :

Pada kalimat di atas verba shinu lebih tepat digunakan dibandingkan verba nakunaru. Karena penempatan verba shinu pada kalimat di atas sebagai bentuk penegasan. Dan dari segi semantik, verba shinu di atas lebih menjelaskan makna sebenarnya dari verba nakunaru. Meskipun dari segi tata bahasa verba nakunarupun tepat. Namun dalam penempatan makna lebih tepat digunakan verba shinu.

Contoh Kalimat 6 :

 要 時 使わ せ 金 死 まう tepat

Iru toki ni tsukawanakute wa sekkaku no kane mo shinde shimau.

‘Kalau tidak dipakai pada waktu yang diperlukan uang itu tidak berguna’.

 要 時 使わ せ 金 亡 まう kurang tepat

Iru toki ni tsukawanakute wa sekkaku no kane mo nakunatte shimau.

‘Kalau tidak dipakai pada waktu yang diperlukan uang itu tidak ada’.

Analisis kalimat di atas :

(38)

digunakan mengartikan ‘menjadi tidak berguna’, sedangkan apabila verba nakunaru yang digunakan maknanya menjadi ‘tidak ada atau hilang’. Kalau dilihat dari kalimat di atas, maka verba shinu lebih tepat digunakan untuk mengungkapkan maksud dari makna kalimat di atas. Hal ini sesuai dengan pendapat Michizuki (1996:672) yang mengatakan bahwa verba shinu dapat digunakan sebagai ungkapan untuk menyatakan bahwa sesuatu itu tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

Contoh Kalimat 7 :

 ノ PC ニタ 死 ま tepat

Noto PC monitaa shinimashita.

‘Monitor notebook PC saya mati’.

 ノ PC ニタ ま kurang tepat

Noto PC monitaa nakunarimashita.

‘Monitor notebook PC saya mati’ .

Analisis kalimat di atas :

Kalimat di atas mempunyai makna tidak dapat digunakan lagi. Itu berarti verba shinu lebih cocok digunakan daripada verba nakunaru. Karena apabila penempatan verba-nya berbeda maka akan berbeda pula maknanya. Apabila verba shinu yang digunakan maknanya menjadi ‘tidak dapat digunakan lagi, sudah mati atau rusak’. Sedangkan apabila dipakai verba nakunaru menjadi ‘tidak ada’. Hal ini sesuai dengan teori Michizuki (1996:672) yang

(39)

3.2. Verba Nakunaru

Analisis Pemakaian Verba Nakunaru yang tepat dalam kalimat :

Contoh Kalimat 1 :

 月 11 , 私 父 事故 亡 ま tepat

Kongetsu ju ichi nichi ni, watashi no chichi ga jikou de nakunarimashita.

‘Ayah saya telah meninggal dunia karena kecelakaan pada tanggal 11 bulan ini’.

 月 11 , 私 父 事故 死 ま kurang tepat

Kongetsu ju ichi nichi ni, watashi no chichi ga jikou de shinimashita.

‘Ayah saya telah mati karena kecelakaan pada tanggal 11 bulan ini’.

Analisis kalimat di atas :

(40)

Contoh kalimat 2 :

 私 買 漫画 まいま tepat

Watashi no katta bakari manga ga nakunatte shimaimashita.

‘Saya telah kehilangan komik yang baru dibeli’.

 私 買 漫画 まいま kurang tepat

‘Watashi no katta bakari manga ga shinde shimaimashita’.

‘Saya telah kehilangan komik yang baru dibeli’.

Analisis kalimat di atas :

Kalimat diatas memiliki arti kehilangan sesuatu hal. Dalam hal ini verba nakunaru lebih sesuai atau tepat dipakai dalam kalimat ini daripada verba shinu. Karena selain mengungkapkan kematian dan kehilangan nyawa, verba nakunaru dapat juga mengungkapkan akan kehilangan sesuatu. Sehingga verba shinu tidak dapat menggantikan arti yang sesuai dalam kalimat diatas. Hal ini sesuai dengan pendapat Ogata Toshiyuki (2005 : 6) yang menyatakan bahwa Nakunaru tidah hanya untuk mengungkapkan kematian, dan arti dasarnya berarti “menjadi batal, tidak berlaku, dan kehilangan sesuatu”.

Contoh Kalimat 3 :

 朝 朝 食 ,力 ま tepat

Asa kara asa gohan wo tabenakute, chikara ga nakunatte shimatta.

