• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FUNGSI FUKUSHI YAPPARI DALAM KOMIK ASARI-CHAN KARYA MUROYAMA MAYUMI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FUNGSI FUKUSHI YAPPARI DALAM KOMIK ASARI-CHAN KARYA MUROYAMA MAYUMI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FUNGSI FUKUSHI YAPPARI

DALAM KOMIK ASARI-CHAN

KARYA MUROYAMA MAYUMI

Dilla Annisa

Universitas Bina Nusantara, Jalan G no.6 Komplek Bank Indonesia

Pancoran – Jakarta Selatan 12870, Telp. 0821.1127.1102, annisa.dilla@rocketmail.com

Dilla Annisa, Felicia, S.S

ABSTRACT

The research explains the functions of adverb yappari that found in the conversations on Asari-chan comic by Muroyama Mayumi. The purpose of this research is that to further comprehend and understand the function of fukushi yappari. The research method used is qualitative. Analysis are done by searching the word yappari in dialogue of Asari-chan comic that is connected with the theory of yappari functions by Koyama. Data are also supported by some theory such as theory by Morita, theory by Morimoto that Cho Jae-kyung used in his research. It is concluded that 3 functions of yappari have been found from Koyama’s theories.

Keywords : Yappari, Asari-chan, Muroyama Mayumi, Koyama Emiko, Adverb.

ABSTRAK

Penelitian ini menjelaskan mengenai fungsi fukushi yappari yang terdapat dalam percakapan komik Asari-chan karya Muroyama Mayumi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui serta memahami fungsi fukushi yappari secara lebih mendalam. Metode penelitian yang telah digunakan adalah kualitatif. Analisis dilakukan dengan mencari kata yappari di dalam dialog komik Asari-chan yang dihubungkan dengan teori fungsi yappari oleh Koyama. Data juga didukung oleh beberapa teori pendukung seperti teori Morita, teori Morimoto yang semua nya terdapat dalam penelitian Cho Jae-kyung. Kesimpulan dari peneliti bahwa ditemukan 3 fungsi yappari yang dipaparkan oleh Koyama Emiko.

(2)

Pendahuluan

Manusia hidup dalam dunia tutur kata dan memiliki sebuah bahasa untuk berkomunikasi dengan yang lainnya. Kita berkomunikasi dengan sahabat, suami, istri, dosen, dan sopir taksi dengan menggunakan bahasa. Kita bisa berkomunikasi secara langsung, berhadap-hadapan, melalui telepon atau dengan media komunikasi lainnya. Semua pihak memberi respon atau membalasnya dengan kata-kata. Tidak ada satu saat pun dalam kehidupan kita yang bebas dari kata-kata, bahkan sewaktu bermimpi kita juga seakan berkomunikasi atau diajak bicara oleh lawan kita dengan menggunakan bahasa kita sehari-hari. Kita tetap berkomunikasi walaupun tidak ada yang menjawab. Kemampuan berbahasa inilah yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Salah satu fungsi bahasa adalah sebagai media atau sarana untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat, dan keinginan kepada orang lain. Menurut Wibowo (2001: 3) Bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran.

Dengan bahasa kita bisa menyampaikan apa yang kita inginkan kepada lawan bicara baik secara lisan ataupun tulisan. Pada Era Globalisasi ini, kebutuhan terhadap bahasa sudah menjadi kebutuhan pokok. Bahasa yang digunakan juga tidak hanya bahasa Ibu, melainkan bersertaan dengan penggunaan bahasa asing lainnya, misalnya bahasa Jepang. Bahasa Jepang adalah bahasa yang unik. Apabila kita melihat penuturnya, tidak ada masyarakat negara lain yang memakai bahasa Jepang sebagai bahasa nasionalnya. Bahasa Jepang hanya dipakai oleh bangsa Jepang sebagai bahasa nasionalnya, yaitu orang-orang yang lahir dan hidup di dalam lingkungan masyarakat dan kebudayaan Jepang. Kita dapat berkomunikasi menggunakan bahasa Jepang hanya dengan masyarakat Jepang atau dengan orang lain yang mempelajari bahasa Jepang.

