• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPA PADA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 13 TAKALAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPA PADA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 13 TAKALAR"

Copied!
145
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN GAYA BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK KELAS XI IPA PADA PELAJARAN FISIKA DI SMA NEGERI 13

TAKALAR

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada jurusan pendidikan fisika Faklutas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh RAHMAT 10539136915

U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H M A K A S S A R FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA 2019

(2)
(3)

iii

(4)

iv

(5)

v

(6)

vi

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptkan”

(Q.S Al’Alaq :1)

“Lebih Baik Terlambat Daripada Tidak Sama Sekali”

Persembahan Skripsi ini untuk:

Ibunda, Ayahanda, Kakanda, Adindaku dan Sahabatku serta keluarga besar yang tak pernah lelah senantiasa berpikir, berdoa, dan

berusaha untuk masa depanku

dengan penuh kasih sayang dan keikhlasan serta senantiasa menjadi motivator

dan alasan untukku tersenyum.

(7)

vii ABSTRAK

RAHMAT 2019. Hubungan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA Pada Pelajaran Fisika di SMA Negeri 13 Takalar. Skripsi. Program studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Pembimbing I Abd. Haris dan Pembimbing II Rahmawati

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasi non eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui gambaran gaya belajar peserta didik dan hasil belajar fiska yang dicapai peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar serta hubungan antara dua variabel tersebut. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar yang berjumlah 60 orang, penentuan jumlah sampel penelitian berdasarkan teknik random sampling dan perhitungan sampel minimum menggunakan nomogram Harry King sebanyak 30 responden. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif dan analisis infrensial yang meliputi uji normalitas, uji linearitas, dan uji korelasi product moment dengan bantuan aplikasi SPSS 20. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa tingkat gaya belajar peserta didik didominasi oleh gaya belajar kinestetik kemuadian auditorial dan visual, tingkat hasil belajar fisika peserta didik berada pada kategori sedang, dan terdapat hubungan positif yang signifikan antara gaya belajar dengan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar.

Kata Kunci: Gaya Belajar, Hasil Belajar

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Tiada kata indah selain ucapan syukur Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT sang penentu segalanya, atas limpahan Rahmat, Taufik, dan Hidayah-Nya jualah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA Pada Pelajaran Fisika di SMA Negeri 13 Takalar”.

Tulisan ini diajukan sebagai syarat yang harus dipenuhi guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Salam dan shalawat senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW sang revolusioner sejati sepanjang masa, juga kepada seluruh ummat beliau yang tetap istiqamah di jalan-Nya dalam mengarungi bahtera kehidupan dan melaksanakan tugas kemanusiaan ini hingga hari akhir.

Sepenuhnya penulis menyadari bahwa skripsi ini takkan terwujud tanpa adanya ulur tangan dari orang-orang yang telah digerakkan hatinya oleh Sang Khalik untuk memberikan dukungan, bantuan, bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung bagi penulis, oleh karena itu di samping rasa syukur kehadirat Allah SWT, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus

(9)

ix

kepada pihak yang selama ini memberikan bantuan hingga terselesainya skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis secara istimewa berterima kasih kepada kedua orang tuaku tercinta, Ayahandaku H.Mahamil dan Ibundaku HJ.Haeru atas segala jerih payah, pengorbanan dalam mendidik, membimbing, dan mendo’akan penulis dalam setiap langkah menjalani hidup selama ini hingga selesainya studi (S1) penulis. Terima kasih juga untuk Kakakku Firman dan Adikku Nisa Sabita atas semangat, dukungan, perhatian, kebersamaan dan do’anya untuk penulis.

Dalam pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi ini, penulis mengalami hambatan, namun berkat bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Olehnya itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya dan setulusnya kepada Ayahanda Drs. H. Abd. Haris, M.Si., selaku pembimbing I dan Ibunda Rahmawati, S.Pd.,M.Pd., selaku pembimbing II yang selalu bersedia meluangkan waktunya dalam membimbing penulis, memberikan ide, arahan, saran DAN bijaksana dalam menyikapi keterbatasan pengetahuan penulis, serta memberikan ilmu dan pengetahuan yang berharga baik dalam penelitian ini maupun selama menempuh proses perkuliahan. Semoga Allah SWT memberikan perlindungan, kesehatan dan pahala yang berlipat ganda atas segala kebaikan yang telah dicurahkan kepada penulis selama ini.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(10)

x

Muhammadiyah Makassar. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.d., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ibu Dr. Nurlina, S.Si., M.Pd., dan Bapak Ma’ruf, S.Pd.,M.Pd., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makasar. Ayahanda dan Ibunda Dosen Program Studi Pendidikan Fisika Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala ilmu dan perhatian yang telah diberikan kepada penulis .

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada pihak sekolah yang telah mengizinkan penulis melakukan penelitian, kepada Ibu Arnawati, S.Pd., selaku kepala SMA Negeri 13 Takalar yang telah menerima dan memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. Ibu Windriany Alie, S.Pd selaku guru fisika SMA Negeri 13 Takalar sekaligus guru pamong yang selalu memberikan arahan selama melaksanakan kegiatan penelitian. Sahabat-sahabatku dan semua KINEMATIKA B yang telah menjadi sahabat yang baik yang selalu membantu dalam suka dan duka serta membuat keberadaanku menjadi lebih berarti dan jadi lebih bermakna, semoga semua kenangan yang ada akan menjadi cerita indah dalam lembar kehidupan kita. Rekan-rekan seperjuangan mahasiswa KINEMATIKA 2015 program studi Pendidikan Fisika, yang telah bersama-sama penulis menjalani masa-masa perkuliahan, atas sumbangsi dan motivasinya selama ini. Semoga persaudaraan kita tetap terajut untuk selamanya. Adik-adik peserta didik kelas XI IPA atas perhatian dan kerjasamanya selama pelaksanaan

(11)

xi

penelitian ini. Seluruh pihak yang tak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu. Hal ini tidak mengurangi rasa terima kasihku atas segala bantuannya.

Dengan kerendahan hati penulis menyampaikan bahwa tak ada manusia yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan. Oleh karena itu, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif sehingga penulis dapat berkarya yang lebih baik lagi pada masa yang akan datang. Dengan harapan dan do’a penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat dan menambah khasanah ilmu khususnya di bidang pendidikan fisika.

Amin Yaa Rabbal Alamin.

