• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

i

KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO

DIALEK YOGYAKARTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Progam Studi Sastra Indonesia

Oleh:

Oleh Deri Risto NIM: 104114006

PROGAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO

Apapaun yang terjadi hari ini, bersabarlah, memang tidak

mudah , tetapi bersabar akan menjadikanmu damai, dalam

kesulitan, dan upayamu lebih lancar untuk tetap sukses

walau pun ada masalah.

(5)

v

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Kepada Ayahku yang selalu memberi semangat,

motivasi, dan doa restunya, kepada Ibuku yang sudah

berada di Surga, kepada Kakekku yang selalu

memberiku motivasi, serta kepada Nenekku yang sudah

berada di Surga.

Teman-teman

angakatan

2010

yang

memberi

semangat, serta motivasi dalam proses pembelajaran.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain. Kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 12 Januari 2015

Penulis

(7)

vii

Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah untuk Kepentingan Akademis

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Deri Risto

NIM : 104114006

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul “Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” berserta perangkat yang diperlukan (bila ada).

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanataa Dharma hak menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media yang lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 12 Januari 2015

Yang menyatakan, Penulis

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya yang dilimpahkan kepada penulis sehingga, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Progam Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya kebaikan, bantuan, dan dukungan baik secara material maupun spiritual dari berbagai pihak. Kebaikan, perhatian, bantuan, dan dukungan tersebut selalu hadir dalam setiap langkah penulis, terutama saat menjalani perkuliahan di Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan memperlancar proses penulisan skripsi ini.

1. Bapak Prof. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum. selaku dosen pembimbing I yang dengan penuh kesabaran, perhatian, dan ketelitian telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

(9)

ix

3. Bapak Drs. Hery Antono, M. Hum., selaku Ketua Progam Studi Sastra Indonesia dan penguji yang dengan sabar serta perhatian dalam membantu proses penyusunan skripsi ini, dan segala masukan atau saran yang beliau sampaikan.

4. Seluruh dosen Progam Studi Sastra Indonesia Drs. B. Rahmanto, M.Hum.; Drs. F X Santoso, M.S.; S.E Peni Adji, S.S. M.Hum.; Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum.; Dr. Yosep Yapi Taum, M.Hum.; Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U, M.A. yang telah memberikan bekal kepada penulis. Segenap karyawan fakultas sastra atas bantuannya selama ini.

5. Kedua orang tua penulis, Sodig Rahayu dan Murtriyatini (alm) atas dukungan doa dan kasih sayang yang tiada hentinya.

6. Maria Noviani Budi Hastuti atas dukungan, doa, serta motivasi yang diberikan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

Namun, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Skripsi ini mengandung banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk perbaikan skripsi ini.

Penulis

(10)

x ABSTRAK

Risto, Deri, 2010. “Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko Dialek Yogyakarta” Skripsi Strata 1 (S1). Progam studi Sastra Indonesia. Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Ada dua masalah yang dibahas. Pertama, apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa berdasarkan penandannya? Kedua, apa saja maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa?.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang mendiskripsikan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Prosedur penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, dan pada tahap (iii) penyajian hasil analisis data. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah metode simak. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian dan Djoko Lodang. Metode yang digunakan dalam menganalisis data adalah metode padan dan metode agih. Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu merupakan kalimat imperatif atau bukan.. Metode agih diterapkan dengan teknik bagi unsur langsung dan teknik baca markah. Teknik bagi unsur langsung diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara sintaksis, serta membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan jenis dan maksudnya. Teknik baca markah digunakan untuk menunjukkan kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko.

(11)

xi

aja, (iv) kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, yang ditandai oleh verba ayo, (v) kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan, yang ditandai oleh verba mangga.

(12)

xii ABSTRACT

Risto, Deri, 2010. “Imperative Sentences in Javanese Ngoko Dialect Yogyakarta”. Undergraduate thesis (S1). Indonesian Literature Department. Faculty of Literature, University of Sanata Dharma.

This thesis discusses about imperative sentences in Javanese Ngoko. There are two problems that have been discussed in this study. The first problem is the kinds of imperative sentence in Javanese based on its signifier. The second

question is about the meaning of Javanese’s imperative sentences.

This research belongs to a descriptive research; it is a research that is done by describing the objects of the research based on their existing facts. There are three procedures of this research, they are: (i) data collection, (ii) data analysis, and (iii) the finding presentation. The researcher uses scanning methods for data collecting technique. For data collecting technique, the researcher also uses non-participant technique or scanning without conversation technique by analyzing or making notes based on the data in the form of imperative sentences in Javanese Ngoko in Risalah Penelitian and Joko Lodhang. The data analyzing technique of this research is by using identity and distributional methods. The identity method is used to analyze a sentence whether it is an imperative sentence or not. The distributional method is used by applying immediate constituent and markers analyzing technique. The immediate constituent analyzing technique is used to observe syntactically the imperative sentences in Javanese and to separate the

imperative sentences in Javanese “ngoko” based on their kind and meaning. The marker analyzing technique is used to show the illocutionary meaning of imperative sentences in Javanese ngoko.

The findings of this research are as following explanation. First, there are two types of Javanese imperative sentence; they are imperative sentence with signifiers and without signifier. The imperative sentences using signifier can be differentiated into seven (7) kinds of sentence, they are: (i) Imperative sentences using verb a. (ii) imperative sentences using verb en. (iii) Imperative sentences using verb na. (iv) Imperative sentences using verb ana. (v) Imperative sentences using command aja. (vi) Imperative sentences using verb ayo, and (vii) Imperative sentences using verb mangga. While the imperative sentences without signifier can be categorized into four types, they are (i) imperative sentences using verb. (ii) Imperative sentences using S-P structures. (iii) Imperative sentences using S-P-O structures. (iv) Imperative sentences using passive verbs as

predicates. The meaning that contains in Javanese “ngoko” can be differentiate

(13)

xiii

DAFTAR SINGKATAN DAN DAFTAR LAMBANG

A. Daftar Singkatan

S : Subjek

O : Objek

P : Predikat

Ket : Keterangan

B. Daftar Lambang

* : Untuk menyatakan bawha ujaran tersebut tidak gramatikal # : Tanda untuk mengakhiri suatu kalimat

2 : Nada sedang

3 : Nada tinggi

1 : Nada rendah

(14)

xiv DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING ... ii

(15)

xv

1.7 Metode dan Teknik Penelitian ... 17

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.7.2 Metode Analisis Data ... 17

1.7.3 Penyajian Hasil Analisis Data ... 19

1.8 Sistematika Penyajian ... 20

BAB II JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF DALAM BAHASA JAWA NGOKO DIALEK YOGYAKARTA ... 22

2.1 Pengantar ... 22

2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda ... 22

2.2.1 Kalimat Imperatif Tidak Berpenanda yang Terdiri Dari Verba Perbuatan . 23 2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P ... 24

2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O ... 24

2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berupa Verba Pasif Di- ... 26

2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda ... 26

2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –a ... 27

2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –en ... 29

2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran –na ... 30

2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran -ana ... 31

2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Akhiran aja... 32

2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Ayo ... 34

2.3.7 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Perintah Mangga ... 36

(16)

xvi

BAB III MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA

JAWA NGOKO DALEK YOGYAKARTA ... 38

3.1 Pengantar ... 38

3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan ... 39

3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan ... 40

3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan ... 41

3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara Berulang-ulang ... 42

3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan ... 43

3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan ... 44

3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah ... 45

3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan ... 45

BAB IV PENUTUP ... 46

4.1 Kesimpulan ... 46

4.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Kalimat imperatif merupakan kalimat yang dibentuk untuk memancing respon yang berupa tindakan (Cook, 1969:49). Ramlan (1986:42-43) berpandangan bahwa kalimat imperatif adalah kalimat yang mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari orang yang diajak bicara. Jadi dapat dikatakan bahwa kalimat imperatif membutuhkan stimulus dan respon. Stimulus ada pada pihak yang akan melakukan perintah atau pihak pertama, sedangkan respon ada pada pihak kedua atau pihak yang diajak berkomunikasi. Contoh kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut.