Dilihat dari aspek-aspek kebahasaannya, bahasa Jepang memiliki karakteristik tertentu yang dapat kita amati dari huruf yang digunakan, kosakata, sistem pengucapan, gramatika, dan ragam bahasanya. Keunikan yang dapat kita temukan dalam gramatika bahasa Jepang adalah struktur bahasanya yaitu S-K-O-P (Subyek, Keterangan, Obyek dan Predikat) yang dalam penyusunan kalimat tidak boleh terlepas ataupun salah dalam penggunaan kata bantu yang sangat berperan dalam suatu kalimat, karena penempatan joshi yang salah maka akan berakibat makna kalimat akan berubah, atau kalimat akan menjadi aneh bahkan ada kalanya memiliki makna yang lain.

Murakami (dalam Dahidi, 2012) membagi kata tango dalam bahasa Jepang menjadi dua kelompok besar, yaitu jiritsugo dan fuzokugo. Kelas kata yang dengan sendirinya dapat menjadi bunsetsu seperti meishi (nomina), dooshi (verba), keiyoshi (adjektiva) atau ada juga yang menyebutnya i-keisyooshi (adjektiva-i), keiyoodoshi atau ada juga yang menyebutnya na-keiyooshi (adjektiva-na), fukushi (adverbia), rentaishi (prenomina), setsuzokushi (konjungsi), dan kandooshi (interjeksi), itu semua termasuk kelompok jiritsugo, sedangkan kelas kata yang dengan sendirinya tidak dapat menjadi bunsetsu seperti kelas kata joshi (partikel), danjodooshi (verba bantu) termasuk kelompok fuzokugo.

(3)

Adverbia dalam bahasa Jepang disebut fukushi. Menurut Moeliono et.al. (1998: 223) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan adverbia adalah kata yang memberi keterangan pada verba, ajektiva, nomina predikatif, atau kalimat. Dijelaskan lebih lanjut bahwa adverbia sebagai kategori harus dibedakan dari keterangan sebagai fungsi kalimat.

Menurut Masuoka dan Takubo (1989) pada prinsipnya adverbia digunakan sebagai kata keterangan predikat. Jenis fukushi (adverbia) yang utama adalah yootai no fukushi, teido no fukushi, hindo no fukushi, dan tensu-asupekuto no fukushi. Sedangkan kata yang berfungsi sebagai kata keterangan terhadap keseluruhan kalimat disebut bunshuushoku fukushi, yang dianggap sebagai salah satu jenis adverbia. Yang termasuk pada kelompok jenis ini adalah chinjitsu no fukushi, hyooka no fukushi, dan hatsugen no fukushi.

Dalam penulisan ini, penulis ingin meneliti mengenai linguistik bahasa Jepang yaitu yappari yang termasuk kedalam katagori chinjitsu no fukushi yang ditemukan pada kalimat-kalimat yang terdapat dalam komik Asari-Chan karya Muroyama Mayumi.

Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data berupa metode kepustakaan. Metode analisis data yang digunakan ialah metode deskriptif analitis. Kemudian penulis menetapkan beberapa teori yang akan digunakan, diantaranya teori hinshi beserta jenis-jenisnya, teori fukushi beserta jenis-jenisnya, dan teori yappari beserta fungsinya. Kemudian, penulis menetapkan sumber data yang akan digunakan. Sumber data yang digunakan ialah komik Asari-chan. Penulis menemukan 53 data fungsi yappari dalam komik Asari-chan yang siap untuk dicocokkan dengan teori yappari oleh Koyama Emiko. Dari hasil data-data yang telah dicocokkan tersebut penulis mendapatkan kesimpulan yaitu 3 fungsi yappari yang diungkapkan oleh Koyama Emiko tersebut seluruhnya terdapat di dalam komik berbahasa jepang Asari-chan.