Wassalam

Makassar, November 2019

Penulis

(12)

xii

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ...ii

SURAT PERNYATAAN...iii

SURAT PERJANJIAN ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGNTAR ...vii

DAFTAR ISI ...xi

DAFTAR TABEL ...xiii

DAFTAR GAMBABAR ...xiv

DAFTAR LAMPIRAN ...xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Rumusan Masalah ...3

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ...7

1. Gaya Belajar ...7

2. Jenis-Jenis Gaya Belajar ...8

3. Hasil Belajar ...15

4. Hubungan Gaya Belajar dengan Hasil Belajar ...16

B. Penelitian Yang Relevan ...17

C. Kerangka Pikir ...18

(13)

xiii

D. Hipotesis Penelitian ...20

BAB III METODE PNELITIAN A. Jenis Penelitian ...21

B. Populasi Dan Sampel ...21

C. Prosedur Penelitian...22

D. Defenisi Operasional Variabel ...22

E. Instrumen Penelitian...23

F. Teknik Pengumpulan Data ...24

G. Teknik Analisis Data ...25

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...36

B. Pembahasan ...46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ...50

B. SARAN ...50

DAFTAR PUSTAKA. ...52 LAMPIRAN

(14)

xiv

3.1 Teknik Pengumpulan data angket ...24

3.2 Tabulasi Tabel 2 × 2 ...25

3.3 Hasil Uji Gregory ...26

3.4 Kriteria Reliabilitas ...28

3.5 Jumlah Item Tiap Dimensi Pada Instrumen Angket Gaya Belajar ...29

3.6 Jumlah Item Tiap Indikator Pada Tes Hasil Belajar ...29

3.7 Angket Chek List ...29

3.8 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik ...31

3.9 Pengkategorian Skor Hasil Belajar Peserta Didik. ...32

3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi ... 35

4.1 Rekapitulasi Kecenderungan Gaya Belajar Peserta Didik ...38

4.2 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Peserta Didik ...39

4.3 Statistik Deskriptif Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik ...40

4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengkategorian Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik ... 41

4.5 Hasil Uji Normalitas ...43

4.6 Hasil Uji Linearitas ...44

4.7 Korelasi Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar ...45

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 2.1 Bagan Kerangka Pikir ...20 3.1 Paradigma Penelitian ...21 4.1 Diagram Batang Presentase Gaya Belajar Peserta Didik ...39 4.2 Diagram Batang Presentase Kategori Tingkat Hasil Belajar Fisika Peserta

Didik ...41

(16)

xvi

2. Instrument Penelitian ...73

3. Analisis Validitas Instrument ...82

4. Analisi Reliabilitas Instrument ...94

5. Rekapitulasi Lengkap Hasil Penelitian ...97

6. Analisis Statistik Hasil Belajar ...102

7.Uji Prasyarat Analisis ...104

8. Analisis Korelasi ...106

9. Daftar Tabel Statistik ...112

10. Dokumentasi ...115

11. Persuratan ...118

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran Fisika bertujuan agar peserta didik mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

Salah satu pelajaran yang mempersiapkan peserta didik untuk mampu hidup dan mampu menyumbangkan sesuatu pada kehidupan adalah pelajaran fisika.

Ilmu fisika termasuk bagian dari sains baik dalam arti luas maupun sempit merupakan bagian dari kehidupan manusia. Manusia dalam aktifitas sehari hari selalu bergelut dengan dunia sains baik dari yang sederhana hingga yang sangat kompleks sifatnya. Menyadari betapa pentingnya pendidikan sains, telah banyak upaya dilakukan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sains di sekolah diantaranya penyempurnaan kurikulum peningkatan profesionalisme pendidik, buku-buku penunjang, peralatan laboratorium, media pembelajaran, pengembangan strategi yang lebih relavan dan efektif dalam mencapai tujuan belajar sains, dan sebagainya.

Mempelajari fisika merupakan cara untuk memperoleh kompetensi yang berupa keterampilan, memelihara sikap, dan mengembangkan pemahaman konsep yang berkaitan dengan penglamana sehari-hari. Belajar fisika lebih memfokuskan pada fisika sebagai produk, sebagai proses dan sikap. Fisika sebagai produk terdiri atas pengetahuan berupa konsep, fakta, hukum, prinsip serta teori gejala alam. Hal tersebut penting untuk dikuasai

(18)

oleh peserta didik sehingga peserta didik diharapkan mampu memahami mengaplikasikan dalam pemecahan masalah pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Namun tidak semua peserta didik yang terlibat aktif dalam pembelajaran, karena ada sebagaian mereka yang lebih suka belajar mendengarkan pendidiknya berceramah saja. Karna setiap perta didik memiliki gaya belajar yang berbeda-beda. Untuk itu, peserta didik harus mengenali bagaimana gaya belajar nya sendiri agar mudah untuk menerima pembelajaran. Selain itu pendidik juga harus mengenali gaya belajar peserta didiknya agar nantinya pendidik dapat mempersiapkan strategi yang cocok untuk diajarkan khususnya pada mata pelajaran fisika agar hasil belajar peserta didik bisa maksimal. Dilihat dari data peserta didik di SMA Negeri 13 Takalar masih banyak yang memperoleh nilai rendah pada mata pelajaran fisika, yang disebabkan oleh berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar fisika peserta didik.

Salah satu karakteristik peserta didik yang berpengaruh terhadap hasil belajar adalah gaya belajar. Dimana gaya belajar itu sendiri adalah cara yang kompleks dimana peserta didik menganggap dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari Ghufron dan Risnawati (2014).

Gaya belajar tidak hanya mempengaruh tingkat keberhasilan individu dalam pembelajaran. Menurut Keefe (dalam Ghufron dan Risnawati, 2014) gaya belajar mempengaruhi factor kognitif, afektif, dan fisologis dalam penyajian beberapa pencapaian yang tetap mengenai seperti

(19)

3

apa peserta peserta didik merasa berhubungan dengan lainnya serta bereaksi terhadap lingkungan belajar.

Fakta yang terjadi dilapangan khususnya di SMA Negeri 13 Takalar, bahwa kebanyakan peserta didik tidak mengetahui gaya belajar apa yang dominan pada dirinya. Padahal, gaya belajar adalah kunci dalam mengembangkan kinerja pada pekerjaan maupun di sekolah. Pemahaman tentang gaya belajar sangat penting karena akan berguna dalam memaksimalkan penyerapan informasi

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara yang menunjukkan bagaimana individu memperoleh informasi, mengolah informasi dan mengembangkan keterampilannya berkaitan dengan hal-hal yang menjadi pusat perhatiannya. Oleh karena itu, gaya belajar menjadi salah satu penentu bagi pendidik dalam menggunakan metode pembelajaran yang sesuai. Dengan penggunaan metode yang tepat maka proses pembelajaran dikelas akan kondusif. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai “Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Peserta didik Kelas XI IPA Pada Pelajaran Fisika di SMA Negeri 13 Takalar ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat dirumuskan masalahnya yaitu:

1. Bagaimana gambaran gaya belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

(20)

2. Seberapa besar hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar berdasarkan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.

3. Apakah terdapat hubungan positif pada gaya belajar dengan hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran gaya belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

2. Untuk mengetahui besar hasil belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar berdasarkan gaya belajar visual, auditorialal, dan kinestetik.

3. Untuk mengetahui hubungan positif pada gaya belajar dengan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajaran fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini dilihat dari manfaat praktis dan teoritis adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teortis

Secara teoritis, gaya belajar mempunyai hubungan yang kuat dengan hasil belajar peserta didik di sekolah karena merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi belajar. Penelitian ini juga dapat memberikan

(21)

5

gambaran mengenai karakteristik gaya belajar peserta didik dalam pembelajaran Fisika .Selain itu juga memberikan tambahan ilmu pengetahuan tentang keanekaragaman karakteristik gaya belajar peserta didik. Penelitian juga dapat dijadikan sebagai referensi baik hanya sebagai bacaan ataupun referensi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan gaya belajar V-A-K

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Peneliti secara langsung dapat menambah wawasan pengetahuan tentang peserta didik yang mempunyai karakteristik gaya belajar masing-masing dan bagaimana hubungan gaya belajar terhadap hasil belajar.

b. Bagi Peserta Didik

Peserta didik dapat mengetahui karakteristik gaya belajar dan mengevaluasi diri mengenai gaya belajarnya masing-masing.

c. Bagi Pendidik

Sebagai informasi dan menambah pengetahuan mengenai cara belajar peserta didik sehingga dapat menjadi pertimbangan dalam menerapkan metode mengajar sesuai dengan keanekaragaman gaya belajar peserta didik.

d. Bagi Sekolah

Sebagai informasi atau bahan kajian untuk mengembangkan proses pembelajaran dan sebagai sumbangan yang bermanfaat dalam rangka perbaikan pembelajaran pada umumnya.