(1) Tan, mangana sega dhisik!

‘Tan, makanlah nasi dahulu’.

(2) Tut, njupuka panci!

‘Tut, ambilah panci’.

(3) Tri, ngombea obat ben cepet mari watukmu! ‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’.

(18)

dahulu’. Pada kalimat (2) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara (Tut), melakukan tindakan yaitu njupuka panci! ‘ambilah panci’. Pada kalimat (3) penutur mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari mitra bicara (Tri), agar melakukan tindakan ngombea obat ben cepet mari watukmu! ‘ minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’. Selain itu, kalimat (1),

(2), dan (3) merupakan kalimat imperatif karena, memiliki pola intonasi sebagai berikut.

(1a) Tan, mangana sega dhisik! 2 // 2 3 2 // 3 2 3 #

‘Tan, makanlah nasi dahulu’.

(2b) Tut, njupuka panci! 2 // 2 3 // 2 3#

‘Tut, ambilah panci’.

( 3c) Tri, ngombea obat ben cepet mari watukmu! 2 // 2 3 3 // 2 2 // 2 2 2 3 2 3 # ‘Tri, minumlah obat biar cepat sembuh batukmu’.

Kalimat (1a) memiliki pola intonasi sebagai berikut. 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi), 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) kemudian tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat ).

(19)

(nada tinggi) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat).

Kalimat (3c) memiliki pola intonasi sebagai berikut 2 (nada sedang) diikuti tanda // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) tanda // (jeda antar kalimat) 1 (nada rendah) 1 (nada rendah) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) 2 (nada sedang) 3 (nda tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri kalimat).

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dipilih sebagai topik dalam penelitian ini didasarkan alasan sebagai berikut.Pertama, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko belum banyak diteliti. Hal ini terbukti baru ada beberapa tulisan yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, tokoh ahli bahasa yang membahas kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko diantaranya Herawati, Poerwodarminto, Antunsuhana, dan Wening Hendri Purnami. Kedua, menurut peneliti kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki fenomena kebahasaan yang unik untuk diteliti. Fenomena kebahasaan yang unik tersebut diataranya, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki bermacam jenis, memiliki pola intonasi kalimat yang sama, serta memiliki maksud yang berbeda-beda. Ketiga, penelitian ini akan menghasilkan rumusan kaidah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang bermanfaat sebagai masukan penyusunan Tata Bahasa Jawa.

(20)

kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya adalah sebagai beikut.

(4) Mangga lungguh ndhisik! 2 3 // 2 3 // 2 3 #

‘Silahkan duduk dahulu’.

(5) Aja ngrokok nang kene!. 2 3 // 2 3 // 2 3#

‘Jangan merokok di sini’.

(6) Ndhene saiki!. 2 3 // 2 3

‘Kesini sekarang.’

Kalimat (4) memiliki kebahasaan yang unik yaitu memiliki penanda perintah Mangga, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional anatar kalimat) 2 (nada sedang) 1 (nada rendah) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2 (nada sedang) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat).

Kalimat (5) memiliki fenomena kebahasaan fenomena yang unik yaitu memiliki penanda perintah Aja, serta memiliki pola intonasi 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) dan tanda # (tanda untuk mengakhiri suatu kalimat).

(21)

(nada tinggi) // (jeda fungsional antar kalimat) 2 (nada sedang) 3 (nada tinggi) 2(nada sedang) dan tanda # (untuk mengakhiri suatu kalimat).

Hal kedua yang dibahas dalam skripsi ini adalah maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Contoh maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko adalah sebagai berikut.

(7) Mangga, tindak ndhisek!. ‘Silahkan, berangkat dulu!.’

(8) Jupukna gelas kae! ‘Ambilkan gelas itu!.’

(9) Aja turu nang kene!. ‘Jangan tidur di sini!.’

(10)Bungkusana permen kae!. ‘Bungskuslah permen itu!.’

(22)

1.2Rumusan Masalah

Secara umum permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Secara khusus, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut:

1.2.1. Apa saja jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya?

1.2.2. Apa saja maksud yang ada di dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Secara khusus tujuan penelitian sebagai berikut:

1.3.1. Mendeskripsikan jenis- jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya.

1.3.2. Mendeskripsikan maksud kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko.

1.4 Manfaat Penelitian

(23)

dalam Bahasa Jawa ngoko memperkuat teori bahwa jenis kalimat ditentukan oleh pola intonasi dan penandanya. Dalam bidang kajian pragmatik, dekripsi tentang berbagai maksud yang dikandung dalam kalimat imperatif mengukuhkan teori bahwa, penggunaan kalimat dalam berkomunikasi dilatar belakangi oleh maksud penutur. Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah, memberikan masukan dalam penyusunan Tata Bahasa Jawa.

1.5 Tinjauan Pustaka

Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah dikemukakan antara lain oleh Herawati (2012), Wening Handri Purnami (2009) Poerwadarminto (1953:91-96) (dalam Herawati 2012:64), Antunsuhana (1956:36-37) (dalam Herawati 2012: 64) dalam Risalah Penelitian, menguraikan kalimat perintah dari segi seluk beluk pembentukan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa. Herawati membagi jenis-jenis kalimat perintah menjadi delapan jenis yaitu kalimat perintah dengan penanda perintah –a, kalimat perintah dengan penanda – en, kalimat perintah dengan penanda perintah -na, kalimat perintah dengan

penanda perintah ana, kalimat perintah dengan penanda perintah aja, kalimat perintah dengan penanda perintah ayo, dan kalimat perintah dengan penanda perintah mangga.

Wening Handri Purnami dalam penelitian yang berjudul Fungsi Kalimat Imperatif Wacana Hortatori Khotbah Jumat Agung dalam Bahasa Jawa

(24)

perintah i, kalimat perintah dengan penanda perintah en, kalimat perintah dengan penanda perintah –na, kalimat perintah dengan penanda perintah –ana, kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-a, kalimat perintah dengan penanda perintah N-/-aken, kalimat perintah dengan penada perintah aja.

Poerwadarminta dalam buku Sarining Paramasastra Djawa (1953:91-96), mengemukakan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti. Beliau memasukan kalimat perintah dalam jenis kalimat yang menerangkan perbuatan yang harus dilakukan. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa menjadi lima bagian. (i) kalimat perintah aktif (pakon tumandang) kalimat jenis ini

digunakan untuk menyuruh seseorang untuk melakukan suatu tindakan, (ii) kalimat perintah patrap dugunakan untuk menyuruh bagaimana cara harus bertindak. (iii) kalimat perintah pasif (pakon tanggap) mengacu pada sasaran perbuatan atau penderita, (iv) kalimat yang menyatakan niat akan melakukan suatu tindakan, dan (v) kalimat yang menyatakan suatu niat supaya terjadi.