Hasil dan Bahasan

Data 1. Analisis fungsi yappari yang bermakna Omotteita toori ( 思っていたとおり思っていたとおり思っていたとおり思っていたとおり) atau sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal/keadaan.

Situasi : Ketika waktu telah menunjukkan tengah malam, suara anjing menggonggong telah membangunkan Tatami, Ayah, dan Ibu. Mereka segera berkumpul kemudian segera mencari sumber asal suara tersebut. Ayah terkejut ketika mengetahui Asari tidak terbangunkan oleh suara gonggongan anjing tersebut. Ibu dan Tatami langsung menaruh curiga kepada Asari, mereka pun segera menuju ke asalnya suara tersebut. Saat mengetahui asal suara itu dari kamar Asari, Ibu dan Tatami pun langsung mendobrak pintu kamar tersebut. Ketika pintu terbuka, mereka terkejut saat mengetahui bahwa asal suara anjing itu adalah Asari. Gadis itu merasa bangga terhadap suara yang ditimbulkannya itu dan dia

(4)

juga memiliki rencana untuk memamerkan tiruan suara anjing tersebut di depan teman-temannya. Tatami dan Ibu pun menertawainya.

Kutipan : イタ :ク~ キュ~ ク~ キュ~ ク~ キュ~ ママ :うるさいわねえ、どこのイタかしら? たたみ :ねむれやしないわ! おとうさん :あれ、あさりがいないぞ。あさりはうるさくないのかな? ママとたたみ :さては~~! ママ :やっぱり!やっぱり!やっぱり!やっぱり! Muroyama Mayumi (1991: 32-33) Terjemahan :

Anjing : Nguk Nguk nguuuuukk nguk nguk Ibu : Berisik ya! Dari mana ya asal suara itu? Tatami : Jadi gak bisa tidur nih!

Ayah : Eh, Asari dimana? Asari enggak keberisikan ya? Ibu dan tatami : Berarti!!!

Ibu : Sudah aku duga!!

Muroyama Mayumi (1991: 32-33)

Analisis : Pada analisis data pertama ini terdapat percakapan antara Ayah, Ibu, Tatami, dan Asari. Apabila dilihat dari situasi di atas, kondisi tersebut sesuai dengan salah satu fungsi dari kata yappari menurut teori Koyama (1993: 101) yaitu terdapatnya makna Omotteita toori ( 思っていたとおり) atau sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal/keadaan. Dari percakapan yang terjadi di atas, Tatami, Ayah, dan Ibu dibangunkan oleh keberisikan suara anjing yang besar. Setelah bangun, mereka segera mencari sumber suara tersebut. Ayah terkejut saat mengetahui Asari tidak keluar dari kamarnya. Pada saat itu juga Ibu dan Tatami segera menaruh curiga kepada Asari kemudian segera mendatangi kamarnya. Dugaan terhadap Asari pun terjawab.

Tabel 4.1.2. Tabel Pembuktian yappari sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal/ keadaan.

Sumber : Asari-chan vol 5 (1991: 66-67)

Apabila dilihat dari tabel pembuktian di ata, salah salah satu fungsi yappari sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal/keadaan telah terbukti.

Situasi sebelumnya :

Asari dilarang ibunya mengucapkan kata-kata yang mengandung yang mengandung makna kegagalan dalam ujian.

Dugaan:

Tatami terjatuh di anak tangga. Dirinya segera membayangkan teman-temannya mengatakan

(5)

Data 2. Analisis fungsi yappari yang bermakna “Nantoittemo sore ga ichiban” ( 何といってもそ何といってもそ何といってもそ何といってもそ れが一番

れが一番 れが一番

れが一番 ) atau sebagai bentuk pilihan yang terbaik dari suatu pembicaraan.

