• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Kajian Teori

2.2.1 Konjungtor

2.2.1.3 Jenis-Jenis Konjungtor

Berbagai ahli bahasa Indonesia mengungkapkan jenis konjungtor. Chaer (2011: 140-141) membedakan konjungtor menjadi dua, yaitu konjungtor yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan konjungtor yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat. Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi intra-kalimat dan konjungsi ekstra-kalimat (Kridalaksana 2008: 102—103). Alwi, dkk. (2010:301) membagi konjungtor menjadi empat kelompok berdasarkan perilaku sintaksisnya di dalam kalimat, yaitu konjungtor koordinatif, konjungtor korelatif, konjungtor subordinatif, dan konjungtor antarkalimat.

1) Konjungtor Koordinatif

Chaer (2014:115) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frase, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Konjungsi koordinatif menggabungkan satuan gramatikal secara sederajat, tidak bertingkat, yang memiliki tataran sama.

di ke dari pada bagi ... Karena sesudah sejak sebelum ... Meskipun kalau walaupun sedangkan

Konjungsi koordinatif atau konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk. 2010:303). Adapun yang dimaksud “sama” adalah sama antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa dan klausa, dan seterusnya. Konjungsi koordinatif dalam bahasa Indonesia meliputi dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Berikut contoh konjungsi koordinatif di dalam kalimat.

(1) Konjungtor koordinatif dan sebagai penanda hubungan penambahan atau penjumlahan.

Contoh: a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu. b. Dia mencari saya dan adik saya.

(2) Konjungsi koordinatif sertasebagai penanda hubungan pendampingan. Contoh: a. Suami serta istri.

b. Dia mencari pensil serta kertas.

(3) Konjungsi koordinatif atausebagai penanda hubungan pemilihan `Contoh: a. Saya atau kamu yang akan menjemput Ibu?

b. Aku membeli roti ataukamu mencuci piring?

(4) Konjungsi koordinatif tetapisebagai penanda hubungan perlawanan Contoh: a. Bimo mendengar radio, tetapi Bella mendengar MP3.

b. Sebenarnya anak itu pandai, tetapi malas.

(5) Konjungsi koordinatif melainkansebagai penandan hubungan perlawanan Contoh: a. Saya tidak menjadi notulis, melainkan menjadi moderator.

b. Bukan kota Jakarta, melainkan kota Yogyakarta.

(6) Konjungsi koordinatif padahalsebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Yoko disangka marah, padahal Yoko merasa kecewa.

(7) Konjungsi koordinatif sedangkansebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Ibu sedang memasak, sedangkanAyah membaca koran.

b. Anita mengepel, sedangkanAni tidur.

Selain jenis konjungtor koordinatif dari Alwi, dkk. ada juga jenis kata penghubung setara dari Ramlan yang menandai pertalian semantik ‘perurutan’, yaitu kemudian dan lalu.

a. Aku mandi dengan air dingin dan bercukur, kemudian mengenakan pakaian seragam.

b. Seperti tidak terjadi sesuatu pun, aku menyelami mereka, lalu keluar. Di samping makna ‘pemilihan’, konjungtor atau juga mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjuntor atau pada umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang kurang baik. dalam hal itu partikel pun dapat ditambahkan pada konjungtor atau sehinggga menjadi ataupun. Perhatikan contoh-contoh berikut.

a. Karyawan yang malas atau(pun) tidak jujur akan ditindak.

b. Polisi yang melailaikan tugas atau(pun) yang melakukan pungli akan dipecat.

c. Penumpang dilarang merokok atau(pun) meludah di dalam bus!

Pada kalimat a yang akan ditindak tidak hanya karyawan yang malas saja, tetapi juga yang tidak jujur. Demikian pula pada b yang akan dipecat adalah polisi yang melailaikan tugas maupun yang melakukan pungli. Pada c baik merokok maupun meludah di dalam bus tidak diperkenankan.

Konjungtor koordinatif menandai klausa yang dihubungkan secara koordinasi. Hubungan koordinasi menggabungkan dua klausa atau lebih. Di samping itu, klausa yang dihubungkan oleh konjungtor koordinatif dapat berupa kalimat majemuk (Alwi, dkk. 2010: 403—405).

Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Saya mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan serta maksud kedatangannya.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh konjungtor koordinatif tidak dapat diubah. Jika posisi klausa diubah, akan muncul kalimat majemuk setara yang tidak berterima. Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Dalam pengungsian itu saya melihat orang ditembak dan mayatnya dibuang begitu saja.

b. Anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya, tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris.

c. Saudara harus meminjam uang dari Bank atau menjual rumah Saudara. Apabila klausa yang diawali konjungtor koordinatif diubah posisinya, perubahan itu akan mengakibatkan kalimat-kalimat tersebut tidak berterima.

a. * dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengusngsian itu saya melihat orang ditembak.

b. *Tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris, anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya.

c. * Atau menjual rumah Saudara, Saudara harus meminjam uang dari Bank.