(22)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Teori-teori yang akan dikaji meliputi teori-teori yang sesuai dengan variabel penelitian. Teori tentang gaya belajar berupa defenisi gaya belajar, jenis-jenis gaya belajar, hasil belajar dan hubungan gaya belajar dengan hasil belajar.

1. Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh masing- masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Ghufron dan Risnawati (2014:42) Setiap orang memiliki gaya belajar masing-masing dan untuk membedakan orang satu dengan orang lain.

Menurut Ghufron dan Risnawati (2014:42) berpendapat bahwa gaya belajar adalah cara yang kompleks dimana siswa menganggap dan merasa paling efektif dan efisien dalam memproses, menyimpan, dan memanggil kembali apa yang telah mereka pelajari.

Menurut Ghufron dan Risnawati (2014: 43) gaya belajar adalah faktor-faktor kognitif, afektif, dan fisiologis yang menyajikan beberapa indikator yang relatif stabil tentang bagaimana para siswa merasa, berhubungan dengan lainnya dan bereaksi dengan lingkungan belajar.

(23)

7

Sedangkan menurut Sundayana (2016:76) mengatakan bahwa .

gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir, dan memecahkan soal. Dari pendapat tersebut, maka peneliti berpendapat bahwa gaya belajar merupakan kebiasaan siswa dalam memproses bagaimana menyerap informasi, pengalaman, serta kebiasaan siswa dalam memperlakukan pengalaman yang dimilikinya. Jika siswa akrab dengan gaya belajarnya sendiri, maka siswa dapat mengambil langkah-langkah penting untuk membantu diri siswa belajar lebih cepat dan lebih mudah, sehingga hal ini akan mendukung pula terhadap apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran.

Sedangkan menurut Wulandari (2011:46) mendefenisikan Gaya belajar sebagai usaha yang dilakukan individu untuk mencapai tujuan belajarnya. Sebagai langkah awal pengalaman belajar adalah mengenal gaya belajar.

Dari defenisi gaya belajar di atas maka, dapat di simpulkan bahwa gaya belajar adalah suatu proses belajar yang menyenangkan dan sangat disukai peserta didik dalam menangkap stimulus dan membantunya dalam proses belajar, sehingga dapat menumbuhkan motivasi dalam pembelajaran yang menyenangkan serta hasil belajar yang maksimal sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

2. Jenis-jenis Gaya Belajar

Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, ada orang yang mudah menerima informasi baru dengan mendengarkan langsung dari sumbernya, ada juga yang cukup dengan tulisan atau memo namun ada juga yang harus dipraktikkan aktivitasnya. Hal tersebut menunjukkan tipe atau gaya belajar pada manusia.

(24)

Menurut Ghufron dan Risnawati, 2014:73-74) membedakan minat individa menjadi 6 tipe yakni

1. Realistis individu dengan tipe realistis lebih memilih aktivitas yang melibatkan perlakuan secara jelas dan sistematis terhadap objek tertentu seperti peralatan, mesin, dan binatang, seperti hal-hal mekanis, elektro, pertanian, dan teknikal 2. Investigasi individu dengan tipe investigative lebih memilih

aktivitas-aktivtas yang bersifat observasional, simbolis, serta sistematis.

3. Artistik individu lebih mudah mudah memilih aktivitas yang bebas tidak sistematis, serta ambigu yang melibatkan manipulasi fisik, verbal, serta manusia, sebagai bahan untuk menciptakan produk seni.

4. Sosial individu dengan tipe sosial lebih memilih aktivitas yang melibatkan perlakuan orang lain dalam memberikan informasi, melatih, mengembangkan, menyembuhkan atau menerangkan.

5. wirausaha individu dengan tipe wirausaha lebih menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap orang lain untuk mencapai tujuan organisaosial atau keuntunan ekonomis.

6. Konvensional individu tipe ini menyukai aktivitas yang melibatkan perlakuan terhadap data secara sistematis, eksplisit, sertag terstruktur.

(25)

9

Menurut Ghufron dan Risnawati, 2014 : 93-95) mengemukakan adanya 4 kuadran kecenderungan seseorang dalam proses belajar yaitu:

1. Kuadran perasaan/ pengalaman konkrit, individu belajar belajar melalui perasaan, dengan menekankan segi-segi pengalaman konkrit, lebih mementingkan relasi sesama dan sensitivitas terhadap perasaan yang lain

2. Kuadran pengamatan/ Refleksi pengamatan individu belajar melalui pengamatan sebelum menilai, menyimak suatu perkara dari berbagai perpesktif, dan selalu menyimak makna dari hal-hal yang diamati

3. Kuadran pemikiran/ konseptualisasi abstrak individu belajar melalui pemikiran dan lebih terfokus pada analisis logis dan ide-ide, merencanakan secara sistematis dan pemahaman intelektual dari situasi atau perkara yang dihadapi.

4. Kudran tindakan/ eksperimen aktif individu belajar melalui tindakan, cenderung kuat dalam segi kemampuan melaksanakan tugas, berani mengambil resiko, dan memngaruhi orang lain lewat perbuatannya.

Disisi lain oleh Ghufron dan Risnawat (2014;111-112) mengidentifikasi adanya 3 bentuk tipe pendekatan individu terhadap situasi belajar.

1. Avoidant orang yang memiliki gaya belajar avoidant ini tidak berminat atau tertarik pada pelajar dalam ruang kelas tradisional.

(26)

2. Koompetitif orang yang gayah belajar koompetitif ini mempelajari materi agar lebih baik dari yang lain, berkompetisi dengan siswa lain untuk mendapatkan reward dan menganggap kelas sebagai situasi menang kalah, dimana mereka harus saling menang.

3. Independen suka berpikir untuk diri sendiri, memilih untuk bekerja sendiri, tetapi mendengarkan ide orang lain, hanya mempelajari apa yang mereka anggap penting dan percaya diri dengan kemampuan mereka, lebih memilih kelas yang menganut student-centred karena mereka suka membentuk pengetahuan mereka sendiri.

Kemudian DePorter dan Hernacky (2015:112) mengatakan bahwa modalitas yang digunakan individu dalam memproses informasi, yaitu:

gaya belajar visual (melihat), auditorial (mendengar) dan kinestetik (melakukan).

Individu yang memiliki kecenderunagn belajar visual lebih senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Simbol atau gambar akan membantu mereka untuk lebih memahami ide atau informasi. Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan orang lain sedangkan gaya belajar kinestetik ia lebih cenderung melakukan gerak atau eksperimmen.

Gaya belajar ini lebih menempatkan pendengaran sebagai alat meyerap informasi. Individu yang memiliki kecenderunagan gaya belajar kinestetik akan lebih baik terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung.

(27)

11

Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk memanipulasi media pembelajaran.