Situasi : Siang itu terasa sangat terik bagi Asari yang tidak merencanakan liburan musim panas

apapun. Dirinya hanya berdiam diri di rumah dan mengeluh tidak ingin belajar. Ibu bertanya kepada Asari, apakah dia sudah memikirkan akan melanjutkan ke sekolah mana setelah lulus nanti. Asari yang terkejut mendengar perkataan Ibunya pun segera menjawab bahwa dirinya akan memikirkan hal tersebut setelah naik di rel kereta. Ibu pun segera memarahinya, hingga pada akhirnya dia dan Tatami yang memutuskan tempat yang bagus untuk sekolah Asari nanti. Pada permulaannya Ibu memberikan usul untuk masuk ke SMP umum, akan tetapi hal tersebut tidak disetujui oleh Tatami. Menurutnya untuk seorang Asari itu mendaftarkan diri ke SMP umum saja susah, apalagi mengikuti ujian tingkat SMA pasti tambah susah. Mendengar hal tersebut, Ibu pun menyetujui kata-kata Tatami dan pada akhirnya dia memutuskan untuk memasukkan Asari ke sekolah yang ada universitasnya. Asari menjadi kesal atas tindakan yang mereka berdua lakukan, karena menurutnya hal tersebut harus dia putuskan sendiri. Dia pun segera membuktikannya dengan menunjukkan daftar sekolah-sekolah ternama di jepang kepada Ibu dan kakak.

Kutipan : アサリ :暑い暑い、こんなに暑いのに、まだ夏休みにならない。勉強なんかしたくない ママ :あさりもそろそろ進路を考えなくっちゃね。 アサリ :進路は線路に乗って考えよう。 ママ :へたなシャレ逃げるな。 ママ :公立の中学でもいいけど。。 タタミ :あら、だめよママ。 タタミ :あさりのことだから、公立に行って、高校受験なんてことになったら発狂しちゃ うわ。 ママ :そうねえ、やっぱり大学までつづいてる学校にしましょうかやっぱり大学までつづいてる学校にしましょうかやっぱり大学までつづいてる学校にしましょうかやっぱり大学までつづいてる学校にしましょうか。 アサリ :自分の進路くらい自分で決めます。

Muroyama Mayumi vol. 20 ( 1991: 111-112) Terjemahan :

Asari : Panas, panaas.. aku tidak ingin memalui musim panas dengan kondisi panas seperti ini. Belajar juga jadi malas.

Ibu : Asari, kamu sudah memikirkan mau melanjutkan ke sekolah mana? Asari : Sekolah?

Asari : Melanjutkan sekolah dipikir setelah naik di rel kereta. Ibu : Jangan ngomong yang gak ada hubungannya! Ibu : Masuk ke sekolah negeri bagus sekali, tapi…. Tatami : Aaah, jangan bu!

(6)

Tatami : Asari itu masuk ke SMP saja susah, bagaimana mau masuk SMA, pasti akan tambah kacau.

Ibu : Yasudah, kita masukkan dia ke sekolah yang ada universitasnya aja deh. Asari : Mengenai hal pribadi seharusnya aku putuskan sendiri.

Muroyama Mayumi vol. 20 ( 1991: 111-112)

Analisis : Koyama (1993: 101) mengatakan bahwa fungsi kedua dari kata yappari adalah terdapatnya makna “Nantoittemo sore ga ichiban” ( 何といってもそれが一番 ) atau sebagai bentuk pilihan terbaik dari suatu pembicaraan. Disebabkan karena Asari belum menemukan sekolah yang dia inginkan, serta merespon perkataan Ibu dengan mengatakan Shinro wa senro ni note kangaeyou (路は線路に乗って考えよう: Melanjutkan sekolah dipikir setelah naik di rel kereta). Ibu pun marah dan memutuskan untuk memikirkannya sendiri. Akan tetapi Ibu mendapatkan peringatan dari Tatami bahwa Asari itu untuk masuk SMP saja susah, apalagi SMA pasti tambah susah. Setelah

mendengarkan peringatan tersebut, Ibu pun memutuskan bahwa perkataan Tatami adalah yang terbaik untuk Asari oleh karena itu Ibu mengatakan Soune, yappari daigaku made tsuzuiteru gakkou ni

shimashou (そうね、やっぱり大学までつづいてる学校にしましょうか : yasudah, kita

masukkan dia ke sekolah yang ada universitasnya aja deh ).

