• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Makna Kata Tomodachi, Yuujin, Dan Nakama Dalam Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Makna Kata Tomodachi, Yuujin, Dan Nakama Dalam Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS MAKNA KATA TOMODACHI, YUUJIN, DAN NAKAMA DALAM BAHASA JEPANG (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang

OLEH : Nama : Fatriyah Nim : 090722013

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG

(2)

ANALISIS MAKNA KATA TOMODACHI, YUUJIN, DAN NAKAMA DALAM BAHASA JEPANG (DITINJAU DARI SEGI SEMANTIK)

SKRIPSI

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang.

OLEH :

Nama : Fatriyah Nim : 090722013

Pembimbing I Pembimbing II

M.Pujiono, SS. M. Hum Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum NIP : 19691011 200212 1 001 NIP : 19600919 198803 1 001

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA PROGRAM STUDI S-1 EKSTENSI SASTRA JEPANG

(3)

PENGESAHAN

Diterima Oleh :

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian sarjana dalam bidang ilmu Sastra Jepang pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Pada : Tanggal : Pukul :

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Dekan,

Dr. Syahron Lubis, M.A NIP: 19511013 197603 1 001

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

(4)

Disetujui Oleh :

Fakultas Sastra

Universitas Sumatera Utara Medan

Program Studi Sastra Jepang Ekstensi

Ketua Program Studi

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah SAW , sebagai sosok teladan yang terbaik bagi umat manusia.

Skripsi yang berjudul “Analisis Makna Kata Tomodachi, Yuujin, Dan Nakama Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semnatik)” ini, penulis susun sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada jurusan Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis banyak menemui kesulitan-kesulitan yang bila direnungkan adalah hal yang wajar dalam upaya meraih sebuah keberhasilan. Selain itu, sebagai manusia yang memiliki banyak kekurangan, penulis juga tidak lepas dari kesalahan-kesalahan.

Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada banyak pihak yang telah membantu, terutama kepada :

1. Bapak Dr. Syahron Lubis, M.A, selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Eman Kusdiyana, M. Hum, selaku Ketua Program Studi S-1 Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak M. Pujiono, SS. M. Hum, selaku Dosen Pembimbing yang dengan ikhlas meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sampai skripsi ini dapat diselesaikan.

(6)

6. Seluruh Staff Pengajar Program Studi Sastra Jepang Ekstensi dan Bahasa Jepang Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu dan pendidikan kepada penulis.

7. Almh Ibunda yang tercinta Hj. Nirwana Nurmala NST, terima kasih atas semua yang telah Ibu berikan selama hidupku. Baik dari doa-doa, serta semua upaya yang ibunda telah usahakan demi keberlanjutan kuliah dan hidupku selama ini. Semoga ibunda diterima di sisi-Nya, dan dapat melihat serta bangga dengan keberhasilan yang telah penulis usahakan. Skripsi ini special ku persembahkan untukmu Ibu.

8. Kakak-kakakku tercinta, Fikriyah dan Nurul Azmi, terima kasih untuk doa, bantuan materi, dan nasehat-nasehat penyemangat hidupku selama ini. 9. Semua teman-temanku di Program Studi Sastra Jepang Ekstensi.

Sahabat-sahabatku Kiki, Reni, Eka, Aad, Dahlia, dan Tari. Dan khusus untuk Ibnu, terima kasih atas semua yang telah kau berikan kepadaku.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya. Mudah-mudahan skripsi ini berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Januari 2011 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………...i

DAFTAR ISI………iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah………...1

1.2 Perumusan Masalah………..7

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan………8

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori……….8

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian………...11

1.6 Metode Penelitian………...12

BAB II TINJAUAN UMUM TERHADAP NOMINA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN NOMINA TOMODACHI, YUUJIN, DAN NAKAMA 2.1 Pengertian Nomina……….14

2.2 Jenis Nomina………..15

2.3 Pengertian Nomina Tomodachi, Yuujin, dan Nakama Secara Etimologi………22

2.3.1 Pengertian Nomina Tomodachi Secara Etimologi………22

2.3.2 Pengertian Nomina Yujjin Secara Etimologi……….23

2.3.3 Pengertian Nomina Nakama Secara Etimologi……….24

2.4 Definisi Semantik………...25

2.4.1 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik………..26

2.4.2 Manfaat Mempelajari Semantik………28

(8)

BAB III ANALISIS PEMAKAIAN NOMINA TOMODACHI, YUUJIN, DAN NAKAMA

3.1 Nomina Tomodachi………32 3.2 Nomina Yuujin………...35 3.3 Nomina Nakama……….38 3.4 Analisis perbedaan Pemakaian Nomina Tomodachi, Yuujin,

dan Nakama………41 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan……….45 4.2 Saran………...46 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ABSTRAK

Bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dalam perasaan. Bahasa juga berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut. Informasi yang diberikan tersebut adalah makna yang dapat dimengerti oleh anggota masyarakat, sehingga menjadi alat interaksi sosial.

Semantik (imiron) merupakan salah satu cabang linguistik (gengogaku) yang mengkaji tentang makna. Dalam cabang linguistik, semantik memegang peranan penting, karena bahasa yang digunakan dalam komunikasi tiada lain hanya untuk menyampaikan suatu makna. Misalnya seseorang menyampaikan ide dan pikiran kepada lawan bicara, lalu lawan bicara dapat memahami apa yang dimaksud, karena ia bisa menyerap makna yang disampaikan. Setiap jenis penelitian yang berhubungan dengan bahasa, apakah struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna.

Nomina dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan orang, kata benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial dalam suatu kalimat, atau biasa disebut dengan meishi.

Nomina berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu;

(10)

Kata nama biasa, seperti nama barang, peristiwa, dll. Contoh :

人 (hito) adalah orang, 犬 (inu) adalah anjing, 山 (yama) adalah ‘Gunung’, 本

(hon) adalah ‘Buku’, dan sebagainya. 2. Koyuu Meishi, yaitu :

Kata nama terbatas, seperti nama orang, Negara, dan sebagainya. Misalnya : Medan, Tokyo, Suzuki, Ali, dsb

3. Suushi, yaitu :

Kata jumlah, seperti bilangan, urutan, dan sebagainya. Contoh :

Ichi ‘Satu’

Gohon ‘Lima batang’

Niban ‘Nomor dua’

Daiyonshoo ‘Bab empat’

4. Daimeishi, yaitu : Kata ganti nama.

Contoh : Watakushi, watashi, anata, anta, omae, kare, kanojo, sonohito, anohito dsb.

Namun ada juga yang menambahkan Keishiki Meishi, yaitu :

Nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.

