• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Deskriptif Makna Kata Berulang Dalam Bahasa Jepang Yang Menggunakan Kanji Dilihat Dari Pemakaian Kanji Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Deskriptif Makna Kata Berulang Dalam Bahasa Jepang Yang Menggunakan Kanji Dilihat Dari Pemakaian Kanji Dasar"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ANALISIS DESKRIPTIF MAKNA KATA BERULANG DALAM

BAHASA JEPANG DILIHAT DARI PEMAKAIAN

KANJI DASAR

SKRIPSI

Diajukan Untuk Menempuh Ujian Sarjana Strata Satu Program Studi Sastra Jepang Fakultas Sastra Universitas Komputer Indonesia

Oleh : Fitriyani 63808003

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(3)
(4)

i

ANALISIS DESKRIPTIF MAKNA KATA BERULANG DALAM BAHASA JEPANG YANG MENGGUNAKAN KANJI DILIHAT DARI

PEMAKAIAN KANJI DASAR ABSTRAK

Bahasa jepang merupakan bahasa yang cukup diminati dewasa ini. Terdapat beragam kosakata dalam bahasa Jepang yang menarik untuk dipelajari, salah satunya jyougo atau kata berulang. Jyougo dalam bahasa Jepang jumlahnya sangat banyak. Salah satunya adalah jyougo yang ditulis dengan kanji, makna kata berulang tersebut secara umum memiliki hubungan makna dengan kanji pembentuknya, namun lebih spesifik memiliki pergeseran makna dari kanji pembentuknya. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai perubahan makna kata berulang dilihat dari kanji pembentuknya dan penggunaanya dalam kalimat.

Dalam melakukan penelitian ini penulis menggunakan metode analisis deskriptif, Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena pada dasarnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Selain itu, metode ini juga dianggap cukup tepat untuk melakukan pendekatan terhadap masalah yang akan diteliti. Teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan studi kepustakaan. Teknik analisis data yang dilakukan yaitu membandingkan definisi dari setiap kosakata dengan kanji pembentukanya lalu dianalisis bagaimana perubahan maknanya. Setelah itu dianalisis bagaimana penggunaanya dalam kalimat.

Penelitian ini menghasilkan beberapa kesimpulan, diantaranya perubahan makna yang sama dengan kanji pembentuknya, perubahan dari ruang ke waktu, perubahan dari umum ke khusus, dan sebagainya. Dalam kalimat, jyougo dapat digunakan untuk menerangkan predikat, kata benda, kata sifat dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas penulis memberikan saran agar pembelajar bahasa jepang lebih mengenal keberagaman kosakata bahasa Jepang, salah satunya jyougo.

(5)

ii

DESCRIPTIVE ANALYSIS OF REPEATED WORD IN JAPANESE BASED ON ITS CONSTITUENT KANJI

ABSTRACT

Today, Japanese has become a popular language. There are various vocabularies in Japanese that are very interesting to learn, one of them is jyougo or repeated words. There are a huge number of Jyougo in Japanese. One of them is jyougo written with the kanji.Generally, the meaning of that repeated word relates toitsconstituentkanji, but specifically, ithas a shift in the meaning of its constituentkanji. Therefore, the author is interested to makea research on the changing ofmeanings in the repeatedwords based on its constituentkanjiand its use in a sentence.

In this research the writer uses descriptive method since this is a qualitative research study. In addition, this method is also considered as an appropriate methodin approaching the problem. The technique used in collecting the dataof this research is a library research. Itis performed by comparing the definition of each vocabulary with its constituentkanji then it is analyzed on how the meaning changes and how its use in a sentence.

The study conduces several conclusions;they are the same changein the meaning as its constituent kanji, the change from space to time, the change from general to specific, etc. In a sentence, jyougo can be used to explain predicates, nouns, adjectives and so on. Based on the description above, the author suggests the Japanese language learners to know more about the diversity of Japanese vocabulary, as in the case of jyougo.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

dengan rahmat dan ridho-Nya yang skrisi dengan judul “Analisis Deskriptif

Makna Kata Berulang dalam Bahasa Jepang Dilihat dari Pemakaian Kanji Dasar”.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini terdapat kekurangan

Oleh sebab itu penulis mengharapkan sumbangan pikiran berupa kritik dan saran

yang membangun dari semua pihak.

Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapat bantuan dari

berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak mengucapkan banyak terimakasih

kepada :

1. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer

Indonesia.

2. Prof. Dr. Moh. Tadjudin, MA, selaku Dekan Fakultas Sastra

Universitas Komputer Indonesia.

3. Fenny Febrianty, SS, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Sastra Jepang

Universitas Komputer Indonesia.

4. Drs. Ahmad Dahidi, MA, selaku Dosen Pembimbing utama dalam

pembuatan skripsi ini, yang penuh rasa sabar dan kerendahan hati telah

membimbing dan membantu penulis, mulai dari penyusunan sampai

penyelesaian laporan, serta selalu memberi inspirasi kepada penulis

(7)

iv

5. Dosen wali sekaligus pembimbing kedua Pitri Haryanti, M.Pd, yang

selalu sabar dan rendah hati memberikan bimbingan dan semangat

kepada penulis.

6. Seluruh Dosen Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia, Soni

Mulyawan Setiana, M.Pd, Riska Sri Rahmawati, SS, Dra. Renariah,

M.Hum, atas bimbingannya selama perkuliahan.

7. Dosen Sastra Inggris Dr. Juanda, M.Pd, Untuk Masukannya dalam

penulisan skripsi ini.

8. Sekretariat Sastra Jepang Universitas Komputer Indonesia mbak Tyas,

atas bantuanya selama perkuliahan.

9. Marutani Sensei dan Saori Sensei, yang selalu memberikan bimbingan

dan semangat kepada penulis.

10.Ibu dan almarhum ayah, yang selalu mendoakan dan memotivasi

penulis serta memberikan bantuan moril dan materil yang tidak akan

penulis lupakan seumur hidup.

11.Saudara-saudara penulis, Ai Kurnia Lestari, Jamil, Topik, Ilham

12.Teman seperjuangan di Universitas Komputer Indonesia, Dhini

Hidayaturohmah (mae), Fitri Apriyanti (udon), Mei Ambarsari, Lista

Srikandi, Marisa Chintya sari (icha), dan Dzikri Dzikrullah (ucil),

empat tahun yang banyak memberi pengalaman.

(8)

v

14.Chandra Gumilar, yang telah menjadi tempat berkeluh kesah yang

setia selama penulisan skripsi ini, serta dukungan dan semangat yang

selalu diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

15.Senpai dan kohai tachi yang selalu memberikan semangat dan hiburan

selama penyusunan skripsi ini.

16.Semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga segala bantuan, dukungan, semangat serta doa Bapak, Ibu,

Saudara/i dan rekan-rekan mendapat ridho dari Allah SWT.