(41)

 朝 朝 食 ,力 ま kurang tepat

Asa kara asa gohan wo tabenakute, chikara ga shinde shimatta.

‘Karena tidak sarapan dari tadi pagi, saya kehilangan tenaga’.

Analisis kalimat di atas :

Jika dianalisis kalimat diatas maka dapat diketahui bahwa kalimat di atas bermakna kehilangan tenaga (tidak ada tenaga), yang berarti penggunaan verba nakunaru yang paling tepat digunakan bukan verba shinu. Verba nakunaru diatas bermakna kehilangan akan sesuatu hal dan bukan untuk mengungkapkan kematian. Karena arti dasar dari verba nakunaru yaitu, kehilangan, habis, usai, meninggalkan, menjadi batal, tidak berlaku, tidak berfungi sebagaimana mestinya. Kogawa (1992:429) dalam buku Nihon Go Kyoiku Jiten menjelaskan bahwa verba nakunaru adalah menunjukkan sesuatu tentang barang yang semula ada menjadi habis, tak ada atau hilang.

Contoh Kalimat 4 :

 突然 亡 先輩 対 本当 び ま tepat

Totsuzen ni nakunatta sempai ni taishite wa hontou ni bikkurimashita.

‘Saya benar-benar terkejut terhadap kematian senior saya yang tiba-tiba’.

 突然 死 先輩 対 本当 び ま kurang tepat

Totsuzen ni sinta sempai ni taishite wa hontou ni bikkurimashita

(42)

Analisis kalimat di atas :

Kalimat diatas memiliki pengertian dan makna yang hampir sama. Verba shinu dapat dipakai dalam kalimat di atas dan secara tata bahasa dapat dipakai. Namun dari sudut pandang semantik (makna bahasa) kurang tepat dipakai karena dalam kalimat diatas yang meninggal adalah seniornya yang merupakan orang yang dihormati sehingga kurang tepat dan kurang sopan apabila dipakai verba shinu. Yang paling tepat digunakan adalah verba nakunaru yang mempunyai makna lebih sopan dan untuk penghormatan terhadap orang yang dihormatinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Ogata Toshiyuki (2005 : 6) dan Michizuki, (1996:718) yang keduanya mengatakan bawa verba nakunaru digunakan untuk mengungkapkan kematian orang yang dihormati (dalam kalimat di atas adalah orang yang lebih tua) dan sebagai ungkapan formal dan sopan.

Contoh Kalimat 5 :

 彼 恋人 振 , 希望 人 う tepat

Kare wa koibito ni furareta toki, kibou ga nakunatta hito no you desu.

‘Sewaktu dia dicampakkan kekasihnya, dia seperti orang yang tidak punya harapan’.

 彼 恋人 振 , 希望 人 う kurang tepat

Kare wa koibito ni furareta toki, kibou ga sinta hito no you desu.

(43)

Analisis kalimat di atas :

Kogawa (1992:429) dalam buku Nihon Go Kyoiku Jiten dikatakan bahwa verba nakunaru adalah menunjukkan sesuatu tentang barang yang semula ada menjadi habis, tak ada atau hilang. Pada kalimat di atas dapat juga dipakai verba shinu. Namun dari segi semantik lebih tepat dipakai bentuk verba nakunaru yang lebih menjelaskan akan kehilangan sesuatu hal tersebut di atas.

Contoh Kalimat 6 :

 働 気持 tepat

Hataraku kimochi ga nakunaru.

‘Hilang semangat kerjanya’.

 働 気持 kurang tepat

Hataraku kimochi ga shinu

(44)

Analisis kalimat di atas :

Kalimat di atas menunjukkan akan kehilangan sesuatu hal. Dalam hal ini verba nakunaru lebih tepat digunakan daripada verba shinu. Karena verba nakunaru selain mempunyai makna kematian juga menunjukkan akan kehilangan sesuatu. Dari segi semantik penempatan verba nakunaru dalam kalimat ini sangat tepat. Apabila menempatkan verba shinu dalam kalimat di

(45)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Melihat hasil dari uraian sebelumnya ,dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Dalam setiap pemakaian verba (kata kerja) yang digunakan dalam Bahasa Jepang selalu menjadikan objek sebagai penentu dalam pemilihan dan pemakaian kata kerja yang digunakan dalam kalimat.

