berkembang menjadi tahap tiga diperlukan tindakan untuk memberi ganti rugi pada pihak yang kalah.
Sumber: (Isenhart dan Spangel (2000) dalam Gamal Pasya, 2009)
William
Hendricks (2006) dan HughMiall
at al (2000)Gayakonflik
yang digunakan oleh pelakukonflik
dapat diketahui setelah penyebaran angket, wawancara maupun pengamatan denganpara pelaku. Berdasarkan studi pustaka, belum ada penjelasan yang memadai bagaimana salah satu gayadipilih
dan menjadiciri
khas pelakukonflik.
Namtm dari kelima gaya konflik, gaya menghindar dan
gayakompetitiflah
yang mesti diawasi. Kedua gayaini memiliki ciri
di manatingkat
kepedulian seseorang sangat rendah terhadap oranglain
namunsifat
mementingkandiri sendiri (egois)
sangattinggi. Apabila
gayainteraksi ini
dipertahankan, maka hubunganindividu
atau kelompok dapat menjadi lebih buruk.yang tak berwujud
kekerasanpada umumnya dapat ditemui
dalam masyarakat-negara yangmemiliki
konsensus mengenai dasar dan tujuan negara dan mengenai mekanisme pengafuran dan penyelesaiankonflik
yang melembaga. Adapun contoh
konflik
yang tak berwujud kekerasanyakni unjuk rasa
(demonstrasi), pemogokan, pembangkangansipil,
pengajuan petisi dan protes, dialog dan polemik melalui surat kabar.Dua
Perspektif Konflik; Liberal
danKonservatif
Bagi kaum liberal antara "Homoeconomicus,' dan
"Homopoliticus"
merupakan duahal yang
sejajar. persainghn dalammemperebutkan
barang-barangbernilai ekonomis be{alan
sejajar dengan persaingan rnemperebutkan posisi -posisi politis.
S emakin Bagus posispolitis
seseorang maka akan semakin besarpula
aksesnya untuk mendapatkan ekonomi, demikian pula sebaliknya semakin besar bagian seseorangdalam bidang ekonorni maka akan semakin besar
pula aksesnya kebagianpolitik. oleh
sebabitu
setiap orang akan bersaing untuk mendapatkan posisi terbaiknya dengan caramenlngkirkan
oranglain, dan tentu saja orang yang memiliki kelebihan
intelligent, keberanian, kekuatan, bahkankelicikanlah yang
akan menang dalam persaingan tersebut. Berbeda menurut pahamkonservatif bakat
yangdimiliki oleh
seorangindividu
memang menjadifaktor
prnyebab darikonflik politik, akan tetapi bakat itu tidak menjelma dalam
bentukintelijent,
kekuatan,kelicikan
sebagaimanadi klaim
oleh kaum liberal,melainkan bakat individu yang lebih didorong oleh
pertimbanganaltruistic. oleh
karenaitu
orang yngpaling
berbakat adalahorang
yang paling baik.SUSI FTTRIA DEWI TEOR!,
METODE DAN STRATEG!
PENGELOIAAT{ KONFUK ]AHAN 40
Hal ini
dapat dijelaskanmelalui
pandangankonservatif
bahwa pada dasarnya manusiamemiliki instink
yang buas seperti binatang, yangingin
menghancurkan oranglain untuk
kepentingannya sendiri.Akan tetapi orang yang paling bias mengendalikan instink kebinatangan
itu
akanmuncul
sebagai orang yang palirrgbaik
untuk mengendalikan pemerintahan.Kelompok inilah yang
disebut dengankaum elit.
Jadi motivasinya tidaklah peng:tasaan ekonomi melainkan hal-hallain
yang dianggaplebih bernilai.
Kemapanankelompok elit ini
akan mendapat penentangandari kelompok
massa yangtidak menyukai
kemapanan, demikianlah terjadinya perjuanganpolitik.
Kemampuan dan bakat yang
dimiliki individu
untuk bias menjadi yangterbaik
tersebuttidak
saja merupakanhal
yang dibawa semenjaklahir
tapijuga
akibat proses pendidikan yangditerima
dalam keluargadan dari lingkungan
masyarakatnya.Oleh sebab itu
orang-ororrg berbakatmenurut versi kaum
konservatifpastilah lahir dari
keluarga yangjrga baik-baik.
Dengan demikian unsur keturunanjuga
menjadipenentu untuk munculnya kelompok elite.