(11)

Nomina tomodachi, yuujin, dan nakama memiliki makna yang sama dalam bahasa Jepang, yaitu “teman”, namun cara pemakainnya dalam kalimat berbeda-beda tergantung pada konteks atau situasi pada kalimatnya. Ketiga kata tersebut termasuk kedalam Futsu Meishi.

Nomina tomodachi bermakna teman, yang dalam pengertiannya teman secara umum bisa digunakan kepada orang yang baru dikenal atau yang sudah dikenal lama, namun tidak memilki kedekatan khusus. Nomina yuujin bermakna teman yang bermakna adanya rasa kedekatan antar orang sehingga terjadinya hubungan pertemanan yang sangat dekat, atau disebut sahabat. Nomina nakama bermakna teman dalam artian, hanya teman yang ada dalam lingkungan kerja saja.

Dibawah ini ada beberapa contoh pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama.

1. 午後は友達

( Introduction to Japanese reading skills, 1991: 26)

と会って、いっしょにデパトで買物をします。

Gogo wa tomodachi

Siang hari bertemu dengan

to atte, issyoni depato de kaimono wo shimasu.

teman

Situasi pada makna teman di kalimat tersebut hanya menjelaskan kegiatan yang dilakukan oleh teman biasa saja, tidak memiliki makna teman dekat atau teman kerja. Sehingga penggunaan kata tomodachi tidak merubah makna dari kalimat tersebut.

(12)

2. 朝ねぼう、散歩、ブランチ、買物、友人

( Introduction to Japanese reading skills, 1991: 26)

とのおしゃべり、映画、テレビ、

スポツなど、したいことが次から次に出てきます。

Asanebou, sanpo, buranchi, kaimono, yuujin

Bangun siang, jalan-jalan, makan menjelang siang, belanja, ngomong-ngomong dengan sahabat, menonton tv, olahraga dan lain-lain, hal yang ingin dilakukan dari satu ke berikutnya lagi.

to no osyaberi, eiga, terebi, supotsu nado, shitai koto ga tsugi kara tsugi ni dete kimasu.

Suasana dalam kalimat tersebut sudah jelas, bahwa kedekatannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dalam kalimat akan dilakukan hanya dengan sahabat.

3. ところ が 新人 研修 が 終って 配属 先発 の 時、同期 の 仲間

(Sarasa, 2006: 16)

が 次々 に

名前を呼ばれる中、なかなか自分の名前が出ません。

Tokoro ga shinjin kenshuu ga owatte haizoku senpatsu no toki, douki no nakama

Tetapi praktek kerja pendatang baru ketika penempatan yang dahulu selesai, dapat memanggil nama-nama teman angkatan kerja tahun yang sama, yang benar nama sendiri tidak keluar.

(13)
(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan bahasa sebagai alat komunikasi.

Bahasa adalah sistem lambang yang berwujud bunyi atau bunyi ujar. Sebagai lambang tertentu ada yang di lambangkan. Maka, yang dilambangkan adalah suatu pengertian, suatu konsep, suatu ide, atau suatu pikiran yang ingin disampaikan dalam wujud bunyi itu (Abdul Chaer,1995; 3).

Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat yang digunakan seseorang untuk melahirkan pikiran-pikiran atau gagasan-gagasan dalam perasaan. Ia berfungsi sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat sebagai pemakai bahasa, sehingga saling menginformasikan gagasan dan perasaannya dari informasi tersebut.

(15)

Karena lambang-lambang itu mengacu pada suatu konsep, ide, atau pikiran, maka dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai suatu makna. Lambang-lambang bunyi bahasa yang bermakna itu di dalam bahasa berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana. Semua satuan tersebut mempunyai makna.

Bahasa digunakan sebagai alat untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain dan berperan dalam perkembangan berbagai macam aspek kehidupan manusia (Sutedi, 2003: 2). Sehingga perkembangan yang terjadi dalam aspek-aspek kehidupan manusia mempengaruhi perkembangan suatu bahasa.

Dengan demikian fungsi bahasa adalah media untuk menyampaikan makna kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis serta media dalam perkembangan berbagai aspek kehidupan manusia.

Bahasa di dunia ini sangat beragam, hal ini dikarenakan anggota penutur bahasa. Sehingga kita banyak mengenal bahasa asing selain bahasa ibu. Dalam mempelajari suatu bahasa, diperlukan pemahaman tentang aturan atau kaidah-kaidah yang terdapat dalam bahasa tersebut. Hal ini dilakukan untuk menghasilkan bahasa yang komunikatif.

(16)

pengantar disemua lembaga pendidikan di Jepang, sejak sekolah taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi. Dengan demikian bahasa Jepang dapat dikatakan sebagai bahasa yang dipakai oleh sekelompok masyarakat penutur yang berada disuatu wilayah atau suatu Negara.

Akhir-akhir ini bahasa Jepang banyak juga dipelajari oleh masyarakat dunia. Hal itu sejalan dengan perkembangan teknologi dan informasi bahasa Jepang yang bisa dikatakan terdepan di Asia. Oleh karena itu banyak masyarakat dunia yang tertarik untuk mempelajari bahasa Jepang sebagai bahasa asing dan bahasa pergaulan dalam berbagai situasi dan kesempatan.

Berdasarkan fungsinya, bahasa dapat dikaji secara internal dan eksternal. Yang dimaksud kajian secara interal adalah pengkajian itu hanya dilakukan terhadap struktur intern bahasa itu saja, struktur fonologis, morfologis, sintaksis, dan semantik. Selanjutnya, kajian ini akan menghasilkan varian-varian bahasa tanpa berkaitan dengan masalah di luar bahasa. Kajian ini dilakukan dengan menggunakan teori-teori dan norma atau prosedur yang telah ada di dalam disiplin linguistik.

(17)

dengan bahasa, apakah struktur kalimat, kosakata, ataupun bunyi-bunyi bahasa, pada hakikatnya tidak terlepas dari makna.

Berdasakan karakter gramatikal, kosakata memiliki kelas kata atau jenis kata, dalam bahasa Jepang disebut dengan hinshi. Klasifikasi kata tersebut yaitu, verba (doushi), adjektiva-I (keiyoushi), adjektiva-na (keiyoudoushi), nomina (meishi), prenomia (rentaishi), adverbial (fukushi), interjeksi (kandoushi), konjungsi (setsuzokushi), verba bantu (jodoushi), dan partikel (joushi) (Sudjianto, 2004: 98).

Dalam bahasa Jepang, kelas kata nomina biasa disebut dengan meishi. Dan kelas kata nomina digunakan untuk menyatakan orang, benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, dan dapat dilanjutkan dengan kakujoshi (Matsuoka, 2000 : 342). Nomina dalam bahasa Jepang dapat disebut juga dengan taigen, di dalam suatu kalimat ia dapat menjadi subjek, predikat, kata keterangan, dan sebagainya (Hirai, 1989 : 148).

