• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda

BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA

2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda

Kalimat imperatif yang berpenanda adalah Kalimat imperatif yang memiliki verba yang diberi imbuhan peritah dan kata tertentu. Imbuhan perintah

dalam kalimat imperatif meliputi imbuhan perintah –a, imbuhan perintah –na, imbuhan perintah en, dan imbuhan perintah ana. Selain mendapat imbuhan perintah, kalimat perintah juga mendapat imbuhan kata tertentu yang masih meiliki maksud untuk memerintah yaitu kata aja dan kata ayo.

2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran a

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –a adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran a. Kalimat imperatif dengan penanda verba berakhiran–a dapat dibedakan menjadi dua yaitu, verba aktif berakhiran a yang tidak berawalan N (nasal) dan verba aktif berakhiran –a yang berawalan –N (nasal). Kalimat impeartif yang berpenanda verba berakhiran –a disebut juga kalimat aktif, karena kalimat dengan penanda perintah –a bisa juga menggunakan –N (nasal). Berikut ini contohnya.

(i) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan N (nasal).

Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan – N (nasal) adalah kalimat yang tidak memiliki awalan N (nasal). Kalimat ini memiliki verba tak transitif karena dalam pemakaianya tidak menuntut kehadiran peran pelaku yang mengisi subjek (S), Nmun kehadiran objek (O) atau penderita wajib hadir. Sebagai contoh.

(13) Adola kambil!. P O ‘Jualah Buah kelapa’.

(14) Tukua beras !. P O ‘Belilah beras’. (15) Jupuka wedang!. P O ‘Ambilkan minum’.

(ii) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan

–N (nasal).

Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan –N (nasal), merupakan kalimat yang memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini biasanya berupa verba aktif. Berikut ini contohnya.

(16) Tan mangana sega ndisik!.

Tan makanlah nasi dahulu’.

(17) Tut njupuka panci!.

Tut ambilah panci’.

(18) Tri ngombea obat!.

Tri minumlah obat’.

Kalimat (16), (17), dan (18), merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran a yaitu, mangana ‘makanlah’ (16), njupuka

‘ambilah’ (18), ngombea ‘ambilah’ (17). Verba berakhiran –a pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (16), (17), dan (18) merupakan verba aktif transitif karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran pelaku yang mengisi subjek (S) dan peran penderita atau pasien yang mengisi objek (O). Dengan demikian, kalimat imperatif yang berpenanda akhiran a itu memiliki struktur

yang sama dengan kalimat aktif transitif, yaitu S-P-O. Hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.

(15a) Tan, mangana sega ndisik!. S P O Ket ‘Tan, makan nasi dahulu’.

(16b) Tut, njupuka panci!. S P O ‘Tut, ambil Panci’.

(17c) Tri, ngombea obat!. S P O

‘Tri, minum obat’.

2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran en

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Kalimat jenis ini disebut kalimat pasif. Berikut ini contohnya

(18) Sis, pecahen asbak kuwi!. Ket P S

‘Sis, pecahkan asbak itu’.

(19) Eko, jupuken tas kuwi!. Ket P S ‘Eko, ambilkan tasi tu’.

2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran na

Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran na adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya berupa verba berakhiran –na. Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berciri benefaktif, atau kalimat perintah yang memiliki kepentingan untuk orang yang menyuruh (penutur). Sebagai contoh.

(20) Nuk, tukakna Lombok!.

‘Nuk, belikan Cabai’.

(21) Tin, gawekna wedang!.

‘Tin, buatkan minum’.

(22) Bukana lawang kae ton!.

‘Bukakan pintu itu ton’.

(23) Bapak jupukna ciduk!

Ayah ambilkan gayung’.

Kalimat (20), (21), (22), dan (23) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya (P) berupa verba berakhiran –na, yaitu tukakna ‘belikan’ (20),

gawekna ‘buwatkan’ (11), bukakna ‘bukakkan’ (12), jupukna ‘ambilkan’ (13)

verba berakhiran –na pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (20), (21), (22), dan (23) merupakan verba aktif intransitif, karena dalam pemakaiannya menuntut adanya pelaku yang mengisi subjek (S) dan peran penderita atau pasien yang mengisi objek (O). Dengan demikian kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –na memiliki struktur yang sama dengan kalimat aktif intransitif yaitu S- P- O. hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.