Meski banyak model gaya belajar yang kemudian dikemukakan para ahli, tetapi dalam penelitian ini terkhusus yaitu gaya belajar menjadi fokus utama modalitas individu. Pada kenyataanya kebanyakan orang memiliki ketiga gaya belajar modalitas ini, akan tetapi hampir semua orang cenderung pada salah satu gaya belajar yang berperan untuk pembelajar, pemrosesan dan komunikasi. Tipe gaya belajar secara umum adalah sebagai berikut

a) Visual

Seseorang yang memiliki gaya belajar visual lebih paham tentang sesuatu hal jika membaca atau melihat ilustrasi atau gambar.

Hal ini menunjukkan kecenderungan modalitas yang ada pada seseorang adalah mudah untuk mengetahui modalitas orang lain dengan memerhatikannya melalui indra penglihatan.

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar visual yaitu sebgai berikut:

1. Rapi dan teratur.

2. Berbicara dengan cepat.

3. Perencana dan pengatur jangka panjang yang baik.

4. Teliti terhadap detail.

5. Pengeja yang baik dan dapat melihat kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

(28)

6. Mengingat apa yang dilihat dari pada yang didengar.

7. Mengingat dengan asosiasi visual.

8. Biasanya tidak terganggu oleh keributan.

9. Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali. jika ditulis, dan sering kali minta bantuan ke orang untuk mengulanginya.

10. Pembaca cepat dan tekun.

11. Lebih suka membaca dari pada dibacakan.

12. Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara ditelepon dan dalam rapat.

13. Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

14. Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat ya atau. tidak.

15. Lebih suka melakukan demonstrasi dari pada berpidato lebih suka seni daripada music.

16. Seringkali mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.

17. Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b) Auditorial

Seseorang yang mempunyai gaya belajar auditory lebuh memfokuskan pada kemampuan pendengaran. Biasanya, mereka lebih suka mendengarkan materi daripada membaca.

(29)

13

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar auditorialal adalah sebagai berikut:

1. Berbicara kepada diri sendiri saat bekerja.

2. Mudah terganggu oleh keributan.

3. Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

4. Senang membaca dengan keras dan mendengarkan.

5. Merasa kesulitan untuk menulis tetapi hebat dalam bercerita.

6. Berbicara dalam irama yang terpola.

7. Biasanya pembicara yang fasih.

8. Lebih suka musik dari pada seni.

9. Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat.

10. Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.

11. Mempunyai masalah dengan pekerjaan-pekerjaan yang melibatkan.

12. visualisasi, seperti memotong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

13. Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya

14. Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik

(30)

c) Kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang lebuh mudah menyerap melalu praktik langsung dibanding hanya dengan melihat dan mendengar.

Ciri-ciri peserta didik yang cenderung memiliki gaya belajar kinestetik yaitu sebagai berikut:

1. Berbicara dengan perlahan;

2. Menaggapi perhatian fisik;

3. Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka;

4. Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang;

5. Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak;

6. Belajar melalui memanipulasi dan praktik;

7. Menghafal dengan cara berjalan dan melihat;

8. Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca;

9. Banyak menggunakan isyarat tubuh;

10. Tidak dapat diam dalam waktu yang lama;

11. Kemungkinan tulisannya jelek;

12. Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika pernah berada pada tempat itu.

3. Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2016:42) menyatakan bahwa Hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan, yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk

(31)

15

mengasimilasi stimulus-stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam kategori-kategori.

Hasil belajar siswa merupakan suatu keberhasilan siswa yang diperoleh dari hasil belajarnya. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seorang siswa maka akan dilakukan pengukuran/evaluasi ataupun penilaian.

Selain itu juga, oleh Susanto (2016:5) menyatakan bahwa. Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan peserta didik dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.

Di sisi lain, Jufri (2017:73) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dapat teramati dalam diri seseorang dan disebut juga dengan kapabilitas.

Menurut Aunurrahman (2016:49-53) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik dan selanjutnya masing- masing ranah dijelaskan sebagai berikut ini :

a. Ranah Kognitif, terdiri dari enam jenis perilaku : knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan), analysis (analisis), syntesis (sintesis), dan evaluation (evaluasi).

b. Ranah Afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, minat apresiasi dan penyesuaian perasaan sosial. Ranah afektif ini terdiri dari 5 jenis perilaku yang diklasifikasikan dari yang sederhana hingga kompleks, yakni : receiving (penerimaan), responding (pemberian

(32)

respon) dan valuing (penilaian/penentuan sikap), organization (organisasi), dan karakterisasi.

c. Ranah Psikomotorik (Simpson), mencakup tujuan berkaitan dengan skill (keterampilan) yang bersifat manual dan motorik. Dapat diklasifikasikan atas : perception (persepsi), kesiapan, mechanism (gerakan terbimbing), gerakan terbiasa, complex over response (gerakan kompleks), adaptation (penyesuaian pola gerakan), dan creativity (kreativitas).

4. Hubungan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2017) dalam artikel pendidikan ‘Gaya Belajar Vs Gaya Mengajar’ lain lubuk lain pula ikannya. Lain anak lain pula gaya belajarnya. Pepatah ini tepat menjelaskan bahwa tidak semua anak mempunya gaya belajar yang sama. Meskipun mereka bersekolah atau bahkan duduk di kelas yang sama. Kemampuan setiap anak dalam memahami dan menyerap materi pelajaran sudah pasti tidak sama dan berbeda tingkatannya. Peran guru dalam membawakan materi pelajaran sangat berpengaruh terhadap peserta didik. Kita sering mendengar peserta didik yang tidak tertarik mengikuti pelajaran karena bosan dan mengantuk.

Sebenaranya tidak ada pelajaran yang membosankan, yang benar adalah suasana yang membosankan karena guru kurang mampu menyajikan materi dengan menyenangkan, menarik minat dan perhatian peserta didik, serta sesuai dengan tipe gaya belajar peserta didik namun itulah tantangan profesionalisme. Guru tetap dituntut mengolah proses pembelajaran dengan beragam pendekatan, variasi metode dan strategi.

(33)

17

Menurut Kolb (dalam Ghufron dan Risnawati 2014) bahwa gaya belajar adalah suatu metode yang dimiliki peserta didik untuk mendapatkan informasi atau pengetahuan baru, sehingga dalam perinsipnya gaya belajar adalah suatu bagian dari integral dalam jalur belajar aktif.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa secara teori hubungan gaya belajar dengan hasil belajar saling berkaitan dimana keberhasilan belajar terjadi karena adanya proses pembelajaran yang baik dapat berlangsung disebabkan terjadinya kesesuaian atara gaya mengajar pendidik dengan gaya belajar peserta didik.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian hubungan gaya belajar terhadap hasil belajar Fisika peserta didik kelas di XI SMA Negeri 13 Takalar ini diperkuat oleh jurnal penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya.

Penelitian yang dilakukan oleh (Siti Nuryanti dan Indarini Dwi Pursitasari Vol 3 No 2 Tahun 2015) dengan ISSN 2302-2027 yang berjudul Hubungan Gaya Belajar dengan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Mata Pelajaran Kimia di Kelas X SMKN 1 Bungku Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terdapat hubungan secara positif antara gaya belajar dengan keterampilan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran kimia kelaas X SMKN 1 Bungku Tengah.

Pengaruh yang diberikan variabel gayabelajar terhadap keterampilan berpikir kritis siswa adalah sebesar 11, 1%. (2) terdapat hubungan secara positif antara gaya belajar dengan kemampuan kognitif siswa pada mata

(34)

pelajaran kimia kelas X SMKN 1 Bungku Tengah. Pengaruh yang diberikan terhadap variabel gaya belajar terhadap kemampuan kognitif siswa adalah sebesar 8,1 %.