Sebuah koordinator dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini.

a. Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian menerimanya dengan suara bulat.

b. Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah mengancam hakim yang memimpin sidang.

c. Para peserta membuat kerangka karangan dan setelah itu menyusun kalimat utama.

Penggunaan koordinator kemudian sesudah koordinator dan pada kalimat a memperjelas gabungan klausa yang menunjukkan hubungan waktu dan kalimat c (dan setelah itu) untuk lebih memperjelas gabungan klausa yang melanjutkan dari

peristiwa sebelumnya. Pengunaan koordinator malah sesudah dan pada kalimat b untuk lebih menekankan hubungan klausa yang menunjukkan penguatan atau penegasan dari klausa sebelumnya.

2) Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif berbeda dengan konjungsi koordinatif. Konjungtor korelatif harus hadir berpasangan atau berkorelasi. Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, dua frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:304). Pasangan konjungtor korelatif tidak terlalu banyak dan siapapun tidak boleh mengubah pasangan konjungtor korelatif yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bentuk konjungsi ini terbelah, maksudnya unsur yang satu dipisahkan oleh salah satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan (Muslich, 2014: 115). Korelatif berarti mempunyai hubungan timbal balik (KBBI, 2008: 734). Hubungan timbal balik dapat dilihat seperti contoh, baik selalu disandingkan dengan maupun. Baik Andre maupun Sule memberikan lawakan yang bermutu. Jika kata baik ataupun maupun diilangkan, tidak ada lagi hubungan timbal balik. Oleh karena itu, bentuk konjungsi korelatif harus ditulis lengkap saat digunakan di dalam karya ilimiah, khususnya latar belakang skripsi. Macam-macam konjungtor korelatif adalah baik ... maupun, tidak hanya ... tetapi juga, bukan hanya ... melainkan juga, demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah ...entah, jangankan ..., ... pun. Di bawah ini contoh-contoh penggunaan konjungtor korelatif dalam kalimat.

(1) Konjungtor korelatif baik ... maupun ... sebagai penanda hubungan kesetaraan

Contoh: a. Baik mas Bimo maupun orangtuanya sudah pernah ke Singapore.

b. Baik Mrican maupun Paingan merupakan lokasi Universitas Sanata Dharma.

(2) Konjungtor korelatif tidak hanya ... tetapi juga ... sebagai penanda perlawanan

Contoh: a. Pak Ngadi tidak hanya ramah, tetapi juga dermawan.

b.Universitas Sanata Dharma tidak hanya terkenal, tetapi juga rindang.

(3) Konjungtor korelatif bukan hanya ... melainkan juga ... sebagai penanda hubungan perlawanan

Contoh: a. Banjir bukan hanya membuat kerugian materi, melainkan juga merusak lingkungan.

b.Gadis berkacamata itu bukan hanya temanku, melainkan juga pacarku.

(4) Konjungtor korelatif demikian ... sehingga ... sebagai penanda hubungan akibat

Contoh: a. Mobil itu larinya demikian cepat, sehingga sangat sukar untuk dipotret.

b.Cristiano Ronaldo larinya demikian cepat, sehingga sangau sulit untuk dikejar.

(5) Konjungtor korelatif sedemikian rupa ... sehingga sebagai penanda hubungan akibat.

Contoh: a. Persiapan panitia Pekan Bahasa 2015 harus dipersiapkan sedemikian rupa, sehingga hasilnya diharapkan bisa maksimal. b. Kita harus mengerjakannya sedemikian rupa, sehingga hasilnya benar-benar baik.

(6) Konjungtor korelatif apa(kah) ... atau ... sebagai penanda pemilihan Contoh: a. Apa(kah) Anda setuju atau tidak, kami tetap berangkat.

b. Apa(kah) putih atau hitam, aku tetap akan membeli mobil. (7) Konjungtor korelatif entah ... entah ...sebagai pemilihan

Contoh: a. Entah diterima entah ditolak, aku tetap akan meyatakan perasaan.

b. Entah merah entah putih, aku tetap akan membeli Toyota Fortuner.

(8) Konjungtor korelatif jangankan ..., ... pun ...sebagai penanda pertentangan Contoh: a. Jangankan Semarang—Jogja, Semarang—Batam pun dia

tetap akan berangkat.

b.Jangankan membuat tugas, berangkat kuliah pun dia jarang. 3) Konjungtor subordinatif

Konjungsi Subordinatif menghubungkan dua buah satuan bahasa secara tidak sederajat (Chaer, 2011: 103). Salah satu satuan bahasa memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari satuan bahasa yang lain. Konjungtor Subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:305). Salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimatnya, sedangkan klausa lainnya merupakan induk kalimat. Jadi, peneliti menyimpulkan bahwa konjungsi subordinatif menghubungkan klausa dengan klausa yang tidak sederajat bukan menghubungkan kalimat dengan kalimat. Konjungsi subordinatif biasanya digunakan dalam kalimat majemuk bertingkat yang terdapat induk kalimat dan anak kalimat. Konjungsi subordinatif menghubungkan klausa dengan klausa yang tidak sederajat yang menghasilkan kalimat majemuk bertingkat. Di bawah ini akan dipaparkan kelompok konjungtor subordinatif dalam Bahasa Indonesia.