Setelah melihat uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nomina tomodachi, yuujin, dan nakama, yang memiliki pengertian yang sama, yaitu ‘teman’, tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat.

Contoh :

1. 私たちはすぐに友達

“ kami segera menjadi kawan”.

になりました。

(18)

Penjelasan : Pengertian teman pada kalimat tersebut, untuk menyatakan teman pada umumnya, dan dapat kita pakai pada siapa saja yang telah kita kenal, meskipun orang tersebut baru kita kenal.

2. 30 年来の友人

“Kawan sejak tiga puluh tahun”.

(kamus Jepang-Indonesia, 1994: 1197)

Penjelasan : pengertian teman pada kalimat tersebut, di pakai hanya pada orang tertentu saja. Orang yang sudah kita kenal lama, dan kita merasa sudah sangat dekat kepadanya.

3. 従業員中間

“Teman sesama karyawan”.

(Kamus Jepang-Indonesia, 1994: 688)

Penjelasan : Pengertian teman pada kalimat tersebut, dapat dipakai ketika kita sedang berbicara tentang teman kerja.

(19)

“teman” dapat diketahui dari nomina apa yang akan digunakannya di dalam kalimat. Dengan demikian, dalam pemakaian dari kata tomodachi, yuujin, dan nakama harus disesuaikan dengan situasinya, sehingga ini menimbulkan adanya pemilihan bahasa yang tepat yang sesuai dari kalimat tersebut.

Dengan alasan tersebut penulis tertarik sekali untuk menganalisis kata tersebut yang akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “ Analisis Makna Kata Tomodachi, Yuujin, Dan Nakama Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik)”.

1.2 Perumusan Masalah

(20)

Untuk membahas masalah kata yang memiliki makna yang sama namun berbeda nuansanya dalam kalimat, maka penulis merumuskan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan, sebagai berikut :

1. Bagaimana makna kata tomodachi, yuujin, dan nakama secara etimologi.

2. Bagaimana pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama dalam kalimat bahasa Jepang.

3. Bagaimana perbedaan dan persamaan kata tomodachi, yuujin, dan nakama dalam kalimat bahasa Jepang.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membatasi ruang lingkup pembahasannya hanya pada analisis terhadap perbedaan pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama yang sama-sama memiliki makna “teman” di dalam kalimat bahasa Jepang. Ketiga kata tersebut diatas, tidak dapat digunakan begitu saja, karena harus disesuaikan dengan kondisi yang tepat pada sebuah kalimat.

Analisis lebih difokuskan pada penjelasan mengenai bagaimana perbedaan nuansa makna dari kata tomodachi, yuujin, dan nakama, yang digunakan dalam kalimat bahasa Jepang.

(21)

pengertian nomina, jenis nomina, pengertian nomina tomodachi, yuujin, dan nakama, jenis makna dalam semantik, manfaat mempelajari semantik, dan pilihan bahasa.

1.4Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1. Tinjauan Pustaka

Fokus dari penelitian ini adalah menganalisis pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama serta perbedaannya. Untuk itu, penulis menggunakan konsep atau definisi yang berkaitan dengan linguistik, terutama dalam bidang semantik. Linguistik adalah ilmu yang mengkaji tentang seluk beluk bahasa pada umumnya, bahasa yang menjadi alat interaksi sosial milik manusia. Sementara (Abdul Chaer, 1994: 1), menyatakan linguistik adalah ilmu tentang bahasa atau ilmu yang mengkaji bahasa sebagai subjek kajiannya.

(22)

Dalam penelitian ini penulis akan menjelaskan kata tomodachi, yuujin, dan nakama yang memiliki makna yang hampir sama tetapi berbeda cara penggunaannya dalam kalimat. Hal ini berkaitan dengan tataran linguistik yaitu bidang semantik.

Semantik adalah salah satu cabang lingustik yang mengkaji tentang makna. Objek kajian semantik antara lain kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata lainnya, makna frase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Sementara didalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 548 ) adalah (1) arti : makna (2) maksud pembicara dan penulis; pengertian yang diberikan kepada suatu bentuk kebahasaan.

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis.

(23)

semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan masyarakat. Nomina tomodachi, yuujin, dan nakama memiliki makna yang berbeda, maka untuk menganalisis ketiga kata tersebut, penulis menggunakan teori pemakaian dari makna.

Teori ini dikembangkan oleh Filisuf Jerman Wittgenstein (1830 dan 1858), ia berpendapat kata tidak mungkin dipakai dan bermakna untuk semua konteks, karena konteks itu selalu berubah dari waktu ke waktu. Maka tidak mantap diluar kerangka pemakaiannya. Wittgenstein juga memberi nasehat: “Jangan menanyakan makna sebuah kata, tanyakanlah pemakainnya”. Lahirlah suatu pengertian tentang makna: Maka sebuah ujaran ditentukan oleh pemakainnya dalam masyarakat bahasa. Wittgenstein dalam J.D Parera (1990: 18).

(24)

1.5Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui makna kata tomodachi, yuujin, dan nakama secara etimologi.

2. Untuk mengetahui pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama dalam bahasa Jepang.

3. Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan kata tomodachi, yuujin, dan nakama dalam bahasa Jepang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menambah referensi yang berhubungan dengan linguistik.

2. Untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan pembaca akan pengetahuan tentang nomina bahasa Jepang, khususnya pengertian, perbedaan, persamaan dan pemakaian nomina tomodachi, yuujin, dan nakama dalam konteks bahasa Jepang.

1.6Metode Penelitian

(25)

sumber informasi dan fakta-fakta yang berkaitan dengan pembahasan yang diangkat dalam skripsi ini.

Selain itu, penulis menggunakan metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mengumpulkan data dan membaca referensi yang berkaitan dengan topik permasalahan yang dipilih penulis. Serta merangkainya menjadi sebuah informasi yang mendukung tulisan ini.

Winarno Surachman dalam bukunya Pengantar Metodologi Ilmiyah (1988: 5) menerangkan metode penelitian deskriptif lebih merupakan istilah umum yang mencakup berbagai teknik deskriptif. Diantaranya adalah penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasikan. Dan pelaksanaan metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data ini.

(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM TERHADAP NOMINA BAHASA JEPANG, PENGERTIAN DAN PEMAKAIAN NOMINA TOMODACHI, YUUJIN, DAN

NAKAMA

2.1Pengertian Nomina

Nomina atau kata benda dalam gramatikal bahasa Jepang disebut meishi. Meishi (名詞) ialah kata yang menyatakan benda atau perkara, tidak mengalami konjugasi,

atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial (Sudjianto, 1996:34).