(20a) Nuk, tukakna lombok!.

O P S

‘Nuk, belikan cabai.’

(21b) Tin, gawekna wedang!.

O P S

‘Tin, buatkan minum’.

(22c) Ton, bukakna lawang !. O P S ‘Ton, bukakan pintu’.

(23d) Bapak jupukna ciduk! O P S ‘Ayah ambilkan gayung’

2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran ana

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran ana adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –ana. Berikut contohnya.

(24) Golekana seng jenenge joko, dekne nde utang ro aku!. ‘Carikanlah yang bernama Joko, dia punya hutang sama

saya’.

(25) Tris, tumpukan buku kae samakana!.

‘Tris, tumpukan buku itu sampulilah’.

(26) Tik, berase pususana! ‘Tik, beras itu bersihkanlah’.

Contoh kalimat (24), (25), (26) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran –ana yaitu, tulisana ‘tulisilah’ (24),

golekana‘carikanlah’ (25), dan pususana ‘bersihkanlah’ (26). Verba berakhiran -ana pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (24), (25), dan (26) merupakan verba pasif. Karena dalam pemakainnya memiliki makna untuk memerintah orang kedua. Sebagai contoh.

(24a) Lis, temboke tulisana!.

Ket S P

‘Lis, t emboknya tulislah’.

(25b) Tris, bukumu samakana!.

Ket S P

‘Tris, bukumu sampulilah’

(26c) Tik, berase pususana!

Ket S P

‘Tik, beras itu bersihkanlah’.

2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Larangan Aja

Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran aja adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba pasif karena dalam pemakainannya menggunakan verba kok dan makna kalimat dilakukan oleh orang kedua baik tunggal, maupun jamak. Sebagai contoh:

(27) Sepedhane aja kokgawa!. ‘ Sepedanya jangan kamu bawa’.

(28) Bukune aja kokwaca saiki!. ‘Bukunya jangan kamu baca sekarang’.

(29) Rotine aja kokpangan!. ‘ Rotinya jangan kamu makan’.

(30) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. ‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi’.

(31) Aja nangis nang kene, Wi!. ‘Jangan menagis disini Wi’.

Kalimat (27), (28), dan (29) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif, yaitu kokgawa ‘kamu bawa’ (27), kokwaca ‘kamu baca’ (28), kokpangan kamu makan’ (29). Verba pada kalimat (27), (28), dan (29)

merupakan verba pasif. Karena dalam pemakaiannya menggunakan verba kok, serta maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan olah oleh orang kedua, baik tunggal, maupun jamak. Sedangkan pada kalimat (30) dan (31) merupakan kalimat imjperatif yang predikatnya berupa verba aktif yaitu nangis ‘menangis’

(31) dan dolanan ‘bermain’ (30). Walaupun kalimat (30) dan (31) merupakan verba aktif, namun dapat digolongkan ke dalam verba pasif, karena menyatakan perbuatan oleh orang kedua.

Kalimat perintah pada jenis ini, merupakan kalimat perintah yang maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Sebagai contoh.

(27a) Sepedhane aja kok gawa!.

S P

(28b) Bukune aja kok waca saiki!. S P Ket.

‘Bukunya jangan kamu baca sekarang’.

(29c) Rotine aja kok pangan!.

S P

‘ Rotinya jangan kamu makan’.

(30d) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. P S Ket

Jangan bermain Mas” Swara saya masih tinggi’.

(31e) Aja nangis nang kene, Wi!. P Ket S ‘Jangan menangis disini Wi’.

Kalimat (27-31) merupakan kalimat perintah karena maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Selain memiliki intonasi perintah, kalimat (27-31) diberi penanda perintah aja.

2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Ajakan Ayo

Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah ayo merupakan kalimat pasif, karena makna dari kalimat tersebut menunjuk kepada orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Di dalam bahasa Jawa ditemukan kailamat perintah dengan penada perintah ayo. Kalimat imperatif yang berpenanda ayo ditandai dengan kata ajakan yaitu kata ayo. Penanda perintah ayo dalam kalimat ini, tidak dapat dihilangkan. Perintah dalam kalimat ini, bertumpu pada penanda perintah ayo. Sebagai contoh.