Bandung, Agustus 2012

(9)

vi DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR

ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian 1

1.2Rumusan Masalah 6

1.3Batasan Masalah 7

1.4Tujuan Penelitian 7

1.5Manfaat Penelitian 7

1.6Definisi Operasional 8

1.7Sistematika Penulisan 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perubahan Makna 10

2.1.1. Jenis-jenis Makna 12

2.1.2 Jenis Perubahan Makna 13

2.2 Kosakata Bahasa Jepang 15

2.1.1 Morfologi Bahasa jepang 16

2.3 Fukushi 17

(10)

vii

2.4 Kanji 24

2.4.1 Cara Pembentukan Kanji 25

2.4.2 Bushu 27

2.5 Kalimat Bahasa Jepang 29

2.5.1 Unsur Kalimat 31

2.6 Jenis-Jenis Dooshi 32

2.7 Tango 33

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian 34

3.2 Objek Penelitian dan Sumber Data 34

3.3 Teknik Pengumpulan Data 35

3.4 Teknik Analisis Data 36

3.5 Tahap Penelitian 36

1. Tahap Persiapan 36

2. Tahap Pelaksanaan 36

3. Tahap Pengolahan Data 36

4. Tahap Penulisan Laporan 37

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Perubahan makna Kata Berulang 38

4.1.1 Kata berulang yang memiliki arti yang sama dengan kanji dasarnya 38

(11)

viii

4.1.3 Perubahan Makna dari Umum ke Khusus 62

4.1.4 Perubahan Makna dari Ruang ke Waktu 71

4.1.5 Perubahan Penggunaan Indra 73

4.1.6 Perubahan dari Kata Benda yang Membentuk Makna Baru 76

4.1.7 Perubahan dari Kata Sifat yang Membentuk Makna Baru 77

4.1.8Perubahan dari Kata Kerja Menjadi Waktu 78

4.1.9 Perubahan dari Abstrak ke Kongkret 80

4.1.10 Perubahan dari kata kerja menjadi intensitas waktu 81

4.2 Fungsi Dalam Kalimat 83

4.2.1 Fungsi Dalam Kalimat Sebagai Predikat 83

4.2.2 Fungsi dalam Kalimat Sebagai Modifikator 84

1. Menerangkan Predikat 84

2. Menerangkan Kata Benda 86

3. Menerangkan Kata sifat 87

4.2.3 Fungsi Dalam Kalimat Dilihat Partikel yang Mengikutinya 88

1. Partikel ~に 88

2. Partikel ~と 89

3. Kata tunjuk その dan partikelに 91

4. Partikel wa 93

(12)

ix

Mengikutinya 95

1. Pola Negatif 95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 97

5.1.1 Perbahan Makna Kata Berulang dari Kanji Dasarnya 97

5.1.2 Penggunaan Kata Berulang dalam Kalimat 98

5.2 Saran 99

DAFTAR PUSTAKA SUMBER DATA SINOPSIS LAMPIRAN

(13)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Contoh kata berulang yang menunjukan suara hewan dan

Alam 3

Tabel 2 Contoh kata berulang yang berupa fukushi 3

Tabel 3 Contoh kata berulang yang berubah bunyi 4

Tabel 4 Contoh kata berulang yang menggunakan dua buah kanji

yang sama dan tidak berubah bunyi 4

Tabel 5 Contoh kata berulang yang menggunakan dua buah kanji

yang sama dan berubah bunyi 4

(14)

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perubahan Makna (Gogi no Henka)

Perubahan semantik, atau yang dikenal juga dengan istilah semantik shift,

menjelaskan perubahan dari penggunaan kata, biasanya berkaitan dengan makna

kata di jaman modern yang sangat berbeda dengan jaman dulu. Dalam linguistik

diakronik, perubahan semantik merupakan perubahan salah satu makna dari

sebuah kata. Setiap kata memiliki banyak senses dan konotasi yang dapat

bertambah, berkurang, dan berubah setiap saat, bahkan biasanya sampai kepada

tingkat dimana sebuah kata memiliki makna yang sangat berbeda dari waktu ke

waktu.

Dedi Sutedi (2011:139) menyebutkan bahwa, Dalam bahasa Jepang ada dua

istilah tentang makna, yaitu kata imi dan igi. Kata imi digunakan untuk

menyatakan makna hatsuwa (tuturan) yang merupakan wujud satuan dari parole,

sedangkan igi digunakan untuk menyatakan makna dari bun (kalimat) sebagai

wujud satuan langue. Makna suatu kata biasanya akan berkembang karena

dipengaruhi oleh konteks atau situasi penggunaanya.

Dalam Ullman (1977:3) Aristoteles telah mengungkapkan bahwa makna

kata itu dapat dibedakan antara makna yang hadir dari kata itu sendiri secara

otonom, serta makna yang hadir akibat terjadinya hubungan gramatikal,

Aminuddin (2008:15).

Perubahan makna merupakan hasil dari dinamika bahasa itu sendiri yang

(15)

11

bergeser dari makna sebelumnya. Ada dua faktor yang menyebabkan perubahan

makna, yaitu faktor linguistik dan non lingistik. Faktor linguistik berarti faktor

dari dalam bahasa itu sendiri, yaitu; Proses Afiksasi, Reduplikasi, dan komposisi,

sedangkan faktor nonlinguistik berarti faktor yang berasal dari luar bahasa

tersebut, yaitu: perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, perkembangan

sosial dan budaya, perbedaan bidang pemakaian dan lain-lain.

Perubahan makna tidak hanya perubahan konsep makna saja. Tetapi juga

termasuk perubahan nuansa kata tersebut. 概念的 意味 け 語感

やニュ ン 意味 変化 含ま ( gainen tekina imi dake

dewa naku, gokan ya nuansu nado mo imi no henka ni wa fukumareru).

(http://www.sanseido-publ.co.jp).

Contohnya:

(4) こ キ うまい

kono ke-ki wa umai

„kue ini enak‟

(5) 歌 うまい

uta ga umai

„(dia) pintar menyanyi‟

Dari kedua contoh kalimat diatas terdapat perbedaan nuansa pada kata

umai, pada contoh kalimat nomor (4) kata umai memiliki makna enak,

sedangkan pada contoh kalimat nomor (5) kata umai memiliki makna pintar.

(16)

12

2.1.1 Jenis-jenis Makna

Ada banyak jenis-jenis makna dalan bahasa Jepang, ini dibedakan

dari penyebab terjadinya perubahan makna tersebut. Berikut adalah

beberapa contoh makna dalam bahasa Jepang.

1) Makna leksikal dan makna gramatikal

Makna leksikal dalam bahasa Jepang dikenal dengan istilah

jishoteki-imi atau goiteki-imi. Makna leksikal adalah makna kata

yang sesungguhnya sesuai dengan referensinya sebagai hasil

pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa

juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata.

