• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

2. Jenis-jenis Gaya Belajar

Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang mudah menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung dari sumbernya, ada juga yang cukup dengan tulisan atau memo namun ada juga yang harus dipraktikkan aktivitasnya. Hal tersebut menunjukkan tipe atau gaya belajar pada manusia.

Menurut Ghufron dan Risnawati, 2014:73-74) membedakan minat individa menjadi 6 tipe yakni

1. Realistis individu dengan tipe realistis lebih memilih aktivitas yang melibatkan perlakuan secara jelas dan sistematis terhadap objek tertentu seperti peralatan, mesin, dan binatang, seperti hal-hal mekanis, elektro, pertanian, dan teknikal 2. Investigasi individu dengan tipe investigative lebih memilih

aktivitas-aktivtas yang bersifat observasional, simbolis, serta sistematis.

3. Artistik individu lebih mudah mudah memilih aktivitas yang bebas tidak sistematis, serta ambigu yang melibatkan manipulasi fisik, verbal, serta manusia, sebagai bahan untuk menciptakan produk seni.

4. Sosial individu dengan tipe sosial lebih memilih aktivitas yang melibatkan perlakuan orang lain dalam memberikan informasi, melatih, mengembangkan, menyembuhkan atau menerangkan.

5. wirausaha individu dengan tipe wirausaha lebih menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap orang lain untuk mencapai tujuan organisaosial atau keuntunan ekonomis.

6. Konvensional individu tipe ini menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap data secara sistematis, eksplisit, sertag terstruktur.

9

Menurut Ghufron dan Risnawati, 2014 : 93-95) mengemukakan adanya 4 kuadran kecenderungan seseorang dalam proses belajar yaitu:

1. Kuadran perasaan/ pengalaman konkrit, individu belajar belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman konkrit, lebih mementingkan relasi sesama dan sensitivitas terhadap perasaan yang lain

2. Kuadran pengamatan/ Refleksi pengamatan individu belajar melalui pengamatan sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perpesktif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati

3. Kuadran pemikiran/ konseptualisasi abstrak individu belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dan ide-ide, merencanakan secara sistematis dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi.

4. Kudran tindakan/ eksperimen aktif individu belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan memngaruhi orang lain lewat perbuatannya.

Disisi lain oleh Ghufron dan Risnawat (2014;111-112) mengidentifikasi adanya 3 bentuk tipe pendekatan individu terhadap situasi belajar.

1. Avoidant orang yang memiliki gaya belajar avoidant ini tidak berminat atau tertarik pada pelajar dalam ruang kelas tradisional.

2. Koompetitif orang yang gayah belajar koompetitif ini mempelajari materi agar lebih baik dari yang lain, berkompetisi dengan siswa lain untuk mendapatkan reward dan menganggap kelas sebagai situasi menang kalah, dimana mereka harus saling menang.

3. Independen suka berpikir untuk diri sendiri, memilih untuk bekerja sendiri, tetapi mendengarkan ide orang lain, hanya mempelajari apa yang mereka anggap penting dan percaya diri dengan kemampuan mereka, lebih memilih kelas yang menganut student-centred karena mereka suka membentuk pengetahuan mereka sendiri.

Kemudian DePorter dan Hernacky (2015:112) mengatakan bahwa modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu:

gaya belajar visual (melihat), auditorial (mendengar) dan kinestetik (melakukan).

Individu yang memiliki kecenderunagn belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Simbol atau gambar akan membantu mereka untuk lebih memahami ide atau informasi. Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain sedangkan gaya belajar kinestetik ia lebih cenderung melakukan gerak atau eksperimmen.

Gaya belajar ini lebih menempatkan pendengaran sebagai alat meyerap informasi. Individu yang memiliki kecenderunagan gaya belajar kinestetik akan lebih baik terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung.

11

Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media pembelajaran.

Meski banyak model gaya belajar yang kemudian dikemukakan para ahli, tetapi dalam penelitian ini terkhusus yaitu gaya belajar menjadi fokus utama modalitas individu. Pada kenyataanya kebanyakan orang memiliki ketiga gaya belajar modalitas ini, akan tetapi hampir semua orang cenderung pada salah satu gaya belajar yang berperan untuk pembelajar, pemrosesan dan komunikasi. Tipe gaya belajar secara umum adalah sebagai berikut

a) Visual

Seseorang yang memiliki gaya belajar visual lebih paham tentang sesuatu hal jika membaca atau melihat ilustrasi atau gambar.

Hal ini menunjukkan kecenderungan modalitas yang ada pada seseorang adalah mudah untuk mengetahui modalitas orang lain dengan memerhatikannya melalui indra penglihatan.

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar visual yaitu sebgai berikut:

1. Rapi dan teratur.

2. Berbicara dengan cepat.

3. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.

4. Teliti terhadap detail.

5. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

6. Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar.

7. Mengingat dengan asosiasi visual.

8. Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali. jika ditulis, dan sering kali minta bantuan ke orang untuk mengulanginya.

10. Pembaca cepat dan tekun.

11. Lebih suka membaca dari pada dibacakan.

12. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat.

13. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

14. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau. tidak.

15. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada berpidato lebih suka seni daripada music.

16. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.

17. Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b) Auditorial

Seseorang yang mempunyai gaya belajar auditory lebuh memfokuskan pada kemampuan pendengaran. Biasanya, mereka lebih suka mendengarkan materi daripada membaca.

13

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar auditorialal adalah sebagai berikut:

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

2. Mudah terganggu oleh keributan.

3. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

5. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

6. Berbicara dalam irama yang terpola.

7. Biasanya pembicara yang fasih.

8. Lebih suka musik dari pada seni.

9. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.

10. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

11. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan.

12. visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

13. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

c) Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang lebuh mudah menyerap melalu praktik langsung dibanding hanya dengan melihat dan mendengar.

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar kinestetik yaitu sebagai berikut:

1. Berbicara dengan perlahan;

2. Menaggapi perhatian fisik;

3. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;

4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;

5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;

6. Belajar melalui memanipulasi dan praktik;

7. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat;

8. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;

9. Banyak menggunakan isyarat tubuh;

10. Tidak dapat diam dalam waktu yang lama;

11. Kemungkinan tulisannya jelek;

12. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika pernah berada pada tempat itu.

3. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2016:42) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk

15

mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam kategori-kategori.

Hasil belajar siswa merupakan suatu keberhasilan siswa yang diperoleh dari hasil belajarnya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang siswa maka akan dilakukan pengukuran/evaluasi ataupun penilaian.

Selain itu juga, oleh Susanto (2016:5) menyatakan bahwa. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Di sisi lain, Jufri (2017:73) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut juga dengan kapabilitas.

Menurut Aunurrahman (2016:49-53) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dan selanjutnya masing-masing ranah dijelaskan sebagai berikut ini :

a. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku : knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi).

b. Ranah Afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif ini terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga kompleks, yakni : receiving (penerimaan), responding (pemberian

respon) dan valuing (penilaian/penentuan sikap), organization (organisasi), dan karakterisasi.

c. Ranah Psikomotorik (Simpson), mencakup tujuan berkaitan dengan skill (keterampilan) yang bersifat manual dan motorik. Dapat diklasifikasikan atas : perception (persepsi), kesiapan, mechanism (gerakan terbimbing), gerakan terbiasa, complex over response (gerakan kompleks), adaptation (penyesuaian pola gerakan), dan creativity (kreativitas).

Dokumen terkait