Dilihat dari huruf kanjinya, kata nomina atau meishi, terdiri dari dua huruf kanji, yaitu yang pertama adalah huruf kanji 名 yang dibaca mei, dan na yang berarti nama.

Sedangkan huruf kanji yang kedua adalah, huruf kanji 詞 yang dibaca shi yang berarti

kata. Jadi meishi dapat diartikan sebagai kata nama, yang mempunyai ciri-ciri dapat berdiri sendiri, tidak mengenal konjugasi (perubahan), dan menjadi subjek atau objek dalam kalimat (Situmorang, 2007:34).

Seiring dengan pendapat diatas, dalam gramatikal bahasa Jepang, nomina atau meishi disebut juga dengan taigen (体言), dalam suatu kalimat dapat menjadi subjek,

(27)

Murakami Motojiro dalam Sudjianto dan Dahidi (2004:156) menyimpulkan ciri-ciri meishi sebagai berikut:

1. Merupakan jiritsugo.

2. Tidak mengalami perubahan bentuk (konjugasi).

3. Dapat membentuk bunsetsu dengan ditambah partikel ga, wa, o, no, ni, dan sebagainya.

4. Dapat menjadi subjek.

5. Disebut juga taigen sebagai lawan yoogen.

6. Dilihat dari sudut pandang artinya dapat dibagi menjadi empat macam yakni futsuu meishi, koyuu meishi, daimeishi, dan suushi.

2.2 Jenis Nomina

Pembagian meishi berdasarkan jenisnya menurut Hamzon Situmorang (2007:34) terbagi atas empat jenis, yaitu:

1. Futsu Meishi = kata nama biasa

Contoh :

人 (hito) = orang 犬 (inu) = anjing

(28)

Dibagi dua macam :

a. Nama daerah atau tempat Misalnya : Medan, Tokyo. b. Nama Orang

Misalnya : Suzuki, Ali, dsb.

3. Suushi = kata jumlah

Kata jumlah dalam bahasa jepang ada berbagai macam, yaitu : 1) Bacaan China, yaitu :

Ichi = satu Soku = enam Ni = dua Shici (nana) = tujuh San = tiga Hachi = delapan

Shi = empat Kyu = sembilan

Go = lima Juu = sepuluh

2) Bacaan asli bahasa Jepang, yaitu :

(29)

Kokono + tsu = Sembilan buah Too = sepuluh buah

3) Joshusi (kata bantu bilangan) dalam bahasa Jepang ada dikenal bermacam-macam tergantung pada bendanya.

一匹 : ippiki, nihiki = satu ekor, dua ekor

Keterangan bilangan yang dipergunakan untuk ikan.

一頭 : itto, nito = satu ekor, dua ekor

Keterangan bilangan to dipergunakan untuk bilangan binatang besar, seperti kuda, sapi.

一人 : hitori, futari = satu orang, dua orang

Keterangan bilangan untuk manusia.

一つ : hitotsu, futatsu = sebuah, dua buah

Bilangan ini dipergunakan untuk menghitung benda seperti tas, buah, dll.

一軒 : ikken, niken = sebuah bangunan, dua buah bangunan.

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah rumah dan bangunan lain.

(30)

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah mobil.

一羽 : ichiwa, niwa = seekor burung, dua ekor burung

Keterangan bilangan ini dipergunakan untuk menghitung jumlah binatang bersayap seperti burung, ayam, dsb.

一個 : ikko, nikko = seekor, dua ekor

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung benda bulat seperti kepiting, dsb.

一枚 : ichimai, nimai = selembar, dua lembar

Keterangan bilangan ini biasanya dipergunakan untuk menghitung jumlah lembar kertas, seng, dll.

一冊 : issatsu, nisatsu = satu helai, dua helai

Keterangan bilangan ini biasanya dipakai untuk menghitung jumlah lembar uang, pakaian, dsb.

一度 : ichido, nido = satu kali, dua kali

(31)

4. Daimeishi = kata ganti nama a. Kata ganti penunjuk pertama

Contoh :

Watakushi, watashi, atashi, boku, ore jibun, wagahai, tamae. b. Kata ganti penunjuk kedua

Contoh :

Anata, anta, omae, dsb. c. Kata ganti penunjuk ketiga

Contoh :

Kare, kanojo, sonohito, anohito, dsb.

Menurut Terada Takanao (1984: 49-51) dalam buku Sudjianto, Dahidi (2004: 158), meishi dapat dibagi lima macam, yaitu :

1. Futsu Meishi

Yaitu nomina yang menyatakan nama-nama benda, barang, peristiwa, dan sebagainya yang bersifat umum.

Contoh :

Yama ‘Gunung’

Hon ‘Buku’

Gakkoo ‘Sekolah’

(32)

Nomina yang menyatakan nama-nama yang menunjukkan benda secara khusus seperti nama daerah, nama Negara, nama orang, nama buku, dan sebagainya. Contoh :

Yamato ‘Yamato’

Chuugoku ‘China’

Fujisan ‘Gunung Fuji’

3. Suushi

Nomina yang menyatakan bilangan, jumlah, kuantitas, urutan, dan sebagainya. Contoh :

Ichi ‘Satu’

Gohon ‘Lima batang’

Niban ‘Nomor dua’

Daiyonshoo ‘Bab empat’

Ke dalam jenis meishi ini termasuk juga kata-kata tanya seperti ikutsu, ikura, nankai, nanbanme, dan sebagainya.

4. Keishiki Meishi

Nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina.

(33)

Mama Toori 5. Daimeishi

Kata-kata yang menunjukkan sesuatu secara langsung tanpa menyebutkan nama orang, benda, barang, perkara, arah, tempat, dan sebagainya. Kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan orang disebut ninshoo daimeishi (pronomina persona), sedangkan kata-kata yang dipakai untuk menunjukkan benda, barang, perkara, arah, dan tempat disebut shiji daimeishi (pronomina penunjuk).

2.3Pengertian Nomina Tomodachi, Yuujin, dan Nakama Secara Etimologi

Kanji dalam bahasa Jepang dapat di baca dengan dua cara, yaitu kunyomi (cara baca yang berasal dari bahasa Jepang asli), dan onyomi (cara baca yang berasal dari Cina).

2.3.1 Pengertian Nomina Tomodachi Secara Etimologi

a) Dalam buku Kumon Shupan, Shin Ijumi menjabarkan etimologi dari kanji tomodachi sebagai berikut: ( 2003 :212 dan 395)

友達

=

+

(34)

Huruf yang menggambarkan dua orang yang hendak berjabatan tangan seolah-olah saling melindungi satu sama lain. Bermakna teman, sahabat, kelompok, atau kolega yang saling menolong.