(32) Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!. ‘ Ayo, kita semua melihat sepak bola’.

(33) Ayo, diangkat lemarine! ‘Mari, diangkat almarinya’

(34) Mangkat ndhisik yo!. Berangkat dahulu yuk’.

(35) Ayo Her saiki metu!. ‘Mari Her sekarang keluar’.

(36) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat!.

‘kalau begitu mari dicari, Wi. Ini sudah pukuletengah empat’.

(37) Wi, ayo boncengan wae!.

‘Wi, mari boncengan saja’.

Kalimat imperatif yang berpenanda verba ayo, merupakan kalimat pasif, karena mengacu pada orang pertama dan orang kedua. Dalam kalimat imperatif yang berpenanda ayo, pengisi subjek (S) dikenakan tindakan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam contoh berikut.

(32a) Ayo, kita kabeh nonton Bal-balan!. S P O

‘Mari, kita semua melihat sepak bola’.

(33b) Ayo, diangkat lemarine! P S

‘Mari, diangkat almarinya’.

(34c) Mangkat ndhisik yo Ton!’

O P S ‘Berangkat dahulu yuk Ton’.

(35d) Ayo Her saiki metu!. S P ‘Mari Her sekarang keluar’.

(36e) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! P P S Ket. Waktu

‘Kalau begitu mari dicari ,Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.

(37d) Wi, ayo boncengan wae!. S P

‘Wi, mari boncengan saja’.

2.3.7 Kalimat Imperatif yang berpenanda Kata Perintah Mangga

Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah manga merupakan kalimat yang memiliki makna untuk memerintah pada orang kedua. Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran manga, merupakan kalimat pasif. Sebagai contoh:

(38) Mangga, Pak dikon madhang sikek! S P O Ket. Wkt ‘Silahhkan, Pak disuruh makan terlebih dahulu’.

(39) Mangga, Bu ditunggu kene! S P Ket ‘Silahkan, Bu ditunggu disini’.

Kalimat (38) dan (39) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba

Mangga ‘silahkan’. Selain itu kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘Silahkan’, merupakan kalimat yang verbanya pasif intransitif karena dalam

pemakainnya menuntut adanya peran pernderita atau yang disebut dengan objek (O).

2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran e

Kalimat imperatif yang berpenanda berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Sebagai contoh.

(40) Aku ngelak banget, gaweke wedang!.

‘saya haus sekali, buatkan minum’.

(41) Ton, aku jajakke bakso nang kantin!.

Ton, saya belikan bakso di kantin’.

Pada kalimat (40) dan (41) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berkhiran –e. kalimat (40) dan (41) merupakn kalimat aktif, karea dalam pemakainnya menuntut adanya peran pelaku pengisi (S) dan peran penderita pengisi (0).

38 BAB III

MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA JAWA NGOKO

DIALEK YOGYAKARTA

3.1 Pengantar

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki beberapa maksud. yaitu Pertama, maksud untuk memerintah. Kedua, maksud untuk melarang. Ketiga, maksud untuk mempersilahkan, keempat, maksud untuk meyuruh secara berulang-ulang. Dan kelima, maksud untuk mengajak. Dalam bab ini akan dibahas maksud kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko mengandung maksud untuk menyuruh, melarang, menyuruh melakukan tindakan secara berulang-ulang, ajakan, serta maksud untuk mempersilahkan. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud menyuruh adalah kalimat imperatif dengan verba perintah a, kalimat imperatif dengan penanda perintah en, kalimat imperatif dengan verba perintah –na.

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud untuk melakukan tindakan secara berulang-ulang adalah, kalimat imperatif dengan verba perintah ana. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud untuk melarang adalah, kalimat imperatif dengan verba perintah –Aja ‘Jangan’. kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki maksud ajakan yaitu kalimat imperatif dengan verba perintah –Ayo ‘Mari’.

Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki maksud untuk mempersilahkan yaitu kalimat imperatif yang berpenanda verba perintah Mangga

‘Silahkan’.

Bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan tolak ukur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami

maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya. ( Baryadi 2012:17 ).

Dokumen terkait