Penelitian yang dilakukan oleh (Ariesta Kartika Sari Vol. 1 No. 1 Tahun 2014) dengan ISSN 2407-4489 yang berjudul Analisis Karakteristik Gaya Belajar VAK (Visual, Auditorial, Kinestetik) Mahasiswa Pendidikan Informatika Angkatan 2014. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecenderungan gaya belajar mahasiswa angkatan 2014 prodi pendidikan informatika didominasi gaya belajar visual dikelas A yaitu 53%, auditorial sebanyak 35% dikelas B, dan Visual di kelas C sebanyak 29%.

Penelitian yang dilakukan oleh (Bintari Nur Falah Vol.6, No. 1 Tahun 2018) dengan ISSN 2541-4453 yang berjudul “Pengaruh Gaya Belajar Siswa dan Minat Belajar Matematika Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada penagruh yagn signifikan antara gaya belajar matematika dan minat belajar matematika siswa terhadap hasil belajar siswa SMPN 1 Pogalan Kelas VIII D, atau dengan kata lain terdpat pengaruh hasil belajar yang memiliki minat belajar dan gaya belajar yang berbeda

C. Kerangka Pikir

Dalam seluruh proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok, ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dimiliki oleh peserta didik. Masing-masing peserta didik

(35)

19

memiliki tipe atau gaya belajar sendiri-sendiri. Kemampuan peserta didik dalam menangkap pelajaran tegantung dari gaya belajarnya.

Gaya belajar merupakan suatu ciri khas yang dimiliki oleh setiap orang dalam memberikan respon terhadap pelajaran yang diterimanya.

Gaya belajar peserta didik didasarkan pada modalitas yang mereka miliki.

Ada yang mempunya gaya belajar visual, auditorialal dan ada juga yang mempunyai gaya belajr kinesteti

Seseorang yang memiliki gaya belajar visual lebih paham tentang sesuatu hal jika membaca atau melihat ilustrasi atau gambar. Hal ini menunjukkan kecenderungan modalitas yang ada pada seseorang adalah mudah untuk mengetahui modalitas orang lain dengan memerhatikannya melalui indra penglihatan.

Gaya belajar auditorial lebuh memfokuskan pada kemampuan pendengaran. Biasanya, mereka lebih suka mendengarkan materi daripada membaca.

Sedangkan gaya belajar kinestetis merupakan gaya belajar yang lebuh mudah menyerap melalu praktik langsung dibanding hanya dengan melihat dan mendengar.

Banyak peserta didik yang hasil belajarnya tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, karena disekolah kadang pendidik tidak memperhatikan gaya belajar peserta didiknya. Maka dari itu seorang pendidik diharapkan dapat mengenali gaya belajar yang dimiliki oleh peserta didiknya agar dalam proses pembelajaran peserta didik dapat lebih mudah memahamipelajaran yang dijelaskan oleh pendidik, menyenangkan,

(36)

dan bisa membuat peserta didik tidak malas unrtuk belajar, sehingga mempermudah pencapaian pembelajaran.

Berdasarkan uraian diatas dan kajian pustaka ditarik suatu kerangka pikir dengan bagan sebagai berikut.

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dari penelitian ini adalah terdapat hubungan positif yang berarti antara gaya belajar dengan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajar fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

Visual Auditorial Kinestetik

Gaya Belajar

Hasil belajar Fisika

(37)

21 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif korelasi, non eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui hubungan gaya belajar dengan hasil belajar peserta didik kelas XI IPA pada pelajar fisika di SMA Negeri 13 Takalar.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan yaitu :

dengan :

X = gaya belajar

Y = hasil belajar fisika peserta didik

(Sugiyono, 2018:42).

C. Populasi dan Sampel

populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar yang berjumlah 60 peserta didik.

Teknik pemngambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu simple random sampling. Penentuan jumlah sampel penelitian berdasarkan perhitungan minimum menggunakan nomogram Harry King.

Terdapat dalam lampiran 9 halaman 114 Berdasarkan nomogram Harry King tersebut, untuk populasi 60 peserta didik dengan mengambil tingkat

r

(38)

kesalahan 10% presentase populasi yang diambil sebagai sampel yaitu 48%

sehingga untuk jumlah minimumnya adalah 30.

D. Prosedur Penelitian

Tahap-tahap penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut.

1. Memilih subjek penelitian yaitu peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar.

2. Menyusun kisi-kisi dan instrumen pengumpulan data yang berupa angket.

3. Menyusun kisi-kisi soal tes 4. Menyusun tes soal

5. Menguji coba instrumen pengumpulan data pada subjek instrumen 6. Menganalisis data hasil uji coba instrumen untuk mengetahui

apakah instrumen yang disusun telah Valid dan reliabel

7. Melaksanakan penelitian dengan membagikan instrumen angket gaya belajr dan tes hasil belajar kepada sampel penelitian.

8. Menghitung kedua data yang diperoleh untuk mengetahui hubungan dan tingkat keterkaitan antara gaya belajar dan hasil belajar peserta didik

9. Interpretasi hasil perhitungan data E. Defenisi Operasional Variabel

Agar penelitian ini berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu adanya definisi operasional variabel untuk menghindari kesalahapahaman.

(39)

23

1. Variabel Bebas (Independen)

Gaya belajar dalam penelitian ini yaitu cara yang digunakan peserta didik secara dominan dalam proses belajar dengan menggunakan berbagai gaya belajar terdiri atas tiga jenis yaitu, visual (melihat), auditorial (mendengar), dan kinestetik (bergerak) yang diukur dengan menggunkan angket

2. Variabel Terikat (Dependen)

Hasil belajar fisika yang dimaksud disini adalah skor hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar pada rana kognitif yang meliputi knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan).

F. Instrumen Penelitian 1. Angket

Untuk mendukung proses pengumpulan data dan memperoleh data yang diinginkan, peneliti menggunakan instument berupa metode angket atau kuesioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang pada umumnya menyangkut kepentingan umum (orang banyak), dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan berupa angket diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis sepenuhnya.

Angket ini berisi pernyataan-pernyataan yang mencakup ciri-ciri gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Angket ini diisi langsung oleh peserta didik dengan memberikan tanda ceklis pada kolom yang sudah disediakan. Pilihan jawaban yang digunakan dalam kuesioner ini terdiri dari

(40)

4 pilihan yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS).

2. Tes Hasil Belajar

Untuk mendukung proses prngumpulan data dan memperoleh data hasil belajar fisika peserta didik selama mengikuti pelajaran, peneliti menggunakan tese soal pilihan ganda.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data di sini adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang digunakan oleh peneliti dalam pengumpulan datanya, pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, dan berbagai cara.

Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Metode Angket

Metode angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tetntang pribadinya hal-hal yang diketahui. Dengan menggunakan instrumen angket, data dapat dikumpulkan melalui hasil pengisian angket oleh responden yang terkait dengan lembaga dimana obyek dapat diteliti, terutama bagaimana karakteristik gaya belajar Peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takala

Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data

No Data Tehnik Pengumpulan data/Instrumen

1 Gaya Belajar Visual Angket

2 Gaya Belajar Auditorial Angket

3 Gaya Belajar Kinestetik Angket

(41)

25

2. Metode Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar adalah cara pengambilan data dengan menggunakan soal tes tertulis dalam bentuk multiple choice (pilihan ganda) yang berjumlah 23 butir soal dengan 5 pilihan jawaban yaitu A, B, C, D dan E. Butir soal yang digunakan sesuai pada indikator yang berada pada jenjang C1 (mengetahui), C2 (memahami), dan C3 (menerapkan). Tes ini diberikan setelah peserta didik mengikuti pembelajaran.