Antunsuhana dalam buku yang berjudul Reringkesaning Paramasastra Djawi II (1956:36-37), menjelaskan kalimat perintah dalam Bahasa Jawa ngoko dari segi arti dan dari segi pemakaiannya. Beliau membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa menjadi dua jenis, yaitu (i) kalimat perintah aktif (pakon tanduk) dan (ii) kalimat pasif (ukara pakon tanggap). Kalimat perintah aktif

(25)

perintah yang harus dilakukan (kalimat pasif) ditandai dengan kata keterangan yang menyatakan suatu keharusan.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko telah dibahas oleh beberapa ahli bahasa. Pembahasan tersebut meliputi jenis-jenis kalimat imperatif, serta pola intonasi. Namun, pembahasan yang dilakukan oleh para ahli bahasa belum menyentuh ke ranah maksud. Oleh karena itu peneliti akan membahas mengenai maksud yang terkandung di dalam kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandanya, serta pola intonasi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.

1.6 Landasan Teori

Pada bagian landasan teori dipaparkan mengenai pengertian kalimat imperatif, jenis-jenis kalimat imperatif, pengertian maksud, serta pengertian penanda.

1.6.1 Pengertian Kalimat Imperatif

(26)

akhir. Tanda // merupakan jeda fungsional antar kalimat. Berikut contoh intonasi kalimat perintah dalam bahasa Jawa ngoko.

(6) ‘Pergilah!’. [2] 3 #

(7) ‘Baca buku itu !’. [2] 3 // [2] 1 #

Kedua, dalam tulisan kalimat perintah diakhiri dengan tanda seru (!).

Berikut contohnya.

(8) ‘Pergilah !’.

(9) ‘Baca buku itu !’.

1.6.2 Jenis-jenis Kalimat Imperatif

Ramlan (1993:38-41) dalam bukunya yang berjudul Sintaksis mengemukakan empat jenis kalimat perintah. Pertama kalimat suruh yang sebenarnya. Kedua kalimat suruh persilahan. Ketiga kalimat ajakan. Keempat kalimat larangan.

(27)

(1) Lerenna! ‘Beristirahatlah’.

(2) Lungguha!

‘Duduklah’.

(3) Tekaa kowe nang omahku!

‘Datanglah engkau ke rumahku’.

(4) Mangkata saiki wae!

‘Berangkatlah sekarang juga’.

Kalimat suruh persilahan merupakan kalimat yang ditandai dengan pola intonasi 2 3 2 #, serta ditandai dengan kata silahkan atau dipersilahkan yang diletakkan di awal kalimat. Berikut contoh kalimat sururh persilahan.

(5) Mangga bapak lenggah tengriki!

‘Silahkan bapak duduk disini’.

(6) Mangga Tuan mendet buku piyambak!. Dipersilahkan Tuan mengambil buku sendiri’.

(7) ‘Mangga tindak omah kula!’.

‘Silahkan datang rumahku’.

(8) Mangga tindak rumiyen!.

‘Dipersilahkan berangkat dahulu’.

(9) Mangga leren!

‘Silahkan beristirahat’.

(28)

dari orang yang diajak berbicara. Perbedaanya apabila kalimat suruh yang sebenarnya mengaharapkan tanggapan dari orang yang diajak berbicara, namun pada kalimat suruh ajakan tidak hanya mengharapkan tanggapan atau respon dari orang yang diajak berbicara, tetapi dari penuturnya. Jadi, kalimat suruh ajakan mengharapkan tanggapan yang berupa tindakan dari pihak pertama atau penutur dan mitra bicara atau mitra tutur.

Kalimat ajakan ditandai oleh pola intonasi 2 3 2 #, tetapi ditandai dengan kata-kata ajakan, seperti kata Ayo, yang diletakkan di awal kalimat. Partikel -lah dapat ditambahkan pada kedua kata itu, menjadi marilah dan ayolah. kalimat boleh di buang, boleh juga tidak. Sebagai contoh:

(10) Ayo, kita mangkat saiki!. ‘Mari, kita berangkat sekarang’.

(11) Ayo, sinau nang perpustakaan pusat!. ‘Mari, belajar ke perpustakaan pusat’.

(12) Ayo, kita dolanan bal-balan!. ‘Mari, kita bermain sepak bola’.

(13) Ayo, kita lungguh nang ngarep! ‘Mari, kita duduk di depan’.

(29)

(14) Aja kowe maca buku kuwi!. ‘Jangan kamu membaca buku itu’.

(15) Aja kowe mangkat dewe! ‘Jangan kamu berangkat sendiri’.

(16) Aja seneng nglarani atine uwong!. ‘Jangan suka menyakiti hatinya orang’.

Peneliti menggunakan teori dari Ramlan dikarenakan kalimat imperatif atau kalimat suruh yang akan dibahas dalam penelitian ini juga menganalisis mengenai kalimat suruh ajakan, kalimat suruh larangan. Jadi peneliti merasa bahwa teori Ramlan dirasa cocok apabila digunakan dalam penelitian ini.

Selain Ramlan yang membahas kalimat imperatif ialah Rahardi (2010:79-83). Ia membagi kalimat imperatif menjadi lima macam, yaitu kalimat imperatif biasa, kalimat imperatif permintaan, kalimat imperatif pemberian izin, kalimat imperatif ajakan, dan kalimat imperatif suruhan.

a) Kalimat Imperatif Biasa

kalimat imperatif biasa ialah, kalimat yang memiliki ciri-ciri (1) berintonasi keras, (2) didukung dengan kata kerja dasar, (3) berpatikel pengeras lah. Kalimat imperatif jenis ini dapat berkisar antara imperatif yang sangat halus

sampai dengan imperatif yang sangat kasar. Contoh.

(30)

b) Kalimat Imperatif Permintaan

Kalimat imperatif permintaan ialah kalimat imperatif dengan kadar suruhan yang sangat halus. Kalimat imperatif suruhan disertai dengan sikap penutur yang lebih merendah dibandingkan dengan sikap penutur pada waktu menuturkan kalimat imperatif biasa. Kalimat imperatif permintaan, ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan tolong, coba, harap, mohon, dan beberapa ungkapan lain, seperti sudilah kiranya, sudilah seandainya, diminta dengan hormat, dan dimohon dengan sangat. Contoh,

(18) Awakku ra penak, tulung ijenke sekolah!. ‘Badan saya tidak enak, tolong izinkan sekolah’.

c) Kalimat Imperatif Pemberian Izin

Kalimat imperatif jenis ini, memiliki maksud untuk memberika izin dan ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silahkan, biarlah, dan beberapa ungkapan lain yang bermakna mempersilahkan, seperti diperkenankan, dan diizinkan. Contoh.

(19) Mangga, mangan ndhisek!.

‘Silahkan makan dahulu’.

d) Kalimat Ajakan

(31)

(20) Ayo Jok mangan bakso Dab supri’.

‘Mari Jok makan bakso Dab supri’

e) Kalimat Imperatif Suruhan

Kalimat imperatif suruhan, biasanya, digunakan bersama dengan penanda kesantunan ayo, biar, coba, harap, hendaklah, hendaknya, mohon, silahkan, dan tolong. Contoh.