Dengan masuknya unsur keturunan dan keluarga
sebagaikontributor
terciptanya manusia-manusia berbakatbaik,
maka, dalamkelompok
elitejuga muncul kelornpok lain yaitu
kalangan aristokrat.Kalangan
ini
adalah kelompok orang-orang yangmemilki
latar belakang keluarga mapan yangterdidik
secara sempurna danmemiliki
kualitasindividu
yang bagus. Akibatnya mereka senantiasa meneruskan tradisipendidikan
yangbaik itu
kepada anak keturunannya. Lama kelamaanterbentuklah kelas-kelas dalam
masyarakat,yaitu kelas elite
yangterdidik dan mapan serta kelas masyarakat kebanyakan yangtidak terikat
SUS! F]TRIA DEWI TEORI, METODE DAN STRATEGI
PENGELOIAAN KONFLIK TAHAN
4T
dengan aturan-aturan keras seperti
kaum elite. pada akhirnya
kaumkonservatif
cenderungtidak menyukai
suatu perubahanyang
bersifat revolusioner dan frontal.Dua
sebabkonflik poritik; Kemajemukan horisontal
danvertikal Konflik yang
disebabkanstruktur masyarakat yang
majemuk secarakultural
dan sosial, dibagi menjadi dua;l) Kemajemukan horisontal kulfural seperti suku bangsa,
daerah,agama dan ras dapat menirnbulkan
konflik
karena masing_masing unsurkultural
berupaya mempertahankan identitas dan karakteristik budayanya dari ancamankultur
lain.2)
Kemajemukan horinsontal sosial, perbedaan pekeg.aan dan profesi, perbedaan karakteristik tempattinggal
seperti desa dankota
dapatmenimbulkan konflik sebab masing-masing kelompok yang
berdasarkan pekery'aan danprofesi
sertatempat tinggal
tersebutmemiliki
kepentingan berbeda bahkan saling bertentangan.Berbeda dengan kemajemukan
vertikal
iaiah struktur masyarakat yang terpolarisasikan menurut kepemilikan kekayaan, pengetahuan dan kekuasaan. Kemajemukanvertikar
dapat menimbulkankonflik
sebab sebagian masyarakat yangtidak memiliki
atau hanyamemiliki
sedikitkekayaan, pengetahuan dan kekuasaan akan
memiliki
kepentingan yang bertentangan dengankelompok kecil
masyarakatyang
mendominasi ketiga sumber pengaruh tersebut. Jadi distribusi keka yaan,pengetahuan,dan kekaaan yang pincang
merupakan penyebabutama
timburnvakonflik politik.
Namun demikian, kemajemukan horisontal dan vertikal
tidak dengansendirinya
menimbulkankonflik. Hal ini
disebabkan adanyaSUSI FITRTA DEWI
TEORI, f,AefOOeloen
srnerro
PENG EI.OI.AAfT KONFUI( I.AHAN
42
fakta terdapat sejumlah masyarakat yang menerima perbedaan-perbedaan tersebut. Konflik te{adi apabila masing-masing
pihakmemperebutkan sumber yang sama seperti
kekuasaan, kekayaan,kesempatan dan kehormatan. Inilah yang dinamakan
benturan kepentingan, terlebih lagijika
ada pihak yang merasa diperlakukan tidakadil atau
manakalapihak berperilaku
menyentuh"titik
kemarahan"pihak
lain.
(Surbakti, 1992).Dua Struktur Konflik; Menang-Kalah, Menang-Menang
Menurut Paul Conn, situasi konflik pada
dasarnya dibedakanmenjadi
dua;konflik
menang-kalah, ialah situasikonflik
yang bersifat antagonistik sehingga tidak memungkinkan tercapainya suatu kompromidi
antarapihak-pihak
yangterlibat
dalamkonflik. Ciri
strukturkonflik ini yakni tidak
mungkin mengadakan kerja sama, hasil kompetisi akandinikmati oleh
p€m€rrangsaja (pihak
pemenangakan
mendapatan semuanya, sedangkan pihak yang kalah akan kehilangan semuanya) danyang dipcrtaruhkan biasanya menyangkut hal-hall yang
dianggapprinsipil,
seperti hargadiri,
iman kepercayaan, masalah hrdup atau mati danjabatan penting
pemerintahan. Berbeda dengankonflik
menang-menang, ialah suatu situasikonflik
dalam mana pihak-pihak yangterlibat
dalamkonflik
masih mungkin untuk mengadakankompromi danbeke{a
sama sehingga semuapihak akan
mendapatkanbagian dari konflik
tersebut. Yang dipertaruhkan dalam situasi
konflik
biasanya bukanhal-hal
yangprinsipil, tetapi
bukanpula hal
yangtidak
penting. Namunjustru hal itu
dianggap penting maka diadakandialog, komprom
dan kerjasamayangmenguntungkan kedua belah pihak.Ciri
strukturkonflik
SUS! FITRIA DEWI TEORI, METODE DAN STRATEG!