Makna gramatikal dalam bahasa Jepang disebut bunpouteki-imi

yaitu makna yang muncul akibat proses gramatikalnya. Dalam

bahasa Jepang, joshi (partikel) dan jodoushi (kopula) tidak memiliki

makna leksikal tetapi memiliki makna gramatikal.

2) Makna denotatif dan makna konotatif

Makna denotatif dalam bahasa Jepang disebut meijiteki imi atau

gaien yaitu makna yang berkaitan dengan dunia diluar bahasa,

seperti suatu objek atau gagasan dan bisa dijelaskan dengan analisis

komponen makna. Makna denotatif kata kodomo adalah „anak‟,

melahirkan makna konotatif „tidak mau diatur‟ atau „kurang

(17)

13

3) Makna dasar dan makna perluasan

Makna dasar disebut dengan kihon-gi merupakan makna asli

yang dimiliki oleh suatu kata. Makna dasar terkadang disebut juga

sebagai makna pusat (core) atau makna protipe, meskipun tidak

sama persis.

Makna perluasan atau ten-gi merupakan makna yang muncul

sebagai hasil perluasan dari makna dasar, diantaranya akibat

penggunaan secara kiasan atau majas (hiyu).

2.1.2 Jenis Perubahan Makna

Perubahan makna suatu kata terjadi karena berbagai faktor, seperti

perkembangan peradaban manusia pemakai bahasa tersebut, perkembangan

ilmu pengetahuan dan tekhnologi, atau pengaruh bahasa asing. Beberapa jenis

perubahan makna dalam bahasa Jepang, diantaranya sebagai berikut.

1) Dari yang konkret ke abstrak (具象→抽象)

Kata atama (kepala) dan ude (lengan) serta michi (jalan) yang

merupakan benda kongkrek, berubah menjadi abstrak ketika

digunakan seperti berikut ini.

頭 いい atama ga ii “kepandaian”

ude ga agaru “kemampuan”

日本語教師 道 nihongo-kyoushi e no michi “cara/petunjuk”

2) Dari ruang ke waktu (空間→時間)

(18)

14

年前 san-nen mae „yang lalu‟

長い時間 nagai jikan „lama‟

3) Perubahan penggunaan indra (感覚 意向)

Kata ookii (besar) semula diamati dengan indra penglihatan (mata),

berubah ke indra pendengaran (telinga), seperti pada frasa ooki koe „suara keras‟; kata (amai) manis dari indra perasa menjadi karakter

seperti dalam frasa amai ko (anak manja).

4) Dari yang khusus ke umum/generalisasi (一般化 拡大)

Kata kimono yang semula berarti „pakaian tradisional Jepang‟

digunakan untuk menunjukan pakaian secara umum fuku dan

sebagainya.

5) Dari yang umum ke khusus/ spesialisasi (特殊化 縮小)

Kata hana (bunga secara umum) dan tamago (telur secara umum)

digunakan untuk menunjukan hal yang lebih khusus seperti dalam

pengguunaan berikut.

花見 hana-mi „bunga sakura‟

卵 食 tamago o taberu „telur ayam‟

6) Perubahan nilai ke arah positif (価値 昇)

Misalnya, kata boku (saya) dulu digunakan untuk budak atau pelayan,

tetapi sekarang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, hal ini

menunjukan adanya perubahan nilai, dari yang kurang baik menjadi

(19)

15

7) Perubahan nilai ke arah negatif (価値 落 )

Misalnya, kata kisama (kamu) dulu sering digunakan untuk

menunjukan kata anata (anda), tetapi sekarang digunakan hanya

kepada orang rendah saja. Hal ini menunjukan adanya pergeseran nilai

dari yang baik menjadi kurang baik.

2.2. Kosakata Bahasa Jepang

Berdasarkan asal usulnya, kosakata bahasa Jepang dapat dibagi menjadi tiga

macam, yakni wago, kango dan gairaigo. Namun selain ketiga macam kosakata

tersebut ada sebuah jenis kosakata yang disebut konshugo yaitu kata-kata yang

merupakan gabungan dari beberapa kata dari sumber yang berbeda misalnya wago

dengan kango, wago dengan gairaigo, atau kago dengan gairaigo. Menurut

Iwabuchi Tadasu(1989:115), klasifikasi kata berdasarkan asal-usulnya seperti ini

di sebut goshu (Sudjianto, Ahmad Dahidi,2009:98).

Wago adalah kata-kata bahasa Jepang asli yang sudah ada sebelum kangi dan

gaikokugo (bahasa asing) masuk ke Jepang.

Ishida Toshiko 1995:113 menyebutkan bahwa Kango adalah kata-kata yang

dibaca dengan cara on’yomi yang terdiri dari satu buah kanji atau yang merupakan

gabungan dua buah huruf kanji atau lebih (Sudjianto, Ahmad Dahidi,2009:103).

Di dalam komposisi kango yang terbentuk dari dua buah kanji terdapat

aturan-aturan tertentu, salah satunya adalah kango yang merupakan perpaduan dua buah

kanji yang sama misalnya 洋洋 生 生 dan 々.

Gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) lalu

(20)

16

Sedangkan secara garis besar, dalam Dedi Sutedi (2011:44) menyebutkan

bahwa jenis kata atau hinshi bunrui dalam bahasa Jepang ada enam bagian besar,

yaitu:

1. Nomina atau meishi ( 詞) yaitu kata benda atau nomina yang bisa

berfungsi sebagai subyek atau objek dalam kalimat, bisa diawali dengan

kata tunjuk „kono..., sono..., ano...‟ こ ~ ~ あ ~

„...ini, ...itu, ...sana‟ dan bisa berdiri sendiri.

2. Verba atau doushi (動詞) yaitu kata yang bisa berfungsi menjadi predikat

dalam suatu kalimat, mengalami perubahan bentuk atau katsuyou (活用),

dan bisa berdiri sendiri.

3. Adjektiva atau keiyoushi (形容詞) yaitu kata yang mengalami perubahan

bentuk dan bisa berdiri sendiri.

4. Adverbia atau Fukushi (副詞) yaitu kata keterangan, tidak mengalami

perubahan bentuk.

5. Kopula atau Jodoushi (助 動 詞) yaitu kata kerja bantu, mengalami

perbahan bentuk, tetapi tidak bisa berdiri sendiri.

6. Partikel atau joushi (助詞) yaitu kata bantu (partikel), tidak bisa berdiri

sendiri dan tidak mengalami perbahan bentuk.

2.2.1. Morfologi Bahasa Jepang

Sutedi (2011:43) menyebutkan bahwa Istilah morfologi dalam bahasa

(21)

17

mengkaji tentang kata dan proses pembentukannya. Objek yang dikajinya

yaitu tentang kata (go/tango) dan morfem (keitaiso).

Morfem (keitaso) merupakan satuan bahasa terkecil yang memiliki

makna dan tidak bisa dipecah lagi kedalam satuan makna yang lebih kecil

lagi (Sutedi ,2011:43).

Proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang disebut dengan istilah

gokeisei. Suatu kata dapat dibentuk dengan cara menggabungkan beberapa

morfem bebas. Hasil dari pembentukan kata dalam bahasa Jepang

sekurang-kurangnya ada empat macam , yaitu: (1) haseigo (kata jadian), (2)

fukugougo/goseigo (kata majemuk), (3) karikomi/shouryaku(akronim) , dan

(4) toujigo (singkatan huruf pertama yang dituangkan dalamhuruf Alfabet).

2.3 Fukushi

Fukushi adalah kelas kata yang tidak mengalami perubahan bentuk dan

dengan sendirinya dapat menjadi keterangan bagi yoogen walaupun tanpa

mendapat bantuan dari kata-kata lain. Fukushi tidak dapat menjadi subyek,

predikat dan pelengkap (Jidoo Gengo Kenkyuukai, 1987:92). Adapun fungsi

Fukushi adalah kata-kata yang menerangkan verba, ajektiva, dan adverbia

lainnya, tidak dapat berubah dan berfungsi menyatakan keadaan atau derajat

suatu aktivitas, suasana atau perasaan pembicara (Matsuoka, 2000:344).

Namun selain menerangkan verba, ajektiva-i, ajektiva-na, dan adverbia yang

(22)

18

Dalam Nihongo Hando Bukku(2000:373) di sebutkan bahwa Fukushi ada

banyak sekali jenisnya, tetapi secara garis besar fukushi dibagi menjadi tiga

jenis, yaitu yuudou fukushi, youtai fukushi dan teidou fukushi.

1) Yuudou fukushi

Yuudou fukushi atau yang disebut juga chinjitsu fukushi dan bun fukushi.

Adalah ungkapan untuk menyatakan dugaan terhadap lawan bicara.

Contohnya

(6) 雨 降っ ハ キン 行 い

Moshi ame ga futtara hiking ha ikanai. „Kalau hujan tidak pergi hiking.‟

(7) パ っ

Patii ha zenzen omoshirokunakatta. „Pesta nya sama sekali membosankan.‟

Pada Contoh nomor (6) (moshi) adalah menunjukan pengandaian, pada

contoh nomor (7) (zenzen) menunjukan penyangkalan. Dilihat dari kedua

contoh tersebut, fukushi ini berfungsi untuk mengungkapkan keadaan kata

sebelum atau sesudahnya kepada lawan bicara.

1) Teido fukushi

Teidou fukushi adalah kata keterangan yang berfungsi untuk

memodifikasi kata yang memiliki makna keadaan, biasanya yang bisa

dimodifikasi adalah kata sifat. Contoh:

(8) 今日 少 寒い

(23)

19

„Hari ini agak dingin.‟

Kata keterangan keadaan sukoshi, kanari ada hubungan nya dengan kata

samui dan samukunai. Fungsinya untuk membatasi keadaan dinginnya

sesuatu hal.

1) Youtai fukushi

Youtai fukushi atau di sebut juga 情態 (jyoutai fukushi) dan 状態 (jyoutai

fukushi). Fungsi nya untuk memodifikasi dengan batasan kegiatan yang

dilakukannya. Contoh:

(9) 私 駅ま ゆっ 歩い

Watashi wa eki made yukkuri aruita. „Saya berjalan perlahan menuju stasiun.‟

Yukkuri dalam kalimat ini menunjukan keadaan untuk membatasi cara

berjalan ( saya).

Terdapat berbagai pendapat tentang jenis-jenis fukushi, perbedaannya

terutama terletak pada nama-nama atau istilah dari jenis fukushi tersebut.

Dalam Sudjianto (2004:166), Terada takano membagi fukushi menjadi tiga

macam sebagai berikut (1984:115-117):

1) Jootai no fukushi

Jootai no fukushi berfungsi terutama menerangkan keadaan verba yang

ada pada bagian berikutnya, misalanya:

(10) っ

Shikkari (to) nigiru.

(24)

20

Dalam kalimat ini kata keterangan shikkari (kuat-kuat)

menerangkan keadaan dari kata nigiru(memegang).

(11) 失業者 ま ま 増 傾向 あ

Shitsugyousha wa masu-masu zouka suru keikou ni aru.

„Ada kecenderungan pengangguran perlahan-lahan bertambah.‟

Dalam kalimat ini kata keterangan masu-masu (perlahan-lahan)

menerangkan keadaan dari kata zouka suru (bertambah), dengan kata lain

bertambah dengan perlahan-lahan.

2) Teido no fukushi

Teido no fukushi berfungsi terutama menerangkan tingkat, taraf,

kualitas, atau keadaan derajat yoogen (verba, ajektiva-i, ajektiva-na yang

ada pada bagian berikutnya, misalnya:

(12) こ いさ い

Sukoshi samui. „Sedikit dingin.‟

Kata keterangan sukoshi (sedikit) menunjukan keadaan dari kata samui

(dingin).

(13) 大変親

Taihen shinnsetsu da. „Sangat baik hati.‟

Kata keterangan taihen (sangat) menunjukan keadaan dari kata

(25)

21

Terdapat juga fukushi yang menerangkan adverbia, dan nomina,

misalnya:

(14) っ 見え

Kanari hakkiri mieru. „Terlihat agak jelas.‟

Kata keterangan kanari (agak) menujukan keadaan dari kata

hakkiri (jelas) dan mieru (terlihat).

(15) っ い こ

Zutto no izen no koto da. „Kejadian dulu kala.‟

3) Chinjutsu no fukushi

Chinjutsu no fukushi adalah fukushi yang memerlukan cara pengucapan

khusus, disebut juga jojutsu no fukushi atau ko’o fukushi.

(16) 決 まけ い

Kesshite makenai.

„Sama sekali tidak akan kalah.‟

Kata keterangan kesshite (sama sekali) menerangkan keadaan dari

kata makenai (tidak akan kalah).

(17) 間 あわ い

Totemo ma ni awanai.

„Benar-benar tidak akan sempat.‟

Kata keterangan totemo (benar-benar) menerangkan keadaan dari

(26)

22

Fukushi dalam penggunaanya banyak diakhiri dengan partikel ni dan to

tetapi banyak yang salah dalam mengartikannya. Contoh.

(18) 田中さ 紙 び び 破っ

Tanaka san wa kami wo biri-biri to yabutta.

(19) 紙 び び 破 い

Sono kami wa biri-biri ni yaburete ita.

Dalam contoh nomor (18) (biri biri to) adalah menunjukan cara

menyobek kertas, dengan kata lain ini menunjukan kegiatan menyobek.

Dalam Nitta Gio (1983) kegiatan seperti yang ada dalam contoh dua

yang menunjukan hasil disebut kekka no fukushi, ini dibedakan dari

istilah youtai fukushi. Menurut Yamada yoshio (1936) jenis fukushi

seperti ini adalah chinjitsu fukushi,本語ハンドブッ (2000).