(21) Ayo turu wae, Radit ditunngu suwi!.

‘Mari tidur saja, Radit ditunggu lama’.

1.6.3 Pengertian penanda

Alat seperti afiks, konjungsi, preposisi dan artikel yang menyatakan ciri gramatikal atau fungsi kata atau konstruksi Kridalaksana (1993:161). Jadi, kalimat imperatif dalama bahasa Jawa ngoko memiliki afiks, diataranya afiks a, -na, -en, -ana. Selain memiliki afiks, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki

perposisi yaitu kata Mangga, dan kata Ayo.

1.6.4 Pengertian Maksud

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat

(2008:865) kata maksud diartikan sebagai (1) ‘yang dikehendaki atau tujuan’, (2)

‘niat atau kehendak’, (3) ‘makna dari suatu perbuatan, perkataan, peristiwa’.

(32)

Bagi penutur, maksud erupakan kehendak yang dijadikan pangkal tolak melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi 2012:17).

Berdasarkan uraian tersebut, dapat dikemukakan ciri-ciri maksud. Pertama, maksud merupakan unsur luar-tuturan (ekstralingual). Kedua, maksud

bersifat subjektif, yaitu ada di dalam subjek penutur. Ketiga, maksud menjadi titik tolak penutur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Keempat, maksud merupakan sesuatu yang dikejar untuk dipahami mitra tutur. Kelima, maksud berada dibalik tuturan yang mengandung informasi. Keenam, maksud sangat terikat konteks, yaitu diungkapkan dan dipahami melalui tuturan yang berada dalam konteks tertentu. ( Baryadi 2012:17).

Maksud dapat diartikan makna kata. Bagi pembicara atau pendengar pada waktu pertututran terjadi. (Kridalaksana 2008:149). Maksud merupakan sesuatu yang diluar ujaran dilihat dari segi pengujar, orang yang berbicara. Di sini orang- yang berbicara itu mengujarkan suatu ujaran entah berupa kalimat maupun frase,

(33)

1.7 Metode dan Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan melaui tiga tahap, yaitu pada tahap pertama pengumpulan data, tahap kedua analisis data, dan pada taha yang ketiga penyajian hasil analisis data. Berikut akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Objek penelitian ini berada di dalam data berupa kalimat. Data diperoleh dari sumber tertulis yaitu tabloid Djaka Lodang dan Risalah Penelitian.

Data yang dikumpulkan adalah data yang berupa kalimat, yang mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaaan bahasa. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik nonpartisipan atau teknik simak bebas libat cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa kalimat-kalimat yang mengandung kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang terdapat dalam Risalah Penelitian pada kartu data (Sudaryanto, 1993:132-133). Data yang sudah terkumpul diklasifikasi berdasarkan kategorinya dan jenisnya.

1.7.2 Metode Analisis Data

(34)

merupakan metode yang alat penentunya di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa (language) yang bersangkutan. Alat penentunya adalah kenyataan yang ditunjukan oleh bahasa atau referen bahasa (Sudaryanto,1993: 13-14). Karena kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko menyangkut intonasi setiap kalimatnya, maka metode padan dipandang sebagai metode yang tepat.

Metode padan digunakan untuk menganalisis apakah suatu kalimat itu merupakan kalimat imperatif atau bukan. Jika kalimat tersebut sesuai dengan fungsi kalimat imperatif, maka kalimat tersebut dapat dianggap sebagai kalimat imperatif.

(22) Tan, mangana sega ndhisik!. ‘ Tan, makanlah nasi dahulu’.

Kalimat (17) merupakan kalimat imperatif karena memiliki maksud untuk memerintah, menyuruh mitra tutur (Tan) agar melakukan tindakan yaitu mangana sega dhisik!. ‘Makanlah nasi dahulu!’. Dalam metode padan digunakan daya pilah sebagai pembeda reaksi dan kadar keterdengaran. Adapun kaitan dengan mitra wicara yaitu, dapat dibedakan reaksi yang bermacam-macam dari padanya disamping kadar keterdengaran olehhnya. Sebagai contoh.

(23) Jok, jupukna beras!.

‘Jok, ambilkan beras’.

(35)

Dalam penelitian ini juga digunakan metode agih, yaitu metode yang alat penentunya merupakan bagian dari bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993: 13-15). Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik baca markah (BM) dan teknik bagi unsur langsung (BUL). Teknik baca markah (BM) digunakan untuk menunjukkan kejatian kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko. Dalam penelitian ini teknik BM diterapkan untuk melihat kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko secara sintaksis. Dapat dilihat dari contoh berikut.

(19) Tri, ngombe obat!. S P O ‘Tri, minum obat’.

Kalimat (19) merupakan kalimat imperatif, karena termasuk jenis kalimat imperatif yang tidak berpenanda dan memiliki struktur kalimat yaitu S-P-O.

Teknik bagi unsur langsung (BUL) digunakan untuk membagi kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan jenis dan maksudnya. Sebagai contoh kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko Tan, mangana sega dhisik!

‘Tan, makanlah nasi dahulu’!. Kalimat Tan mangana sega dhisik! ‘Tan makanlah

nasi dahulu’! termasuk jenis kalimat imperatif yang berpenanda verba a, serta

tergolong dalam jenis kalimat imperatif yang memiliki maksud untuk memerintah.

1.7.3. Penyajian Hasil Analisis Data

(36)

metode informal, yaitu dengan kata-kata yang biasa yaitu kata-kata yang bersifat denotatif dan bukan kata yang bersifat konotatif. Penyampaian hasil analisis data dalam penelitian ini juga menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tanda, lambang, singkatan dan sejenisnya. Tanda yang digunakan meliputi tanda (*) Sudaryanto (1993:145).

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disususn dalam empat bab. Bab pertama pendahulaun yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, landasan teori, manfaat penelitian, tinjuan pustaka, metode penelitian, dan sistematika penyajian. Latar belakang menguraikan alasan mengapa penulis melakukan penelitian ini. Rumusan masalah menjelaskan masalah yang ditemukan dalam dan penyajian hasil analisis data penelitian ini. Tujuan penelitian mendiskripsikan tujun diadakannya penelitian ini. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang diambil dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan pustaka yang pernah membahas kalimat imperatif dalam bahasa jawa. Metode penelitian menguraikan metode yang digunkan dalam penelitian. Sistematika penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam proposal ini.

(37)

Bab ketiga, mengenai maskud dalam kalimat imperatif. Pada bab ini, peneliti mengungkapkan maksud yang terdapat pada kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko, serta mengungkapkan jenis-jenis kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko berdasarkan penandannya.

(38)

22

BAB II

JENIS-JENIS KALIMAT IMPERATIF

DALAM BAHASA JAWA NGOKO

DIALEK YOGYAKARTA

2.1 Pengantar

Berdasarkan ada tidaknya penanda, kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif tidak

berpenanda dan kalimat imperatif yang berpenanda. Kalimat imperatif tidak berpenanda adalah kalimat yang tidak mengandung penanda seperti mangan!

‘makan!’, bukak! ‘buka!’, dan jupuk! ‘ambil!’. Kalimat imperatif yang berpenanda

adalah kalimat imperatif yang mengandung penanda seperti a, na, en, ana, -aja, -ayo, mangga.