H. Teknik Analisis Data 1. Uji Gregory

Analisis uji gregory yang dimksudkan untuk melihat layak atau tidak layankya suatu instrumen dalam penelitian melalui pakar dengan rumus.

𝑉𝑖 = 𝐷

𝐴 + 𝐵 + 𝐶 + 𝐷

Dengan bantuan tebel tabulasi silang 2×2 seperti di bawah ini Tabel 3.2 tabel tabulasi 2×2

Rater 1 Kurang Sangat

relevan skor 1-2

Sangat relevan skor 3-4

Rater 2

Kurang relevan

skor 1-2 A B

Sangat relevan

skor 3-4 C D

(42)

Dengan

Vi = Validitas Konstruk A = Kedua rater tidak setuju

B = Rater I setuju, rater II tidak setuju C = Rater II setuju, rater I tidak setuju D = Kedua rater setuju

(Retnawati, 2016: 97-98)

Berdasarkan hasil uji validitas instrumen penelitan yang dilakukan oleh dua orang validator dengan judul “Hubungan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar Fisika Peserta Didik Kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar” dapat di tunjukka pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3 : Hasil Uji Gregory

No INSTRUMEN r KETETANGAN

1 Angket Gaya Belajar 1,0 Layak Diguanakan 2 Hasil Belajar 0,91 Layak Diguanakan

Dari tabel 3.3 diatas yang diujikan dengan menggunakan uji Gregory dengan pengambilan kepetusan (r>0,75) dapat disimpulkan bahwa semua instrumen layak digunakan dalam penelitian.

2. Uji Validitas dan Reliabilitas a. Uji Validitas

Validitas Instument adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan atau kevalidan instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai Validitas tinggi. Sebuah instrumen dikataikan valid

(43)

27

apabila instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Pengujian validitas setiap item tes dihitung menggunakan persamaan berikut:

𝛾𝑝𝑏𝑖𝑠 = 𝑀𝑝− 𝑀𝑡 𝑆𝑡 √𝑝

𝑞

(Ananda dan fadhli, 2018: 146) Keterangan :

𝛾𝑝𝑏𝑖 = koefesien korelasi point biserial

Mp = mean skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari korelasinya dengan tes

Mt = mean skor total (skot rata-rata seluruh pengikut test) St = standar deviasi skor total

P = proporsi peserta didik yang menjawab benar

q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah (q = 1 - p) valid tidaknya item ke-i ditentukan dengan membandingkan nilai rbis (i) dengan nilai rtabel pada taraf signifikan α = 0,05 dengan kriteria sebagai berikut:

- Jika nilai rbis (i) ≥ rtabel item dinyatakan valid - Jika nilai rbis (i) < rtabel item dinyatakan invalid

Item yang memenuhi kriteria dan mempunyai validitas tes yang tinggi selanjutnya digunakan untuk tes hasil belajar fisika..

Dari hasil analisis instrumen yang terdapat pada pada lampiran 3 halaman 87, maka diperoleh sejumlah item dari instrument tes hasil belajar

fisika yang dapat digunakan pada penelitian ini b. Uji Reabilitas

Untuk mengetahui apakah instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data, maka harus

(44)

ditentukan reabilitasnya. Untuk perhitungan reliabilitasnya tes, maka digunakan rumus Kuder dan Richardson (KR-20) yang dirumuskan:

𝑟𝑖𝑖= 𝑘

𝑘 − 1[1 −∑ 𝑝𝑞 𝑆𝑡2 ]

Ananda dan Muhammad Fadhli (2018: 146-147) Keterangan:

rii = Koefisien reliabilitas k = Banyaknya butir p = Proporsi jawaban benar q = Proporsi jawaban salah 𝑆𝑡2 = Variansi total

∑ 𝑝𝑞 = Jumlah hasil perkalian antara p dan q Tabel 3.4 Kriteria Reliabilitas

Reliabilitas (𝑟𝑖𝑖) Kriteria

> 0,80 Sangat Tinggi

0,70 < 𝑟𝑖≤ 0,80 Tinggi

0,40 < 𝑟𝑖≤ 0,70 Sedang

0,20 < 𝑟𝑖≤ 0,40 Rendah

≤ 0,20 Sangat Rendah

(Sugiyono, 2017: 186)

Berdasarkan hasil uji reliabilitas yang dipaparkan pada lampiran 4 halaman 95 untuk instrumen tes hasil belajar fisika diperoleh nilai r11 = 0,9205 maka instrumen ini memiliki angka reliabilitas yang sangat tinggi

Setalah melakukan tahap tersebut, maka diperoleh instrumen tes gaya belajar dan tes hasil belajar fisika. Untuk tes gaya belajar berjumlah 30 nomor item pernyataan dan untuk tes hasil belajar terdapat 23 jumlah

(45)

29

item butir soal. Jumlah item tiap indikator dapat dilihat pada tabel 3.5 dan 3.6 dapat dilihat pada lampiran 3 halaman 83:

Tabel 3.5 Jumlah item tiap dimensi gaya belajar pada instrumen Angket gaya belajar

No Gay Belajar Nomor soal jumlah

1 Visual 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10 2 Auditorial 11,12,13,14,15,16,17,18,19,20 30 3 Kinestetik 21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

Tabel 3.6 Jumlah item tiap indikator pada instrumen tes hasil belajar

No Indikator Nomor soal jumlah

1 Mengetahui (C1) 1,7,9,17,20,22,25,28

23 2 Memahami (C2) 2,10,14,16,20,23,26,29

3 Menerapkan (C3) 5,6,11,12,19,24,27

3. Analisis Statistik a. Angket

Analisis data angket gaya belajar tentang kecenderungan gaya belajar pesertadidik. Angket ini terdiri dari 30 butir soal dan memuat 4 butir pilihan jawaban : Sangat Setuju, setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Setiap item soal memiliki skor yang berbeda sesuai dengan jawaban yang dipilih seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.7 Angket Chek List

No Jawaban Skor

1. Sangat setuju 4

2. Setuju 3

3. Tidak setuju 2

4. Sangat tidak setuju 1

Dengan penyebaran indikator gaya belajar peserta didik pada soal, maka angket ini terbagi menjadi 3 bagian yaitu :

(46)

• No 1-10 menunjukkan aspek Visual

• No 11-20 menunjukkan aspek Auditorial

• No 21-30 menunjukkan aspek Kinestetik

Adapun rumus yang digunkan untunk menghitung besarnya peresentas kecenderungan gaya belajar peserta didik yaitu rumus peresentase.