PENG EIOI.AAN KON FUK I.AHAN
43
ini
yaknikompromi
dan kerjasama, hasil kompetisi akandinilanati
oleh kedua pihak tetapi tidak secara maksimal. (surbakti:
1992)Dua Tujuan Konflik
Secara umum ada dua tujuan dasar setiap konflik
yaknimendapatkan dan/atau mempertahankan sumber-sumber.
pertama,pihak-pihak yang terlibat
dalamkonflik memiliki tujuan ),,ng
sama,yakni
sam-sama berupaya mendapatkan hal-halmateril
seperti proyek pembangunan, keunfungan berus aha, tanah yang luas,gaji yan| tinggi Sejumlah masyarakat
berusaha mendapatkanhal-har yang
bersifatnonmateril
sepertijabatan,
kekuasaan, hargadiri,
stafussosial,
rasaaman, tentram dan kebebasan
mengekspresikandiri.
Sedangkansejumlah anggota masyarakat lain justru berupaya keras
untuk mendapatkan dan menjaga keseimbangan antarakeduajenis
kebutuhan tersebut. Kedua,di
satu pihak hendak mendapatkan, sedangkan dipihak lain
berupaya keras mempertaha,kan sumber-sumber yang selamaini
sudah
dimiliki
dengankata lain
berupaya mempertahankandari
usahapihak lain untuk merebut atau
mengurangi sumber..sumber tersebut.Yang ingin
dipertahankan bukan hanya hargadiri,
keselamatan hidup dan keluarganya tetapijuga
wilayawdaerah tempattinggal,
kekayaan, dan kekuasaan yangdimiliki.
pada kenyataannyayang sering
terjadiadalah perpaduan keduanya yakni mendapatkan
sekaligus mempertahankannya.Dalam setiap
kasuskonflik, pihak-pihak
yangterlibat
biasanyamembuat perhit,ngan untung rugi
dengan maksud memaksimalkan perolehan dan meminimalkanresiko
yangakan terjadi.Yang terakhir ini
sesungguhnyamenjadi motif atau tujuan konflik.
(Surbakti,
1992)SUSI FITRIA DEWI TEORI,
METoDE oan srnareci
PENGELOIAAN KONFUK I.AHAN
44
Dua Intensitas Konflik; elisternal
daninternal
Intensitas
konflik lebih merujuk
pada besarnya energi (ongkos)yang dikeluarkan dan tingkat
keterlibatanpartisipan dalam konflik.
Kekerasan
konflik
lebih merujuk pada akibatkonflik
dan akibat senjata yang digunakanuntuk
menyatakan pernusuhan.Ada
beberapafaktor
yang mempengaruhi intensitasdan
mengandung kekerasan tidaknya suatukonflik politik
:a. Dari segi
eksternal sepertikondisi
organisasi,stratifikasi
sosial, kelas dan kemungkinan perubahan status.l) Apabila kondisi
organisasikelompok
yangberkonflik
secara sahterorganisir maka
konflik
yangterjadi
cenderung tanpa kekerasan.Sebaliknya
apabila kelompok yang berkonflik tidak
terorganisir secara sah maka kemungkinankonflik
yang mengandung kekerasan semakin besar.2) Apabila stratifikasi
berasaldari
berbagaijenis
(heterogen), makakonflik
cenderungbersifat
intens. Sebaliknya apabila masyarakat tergolong homogen, (satu jenis) makakonflik
tidak akan intens.3) Apabila
kelas yang mengalamikonflik
berhadapan dengan kelasyang
sama-samamendominasi dari berbagai sektor
(pejabatpemerintahan,
pengusaha,politisi, agamawan) maka konflik cenderung
mengandung kekerasan.Sebaliknya apabila konflik berasal dari dua kelas (yang satu mendominasi yang lain
didominasi) makakonflik
tidak mengandung kekerasan.4) Apabila pihak yang berkonflik
memandangtidak akan te{adi
perubahan status (bagi
diri
dan keturunannya) makakonflik
tidakakan bersifat intens.
Sebaliknyaapabila pihak yang berkonflik memandang akan te{adi perubahan status (bag, diri
danSUSI FITRIA DEWI TEORI, METODE DAN STRATEGI
PENGETOIAAN KONFTIK TAHAN
45