2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda

(39)

(S), predikat (P), dan objek (O). Kalimat imperatif tidak berpenanda merupakan verba pasif, struktur kalimatnya terdiri dari subjek (S) dan (P). Subjek berupa orang kedua, sedangkan perdikat (P) berupa verba pasif. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang tak berpenanda dapat dibedakan menjadi empat, yaitu Pertama kalimat imperatif yang terdiri dari verba perbuatan. Kedua, kalimat

imperatif yang bersetruktur S-P. Ketiga, kalimat imperatif yang berstruktur S-P-O. Keempat, kalimat imperatif yang terdiri dari verba pasif.

2.2.1 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Perbuatan

Kalimat jenis ini, merupakan kalimat imperatif yang berupa verba perbuatan. Sebagai contoh.

(1) Lungguh, ndhisik Jok!.

‘Duduk dulu Jok’.

(2) Cepet tangi, aja turu wae

‘Cepat bangun, jangan tidur terus’.

(3) Cepet lunga, es males aku ro kowe!.

‘Cepat pergi sudah malas saya sama kamu’.

(4) Adus Dit, selak kawanen!.

‘Mandi Dit, keburu kesiangan’.

Kalimat (1-4) merupakan kalimat imperatif yang tergolong kalimat berupa verba dasar.

(40)

kalimat tersebut tidak tergolong kalimat perintah. kalimat (1-4) walaupun tidak disertakan penanda perintahnya, namun tetap memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar, seseorang tersebut melakukan tindakan.

2.2.2 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P

Kalimat jenis ini merupakan kalimat imperatif tak berpenada yang memiliki struktur subjek (S) dan predikat (P), kalimat ini juga tidak lepas dari pola intonasi kalimat perintah. Contoh:

(5) Tase di jupuk! S P ‘Tas di ambil’

(6) Thiwule di pangan!. S P ‘Tiwulnya ( thiwul ‘nama makanan’) di makan’.

Kalimat (5) dan (6) merupakan kalimat tanpa penanda perintah. Kalimat ini memiliki struktur subjek (S), dan predikat (P) atau yang sering disebut dengan kalimat intransitif. Subjeknya (S) berupa orang keduan dan predikat (P) berupa verba perbuatan.

2.2.3 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berstruktur S-P-O

Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berstruktur subjek (S), predikat (P), dan objek (O). Contoh:

(7) Ton, jupuk pelem iki!. S P O

(41)

(8) Dit, gawe layangan! S P O

‘Dit buat layang-layang’.

(9) Tri, ngombe wedang anget! S P O

‘Tri, minumlah air (yang sudah direbus) hangat’.

(10) Jok mangan roti ndhisek S P O

‘ Jok makanlah roti dulu’.

Kalimat (7), (8), (9), dan (10) merupakan kalimat imperatif yang verbanya termasuk verba aktif transitif, karena dalam pemakainnya menuntut adannya peran penderita atau yang disebut dengan objek (O). kalimat (7), (8), (9), dan (10) merupakan kalimat imperatif tanpa penanda perintah, namun kalimat ini tetap tidak bisa lepas dari pola intonasi kalimat perintah. Seperti halnya kalimat imperatif yang merupakan penaggalan dari penanda perintah –a dan kalimat imperatif yang merupakan penanggalan dari penanda perintah –en. Jadi walaupun kalimat perintah diatas tidak disertakan penanda perintahnya, namun tetap kalimat diatas memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar seseorang tersebut melakukan tindakan untuk Jupuk pelem iki!. ‘mengambilkan buah mangga!’.(7). Dit, gawe layangan ‘Dit, buatkan layang-layang!’. (8). Tri, ngombe wedang anget!. ‘Tri, minumlah air hangat!’. (9). Jok mangan roti sek!. ‘ Jok makanlah

(42)

2.2.4 Kalimat Imperatif Tak Berpenanda yang Berunsur Verba Pasif

Di-Kalimat imperatif jenis ini merupakan kalimat yang tanpa diikuti penanda perintah, selain tidak diikuti penanda perintah kalimat ini memiliki verba pasif. Contoh:

(11) Kambil kae dijupuk!. ‘Buah kelapa itu diambil’.

(12) Segane dipangan!. ‘Nasinya dimakan’.

Kalimat (11) dan (12) merupakan kalimat imperatif yang tanpa penanda perintah. Walaupun tidak disertakan perintah penandanya namun tetap memiliki maksud untuk menyuruh seseorang agar mengambilkan buah kelapa (11). Selain itu kalimat (12) juga memiliki maksud memerintah yaitu menyuruh seseorang agar memakan nasi. Kalimat (11) dan kalimat (12) merupakan kalimat pasif. Karena dalam pemakaiannya menuntut adanya peran penderita yang mengisi subjek (S). Contoh:

(11a) Jangane dinehke dhuwur meja! S P Ket. tempat

‘Sayurnya ditaruh diatas meja’

(12b) Platarane disapu!. S P ‘Halamannya disapu’.

2.3 Jenis-jenis Kalimat Imperatif yang Berpenanda

(43)

dalam kalimat imperatif meliputi imbuhan perintah –a, imbuhan perintah –na, imbuhan perintah en, dan imbuhan perintah ana. Selain mendapat imbuhan perintah, kalimat perintah juga mendapat imbuhan kata tertentu yang masih meiliki maksud untuk memerintah yaitu kata aja dan kata ayo.

2.3.1 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran a

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –a adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran a. Kalimat imperatif dengan penanda verba berakhiran–a dapat dibedakan menjadi dua yaitu, verba aktif berakhiran a yang tidak berawalan N (nasal) dan verba aktif berakhiran –a yang berawalan –N (nasal). Kalimat impeartif yang berpenanda verba berakhiran –a disebut juga kalimat aktif, karena kalimat dengan penanda perintah –a bisa juga menggunakan –N (nasal). Berikut ini contohnya.

(i) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan N (nasal).

Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang tidak berawalan – N (nasal) adalah kalimat yang tidak memiliki awalan N (nasal). Kalimat ini

memiliki verba tak transitif karena dalam pemakaianya tidak menuntut kehadiran peran pelaku yang mengisi subjek (S), Nmun kehadiran objek (O) atau penderita wajib hadir. Sebagai contoh.

(44)

(14) Tukua beras !. P O ‘Belilah beras’.

(15) Jupuka wedang!. P O ‘Ambilkan minum’.

(ii) Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan

–N (nasal).

Kalimat imperatif berpenanda verba berakhiran –a yang berawalan –N (nasal), merupakan kalimat yang memiliki awalan –N (nasal). Kalimat ini biasanya berupa verba aktif. Berikut ini contohnya.

(16) Tan mangana sega ndisik!.

Tan makanlah nasi dahulu’.

(17) Tut njupuka panci!.

Tut ambilah panci’.

(18) Tri ngombea obat!.

Tri minumlah obat’.

Kalimat (16), (17), dan (18), merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran a yaitu, mangana ‘makanlah’ (16), njupuka

‘ambilah’ (18), ngombea ‘ambilah’ (17). Verba berakhiran –a pengisi predikat

(45)

yang sama dengan kalimat aktif transitif, yaitu S-P-O. Hal ini dapat ditunjukan sebagai berikut.

(15a) Tan, mangana sega ndisik!. S P O Ket ‘Tan, makan nasi dahulu’.

(16b) Tut, njupuka panci!. S P O ‘Tut, ambil Panci’.

(17c) Tri, ngombea obat!. S P O

‘Tri, minum obat’.