=

[ ] adalah huruf gabungan dari (土 (大) yaitu besar dan lapang/ leluasa, dengan

(羊 (domba). Yang bermakna lahirnya seekor domba dengan lancar. Dan

ditambah dengan [ ] (maju), yang berarti dapat terlewati dengan lancar tanpa hambatan.

Bila kanji 友 (cara baca kunyomi), digabungkan dengan kanji 達 (cara baca

onyomi), maka terbentuklah kata tomodachi. Dan dari kedua kanji tersebut bila di gabungkan, maka terbentuklah sebuah kata yang mengandung arti pertemuan dua orang yang lancar dan tanpa hambatan, jadi makna tomodachi lebih terfokus pada teman.

b) Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang edisi bahasa Indonesia, Kikuo Nomoto mengatakan bahwa tomodachi adalah teman atau kawan (1988: 1224)

2.3.2 Pengertian Nomina Yuujin Secara Etimologi

a) Dalam buku Kumon Shupan, Shin Ijumi menjabarkan etimologi dari kanji yuujin sebagai berikut: ( 2003 :212 dan 68)

(35)

=

Huruf yang menggambarkan dua orang yang hendak berjabatan tangan seolah-olah saling melindungi satu sama lain. Bermakna teman, sahabat, kolega, kelompok yang akrab, yang saling menolong.

=

Huruf yang menggambarkan orang yang sedang berdiri dilihat dari sisi samping. Kanji yang berbusyu HITO ini banyak yang bermakna yang berkaitan dengan gerakan atau tindakan maupun keadaan dari orang/ manusia.

Bila kanji 友 (cara baca onyomi), di gabungkan dengan kanji 人 (cara baca

onyomi), maka terbentuklah kata yuujin. Dan bermakna dua orang atau sahabat yang saling bertemu dan saling melindungi satu sama lain.

b) Dalam buku Kamus Pemakaian Bahasa Jepang edisi bahasa Indonesia, Kikuo Nomoto mengatakan bahwa yuujin adalah sahabat (1988: 1381)

2.3.3 Pengertian Nomina Nakama Secara Etimologi

a) Dalam buku Kumon Shupan, Shin Ijumi menjabarkan etimologi dari kanji nakama sebagai berikut : (2003 : 397 dan 116)

(36)

=

Gabungan huruf (イ (人) dan (中) (tengah-tengah), huruf yang bermakna

hubungan antara orang dan orang, saudara kandung yang urutannya berada di tengah, juga bermakna seseorang yang menjadi perantara antara orang-orang yang berkepentingan.

=

Huruf asalnya adalah [ ]. Keadaan dimana cahaya bulan di malam hari sedang menyinari dari celah pintu. Bermakna adanya tempat, spasi/ jarak, (celah). Juga bermakna antara, terjepit atau mengintip dari celah.

Dan bila kanji 仲 (cara baca kunyomi) digabungkan dengan kanji 間 (cara baca

kunyomi), maka terbentuklah kata nakama. Yang bermakna adanya jarak/spasi di antara hubungan orang yang memiliki kepentingan. Dan hubungannya terjalin di tempat kerja. Sehingga makna nakama adalah teman kerja.

b) Dalam buku “The Japan Foundation Basic Japanese – English Dictionary” menyebutkan nakama adalah teman kerja atau rekanan (1986: 511)

2.4Definisi Semantik

(37)

dipelajari dalam bidang morfologi, komponen susunan kalimat dipelajari dalam sintaksis, dan komponen makna dipelajari dalam semantik. Sehingga bila bicara tentang makna suatu kata, maka kita harus berbicara tentang salah satu cabang linguistik, yaitu semantik.

Ferdinand De Sausser dalam Chaer (1994: 2) mengatakan, kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris : semantics) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai padanan kata dari sema itu adalah tanda linguistik objek.

Kajian semantik antara lain makna kata, relasi, makna antar suku kata dengan kata yang lainnya, makna prase dalam sebuah idiom, dan makna kalimat. Semantik dibagi atas semantik gramatikal dan semantik leksikal. Semantik gramatikal adalah penyelidikan makna bahasa dengan menekankan hubungan-hubungan dalam berbagai tataran garamatikal. Semantik leksikal adalah penyelidikan makna unsur-unsur kosa kata suatu bahasa pada umumnya.

2.4.1 Jenis-jenis Makna Dalam Semantik

Menurut Chaer (1994 :59) jenis atau tipe makna dapat dibedakan berdasarkan kriteria atau sudut pandang, yakni :

a. Berdasarkan jenis makna semantik, makna dapat dibedakan menjadi makna leksikal dan gramatikal

(38)

adanya proses gramatikal atau proses afiksasi, proses reduplikasi, dan proses komposisi.

b. Berdasarkan ada tidaknya pada sebuah kata atau leksem, dapat dibedakan menjadi makna referensial dan makna non-referensial.

Makna referensial adalah makna dari kata-kata yang mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu oleh kata itu. Sedangkan kata yang tidak memiliki referen maka kata itu disebut kata bermakna non-referensial.

c. Berdasarkan ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata atau leksem. Dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif.

Makna denotatif pada dasarnya sama dengan makna referensial, sebab makna denotatif ini lazim diberi penjelasan sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan, penciuman, pendengaran, perasaan atau pengalaman lainnya. Jadi makna denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif, karena itu sering disebut makna sebenarnya. Makna tambahan pada suatu kata yang sifatnya member nilai rasa, baik positif maupun negatif disebut makna konotasi.

d. Berdasarkan ketepatan maknanya, makna dapat dibedakan menjadi makna kata dan makna istilah.

(39)

e. Berdasarkan kritertia atau sudut pandang lain, dibedakan menjadi makna asosiatif, idiomatik, kolokatif, dan sebagainya.

Makna asosiatif sesungguhnya sama dengan lambang-lambang yang digunakan oleh suatu masyarakat bahasa untuk menyatakan suatu konsep lain.

Idiom berarti satuan-satuan bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan-satuan tersebut. Sehingga dapat disimpulkan bahwa makna idiomatik adalah makna bahasa (kata, frase, atau kalimat) yang menyimpulkan dari makna leksikal atau makna gramatikal unsur-unsur pembentuknya.

Sedangkan makna kolokatif berkenaan dengan makna kata dalam kaitannya dengan makna kata lain yang mempunyai tempat yang sama dalam sebuah frase.

2.4.2 Manfaat Mempelajari Semantik

(40)

Manfaat yang dapat kita petik dari belajar semantik sangat bergantung dari bidang apa yang kita geluti dalam tugas sehari-hari (Chaer, 1994: 11). Beberapa bidang pekerjaannya antara lain :

1. Bagi seorang wartawan, reporter, atau orang-orang yang berkecimpung dalam dalam dunia persurat kabaran dan pemberitaan. Mereka akan memperoleh manfaat praktis dari pengetahuan mengenai semantik, yang dapat memudahkan dalam memilih dan menggunakan kata dengan makna yang tepat dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat.