2.3.1 Kosakata Berulang

Kata berulang dalam bahasa Jepang di sebut dengan Jyougo atau

choujyo.

畳語 単語 語根重 一語 複合語 意味

強 事物 複数 示 動作う さや作用さ う 反複ふ けい

表 我々 泣 泣 ま ま や や 知

知 い

( jyougo wa onaji tango kata wa gokon kasanete ichigo toshita fuku gougo.

(27)

23

no hanfuku, keizoku nado wo arawa shitari suru. Ware-ware, naki-naki,

mata-mata, haya-baya, shirazu-shirazu nado no rui. ( タル大辞泉))

Dari kutipan diatas dapat disimpilkan bahwa Jyougo adalah

pengulangan kata-kata yang sama menjadi satu suku kata. Fungsinya

memperkuat maknanya, menunjukan sesuatu yang jamak dan sesuatu yang

berulang-ulang atau tetap, contohnya (ware-ware), (naki-naki), (mata-mata),

(Haya-baya), (shirazu-shirazu).

Jyougo bisa disebut kata yang dihasilkan dari pengulangan satu suku

kata, atau bisa disebut salah satu dari kata majemuk. Jyougo bisa disebut juga

choujyou atau jyuufuku.

Jyougo digunakan secara umum sebagai bahasa slang. Seperti contoh

dibawah ini.

1) Bahasa anak kecil, contohnya omeme dan juga untuk panggilan akrab,

contohnya tan-tan dan lain-lain. Omeme jika diartikan kedalam bahasa Indonesia berarti “mata”, kata ini digunakan untuk berbicara dengan anak

kecil. Sedangkan tan-tan adalah berasal dari kata Tin-Tin, nama salah satu

tokoh kartun yang berprofesi sebagai wartawan dan pengembara terkenal

dari Prancis, di Jepang akrab disebut dengan nama Tan-tan.

2) Onomatope

Onomatope adalah kata atau sekelompok kata yang menirukan

bunyi-bunyi dari sumber yang digambarkannya, (Wikipedia). Contoh: gata-gata

(28)

24

3. Kosa kata untuk penekanan (tottemo-tottemo), (Wikipedia). Tottemo yang berarti “sangat”, dan ketika kata tottemo diulang menjadi kata “tottemo

-Tottemo”, dapatdiartikan menjadi “amat-sangat”..

2.4 Kanji

Huruf kanji yaitu huruf yang merupakan lambang, ada yang berdiri

sendiri, ada juga yang harus digabung dengan huruf kanji yang lainnya atau

diikuti dengan dengan huruf Hiragana. Huruf Kanji berasal dari negeri China

yang jumlahnya cukup banyak. Dewasa ini, huruf Kanji yang dijadikan

sebagai bahan pendidikan wajib (SD sampai dengan SMP) sekitar 2000 huruf

yang disebut dengan Jouyou Kanji.

Huruf Kanji dalam bahasa Jepang ada dua macam cara membacanya,

yaitu: (1) kunyomi dan (2) onyomi. Satu huruf terkadang dapat digunakan

untuk meyatakan suatu arti atau suatu kata, atau bisa juga melambangkan

kosakata yang lainnya dengan arti yang berbeda (Sutedi, 2011:8).

Onyomi adalah pembacaan kanji dengan cara meniru pengucapan dalam

bahasa Cina zaman dulu. Kunyomi adalah pembacaan kanji dengan cara

menetapkan bahasa Jepang sebagai cara membaca kanji berkenaan dengan

kanji tersebut. Dalam daftar-daftar kanji termasuk dalam daftar Jooyoo kanji)

dan dalam buku-buku pelajaran huruf kanji biasanya onyomi ditulis dengan

huruf katakana sedangkan kunyomi ditulis dengan hiragana, namun dalam

pemakaian sehari-hari untuk penulisan onyomi pun menggunakan huruf

(29)

25

3) 生

Onyomi セ (sei)

ョウ (shoo)

Kunyomi い. (ikiru)

う. (umu)

う.ま (umareru)

ま (nama)

い. (ikasu)

い.け (ikeru)

.う (ou)

.え (haeru)

.や (hayasu)

(ki)

2.4.1 Cara pembentukan Kanji

Dalam buku The Key To Kanji (2010:15), Noriko Kurosawa

Williams membagi pembentukan kanji kedalam empat cara yang berbeda,

yaitu:

1) Pembentukan Pictograph

Pictograph adalah gambar sederhana yang mewakili makna

dengan tujuan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain.

dalam sejarah kanji di Cina, pictograph adalah yang tertua dari

(30)

26

linier menguraikan objek, orang, alam, masalah, ide, hewan dan

lain. Contohnya, untuk menunjukan bulan , maka terbentuklah

kanji 月.

2) Pembentukan Indikasi

konsep abstrak dan angka yang di antara ide-ide yang

membutuhkan berbagai jenis pembentukan. Pembentukan indikasi

adalah pembentukan yang digunakan untuk menggambarkan

hubungan spasial antara dua benda, yang biasanya dilihat dari titik

acuan. Contoh nya adalah kanji dan , terbentuk dari

penunjukan ke area di bawah garis acuan Atau di atas garis

. Ada juga kanji yang terbentuk dari kambinasi pictograph

dan indikasi, contohnya adalah kanji 本 ini berarti “sumber atau

dasar” atau jugaberarti “buku”.

3) Pembentukan gabungan dari fonetik dan semantik

Pembentukan ini terdiri dari dua unit yaitu bunyi dan makna.

Penbentukan jenis ini sangat produktif karena, dalam teori, dengan

menyusun dua kanji yang sudah ada, bisa membentuk kanji baru

dan menambah kanji yang sudah ada. Contohnya kanji 言(kata)

dan kanji己 (suara), digabungkan menjadi kanji 記 (merekam atau

mengingat).

4) Pembentukan gabungan semantik

Jenis pembentukan di mana dua atau lebih komponen yang yang

(31)

27

membuat kanji baru dengan arti baru. contohnya kanji (orang)

dan木 (pohon), digabungkan menjadi kanji 休 ini menunjukan

orang yang sedang berada disamping pohon yang berarti

“istirahat”.

2.4.2 Bushu

Bushu adalah sebuah istilah berkenaan dengan bagian-bagian yang

ada pada sebuah huruf kanji yang dapat dijadikan suatu dasar untuk

pengklasifikasianhuruf kanji, (Sudjianto dan Dahidi. 2009;59).

Kebanyakan bushu, atau bagian header(bagian kepala/bagian atas),

aslinya adalah (berasal dari) pictograph dan mencapai bentuknya yang

sekarang dengan mengurangi jumlah goresan secara signifikan pada masa

dinasty Han. selama masa standarisasi kanji ini dimana banyak kaitan

visual antara bentuk dan arti menjadi hilang, bagian header bushu juga

kehilangan kaitan visual antara bentuk dan artinya.