Tabel 4.2.1. Tabel pembuktian fungsi yappari sebagai bentuk pilihan yang terbaik dari suatu pembicaraan.

Muroyama Mayumi vol. 2 ( 1991: 111 - 112 )

Kalimat Ibu tersebut telah menunjukkan fungsi yappari sebagai bentuk pilihan terbaik apabila melihat dari situasi atau keadaan di atas.

Situasi pendahulu :

Pada saat liburan musim panas Ibu menginginkan agar Asari sudah menentukan sekolah yang dia inginkan. Akan tetapi, Asari tidak memperdulikan hal tersebut.

Pilihan terbaik :

Setelah mendengar pendapat Tatami, pada akhirnya ibu memutuskan untuk memberikan persetujuannya dengan mengatakan (やっぱり大学 ま で つ づ い て る 学 校 に し ま しょうか)

(7)

Data 3. Analisis fungsi yappari yang bermakna “Ki ga kawatta” (気が変わった気が変わった ) atau sebagai 気が変わった気が変わった bentuk perubah keinginan/perasaan.

Situasi : Siang itu terasa sangat panas sehingga menyebabkan Asari dan Tatami bertengkar. Setelah mereka selesai bertengkar, Ibu mendatangi Asari kemudian bertanya untuk memilih adik laki-laki atau perempuan. Seketika itu juga Asari berpikir bahwa Ibu akan membuatkannya seorang adik. Asari yang tidak ingin menyia-nyiakan tawaran itu segara memikirkan hal itu dengan sangat baik. Pada permulaannya Asari berpikir bahwa adik perempuan jauh lebih baik Hal itu disebabkan karena dia merasa apabila memiliki adik perempuan, dia dapat menyiksa adiknya dengan sangat mudah. Akan apabila dia memiliki adik perempuan dan perbedaan umurnya terlalu jauh, maka bertengkar bukan sesuatu hal yang baik. Oleh karena itu dia mencoba membayangkan apabila dirinya memiliki adik laki-laki. Saat masih kecil mungkin dia dapat menyiksa adiknya dengan mudah. Akan tetapi, apabila sang adik telah dewasa maka dirinyalah yang dapat menjadi bahan siksaan. Takut hal itu akan terjadi, maka dengan segala pertimbangan akhirnya Asari lebih memilih untuk memiliki adik perempuan. Kutipan : アサリ:そうかママに赤ちゃんができたんだ。 アサリ:ち、ちょっとまってね。 アサリ:男か女、やっぱり女の子のほうが。 アサリ:とすると、妹かあ。”お姉さまにおやつよこせつ” "バカタレ、おねえさまに勝てる か" アサリ:くふう、くふう。 アサリ:でも、年がはなれすぎてて、ケンカしてもはりあいないな.”じゃあ男。。” 男 :やったな。。 アサリ:うん男の子のけんかがぜったいおもしろい。でも、うーん大きくなったら、”お姉 さんずいぶんぼくをいじめてくれたね。” アサリ:なんてことになるかも! アサリ:やっぱり女の子がいいやっぱり女の子がいいやっぱり女の子がいいやっぱり女の子がいい。。。。 Muroyama Mayumi (1991: 8-10) Terjemahan :

Asari : Asik, Ibu ingin membuat adik! Asari : Tunggu sebentar ya bu.

Asari : Laki-laki atau perempuan ya.. Kayaknya perempuan lebih oke deh..

Asari : Kalau yang lahir perempuan. “Siniin kuenya” “Enak aja ngelewatin kakak?” Asari : Hehehe.

Asari : Tapi, kalau jarak umurnya terlalu jauh, aku gak bisa bertengkar sama dia. Kalau begitu adik laki-laki saja deh.