2. Bagi penelit bahasa. Bagi pelajar sastra, pengetahuan semantik akan banyak member bekal teoritis untuk menganalisis bahasa yang sedang dipelajari. Sedangkan bagi pengajar sastra, pengetahuan semantik akan memberi manfaat teoritis, maupun praktis. Secara teoritis, teori-teori semantik akan membantu dalam memahami bahasa dengan lebih baik, untuk diajarkannya. Dan manfaat praktisnya adalah kemudahan untuk mengajarkannya.

3. Bagi orang awam. Pemakaian dasar-dasar semantik tentunya masih diperlukan untuk dapat memahami dunia yang penuh dengan informasi dan lalu-lintas kebahasaan yang terus berkembang.

(41)

Pilihan bahasa merupakan suatu perwujudan dari penggunan sebuah bahasa tertentu oleh seorang dwibahasawan setelah ia memutuskan untuk memilih salah satu bahasa untuk menanggapi kejadian tertentu. Dalam pemilihan bahasa, banyak faktor yang mempengaruhinya, beberapa diantaranya adalah faktor partisipan, situasi, domain, topik pembicaraan, tempat, bahasa yang dikuasai, bentuk bahasa dan lain-lain (Purba, 1997). Jika seserorang menggunakan lebih dari satu bahasa saat berkomunikasi dengan lainnya, mereka selalu memilih salah satu bahasa untuk tujuan-tujuan tertentu, orang tertentu,dan menggunakan bahasa yang lain untuk tujuan lain, tempat lain dan orang lain.

Dalam menjelaskan perilaku pemilihan bahasa pada masyarakat bilingual, Siregar (1998 : 50) mengemukakan beberapa hal seperti bahasa apa yang selalu digunakan dalam interaksi keluarga, atau interaksi intra kelompok etnik sendiri. Kemudian bahasa mana yang digunakan dalam interaksi inter kelompok etnik yang berbeda, lalu ciri apa yang dapat digunakan untuk menetukan pemilihan bahasa dalam situasi dan menentukan pemilihan bahasadalam situasi lainnya. Fissman (1968) seperti yang diutarakan oleh Appel (1988 :23) mengatakan :

“when speakers use two languages, they will obviously not use both inculturasi all circumstances : in certain situations they will use one,in others, the other.”

Maksudnya :

(42)

mereka akan menggunakan bahasa yang satu dan menggunakan bahasa yang satu lagi pada situasi yang lain.

Untuk batasan pemilihan bahasa ini Fissman merangkai sebuah pertanyaan : “Siapa yang berbicara, bahasa apa, kepada siapa dan kapan?”. Dengan demikian bahwa pemilihan bahasa ini sangat bergantung kepada situasi, tempat, pembicara, mitra bicara, status sosial, jenis kelamin, dan latar belakang etnis.

Menurut Rusyana (1989 : 34) banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan bahasa dalam masyarakat bilingual yaitu partisipan, situasi, isi pembicaraan dan fungsi serta tujuan interaksi.

Berdasarkan konsep dari pilihan bahasa di atas, bahwa kaitannya penulis membahas pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama yang merupakan salah satu kata tersebut termasuk ke dalam pilihan bahasa terutama dalam pemilihan katanya yang sesuai dengan kontekstualnya.

(43)

BAB III

ANALISIS PEMAKAIAN NOMINA TOMODACHI, YUUJIN, DAN NAKAMA DILIHAT DARI PEMAKAIAN SEHARI-HARI

Maka pada Bab III ini penulis mencoba menganalisa pemakaian kata tomodachi, yuujin, dan nakama dilihat dari pemakaian sehari-hari, yang sesuai dengan etimologi kanjinya dan beberapa pendapat dari para ahli linguistik yang telah dipaparkan sebelumnya.

3.1 Nomina Tomodachi

Contoh 1 :

私の友達

( Bahasa Jepang modern, 150)

もいい辞書をほしがっています。

Watashi no tomodachi mo ii jiten wo hoshigatte imasu.

Teman

Pemakaian kata

saya juga menginginkan kamus yang baik.

(44)

kanji Kumon Shuppan, (2003: 212 & 395). Dan juga sesuai dengan teori dari Kikuo Nomoto yang menyatakan makna tomodachi adalah teman atau kawan (1988: 1224).

Contoh 2 :

午後は友達

( Introduction to Japanese reading skills, 1991: 26)

と会って、いっしょにデパトで買物をします。

Gogo wa tomodachi

Siang hari bertemu dengan

to atte, issyoni depato de kaimono wo shimasu.

teman

Pemakaian kata

, belanja ke department store bersama.

tomodachi pada kalimat tersebut sudah tepat. Karena situasi pada makna teman di kalimat tersebut tidak memiliki makna teman dekat atau teman kerja. Dan hal yang dilakukan dalam kalimat tersebut dapat dilakukan dengan teman biasa saja. Sehingga penggunaan kata tomodachi tidak merubah makna dari kalimat tersebut. Dan sudah sesuai berdasarkan etimologi setiap kanjinya. Hal ini sesuai dengan etimologi kanji dari buku Kumon Shuppan (2003: 212 & 395). Dan didukung dengan teori dari Kikuo Nomoto (1988: 1224) tentang makna dari tomodachi itu sendiri, yaitu teman atau kawan.

(45)

ひとり暮らし の 人 など、夜、寝よう として ふと 考えて みる と、一日中

だれとも口をきかなかったことに気がつき、用もないのに友達

(Intermediate Japanese : An Integrated Course, 2001: 146)

に電話

するということも珍しくない。

Hitori gurashi no hito nado, yoru neruyou toshite futo kangaete miru to, ichinichi chuu daretomo kuchi wo kikanakatta koto ni ki ga tsuki, you mo nai noni tomodachi

Bukanlah hal yang luar biasa, orang yang tinggal sendiri tiba-tiba selagi mau tidur menyadari tidak ada bicara dengan siapapun dalam satu hari, meskipun tidak ada keperluan, menelepon

ni denwa suru to iu koto mo mezurashikunai.

teman

Pemakaian kata

.

(46)

3.2 Nomina Yuujin

Contoh 1:

読者 が ゴルフ を 始められた どうき は、おそらく 知人、友人

(Mengapa orang Jepang rajin, terampil, dan makmur?, 1997: 48)

の さそい

であろう。

Dokusya ga gorufu wo hajimerareta douki wa, osoraku chijin, yuujin

Pembaca, motivasi pertama kali bermain bola, mungkin ditimbulkan akan ajakan no sasoidearou.

sahabat

Pemakaian kata .