2.3.2 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran en

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Kalimat jenis ini disebut kalimat pasif. Berikut ini contohnya

(18) Sis, pecahen asbak kuwi!. Ket P S

‘Sis, pecahkan asbak itu’.

(46)

2.3.3 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran na

Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran na adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya berupa verba berakhiran –na. Kalimat jenis ini merupakan kalimat yang berciri benefaktif, atau kalimat perintah yang memiliki kepentingan untuk orang yang menyuruh (penutur). Sebagai contoh.

(20) Nuk, tukakna Lombok!.

‘Nuk, belikan Cabai’.

(21) Tin, gawekna wedang!.

‘Tin, buatkan minum’.

(22) Bukana lawang kae ton!.

‘Bukakan pintu itu ton’.

(23) Bapak jupukna ciduk!

Ayah ambilkan gayung’.

Kalimat (20), (21), (22), dan (23) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya (P) berupa verba berakhiran –na, yaitu tukakna ‘belikan’ (20), gawekna ‘buwatkan’ (11), bukakna ‘bukakkan’ (12), jupukna ‘ambilkan’ (13)

(47)

(20a) Nuk, tukakna lombok!.

O P S

‘Nuk, belikan cabai.’

(21b) Tin, gawekna wedang!.

O P S

‘Tin, buatkan minum’.

(22c) Ton, bukakna lawang !. O P S ‘Ton, bukakan pintu’.

(23d) Bapak jupukna ciduk! O P S ‘Ayah ambilkan gayung’

2.3.4 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran ana

Kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran ana adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –ana. Berikut contohnya.

(24) Golekana seng jenenge joko, dekne nde utang ro aku!. ‘Carikanlah yang bernama Joko, dia punya hutang sama

saya’.

(25) Tris, tumpukan buku kae samakana!.

‘Tris, tumpukan buku itu sampulilah’.

(48)

Contoh kalimat (24), (25), (26) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba berakhiran –ana yaitu, tulisana ‘tulisilah’ (24), golekana‘carikanlah’ (25), dan pususana ‘bersihkanlah’ (26). Verba berakhiran

-ana pengisi predikat kalimat imperatif seperti pada contoh (24), (25), dan (26)

merupakan verba pasif. Karena dalam pemakainnya memiliki makna untuk memerintah orang kedua. Sebagai contoh.

(24a) Lis, temboke tulisana!.

Ket S P

‘Lis, t emboknya tulislah’.

(25b) Tris, bukumu samakana!.

Ket S P

‘Tris, bukumu sampulilah’

(26c) Tik, berase pususana!

Ket S P

‘Tik, beras itu bersihkanlah’.

2.3.5 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Larangan Aja

Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran aja adalah kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba pasif karena dalam pemakainannya menggunakan verba kok dan makna kalimat dilakukan oleh orang kedua baik tunggal, maupun jamak. Sebagai contoh:

(27) Sepedhane aja kokgawa!. ‘ Sepedanya jangan kamu bawa’.

(49)

(29) Rotine aja kokpangan!. ‘ Rotinya jangan kamu makan’.

(30) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. ‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi’.

(31) Aja nangis nang kene, Wi!. ‘Jangan menagis disini Wi’.

Kalimat (27), (28), dan (29) merupakan kalimat imperatif yang predikatnya berupa verba pasif, yaitu kokgawa ‘kamu bawa’ (27), kokwaca ‘kamu

baca’ (28), kokpangan kamu makan’ (29). Verba pada kalimat (27), (28), dan (29)

merupakan verba pasif. Karena dalam pemakaiannya menggunakan verba kok, serta maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan olah oleh orang kedua, baik tunggal, maupun jamak. Sedangkan pada kalimat (30) dan (31) merupakan kalimat imjperatif yang predikatnya berupa verba aktif yaitu nangis ‘menangis’ (31) dan dolanan ‘bermain’ (30). Walaupun kalimat (30) dan (31) merupakan verba aktif, namun dapat digolongkan ke dalam verba pasif, karena menyatakan perbuatan oleh orang kedua.

Kalimat perintah pada jenis ini, merupakan kalimat perintah yang maknanya menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Sebagai contoh.

(27a) Sepedhane aja kok gawa!.

S P

(50)

(28b) Bukune aja kok waca saiki!. menyatakan perbuatan yang dilakukan oleh orang kedua, baik tunggal maupun jamak. Selain memiliki intonasi perintah, kalimat (27-31) diberi penanda perintah aja.

2.3.6 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Kata Ajakan Ayo

(51)
(52)

(35d) Ayo Her saiki metu!. S P ‘Mari Her sekarang keluar’.

(36e) Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! P P S Ket. Waktu

‘Kalau begitu mari dicari ,Wi. Ini sudah pukul setengah empat’.

(37d) Wi, ayo boncengan wae!. S P

‘Wi, mari boncengan saja’.

2.3.7 Kalimat Imperatif yang berpenanda Kata Perintah Mangga

Kalimat imperatif yang berpenanda kata perintah manga merupakan kalimat yang memiliki makna untuk memerintah pada orang kedua. Kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran manga, merupakan kalimat pasif. Sebagai contoh:

(38) Mangga, Pak dikon madhang sikek! S P O Ket. Wkt ‘Silahhkan, Pak disuruh makan terlebih dahulu’.

(39) Mangga, Bu ditunggu kene! S P Ket ‘Silahkan, Bu ditunggu disini’.

Kalimat (38) dan (39) merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba

Mangga ‘silahkan’. Selain itu kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga

(53)

pemakainnya menuntut adanya peran pernderita atau yang disebut dengan objek (O).

2.3.8 Kalimat Imperatif yang Berpenanda Verba Berakhiran e

Kalimat imperatif yang berpenanda berakhiran –en merupakan kalimat imperatif yang pengisi predikatnya (P) berupa verba berakhiran –en. Sebagai contoh.

(40) Aku ngelak banget, gaweke wedang!.

‘saya haus sekali, buatkan minum’.

(41) Ton, aku jajakke bakso nang kantin!.

Ton, saya belikan bakso di kantin’.

(54)

38 BAB III

MAKSUD DALAM KALIMAT IMPERATIF BAHASA JAWA NGOKO

DIALEK YOGYAKARTA

3.1 Pengantar

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko memiliki beberapa maksud. yaitu Pertama, maksud untuk memerintah. Kedua, maksud untuk melarang. Ketiga, maksud untuk mempersilahkan, keempat, maksud untuk meyuruh secara

berulang-ulang. Dan kelima, maksud untuk mengajak. Dalam bab ini akan dibahas maksud kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko.

Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko mengandung maksud untuk menyuruh, melarang, menyuruh melakukan tindakan secara berulang-ulang, ajakan, serta maksud untuk mempersilahkan. Kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko yang mengandung maksud menyuruh adalah kalimat imperatif dengan verba perintah a, kalimat imperatif dengan penanda perintah en, kalimat imperatif dengan verba perintah –na.

(55)

Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang memiliki maksud untuk mempersilahkan yaitu kalimat imperatif yang berpenanda verba perintah Mangga

‘Silahkan’.

Bagi penutur, maksud merupakan kehendak yang dijadikan tolak ukur melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mitra tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami

maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya. ( Baryadi 2012:17 ).