(8)

Asari : Oke! bertengkar dengan adik laki-laki pasti sangat menarik. Tapi, kalau sudah besar “Kakak dulu sering ganggu aku kan!”.

Asari : Waaah enggak mau kayak gitu.. Asari : Yaudah deh, adik perempuan saja. Muroyama Mayumi (1991: 8-10)

Analisis : Koyama (1993: 101) menjabarkan bahwa fungsi ketiga dari penggunaan kata yappari yaitu terdapatnya makna “Ki ga kawatta”(気が変わった ) atau sebagai bentuk perubah keinginan/perasaan. Apabila melihat dari situasi di atas, perubahan bentuk keinginan tersebut terjadi ketika Ibu bertanya kepada Asari untuk memilih adik perempuan atau laki-laki. Asari segera berfikir bahwa Ibu ingin memberikan seorang adik untuknya. Oleh karena itu, agar dirinya tidak menyesal, dia memikirkan hal tersebut secara baik-baik. Pada awalnya Asari memilih adik perempuan. Akan tetapi apabila perbedaan umur terlalu jauh, maka dirinya tidak dapat bertengkar dengan adiknya, karena itu dia mencoba memikirkan adik laki-laki. Namun, apabila adik tersebut sudah besar, tentu saja dia akan membalas dendam perbuatan dirinya dengan lebih kejam. Setelah berfikir panjang, akhirnya Asari menetapkan bahwa adik perempuan lah yang terbaik. Hal tersebut terlihat dari kalimat Asari yaitu yappari onna no ko ga ii (やっぱり女の子がいい: Yaudah deh, adik perempuan saja!).

Tabel 4.3.1.Tabel Pembuktian yappari sebagai bentuk perubahan keinginan/perasaan.

Sumber : Asari-chan vol. 11 (1991: 8-10).

Jadi dari keadaan perubahan keinginan yang terjadi pada Asari telah menunjukkan bahwa salah satu fungsi kata yappari adalah sebagi bentuk perubahan keinginan telah terbukti.

Situasi sebelumnya :

Ibu bertanya kepada Asari untuk memilih adik perempuan atau laki-laki. Asari pun segera memikirkannya secara baik-baik terhadap pilihan yang diberikan Ibunya tersebut.

Perubahan Keinginan/perasaan : Pilihan pertama Asari adalah perempuan dengan mengatakan (やっ ぱり女の子のほうが). Bersamaan dengan itu Asari juga memikirkan apabila dirinya memiliki adik laki-laki. Hingga pada akhirnya dirinya memutuskan untuk memilih adik perempuan kembali dengan mengatakan (や っ ぱ り 女 の 子 が い い).

(9)

Simpulan dan Saran

Simpulan

Dalam penelitian ini penulis menganalisa penggunaan fukushi yappari pada korpus data komik Asari-chan karya Muroyama Mayumi. Menurut penulis fukushi yappari sangat menarik untuk diteliti karena kata yappari sering muncul dalam percakapan sehari-hari dan juga di dalam komik berbahasa Jepang. Walaupun merupakan bagian dari kelas kata dalam pembelajaran bahasa Jepang, pembahasan mengenai fukushi jarang sekali dijelaskan. Setelah melakukan analisisa, penulis menemukan semua fungsi penggunaan fukushi yappari tersebut di dalam korpus data komik Asari-chan. Fungsi-fungsi tersebut adalah (1) Sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal / keadaan. (2) Sebagai bentuk pilihan yang lebih oke terhadap suatu pembicaraan. (3) Sebagai bentuk perubahan keinginan.