540 bagian header yg digunakan pada awal abad ke 2 dikurangi

menjadi 240 di kamus abad 18. Dalam 240 jenis bagian header, kelompok

kanji dalam setiap bagiannya lebih lanjut lagi dibagi berdasarkan jumlah

goresan yang membentuk komponen yg tersisa dari setiap kata.

Katoo (1991:222) dalam Sudjianto dan Dahidi (2009:59)

menyebutkan bahwa terdapat tujuh macam bushu sesuai dengan letaknya

pada suatu kanji yakni:

1. Hen, yaitu bushu yang berada pada bagian kiri pada sebuah kanji.

(32)

28

1) Ninben ( ), seperti pada kanji 休, 休, 作, 側

2) Nisui (), seperti pada kanji 次 冷, 凍

2. Tsukuri, yaitu bushu yang berada pada bagian kanan pada sebuah

kanji. Yang termasuk bushu jenis tsukuri antara lain:

1) Rittoo () , seperti pada kanji , 刑, , , 副

2) Chikara (), seperti pada kanji 助, , 効

3. Kanmuri, yaitu bushu yang berada pada bagian atas pada sebuah kanji,

yang termasuk bushu jenis kanmuri antara lain:

1) Nobebuta, ten’ichi, atau keisan kanmuri ( ). seperti

pada kanji , 交, 両, 夜

2) Wakanmuri, atau beki kanmuri ( ) , seperti pada kanji ,

写, 軍

4. Ashi, yaitu bushu yang berada pada bagian bawah pada sebuah kanji.

Yang termasuk bushu jenis ashi antara lain:

1) Hitoashi (), seperti pada kanji 先, 免, 児

2) Rekka, renga atau yotsuten () , seperti pada kanji 熱, 点,

5. Tare, yaitu bushu yang membentuk seperti siku-siku dari bagian atas

kebagian kiri. Yang termasuk bushu jenis tare antara lain:

1) Gandare atau ichidare ( ), seperti pada kanji 原, 厚, 暦,

(33)

29

2) Madare atau ten’ichidare (广 ), seperti pada kanji 広, 応,

6. Nyoo, yaitu bushu yang membentuk siku-siku dari bagian kiri ke

bagian bawah sebelah kanan, yang termasuk bushu jenis nyoo antara

lain:

1) Shinyoo (), seperti pada kanji 辺, 近, 送

2) Enyoo (), seperti pada kanji , , 延

7. Kamae, yaitu bushu yang tampak seolah-olah mengelilingi bagian

kanji lainnya. Yang termasuk bushu jenis kamae antara lain:

1) Doogamae, makigamae, atau keigamae ( ), seperti pada

kanji , 冊, 円

2) Tsutsumigamae ( ), seperti pada kanji 匂, , 勿

2.5 Kalimat Bahasa Jepang

Istilah sintaksis dalam bahasa Jepang disebut tougoron atau sintakusu

sebagai cabang dari linguistik yang mengkaji tentang struktur kalimat dan

unsur-unsur pembentuknya (Sutedi, 2011:64).

Kalimat terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata (hinshi) yang

disusun berdasarkan pada aturan gramatikalnya. Pada umumnya jenis kata

pembentuk kalimat tersebut terbentuk dari: (1) meishi (nomina), (2) doushi

(verba), (3)keiyoushi (adjektiva), (4) jodoshi (kopula), (5) joshi (partikel), (6)

setsuzokushi (kata sambung), (7) fukushi (kata keterangan), (8) kandoushi

(34)

30

Dalam Sutedi (2011:64), Nitta (1997:18) menggolongkan jenis kalimat

dalam bahasa Jepang kedalam dua kelompok besar, yaitu berdasarkan pada

struktur (kenzou-jou) dan berdasarkan pada maknanya (imi-jou).

Penggolongan kalimat berdasarkan struktur mengacu pada peranan setiap

bagian (fungsi sintaksis) dalam kalimat secara keseluruhan. Adapun

penggolongan kalimat berdasarkan pada makna dan fungsi dari kalimat

tersebut baik secara semantis maupun secara pragmatis.

Iwabuchi (1989:252) dalam Sudjianto dan Dahidi (2009:141)

mengklasifikasikan kalimat berdasarkan dua sudut pandang, yaitu terdapat

berbagai macam kalimat berdasarkan perbedaan sikap penuturnya dan

berdasarkan perbedaan strukturnya. Berdasarkan perbedaan penuturnya

kalimat di bagi menjadi empat macam, yaitu:

1. Heijobun (kalimat pernyataan)

(20)Are wa tanakan san da „Itu tuan Tanaka‟

2. Gimonbun (kalimat pertanyaan)

(21)Anata ga Tanaka san desu ka „Apakah anda Sdr. Tanaka‟

3) Meireibun (kalimat perintah)

(22)Tanaka san, moo ichido yominasai „Saudara Tanaka, bacalah sekali lagi‟

4) Kandoobun (kalimat yang menyatakan perasaan)

(35)

31

„sangat indah ya‟

Sedangkan perbedaan strukturnya, kalimat dibagi menjadi tiga macam,

yaitu:

1) Tanbun (kalimat tunggal)

(24)Kore wa sakura no ki da „Ini pohon sakura‟

2) Fukubun (kalimat majemuk)

(25)Yuki no furu kisetsu ga yatte kita „Akhirnya datang juga musim salju‟

3) Juubun (klausa)

(26)Ani wa daigakusei de, otooto wachuugakusei desu

Kakak laki-laki „saya mahasiswa, adik laki-laki saya siswa SLTP.‟

2.5.1 Unsur Kalimat

Kalimat terbentuk dari perpaduan beberapa jenis kata (hinshi) yang

disusun berdasarkan pada aturan gramatikalnya. Pada umumnya jenis

kata pembentuk kalimat tersebut terbentuk dari: (1) meishi (nomina), (2)

doushi (verba), (3) keiyoushi (adjektiva), (4) jodoushi (kopula), (5) joshi

(partikel), (6) setsuzokushi (kata sambung), (7) fukushi (kata keterangan),

dan (8) kandoushi (kata seru).

Unsur kalimat (fungsi sintaksis) dalam bahasa Jepang secara garis

besarnya terdiri dari: (1) subjek (shogo), (2) predikat (jutsugo), (3) objek

(taishigo), (4) keterangan (jyoukyougo), (5) modifikator (shuusholugo),

(36)

32

dengan nomina termasuk nomina jadian, sedangkan unsur predikat biasa

diisi dengan verba, adjektiva, nomina ditambah dengan kopula. Fungsi

keterangan mencangkup keterangan tempat, waktu, penyerta dan yang

lainnya. Unsur modifikator digunakan untuk memperluas atau

menerangkan objek, subjek, penyerta atau yang lainnya dengan

menggunakan verba, adjektiva, nomina atau yang lainnya. (Dedi Sutedi,

2011:74)

2.6. Jenis Dooshi

Terada Takano (1984:80-81) dalam Sudjianto dan Dahidi (2009:150)

memnyebutkan fukugoo dooshi, haseigo toshite no dooshi dan hojo dooshi

sebagai jenis dooshi.