P = 𝐹

𝑁 𝑋 100%

Keterangan:

P : Presentase

F : frekuensi yang dicari peresentasenya N : Number of cases (Jumlah subjek)

Setelah dilakukan penghitungan skor maka dilakukan penggolongan kecenderungan gaya belajar peserta didik, masing-masing gaya belajar dihitung jumlah peserta didik dan dibandingkan dengan jumlah peserta didik seluruhnya, dilakukan pemberian tingkatan gaya belajar perta didik (viual, auditorial, dan kinestetik).

b. Hasil Belajar

1. Menentukan skor rata-rata peserta didik dengan menggunakan rumus:

𝑥̅ =

∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖

∑ 𝑓𝑖

dengan:

𝑥̅ = Skor rata-rata

∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 = Jumlah skor total peserta didik

∑ 𝑓𝑖 = Jumlah peserta didik

(47)

31

2. Persamaan mencari standar deviasi

=√∑𝑓𝑖𝑥𝑖2−(∑𝑓𝑖𝑥𝑖)2 𝑛 𝑛 − 1 dengan:

S = Standar deviasi

∑ 𝑓𝑖𝑥𝑖 = Jumlah skor total peserta didik n = Banyaknya peserta didik

Darwis (2018: 331) 3. Kategori Hasil Belajar

Kategori skor hasil belajar fisika diperoleh berdasarkan skor ideal yang dicapai menggunakan skala lima yaitu seperti pada tabel 3.8 berikut:

Tabel 3.8 Kategori Hasil Belajar Peserta Didik

Interval (%) Kategori 0 – 20 Sangat Rendah

21 – 40 Rendah

41 – 60 Sedang

61 – 80 Tinggi

81 – 100 Sangat Tinggi (Riduwan,2013: 41)

Berdasarkan kriteria interpretasi hasil belajar yang dikemukakan oleh riduwan pada tabel 3.8 di atas maka apabila disesuaikan dengan skor hasil belajar fisika peserta didik, diperoleh.

Tabel 3.9 Pengkategorian Nilai Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

(48)

Interval (%) Interval skor Kategori

0 – 20 0 – 4 Sangat Rendah

21 – 40 5 – 9 Rendah

41 – 60 10 – 14 Sedang

61 – 80 15 – 19 Tinggi

81 – 100 20 – 24 Sangat Tinggi (diadaptasi dari Riduwan, 2013: 41)

4. Analisis Inferensial a. Uji Normalitas

Uji prasyarat analisis pada penelitian ini menggunakan uji normalitas, bertujuan untuk mengetahui sebaran data pada variable gaya belajar dan hasil belajar fisika. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Chi Kuadrat. Adapun rumus yang digunakan adalah :

X2 = ∑ (𝐸𝑜−𝐸𝑖)

2 𝐸𝑖 𝑘𝑖=1

Dengan :

Eo = Frekuensi observasi Ec = Frekuensi harapan

Jika nilai X2 hitung < nilai X2 tabel maka data tersebut terdistribusi normal. Dengan dk = (1 – α) (dk = k – 1), dimana dk = derajat kebebasan, dan k = banyak kelas pada distribusi frekuensi (Siregar. 2015:304).

b. Uji Linearitas

(49)

33

Uji linearitas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel memiliki mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.

Uji tersebut digunakan sebagai prasyarat dalam analisis korelasi ataupun regresi linear. Rumus utama pada uji linieritas yaitu uji-F Trijono (2015:67-68).

1) Menghitung jumlah kuadrat regresi

𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔(𝑎)= (∑ 𝑌)2 𝑁

2) Menghitung jumlah kuadrat regresi b/a JKreg (b/a) = 𝑏(∑ 𝑋𝑌) 3) Menghitung jumlah kuadrat residu

𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠= ∑ 𝑌2 − 𝐽𝐾(𝑎)− 𝐽𝐾(𝑏 𝑎⁄ )

4) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi a 𝑅𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔 (𝛼) 𝑅𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔 (𝛼)= 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔(𝛼)

5) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat regresi b/a (RJK(b/a)):

𝑅𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔 (𝑏 𝑎) = 𝐽𝐾 𝑟𝑒𝑔(𝑏 𝑎) 6) Menghitung rata-rata jumlah kuadrat residu 𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠

𝑅𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠 𝑁 − 2 7) Menghitung jumlah kuadrat error (𝐽𝐾𝐸)

𝐽𝐾𝐸 = ∑{∑ 𝑌2 −(∑ 𝑌)2 𝑁 }

𝑘

𝑖

8) Rumus menghitung jumlah kuadrat tuna cocok (𝐽𝐾𝑇𝐶) 𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑟𝑒𝑠− 𝐽𝐾𝐸

(50)

9) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶) 𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 = 𝐽𝐾𝑇𝐶

𝑘 − 2

10) Rumus menghitung rata-rata jumlah kuadrat error (𝑅𝐽𝐾𝐸) 𝑅𝐽𝐾𝐸 = 𝐽𝐾𝐸

𝑁 − 𝑘 11) Rumus nilai uji F

𝐹 =𝑅𝐽𝐾𝑇𝐶 𝑅𝐽𝐾𝐸

Ciri pengukuran: jika nilai uji F < nilai table F, maka distribusi berpola linier. Rumus Ftabel = F(1-α) (db TC, db E) di mana db TC = k – 2 dan db E

= n – k

c. Pengujian Hipotesis

Pengujian selanjutnya yaitu Uji Hipotesis yang berfungsi untuk mencari makna hubungan antara variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi tersebut diuji dengan rumus Korelasi Product Moment yang diungkapkan Pearson sebagai berikut.

𝑟 = 𝑛∑𝑋1𝑖𝑌𝑖 − (∑𝑋1𝑖)(∑𝑌𝑖)

√{𝑛∑𝑋 −𝑖 2 + ∑(𝑌1)2}{𝑛∑𝑌 −𝑖 2 + ∑(𝑌1)2)

Keterangan:

r = Angka indeks korelasi r productmoment.

n = Jumlah sampel.

ΣXY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ΣX = Jumlah keseluruhan skor X.

ΣY = Jumlah keseluruhan skor Y.

Nilai koefisien korelasi adalah -1< r < 1. Jika dua variabel

(51)

35

berkorelasi negatif maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati -1, jika dua variabel tidak berkorelasi maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 0, sedangkan jika dua variabel berkorelasi positif maka nilai koefisien korelasinya akan mendekati 1.

Untuk lebih mengetahui seberapa jauh derajat antara variabel- variabel tersebut, dapat dilihat perumus berikut dalam tabel:

Tabel 3.10 Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r Besarnya nilai r Interpretasi

0,00 < 0,20 Tidak ada hubungan 0,20 – 0,40 Hubungan rendah

0,40 – 0,70 Hubungan sedang atau cukup 0,70 – 0,80 Hubungan tinggi atau kuat

0,90 < Hubungan tinggi atau sangat kuat Sudjana dan Ibrahim (2014 : 78)

d. Uji Regresi sederhana

Analisis regresi linier sederhana adalah hubungan secra linear antara satu variabel independent (X) dengan variabel dependen (Y). Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apabila nilai posistif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai dari variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan.

Rumus regresi linear sederhana sebagai berikut:

Ŷ = a + bX

(52)

Keterangan :

Ŷ : Variabel dependen ( Hasil Belajar) X : Variabel Independen ( Gaya Belajar) a : Konstanta (nilai Y apabila X = 0

b : Konstanta regresi sederhana (nilai peningkatan ataupun penurunan.

Trijono (2015:63)

(53)

37 BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 13 Takalar. Penelitian bertujuan untuk mengetahui Hubungan Gaya Belajar Terhadap Hasil Belajar pada mata pelajaran fisika peserta didiki kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar.