Setelah menganalisis data percakapan dari 14 komik Asari-chan yang kurang lengkap jumlah komiknya, penulis menggunakan 7 komik Asari-chan yang kemudian dihubungkan dengan teori yappari. Penulis menemukan bahwa penggunaan kata yappari yang terbanyak adalah pada penggunaan fungsi fukushi yappari sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal / keadaan yaitu sebanyak 32 kali. Fungsi kedua terbanyak terdapat pada fungsi yappari yang meyatakan bentuk pilihan yang lebih oke terhadap suatu pembicaraan 18 kali. Penggunaan fungsi yappari yang paling sedikit ditemukan dalam komik berbahasa jepang Asari-chan karya Muroyama Mayumi adalah yappari yang berfungsi sebagai bentuk perubahan keinginan yaitu sebanyak 3 kali. Total keseluruhan fukushi yappari yang terdapat dalam 7 komik Asari-chan karya Muroyama Mayumi adalah sebanyak 53 kata

Saran

Fukushi dalam berbahasa Jepang memiliki berbagai macam jenis dan juga fungsi. Ketika ingin mengetahui serta mempelajari hal tersebut, penulis menyarankan agar lebih sering membaca buku selain yang digunakan saat pembelajaran bahasa Jepang. Pada penelitian ini penulis hanya menganalisis penggunaan fungsi fukushi yappari yang ada dalam komik berbahasa Jepang yaitu Asari-chan.

Pada saat melakukan analisis, penulis sering menemukan kata yappa dan yahari. Yappa, yahari dan yappari merupakan sebuah kesatuan akan tetapi berbeda dalam waktu penggunaannya. Selain itu mattaku, naze, kitto, tabun dan berbagai macam jenis fukushi lainnya juga sering penulis temukan di dalam percakapan komik berbahasa Jepang. Oleh karena itu, penulis menyarankan agar jenis-jenis dari fukushi lainnya dan juga cara penggunaan yappa dan yahari dapat dijadikan sebagai bahan penelitian selanjutnya.

(10)

Referensi

Wibowo, Wahyu (2001). Manajemen Bahasa. Jakarta: Gramedia.

Dahidi, Ahmad. (2012). Kelas Kata dalam Bahasa Jepang. Diakses pada 8 Maret 2012. Diunduh dari

https://file.upi.edu,

Moeliono, Anton, et.al.,(1998). Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Masuoka, Takashi, et.al., (1989). Kiso Nihongo Bunpou. Japan : Kuroshio.

Emiko, Koyama, et.al., (1993). Fukushi : Kurabete oboeru.sho-chuukyuu. Tokyo : Senmon Kyouiku Shuppan.

Riwayat Penulis

Dilla Annisa lahir di Bengkulu, 26 Februari 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Sastra Jepang pada tahun 2014.

Gambar

Tabel 4.1.2. Tabel Pembuktian yappari sebagai bentuk dugaan terhadap suatu hal/ keadaan
Tabel 4.2.1. Tabel pembuktian fungsi yappari sebagai bentuk pilihan yang terbaik dari suatu  pembicaraan
Tabel 4.3.1.Tabel Pembuktian yappari sebagai bentuk perubahan keinginan/perasaan.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap persiapan yang dilakukan pada siklus I, rencana yang dilakukan peneliti meliputi: 1) mempelajari kurikulum. Dalam kurikulum 2013, hal yang harus

Informasi tambahan adalah informasi keuangan PT Impack Pratama Industri Tbk (entitas induk saja) pada dan Untuk Tahun -tahun yang Berakhir pada Tanggal 31 Desember 2014 dan

Dalam Kalimat tuturan yang disampaikan oleh penutur berupa kalimat pernyataan yang secara tidak langsung memberi efek kepada mitra tutur untuk melakukan tindakan

Penelitian eksperimen dapat diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang

This thesis was about the application of classroom management in teaching English to young learners in "Super Kids 1" level at Sen/ra: Foreign

Oleh karena itu, dapatlah disimpulkan bahwa tindak pidana penyelundupan (smuggling atau Smokkle) merupakan pelanggaran dalam ekspor atau impor, perbuatan kejahatan yang dilakukan

Pola makan tradisional korea, ditandai dengan konsumsi sayur-sayuran meskipun tidak menunjukkan penurunan risiko sindrom metabo tetapi, pola makan ini dapat

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data dengan uji U diketahui bahwa penggunaan model PBM berpengaruh dalam meningkatkan secara signifikan KBK siswa pada