3.2 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Suruhan

Kalimat imperatif yang mengandung maksud suruhan ialah kalimat imperatif dengan verba akhiran –a, kalimat imperatif dengan verba akhiran –en, kalimat imperatif dengan verba akhiran na, dan kalimat imperatif dengan verba akhiran

ana. Contoh:

(1) Tut njupuka panci!. ‘ Tut ambilah panci’.

(2) Tan mangana sega dishik!. ‘Tan makanlah nasi dahulu’.

(3) Ton, platarane supunen! ‘Ton, halamannya disapu’.

(4) Tri, aku jupukna wedang!

(56)

Maksud dari kalimat (40) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk mengambilkan panci atau peralatan dapur. Dalam kalimat (41) mengandung maksud untuk menyuruh seseorang yang bernama Tan, untuk makan nasi terlebih dahulu. Maksud kalimat (42) adalah menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk menyapu halaman. Maksud kalimat (43) adalah menyuruh seseorang yaitu Tri untuk mengambilkan minum. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko yang mengandung maksud suruhan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba akhiran –a dan -en, yaitu Njupuka ‘ambilah’ (40). Mangana ‘makanlah’ (41). Sapunen ‘sapulah’ (42). Jupukna ‘ambilkan’ (43).

3.3 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Larangan

Kalimat imperatif yang mengandung maksud larangan ialah kalimat imperatif dengan verba aja. Kalimat jenis ini memiliki maksud untuk melarang agar seseorang tidak melakukan sesuatu. Contoh:

(5) Aja, mbuang sampah sembarangan!

‘Jangan, membuang sampah sembarangan.’

(6) Wedange aja diombe

‘Minumanya jangan diminum.’

(7) Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. ‘Jangan bermain, Mas” Swara saya masih tinggi!’. (8) Aja nagis nang kene, Wi!.

(57)

Pada kalimat (44) mengandung maksud, melarang seseorang agar tidak membuang sampah sembarangan. Pada kailmat (45) mengandung maksud melarang seseorang untuk tidak minum. Pada kalimat (46) mengandung maksud melarang seseorang agar tidak bermain-main. Pada kalimat (47) mengandung maksud melarang seseorang, agar tidak menangis. Kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang merupakan kalimat yang berpenanda verba – aja

‘jangan’.

3.4 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Ajakan

Kalimat imperatif yang mengandung maksud ajakan ialah kalimat imperatif yang berpenanda verba Ayo ‘Mari’. Contoh:

(9) Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!. ‘ Mari, kita semua melihat sepak bola’.

(10) Ayo, diangkat lemarine! ‘Mari, diangkat almarinya’.

(11) Ayo, lungguh nang ngarep!. ‘Mari, duduk di depan’.

(12) Bali ndhisik yo!. ‘Pulang dahulu yuk’.

(13) Ayo Her saiki metu!. ‘Mari Her sekarang keluar’.

(58)

(15) Wi, ayo boncengan wae!. ‘Wi, mari boncengan saja’.

Pada kalimat (48) mengandung maksud, mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk menonton pertandingan sepak bola. Pada kailmat (49) mengandung maksud mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk bersama-sama mengangkat almari. Pada kalimat (50) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk duduk di depan. Pada kalimat (51) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk pulang terlebih dahulu. Pada kalimat (52) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga untuk keluar terlebih dahulu. Pada kalimat (53) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama dan seseorang yang bernama Wi, untuk mencari seseorang karena sudah pukul setengah empat. Pada kalimat (54) memiliki maksud untuk mengajak orang pertama dan orang kedua untuk berboncengan saja. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang mengandung maksud ajakan adalah kalimat yang berpenanda verba –ayo.

3.5 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Menyuruh Secara Berulang-ulang

Kalimat imperif yang tergolong memiliki maksud menyuruh secara berulang-ulan ialah kalimat imperatif dengan penanda verba ana Contoh:

(59)

(17) Tris, bukumu samakana!. ‘Tris, bukumu sampulilah.’

Pada kalimat (55) mengandung maksud menyuruh seseorang yang bernama Ton, untuk membantu mencarikan uang. Pada kalimat (56) mengandung maksud menyuruh seseorang yang bernama Tris, untuk meberi sampul pada buku yang ia miliki secara berulang- kali. Kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa yang mengandung maksud menyuruh secara berulang-kali adalah kalimat yang berpenanda verba –ana yaitu golekana 'carikanlah' (55), samakana ‘sampulilah’ (56).

3.6 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Mempersilahkan

Kalimat imperatif yang tergolong memiliki maksud untuk mempersilahkan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba Mangga ‘Silahkan’. Contoh:

(18) Mangga, dikon mangan ndhisek! Silahhkan, disuruh makan terlebih dahulu’.

(19) Mangga, Bu ditunggu nang kene!

‘Silahkan, Bu ditunggu disini’.

(20) Mangga, mas mampir omah ku sikek! ‘Silahkan, mas datang kerumah saya dahulu’.

(60)

penutur. Kaliamat imperatif dalam Bahasa Jawa Ngoko yang mengadung maksud mempersilahkan adalah kalimat yang berpenanda verba mangga.

3.7 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Permintaan

Kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan, merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na, tulung…-e, tulung…-a. Sebagai contoh:

(21) Aku, ngeleh tukokna maeman!. ‘Saya, lapar belikan makanan’

(22) Aku pengen pelem, mbok opekna!. ‘Saya ingin buah mangga, tolong petikan’.

(23) Radit mau endi, tulung golekke!. ‘Radit tadi mana, tolong carikan’.

(24) Tulung der masakka, aku wes kaliren!. ‘ Tolong Der masak, saya sudah kelaparan’.

(61)

3.8 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Marah

Kalimat imperatif yang mengandung maksud marah merupakan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, -na. berikut contohnya.

(25) Panganen segane kuwi!.

2 3 2 3 2 3 # ‘Makanlah nasi itu’.

(26) Bukakna lawang!.

2 3 2 3 # ‘ Bukakkan pintu’.

Pada kalimat (64) megandung maksud marah, menyuruh menyuruh mitra wicara agar makan nasi. Pada kalimat (65) mengandung maksud marah, yaitu menyuruh mitra wicara agar membukakan pintu.

3.9 Kalimat Imperatif yang Mengandung Maksud Bantuan

Kalimat imperatif dalam bahasa jawa yang mengandung maksud meminta bantuan adalah kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –en, kata tulung. Berikut contohnya.

(27) Delo engkas ana amu, tulung disapu nggon ruang tamu!. ‘Sebentar lagi ada tamu, tolong disapu bagian ruang tamu’.

(28) Aku mangkel karo Anton, jiweten!. ‘Saya jengkel sama Anton, cubitkan’.

(62)

46 BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah melakukan pembahasan tentang jenis-jenis kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab II dan maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko pada bab III, dapat ditarik beberapa kesimpulan. Pertama, bahwa kalimat imperatif dalam Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kalimat imperatif yang berpenanda dan kalimat imperatif yang tak berpenanda. Kalimat imperatif yang berpenanda dapat dibedakan menjadi enam jenis Pertama, kalimat imperatif yang berpenanda verba a. Kedua, kalimat imperatif berpenanda verba en. Ketiga, kalimat imperatif

yang berpenanda verba na. Keempat, kalimat imperatif yang berpenanda verba ana. Kelima, Kalimat imperatif dengan penada perintah aja. Keenam, kalimat

imperatif dengan penanda perintah verba ayo. Ketujuh, kalimat imperatif dengan penanda perintah mangga. Kedelapan kalimat imperatif yang berpenanda verba berakhiran –e.