1. Analisis Statistik Deskriptif

a. Gaya Belajar

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 13 Takalar pada kelas XI IPA yang berjumlah 30 orang sehingga peneliti dapat mengumpulkan data-data melalui angket gaya belajar yang diisi oleh peserta didik SMA IPA Negeri 13 Takalar, kemudian diberi skor masing-masing item pernyataan sehingga data-data tersebut dapat dianalisis secara deskriptif, setalah data-data selesai dianalisis selanjutnya menghitung jumlah skor yang didapat dari masing-masing gaya belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik). Selanjutnya melihat skor tertinggi diantara ketiga gaya belajar peserta didik tersebut. Berdasarkan jumlah skor tertinggi maka setiap peserta didik digolongkan kedalam kecenderungan gaya belajar Visual, Auditorial, atau Kinestetik. Hasil pengklasifikasian peserta didik berdasarkan kecenderungan gaya belajarnya dapa dilihat pada table 4.1 beriku:

(54)

Tabel 4.1 : Rekapitulasi Kecenderungan Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 13 Takalar

No Gaya Belajar Jumlah Peserta Didik

1 Visual 6

2 Auditorial 10

3 Kinestetik 14

Jumlah 30

Berdasarkan tabel di atas terdap 6 peserta didik yang cenderung gaya belajarnya Visual, 10 peserta didik yang kecenderungan gaya belajarnya Auditorial, dan 14 peserta didik yang kecenderungan gaya belajarnya Kinestetik, selanjutnya dihitung peresentase masing-masing gaya belajar (Visual, Auditorial, dan Kinestetik). Dengan membandingkan jumlah peserta didik yang memiliki kecenderungan gaya belajar tertentu dengan jumlah keseluruhan peserta didik kelas XI IPA di SMA Negeri 13 Takalar. Berikut disajikan cara menghitung presentase kecenderungan gaya belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar.

a. Peresentase Gaya Belajar Visual = 6

30 × 100% = 20 %

b. Peresentase Gaya Belajar Auditorial = 10

30 × 100% = 33,34 %

c. Peresentase Gaya Belajar Kinestetik = 14

30 × 100% = 46,66 %

(55)

39

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

Visual Auditori Kinestetik

Frekuensi

Tipe Gaya Belajar

Berikut disajikan tabel distribusi frekuensi peserta didik berdasarkan kecenderungan gaya belajar beserta perentasenya.

Tabel 4.2 : Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar

No Gaya Belajar Jumlah Peserta Didik Peresentase

1 Visual 6 20 %

2 Auditorial 10 33,33%

3 Kinestetik 14 46,67 %

Jumlah 30 100 %

Data Presentase Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 13 Takalar dalam bentuk diagram batang pada gambar 1 :

Gambar 4.1 Diagram Batang Presentase Gaya Belajar Peserta Didik SMA Negeri 13 Takalar.

Berdasarkan diagram batang di atas dapat diketahui bahwa besarnya peresentase gaya belajar visual adalah 20%, gaya belajar

(56)

Audiotorial peresentasenya sebesar 33,33% dan gaya belajar Kinestetik peresentasenya sebesar 46,66%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecenderungan gaya belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar adalah gaya belajar Kinestetik.

b. Hasil Belajar

Berikut rangkuman dari analisis statistik deskriptif hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA pada pelajar fisika.

Tabel 4.3 Statistik Desktiptif Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Statistics N

Valid 30

Missing 0

Mean 11.50

Median 11.00

Mode 11

Std. Deviation 3.060

Range 11

Minimum 7

Maximum 18

Sum 345

Secara rinci hasil analisis deskriptif dapat dilihat pada lampiran 6 Halaman 103. Jika skor hasil belajar fisika peserta didik pada kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar dikategorisasikan kedalam skala lima yaitu

(57)

41

sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi, maka akan diperoleh hasil seperti pada tabel 4.4 di bawah:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengkategorian Skor Hasil Belajar Fisika Peserta Didik

Interval skor Frekuensi frekuensi (%) Keterangan

0 – 4 0 0 Sangat Rendah

5 – 9 9 30 Rendah

10 – 14 15 50 Sedang

15 – 19 6 20 Tinggi

20 – 23 0 0 Sangat Tinggi

Jumlah 30 100 -

Dari tabel 4.4 diatas, distribusi frekuensi tingkat hasil belajar fisika peserta didik dapat ditunjukkan dalam diagram batang pada gambar 4.2

Gambar 4.2 Diagram Batang Presentase Kategori Tingkat Hasil Belajar Fiska Peserta Didik SMA Negeri 13 Takalar.

0%

10%

20%

30%

40%

50%

sangat Rendah

Rendah Sedang Tinggi sangat Tinggi

Frekuensi (%)

Kriteria Interpretase

(58)

Dari gambar 4.2 terlihat bahwa hasil belajar fisika peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 13 Takalar , tidak ada yang mencapai kategori sangat tinggi, hanya berada pada kategori rendah, sedang, dan tinggi, sebagian besar masuk dalam kategori sedang.

2. Analisis Infrensial

Analisis infrensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian yang mencari hubungan variabel X terhadap variabel Y. adapun langkah- langkah yang digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis ini adalah sebagai berikut

a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dimaksukan apakah data-data yang digunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas pada penelitian ini dimaksudkan untuk menguji variabel gaya belajar terhadap hasil belajar.

Pengujian normal tidaknya data penelitian ini menggunakan SPSS versi 20 melalui uji Kolmogorov Simirnov.

Uji Kolmogorov siminov adalah pengujian yang banyak dipakai, terutama setelah adanya banyak program statistik yang beredar. Kelebihan dari uji ini adalah sederhana dan tidak menimbulkan banyak perbedaan presepsi diantara satu pengamat dengan pengamat yang lain. Konsep dasar dari uji normalitas Kolmogorov siminov adalah membandingkan distribusi data (yang diuji normalitasnya) dengan distribusi normal baku. Distribusi normal baku adalah data yang telah ditransformasikan ke dalam bentuk Z- Score dan diasumsikan normal. Uji ini digunakan untuk uji beda antara data

Referensi

Dokumen terkait

Perumusan diagnosa yang disepakati oleh keluarga dan kelompok kami adalah resiko penularan infeksi (penyakit) pada anak E berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga

Berdasarkan hasil analisis frekuensi sub-sub variabel sikap siswa diatas siswa kelas VIII SMP N 12 Padang memilih Sikap terhadap guru IPA-Biologi yaitu 0%.Sikap

Penyandang tuna daksa cenderung merasa diri mereka berbeda, tidak dapat berhubungan baik dalam lingkungan masyarakat, menyesali kecacatan yang dialaminya dan belum mampu

Tekan touchpad ini berulang kali untuk menaikkan atau menurunkan suhu, jika Anda ingin mencuci pada suhu yang lain dari yang diusulkan oleh mesin cuci.. Touchpad Pilihan Perasan (

Pada gambar, masukkan connecting bolts pada lubang yang terdapat di sliding plates, kemudian pasangkan pada adaptable panel.. Masukkan connecting bolts pada

Tabel 4.48 Skor Rata-rata, Simpangan Baku dan Interval Estimasi Skor rata-rata Indikator Adanya Kegiatan yang Menarik dalam Belajar...89. Tabel 4.49 Makna Kategori Adanya

Etika (moral) dan agam mempunyai hubungan yang sangat erat. Seperti telah diuraikan tadi bahwa etika atau moral adalah merupakan aturan atau rambu – rambu perilaku dalam

Pelemahan nilai tukar rupiah tersebut seiring dengan pelemahan mata uang regional terhadap mata uang dollar Amerika sebagai respon atas pernyataan dari pejabat