(47)

朝ねぼう、散歩、ブランチ、買物、友人

( Introduction to Japanese reading skills, 1991: 26)

とのおしゃべり、映画、テレビ、ス

ポツなど、したいことが次から次に出てきます。

Asanebou, sanpo, buranchi, kaimono, yuujin

Bangun siang, jalan-jalan, makan menjelang siang, belanja, ngomong-ngomong dengan

to no osyaberi, eiga, terebi, supotsu nado, shitai koto ga tsugi kara tsugi ni dete kimasu.

sahabat

Pemakaian kata

, menonton TV, olahraga dan lain-lain, hal yang ingin dilakukan dari satu ke berikutnya lagi.

yuujin pada kalimat ini sudah tepat. Hal ini sudah sesuai dengan etimologi kanji dari kata yuujin yang berasal dari buku Kumon Shupan (2003: 212 & 68). Dan juga suasana dalam kalimat tersebut sudah jelas, bahwa kedekatannya dalam melakukan kegiatan-kegiatan tersebut dalam kalimat akan dilakukan hanya dengan sahabat. Hal ini juga sesuai dari teori Kikuo Nomoto yang menuliskan kalau yuujin adalah sahabat (1988: 1381).

Contoh 3:

昨日、大学時代の友人

(Intermediate Japanese: An Integrated Course, 2001: 23)

に会った。

(48)

Kemarin, telah bertemu teman Pemakaian kata

semasa kuliah.

yuujin pada kalimat tersebut kurang tepat. Karena berdasarkan situasi kalimat tersebut menjelaskan bahwa yang dinamakan sahabat tidak akan putus hubungan, meskipun jauh mereka akan selalu tetap menjaga komunikasi, walaupun hanya sesekali. Tetapi situasi yang terdapat dalam kalimat hanya mengatakan kalau pembicara sudah bertemu dengan teman semasa kuliah, dan tidak ada menjelaskan tentang situasi sesudah tamat kuliah, apakah masih saling berkomunikasi untuk menjaga hubungan pertemanan atau tidak. Sehingga kata yang tepat dalam kalimat tersebut yaitu tomodachi, yang bermakna teman secara umum saja. Dan hal tersebut sesuai dengan etimologi dari kanji kata yuujin, yang ada dalam buku Kumon Supan (2003: 212 & 68) yang bermakna sahabat. Dan juga dari teori Kikuo Nomoto (1988: 1381).

3.3 Nomina Nakama

Contoh 1:

彼は仲間

(Kenkyusha’s New English – Japanese Dictionary On Bilingual Principles; 705).

の人たちと法廷を出て行った。

Kare wa nakama

Dia telah pergi keluar ruang sidang bersama

no hitotachi to houtei wo dete itta.

(49)

Pemakaian kata nakama pada kalimat diatas kurang tepat. Karena makna teman pada kalimat itu sendiri tidak ada mengandung makna teman dalam pekerjaan. Dan situasi pada kalimat tersebut menggambarkan kalau dia hanya keluar dari ruang sidang, dan tidak ada menjelaskan apakah mereka sebagai pengacara, atau orang yamg bekerja dalam ruang sidang, sehingga mereka dapat dikatakan teman kerja. Atau hanya sebagai tamu yang hadir pada saat adanya sidang di dalam ruangan tersebut, atau juga hanya orang-orang yang datang tanpa kepentingan khusus dalam ruang sidang tersebut. Dan kata yang tepat untuk menggantikannya adalah tomodachi, bermakna teman secara umum tanpa ada hubungan khusus apapun. Dan sudah jelas bahwa etimologi nakama itu sendiri bermakna teman kerja, dalam buku Kumon Shuppan, (2003: 397 &116). Dan kalimat ini belum sesuai dengan makna nakama yang sesungguhnya, yang berarti teman atau rekan kerja

Contoh 2:

, menurut buku “The Japan Foundation Basic Japanese – English Dictionary” (1986: 511)

しばらくすると、仲間たち

(Tsubasa no okoku; 48)

が、最初 は なにかと 心配して 様子 を 見に

やってきたが、エレンは内気だが同時に率直で愛想のよい微笑で彼ら

を安心させた。

(50)

Dan sementara waktu, telah datang melihat keadaan, teman-teman

Pemakaian kata

awalnya khawatir dan Elen sebaliknya dengan senyum yang baik, ramah, dengan jujur, bersifat malu-malu, telah melegakan hati.

nakama pada kalimat tersebut kurang tepat. Karena makna teman yang terkandung pada kalimat tersebut belum pasti menyatakan makna teman kerja. Bila dilihat dalam situasi kalimat tersebut, hanya menceritakan keadaan teman-teman yang khawatir terhadap seseorang. Tetapi tempat dari situasi dalam kalimat tersebut tidak dijelaskan terjadi di mana. Apakah dalam ruangan kantor, atau dalam kelas. Dan makna teman itu sendiri masih belum sesuai dengan etimologi kanji yang terdapat dalam kata nakama yang sesuai dengan buku Kumon Shuppan (2003: 397 &116). Dan juga sesuai dari buku “The Japan Foundation Basic Japanese – English Dictionary” menyebutkan nakama adalah teman kerja atau rekanan (1986: 511)

Contoh 3:

ところが 新人研修 が終って 配属 先発の 時、同期の仲間

(Sarasa, 2006: 16)

が 次々に名前

を呼ばれる中、なかなか自分の名前が出ません。

(51)

Tetapi praktek kerja pendatang baru ketika penempatan yang dahulu selesai, dapat memanggil nama-nama teman

Pemakaian kata

angkatan kerja tahun yang sama, yang benar nama sendiri tidak keluar.

nakama pada kalimat di atas sudah tepat. Karena makna teman dalam kalimat di atas sudah menunjukkan makna teman dalam bekerja. Dan dilihat dari situasi yang ada pada kalimat tersebut menunjukkan kalau pembicara bercerita tentang teman pada saat praktek kerja. Dan hal tersebut sudah sesuai dengan makna etimologi dari tiap kanji dari nakama yang ada dalam buku Kumon Shuppan (2003: 397 & 116). Dan hal tersebut juga sudah sesuai dari buku “The Japan Foundation Basic Japanese – English Dictionary” menyebutkan nakama adalah teman kerja atau rekanan (1986: 511)

3.4 Analisis Perbedaan Pemakaian Nomina Tomodachi, Yuujin, dan Nakama

(52)