(63)

Kedua, maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko. Maksud dapat dimengerti sebagai kehendak yang dijadikan tolak ukur

untuk melakukan komunikasi dengan mitra tutur. Tuturan beserta informasi yang dikandungnya adalah sarana mengungkapkan maksud. Bagi mirta tutur, maksud merupakan sesuatu yang diperjuangkan untuk dipahami. Sarana untuk memahami maksud itu adalah tuturan beserta informasi yang ada di dalamnya (Baryadi 2012:17).

Maksud yang terkandung dalam kalimat imperatif Bahasa Jawa ngoko dapat dibedakan menjadi lima jenis sebagai berikut. Pertama kalimat imperatif yang mengandung maksud menyuruh, kalimat jenis ini ditandai oleh verba a, -en, -na. Kedua, kalimat imperatif yang mengandung maksud melakukan tindakan

secara berulang-ulang, kalimat jenis ini ditandai oleh verba ana. Ketiga, kalimat imperatif yang mengandung maksud melarang, kalimat jenis ini ditandai oleh verba aja. Keempat, kalimat imperatif yang mengandung maksud mengajak, kalimat jenis ini ditandai oleh verba ayo. Kelima, kalimat imperatif yang mengadung maksud mempersilahkan, kalimat jenis ini ditandai oleh verba mangga. Keenam, kalimat imperatif yang mengandung maksud bantuan, kalimat

jenis ini ditandai oleh kata tulung dan penanda verba berakhiran e. Ketujuh kalimat imperatif yang mengandung maksud permintaan kalimat jenis ini ditandai oleh berpenanda verba berakhiran –na, kata mbok…-na, tulung…-e, tulung-a. Kedelapan kalimat imperatif yang mengandung maksud marah, kalimat jenis ini

(64)

4.2 Saran

Topik tentang kalimat imperatif dalam bahasa Jawa ngoko masih dapat diperluas lagi permasalahannya. Sebagai contoh, kalimat Imperatif dalam bahasa jawa krama dan krama inggil. Begitu pula dialek dapat diperluas tentang kalimat imperatif dalam bahasa jawa diluar dialek yogyakarta.

(65)

DAFTAR PUSTAKA

Baryadi. Praptomo, I. 2012. Bahasa, Kekuasaan, dan Kekerasan (edisi revisi). Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Dendy, Sugono, dkk (editor). 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Herawati. 2012. Risalah Penelitian. Kalimat Imperatif dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa Yogyakarta.

Kesuma, Jati, Mastoyo, Tri. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa. Jakarta: Carasvatibooks.

Kridalaksana, Harimukti. 1993. Kamus Linguistik (edisi ketiga). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama

Purnami Hendri, Wening. 2009. Fungsi Kalimat Imperatif Wacana Hortatori

Khotbah Jumat Agung Dalam Bahasa Jawa. Yogyakarta: Balai Bahasa.

Rahardi, R. Kunjana. 2010. Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.

Ramlan, M. 1983. Sintaksis. Yogyakarta: Karyono.

Riyadi, Slamet. 1993. “Kalimat Perintah dalam Bahasa Jawa”. Dalam Widyaparwa. Yogyakarta: Balai Penelitian Bahasa, hlm. 63-106

(66)
(67)

LAMPIRAN DATA

1. Ayo Her saiki metu!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:23)

2. Yen ngana ayo digoleki, Wi. Iki wes jam setengah papat! (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)

3. Wi, ayo boncengan wae!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)

4. Aja dolanan, Mas” Swaraku isih dhuwur!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)

5. Aja nagis nang kene, Wi!. (Djoko Lodang, 2 Mei 1992:33)

6. Tan mangana sega dhisik!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75)

7. Tut njupuka panci!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 75)

8. Rin, ngombea obat, ben cepet mari watukmu!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998:

75)

9. Lunga!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 78 )

10.Pecahen asbak kuwi!. (Widyaparwa, 40 Maret 1998: 84)

11.Lis temboke tulisana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91)

12.Tris bukumu samakana!. (Wiyaparwa, 40 Maret 1998: 91)

13.Mangga lungguh ndhisik!

14.Aja ngrokok nang kene!.

15.Ndene saiki!.

(68)

17. Dit, gawe layangan!

18. Tri, ngombe wedang anget!

19. Jok mangan roti sek!.

20. Mangga, dikon mangan sikek!

21. Mangga, Bu ditunggu nang kene!

22. Mangga, mas mampir omah ku sikek!

23. Ayo, kita kabeh nonton bal-balan!.

24. Ayo, diangkat lemarine!.

25. Ayo, lungguh nang ngarep!. .

26. Bali ndhisik yo!.

27. Aja, mbuang sampah sembarangan!

28. Wedange aja diombe!.

29. Nuk, tukakna lombok!.

30. Tin, gawekna wedang!.

31. Bukana lawang kae ton!.

32. Bapak jupukna ciduk!

33. Lungguh!

34. Cepet tangi!.

35. Cepet lunga!.

(69)

37. Tase di jupuk!

38. Thiwule di pangan!.

39. Jangane dinehke dhuwur meja!

40. Platarane disapu!.

41. Kambil kae dijupuk!.

42. Segane dipangan!.

43. Adola kambil!.

44.Tukua beras !.

45. Jupukna wedang!.

46. Tri ngombea obat!.

47. Sepedhane aja kokgawa!.

48. Bukune aja kokwaca saiki!.

49. Rotine aja kokpangan!.

50. Mangga, tindak rumiyen!.

51. Jupukna gelas kae!.

52. Aja turu nang kene!.

53. Bungkusana permen kae!.

54. Kowe tukua beras!.

55. Aku, tukokna sate!.

56. Jupukna kambil kae!.

(70)

58.Aku, ngeleh tukokna maeman!.

59.Aku pengen pelem, mbok opekna!.

60.Radit mau endi, tulung golekke!.

61.Aku, ngeleh tukokna maeman!.

62.Tulung der masakka, aku wes kaliren!.

63.Panganen segane kuwi!.

64.Aku mangkel karo Anton, jiweten!.

65.Delo engkas ana tamu, tulung disapu nggon ruang tamu!.

Referensi

Dokumen terkait

Syukur yang tak terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat-Nya, meninggikan umat yang mengejar ilmu sehingga penulis dapat

International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XXXIX-B7, 2012 XXII ISPRS Congress, 25 August – 01 September 2012,

Membawa dokumen Kualifikasi Asli serta Hard Copynya dari data-data isian formulir kualifikasi yang diinput di dalam Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE) pada alamat website

[r]

iatan pendidikan karakter. Guru Bimbingan Konseling sebagai manajer bermakna bahwa dirinya harus mampu mengelola seluruh keg- iatan yang telah diprogramkan melalui ket-

Kertas kerja ini melihat kesan pembangunan lazim di Bintulu terhadap pengetahuan tempatan yang diamalkan oleh pesawah Iban dalam aktiviti penanaman padi di Kuala Tatau yang

A Selama liburan kepala SKPD wajib lapor setda kota yogyakarta Trobosan Baru Penukaran Uang Dari BI. Ramdhan, Pendongeng

Primavista Solusi, praktikan dapat menyimpulkan bahwa dalam perancangan sebuah desain media promosi ( T-Shirt ), visual yang disampaikan harus dapat memberikan