1) Fukugoo dooshi, yaitu dooshi yang terbentuk dari gabungan dua kata atau

lebih. Gabungan dua kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai

satu kata.

Contoh : hanashi au (dooshi+dooshi)

Choosha suru (meishi+dooshi)

Chikayoru (keiyooshi+dooshi)

2) Haseigo toshite dooshi

Diantara dooshi ada juga dooshi yang memakai prefiks atau

dooshi yang terbentuk dari kelas kata lain dengan menambahkan

sufiks. Kata-kata tersebut secara keseluruhan dianggap sebagai satu

kata.

(37)

33

Bunnaguru

samugaru

3) Hojo dooshi

Hojo dooshi adalah dooshi yang menjadi bunsetsu tambahan.

Contoh : Tsukue no ue ni bon ga aru.

Kare wa asoko ni iru.

2.7 Tango

Satuan terkecil yang menbentuk kalimat (bun) sering dikenal dengan

istilah tango (kata). Hal ini berarti bahwa sebuah kalimat dapat dibagi-bagi

menjadi bagian-bagian terkecil berupa tango. Masing-masing tango memiliki

arti yang pasti apabila tidak digabungkan denag tango lain yang dapat berdiri

sendiri, (Sudjianto, Ahmad Dahidi 2009:136)

Pada umumnya, masing-masing tango dapat berdiri sendiri dan memiliki

arti yang pasti, tetapi ada juga tango yang tidak memiliki arti tertentu tanpa

bantuan tango lain yang dapat berdiri sendiri. Tango yang dapat berdiri sendiri

dan dapat menunjukan arti tertentu disebut jiritsugo (termasuk didalamnya

dooshi, i-keiyooshi, na-keiyooshi, meishi, rentaishi, fukushi, setsuzokushi, dan

kandooshi), sedangkan yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak memiliki arti

(38)

34

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penelitian

Dalam kegiatan penelitian metode dapat diartikan sebagai cara atau

prosedur yang harus ditempuh untuk menjawab masalah penelitian. Prosedur ini

merupakan langkah kerja yang bersifat sistematis, mulai dari perencanaan,

pelaksanaan, dan pengambilan kesimpulan, Sutedi (2011:53).

Ada beberapa jenis metode yang biasanya digunakan dalam penelitian,

diantaranya metode penelitian eksperimental, analisis kontarstif dan lain-lain.

Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan, menjabarkan

suatu fenomena yang terjadi saat ini dengan menggunakan prosedur ilmiah untuk

menjawab secara aktual, (Sutedi, 2011:58). Nyoman (2011:53) menyebutkan

bahwa Metode Deskriptik Analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan

fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis, tidak semata-mata menguraikan

melainkan juga memberikan pemahaman dan penjelasan secukupnya.

Alasan penulis menggunakan metode ini adalah karena pada dasarnya

penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Selain itu, metode ini juga dianggap

cukup tepat untuk melakukan pendekatan terhadap masalah yang akan diteliti.

3.2. Objek Penelitian dan Sumber Data

Objek dalam penelitian ini adalah jyougo yang menggunakan kanji yang

(39)

35

penulis Shimamoto Moto, Penerbit Bojinsha, 1990. Kosakata yang akan diteliti

terlampir.

Untuk contoh-contoh kalimat, selain dari buku Fukushi Yorei Jiten,

penulis mengambil dari buku Genzai Fukushi Youhou Jiten, penulis Yoshifumi

Hida dan Hideko Asada, Penerbit Tokyodou, 1994.

Kedua buku tersebut adalah kamus fukushi, namun alasan penulis memilih

buku Fukushi Yourei Jiten sebagai batasan dalam objek penelitian ini adalah

karena bukunya sangat menarik, jumlah kata berulang didalamnya sangat banyak

baik yang menggunakan kanji atau tidak, kosakata-jyougo yang ada dibuku ini

banyak yang sering muncul dibuku-buku pelajaran bahasa Jepang, selain itu

contoh-contoh kalimat dan penjelasan dari setiap fukushi dalam buku ini mudah

dipahami. Jumlah kata berulang yang menggunakan kanji yang dijadikan objek

penelitian sebanyak tiga puluh delapan kata.

3.3Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dalam penelitian ini

adalah dengan cara melakukan studi kepustakaan.

Studi Kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan

studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan

laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan,

(Nazir,1988:111). Studi kepustakaan yang dilakukan oleh penulis adalah

(40)

36

3.4Teknik Analisis Data

a. Mengumpulkan objek penelitian yaitu jyougo yang terbentuk dari cara

baca kun-yomi.

b. Menguraikan definisi dari setiap jyougo dan kanji dasarnya.

c. Mengumpulkan contoh kalimat dari setiap jyougo dan kanji dasarnya.

d. Mengelompokan penggunaan jyougo dalam kalimat, apakah mengikuti

atau diikuti predikat, subjek, objek, partikel dan sebagainya.

e. Menarik kesimpulan.

3.5Tahap Penelitian 1. Tahap persiapan

Pada tahap ini penulis mengumpulkan dan mempelajari buku-buku

literatur yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti,

melakukan pencarian data dengan cara mengumpulkan jyougo dan

contoh-contoh kalimat yang menggunakan jyougo yang menjadi objek pada

penelitian ini, lalu mengumpulkan teori-teori yang menunjang penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Dalam tahap pelaksanaan diuraikan definisi secara rinci dari setiap jyougo

dan kanji dasarnya, lalu diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang telah terkumpul akan dianalis lebih lanjut,

menganalis perubahan makna jyougo dari makna kanji dasar yang

digunakan dalam jyougo tersebut. Lalu menganalisis bagaimana

(41)

37

4. Tahap Penulisan Laporan

Data hasil analisis dilaporkan dalam bentuk narasi dengan mengemukakan

semua temuan yang berkaitan dengan objek penelitian serta pengolahan

(42)

97

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Perubahan Makna Kata berulang dari Kanji Dasarnya

Dari hasil analisis data dalam Bab IV, ditemukan beberapa perubahan

makna yang dilihat dari kanji dasarnya.

1. Kata berulang yang memiliki arti yang sama dengan kanji pembentuknya

2. Makna penguatan dari makna kanji pembentuk yang digunakan

3. Perubahan makna dari umum ke khusus

4. Perubahan Makna dari Ruang ke Waktu

5. Perubahan penggunaan indra

6. Perubahan dari Kata benda yang Membentuk Makna Baru

7. Perubahan dari Kata sifat yang Membentuk Makna Baru

8. Perubahan dari Kata Kerja Menjadi Waktu

9. Perubahan dari Abstrak ke Kongkret

10.Perubahan dari dari kata kerja menjadi intensitas waktu

Secara umum semua jyougo memiliki hubungan makna dengan kanji

pembentuknya, namun lebih spesifik memiliki perubahan makna tersendiri seperti

(43)

98

5.1.2 Penggunaan Kata Berulang Dalam Kalimat Dalam kalimat, jyougo dapat digunakan menjadi:

1. Predikat

Dalam kalimat jyougo menjadi predikat jika diikuti oleh kata kerja suru,

dan menjadi satu-kesatuan dengan kata kerja tersebut.