Berdasarkan dari contoh diatas, penulis akan menganalisis kalimat nomor satu sebagai berikut: pemakaian kata tomodachi pada kalimat diatas sudah tepat. Karena makna teman yang terkandung dari kata tersebut yaitu pengetian teman yang secara umum saja. Tidak ada kedekatan khusus atau pribadi antar pembicara dan temannya. Hal ini sudah sesuai dengan penjabaran etimologi kanji dari kata tomodachi tersebut, berdasarkan dari buku Kumon Shuppan. Dan pemakaian kata yuujin pada kalimat nomor dua juga sudah tepat, dimana makna kata teman pada situasi kalimatnya menunjukkan adanya hubungan dekat, sehingga dengan mudah ia mendengar ajakan sahabatnya. Dan hal ini sudah sesuai dari etimologi kanji yang ada dari kata yuujin (Kumon Shuppan, 212 & 68). Sedangkan pada kalimat ketiga, menurut etimologi dari kanji nakama itu sendiri (Kumon Shuppan, 2003: 397 & 116), dan juga dari teori Kikuo Nomoto yang mengatakan nakama adalah teman kerja. Maka penggunaan kata tersebut pada kalimat diatas kurang tepat, sehingga kata yang tepat untuk menggantikannya adalah kata tomodachi. Yang bermakna kan teman secara umum saja.

Analisis 2:

1. 午後は友達

2. 朝ねぼう、散歩、ブランチ、買物、

と会って、いっしょにデパトで買物をします。

友人とのおしゃべり、映画、テレビ

(53)

3. しばらくすると、仲間

Berdasarkan dari contoh diatas, penulis akan menganalisis kalimat nomor satu sebagai berikut: pemakaian kata

たち が、最初 は なにかと 心配して 様子 を 見に

やってきたが、エレン は 内気だ が同時 に 率直 で 愛想 のよい微笑 で

彼ら を安心させた。

(54)

Analisis 3:

Berdasarkan dari ketiga contoh diatas, penulis akan menganalisis kalimat nomor satu sebagai berikut: pemakaian kata

が 次々 に

名前を呼ばれる中、なかなか自分の名前が出ません。

(55)
(56)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Nomina dalam bahasa Jepang adalah salah satu kelas kata yang menyatakan orang, kata benda, peristiwa, dan sebagainya, tidak mengalami konjugasi, atau deklinasi, dapat menjadi subjek, objek, predikat, atau adverbial dalam suatu kalimat.

2. Nomina berdasarkan jenisnya dapat dibagi menjadi empat jenis, yaitu; - Futsu Meishi = kata nama biasa, seperti nama barang, peristiwa, dll. - Koyuu Meishi = kata nama terbatas, seperti nama orang, Negara, dll. - Suushi = kata jumlah, seperti bilangan, urutan, dll.

- Daimeishi = kata ganti nama.

Namun ada juga beberapa ahli yang menambahkan Keishiki Meishi (Nomina yang menerangkan fungsinya secara formalitas tanpa memiliki hakekat atau arti yang sebenarnya sebagai nomina), ke dalam jenis nomina.

(57)

4. Nomina tomodachi, yuujin, dan nakama memiliki makna yang sama yaitu “teman”, namun cara pemakainnya dalam kalimat berbeda-beda tergantung pada konteks atau situasi pada kalimatnya.

5. Nomina tomodachi bermakna teman, yang dalam pengertinnya teman secara umum bisa digunakan kepada orang yang baru dikenal atau yang sudah dikenal lama, namun tidak memilki kedekatan khusus.

6. Nomina yuujin bermakna teman yang bermakna adanya rasa kedekatan antar orang sehingga terjadinya hubungan pertemanan yang sangat dekat, atau disebut sahabat.

7. Nomina nakama bermakna teman dalam artian, hanya teman yang ada dalam lingkungan kerja saja.

8. Dari dari ketiga nomina tersebut, kalau dilihat dari segi pemakainnya dapat digunakan secara tertulis maupun lisan.

4.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dituliskan diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran sebagai berikut:

1. Diharapkan pembelajar bahasa Jepang dapat lebih memahami mengenai makna tomodachi, yuujin, dan nakama.

(58)
(59)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1995. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Fukumoto, Kazutoshi. 1997. Mengapa Orang Jepang Terampil Dan Makmur?. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama

Hirako, Shima. 1991. Introduction To Japanese Reading Skills. Japan : ALC Press Japanese Text Book Series

Iwasaki Tamihei, Jujiro Kawamura. Kenkyusha’s New English-Japanese Dictionary On Bilingual Principles. Jepang

Keraf, Gorys. 1985. Tatabahasa Indonesia. Jakarta : Nusa Indah

Kikuo, Nomoto. 1988. Kamus Pemakaian Bahasa Jepang Dasar Edisi Bahasa Indonesia. Tokyo Kokritsu Kokugo kekyusho

Kochimachi. 1986. The Japan Foundation Basic Japanese-English Dictionary

Matsura, Kenji. 1994. Kamus Bahasa Jepang-Indonesia. Kyoto. Japan

Mizutani, Nobuko. 1989. Intermediate Japanese An Integrated Course. Japan : Bojinsha

Nelson, Andrew N. 2005. Kamus Kanji Modern Jepang Indonesia. Jakarta : Kesain Blanc

(60)

Poerwadarmita, W.J.S 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka

Shin, Ijumi. 2003. Kumon Shuppan. Kumon Publishing Co. Ltd

Sutedi, Dedi. 2003. Dasar-dasar Lingustik Bahasa Jepang. Bandung : Humaniora Utama Press

Sudjianto, Ahmad Dahidi. 2004. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Jakarta : Kesaint Blanc

Situmorang, Hamzon. 2007. Pengantar Linguistik Bahasa Jepang. Medan : USU Press

Tarigan, Hendry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung : Angkasa

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Depkes RI (2010), pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan terlatih untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

AXA Financial Indonesia yang ada pada Penerima Kuasa dalam rangka pembayaran premi lanjutan asuransi, termasuk biaya asuransi, biaya meterai dan atau biaya lainnya

Segala akibat yang timbul sehubungan dengan pemberian kuasa ini menjadi tanggung jawab Pemberi Kuasa sepenuhnya dan dengan ini Pemberi Kuasa membebaskan BCA dari segala macam

[r]

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan rahmatnya sehingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi ini yang berjudul “Pengetahuan

Pembangunan koperasi sebagai lembaga ekonomi rakyat yang ber­ watak sosial harus semakin dikembangkan dan diperkuat khususnya dalam bidang organisasi dan manajemen dalam

Penentuan ciri adjektiva yang dikemukakan oleh Keraf (1982) tidak terlalu jauh berbeda dengan uraian di atas. Pada dasarnya dalam bahasa Indonesiaa ciri adjektiva ini dapat

Jika Anda mengurutkan semua perempuan tersebut dari yang lerpendek sampai ke yang tertinggi, maka yang di tengah pasti mempunyai tinggi 130