2. Verba shinu dan nakunaru disamping memiliki arti sejenis, masing-masing verba tersebut memiliki arti yang khusus yaitu dalam pemakaiannya satu sama lain tidak saling menggantikan.

3. Verba shinu dan verba nakunaru dalam kajian semantik memiliki pengertian yang sama. Namun dalam pemakaian dan penggunaannya dalam kalimat bergantung pada kondisi dan keadaan kalimat.

4. Verba shinu bersifat fleksibel dalam hubungan penggunaannya dalam kalimat Bahasa Jepang. Yaitu lebih sering dipakai dalam pemakaian bahasa biasa (Futsukei) dibandingkan untuk pemakaian yang pemberian artinya sebagai ungkapan sopan atau untuk menghormati orang lain (Teineikei Dan Keigo)

5. Pemakaian Verba shinu dapat dipakai untuk mengartikan suatu ‘kematian’ sesuatu makhluk selain manusia seperti hewan maupun tanaman.

(46)

7. Verba nakunaru dalam pemakaian dan penggunaan dalam pengartian sebuah kalimat lebih bersifat sebagai ungkapan rasa hormat terhadap objek yang dikenainya.

8. Verba Nakunaru selain mengungkapkan kematian seseorang juga dapat diartikan ‘kehilangan sesuatu’, ‘batal’, ‘tidak berlaku’, ‘tidak dapat digunakan’.

4.2. Saran

1. Diharapkan para pembelajar Bahasa Jepang dapat lebih memahami pemakaian yang tepat pada verba shinu dan nakunaru.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1994. Linguistik Umum. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Hirotase Masayori, Shoji Kakuku. 2002. Effective Japanese Usage Dictionary. Tokyo : Kondansha Ltd.

Kashiko, Team. 1999. Kamus Lengkap Jepang – Indonesia. Indosesia – Jepang. Surabaya : Kashiko.

Kikuo Nomoto, 1998 Kamus Pemakian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. Tokyo Kokuritsu Kokugo Kekyusho.

Kogawa, 1982. Nihon Go Kyoiku Jiten. Tokyo : Shadaihonjin.

Michio Makino. 1997 Dictionary Off Intermadete Japanese Gramer. Tokyo : Japan Times. Michizuki.1996. Basic Japanese-English Dictionary.Tokyo.Bonjinsha

Mizotani Nobuka, 1998 Nihon Go Chuukyuu. Tokyo : Bonjinsha.

Nelson, Andrew N. 2005. Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia. Jakarta : Kesaint Blanc.

Nomura, Masaki, Seiji Koike. 1992. Nihongo Jiten. Jepang : Tokyo. Perera J. D, 1990 Teori Semantik, Jakarta : Erlangga.

Sudjianto, 1996. Gramatikal Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Oriental. Shimizu 2000. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc.

Humaniora Utama Press.

(48)

Humaniora Utama Press.

Surajaya Ketut I, 1987. Bahasa Jepang Modern. Jakarta : Erlangga.

Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung : Angkasa.

http://forum.wordreference.com/showthread.php?t=47001 diunduh tanggal 08 Maret 2010

http://oshiete1.goo.ne.jp/qa3448258.html diunduh tanggal 08 Maret 2010

http://geocities.yahoo.co.jp/gl/s_babako/comment/20060818/1155862671 diunduh tanggal 08

Maret 2010

Referensi

Dokumen terkait

orientation parameters between TLS and digital camera, space resection bundle adjustment is employed based upon collinearity equations to determine the condition

[r]

Apa saja upaya-upaya yang dilakukan humas, guru, kepala sekolah dalam membangun citra positif di SD N Sosrowijayan Yogyakarta..

19 Sedangkan menurut ‘Abd al- Satta>r Sa‘i>d dalam kitabnya Al-Madkhal ila> al-Tafsi>r al-Mawd}u>‘iy, tafsir tematik adalah tafsir yang membahas tentang

Sistem konsultasi pemilihan teknologi irigasi bertekanan berbasis android ini bekerja dengan melakukan analisis terhadap data masukan dari pengguna yang terdiri dari input kota

Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Keterampilan Metakognitif dengan Model Advance Organizer Untuk Meningkatkan kemampuan Pemahaman dan penalaran Matematis

Kontrak sejenis, baik yang dilakukan dengan instansi lain maupun

Agar tujuan pembelajaran yang diinginkan dapat dicapai maka sebaiknya pihak sekolah bekerja sama dengan pihak keluarga untuk menciptakan suasana dan kondisi