2. Modifikator

Sebagai modifikator jyougo dapat menerangkan:

1. Predikat

2. Kata Benda

3. Kata Sifat

3. Beberapa jyougo yang biasanya diikuti oleh partikel ni, to dan wa. Partikel

to menunjukan cara, Partikel ni menunjukan hasil, adapun jyougo yang

diikuti oleh partikel wa adalah yuku-yuku namun tidak memiliki pengaruh

makna yang signifikan terhadap jyougo.

4. Jyougo yang berubah maknanya ketika mengikuti kata tertentu dan diikuti

oleh partikel tertentu adalah toki-doki. Toki-doki yang memiliki arti “kadang-kadang” berubah artinya menjadi “ketika” jika mengikuti kata

sono dan diikuti oleh partikel ni.

(44)

99

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan, lebih lanjut penulis

memberikan kesimpulan guna adanya perubahan ke arah yang lebih baik dan

sebagai bahan evaluasi studi mahasiswa.

1) Bagi instansi pendidikan

Peningkatan bobot pembelajaran mengenai jyougo yang diharapkan akan

dapat menjadikan mahasiswa merasa lebih familiar mengenai ragam

kosakata bahasa Jepang ini.

2) Bagi pembelajar

Diharapkan bagi pembelajar bahasa Jepang lebih mengenal

keragaman kosakata bahasa Jepang salah satunya jyougo dengan cara

meningkatkan intensitas dalam mempelajari buku-buku tentang kosakata

bahasa Jepang diluar perkuliahan, karena pembelajaran jyougo banyak

terdapat dalam buku-buku yang tidak dipelajari dalam kelas.

Penulis menyarankan beberapa masalah yang dapat menjadi bahan

penelitian selanjutnya tentang jyougo diantaranya perubahan bunyi pada

jyougo baik yang menggunakan hiragana maupun kanji, perubahan makna

jyogo yang terbentuk dari cara baca on-yomi dan bentuk masu, serta kelas

kata jyougo selain fukushi. Sebagai referensi dalam penelitian banyak

buku-buku berbahasa Jepang yang dapat digunakan guna membantu

penelitian tentang jyougo diantaranya Fukushi yourei jiten, Koujien dan

Genzai fukushi youhou jiten. Namun penulis belum menemukan buku

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Airha. 2012. Studi Kepustakaan [online] tersedia : http://phairha.blogspot.com/2012/01/studi-kepustakaan.html (25 juli 2012)

Aminuddin. 2008. Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

AnneAhira. Perubahan Makna Kata Bahasa Indonesia [online] tersedia : http://www.anneahira.com/perubahan-makna-kata.htm perubahan makna kata dalam bahasa Indonesia, AnneAhira. (12 april 2012) google

Dahidi, A. Dan Sudjianto. 2009. Pengantar Linguistik bahasa Jepang. Jakarta: Kesian blanc.

Desmonda. 2010. http://desmondamonda.blogspot.com/2010/07/onomatope-jepang.html desmonda, (14 mei 2012)

Emi, Ayu. 2008. http://ayuratna.wordpress.com/2008/10/15/giongo-apaan-tuh/ ayu_emi (1 April 2012)

Iori Isao, Takanashi Shino dkk. 2000 . Nihongo Bunpou Hando Bukku. Tokyo: Suriieenettowokku.

Kurosawa Williams, Noriko. 2010. The Key to Kanji. Boston: Cheng&Tsui Company, Inc.

Kutha Ratna, Nyoman. 2011. Teori, Metode dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Maula, Minhatul. 2012. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/20458 (21maret 2012)

Sutedi, Dedi. 2011. Dasar-dasar Linguistik Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

Sutedi, Dedi. 2011. Penelitian Pendidikan Bahasa Jepang. Bandung: Humaniora.

TN. Kalimat. http://id.wikipedia.org/wiki/Kalimat ( 19 maret 2012)

TN. Onomatope. 2011. http://id.wikipedia.org/wiki/Onomatope (14 mei 2012)

(46)

TN. Semantic change.http://en.wikipedia.org/wiki/Semantic_change (24 april

2012)

TN. 畳語. http://ja.wikipedia.org/wiki/%E7%95%B3%E8%AA%9E 24 april 2012

(47)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Fitriyani

2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 7 Mei 1989

3. Nomor Induk Mahasiswa : 63808003

4. Program Studi : Sastra Jepang

5. Jenis Kelamin : Perempuan

6. Kewarganegaraan : Indonesia

7. Agama : Islam

8. Alamat : Jln. Flamboyan 3 No.508 19/11, Jatimulya Bekasi Timur

Alamat : Jln. Flamboyan 3 No.508 19/11, Jatimulya Bekasi Timur

RIWAYAT PENDIDIKAN

No Lembaga Pendidika Tahun Ajaran

1 SDN Jatimulya 09 1995-2001

2 SMPN 1 Sindangkerta 2001-2004

3 SMKN 10 Bandung 2004-2007

Referensi

Dokumen terkait

Jawaban responden terhadap item2 pernyataan tentang “Tema iklan air minum dalam kemasan merek Aqua yang ada di Televisi, Radio, Surat Kabar, Majalah, Papan Reklame, dan

Sistem Informasi Penjualan Online dan Manajemen Diskon pada Toko Syafa’ah Donorojo Jepara merupakan sistem penjualan barang berbasis web, proses yang dilakukan

Beberapa enzim yang terdapat dalam konsentrasi tinggi di otot jantung akan dilepas dengan nekrosis miokard, karena itu aktifitasnya dalam serum meningkat dan menurun kembali

“Keberadaan kantor perwakilan itu membuat banyak pejabat yang malas berkantor di pulau dan lebih memilih ber- santai di darat,” kata Ahok saat membuka musyawarah rencana

Di satu pihak Letjen Ahmad Yani tidak ingin melawan Malaysia yang dibantu oleh Inggris dengan anggapan bahwa tentara Indonesia pada saat itu tidak memadai untuk peperangan

Model AWBM (Australian Water Balance Model) mempunyai parameter yang harus ditetapkan, yaitu C 1 , C 2 , C 3 dan A 1, A 2, A 3 , BFI, Ksurf dan Kbase, yang kemudian

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan tentang pengaruh pemahaman konsep Bhinneka Tunggal Ika terhadap hubungan sosial siswa berbeda suku

tesis: “ PENGARUH KREATIVITAS GURU TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATAPELAJARAN EKONOMI ” (Survei pada. Siswa IPS