(1) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan waktu: sejak, semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi, selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai, seusai, hingga, sampai

Contoh: a. Ketika paman datang ke rumah, saya sedang tidur. b. Bayu belum tidur hinggabapaknya pulang.

(2) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala

Contoh: a. Jika Elia mengacau di rumah, sepedanya akan dijual kepada Ezebel.

b. Kamu akan ditilang polisi, bila kamu melanggar marka. (3) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pengandaian:

andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya

Contoh: a. Andaikan saya punya sayap, saya akan terbang ke rumahmu. b. Keadaan Dita akan berbeda, seandainya Ibunya datang lebih awal.

(4) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan tujuan: agar, supaya, biar

Contoh: a. Agar perutusan dan tugasnya berjalan dengan lancar, guru agama Katolik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan. b. Arinta sedang belajar dengan rajin di kamar supaya arinta meraih peringkat satu.

Hubungan tujuan juga dapat ditandai dengan subordinator untuk.

Contoh: Anggota DPR itu pergi ke daerah malapetaka untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas.

(5) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan konsesif: biarpun, meski, meskipun, walau, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendati, kendatipun

Contoh: a. MeskipunJuna juara satu di kelas, dia tidak sombong.

b. Aku tetap berangkat ke Jakarta walaupun Arinta ikut bersamaku.

(6) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti

Contoh: a. Dia terlihat sombong seolah-olahdialah yang paling tahu. b. Jono melihat film dengan kacamata 3 dimensi seperti Jono

merasa akan ditabrak paus di dalam film itu.

(7) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab

Contoh: a. Saya terlambat karenaban mobil mengalami kebocoran. b. Arinta dihukum Pak Joko sebab dia tidak mengerjakan PR (8) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan hasil; sehingga,

sampai, sampai-sampai, maka, makanya

Contoh: a. Ari tidak mengerjakan PR, maka dia dihukum Pak Joko. b. Catur sangat mencintai Gladis sampai-sampai dia tidak rela berpisah.

(9) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan alat: dengan, tanpa Contoh: a. Saya menggambar wajahmu denganmenggunakan pensil. b. Saya tidak dapat membuat skripsi tanpameminjam laptopmu. (10)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan cara: dengan, tanpa

Contoh: a. Saya bisa membuat warna abu-abu dengan menggabungkan warna hitam dan putih.

(11)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan komplementasi: bahwa

Contoh: a. Pembahasan skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan Katolik di SMP Santo Paulus Jakarta sudaH cukup baik. b. Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas pelayanan dan persaudaraan mereka sungguh teruji.

(12)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan atributif: yang

Contoh: a. Abel menyambar laptopku yang memuat semua data untuk bahan penelitian Effendi, dkk (2015: 316).

b. Tina termasuk salah seorang yang menerima dana penelitian. Effendi, dkk (2015: 316).

c. Buku yangbaru terbit itumenarik (Effendi 1995, 55).

Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan subjek dengan keterangannya atau objek dengan keterangannya (Chaer, 1990:101).

(13) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan perbandingan: sama ... dengan, lebih ... dari, lebih ... daripada

Contoh: a. Konkretnya pendidik (guru) dituntut lebih dewasa daripada siswa.

Penggunaan konjungtor subordinatif seringkali menimbulkan klausa yang menggantung atau dangling clause. Klausa yang menggantung terjadi jika anak kalimat berdiri tanpa ada induk kalimat yang mendampingi. Klausa yang menggantung atau dangling clause bisa terjadi karena anak kalimat pada kalimat majemuk tidak memiliki induk kalimat, tetapi berdiri sendiri (Rahardi, 2009:24). Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungtor, yaitu salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimatnya, sedangkan klausa lainnya merupakan induk kalimat.

Konjungtor subordinatif menandai klausa yang dihubungkan secara subordinasi. Subordinasi menghubungkan dua klausa yang salah satu klausa di

antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain (Alwi, dkk. 2010: 405—407). Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empat belas juta suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan. b. Pengusaha itu harus membayar pajak walaupun perusahaannya

mengalami kerugian.

c. Kita jangan bertindakan sebelum atasan kita mengambil putusan. Urutan klausa dalam contoh kalimat di atas dapat diubah seperti di bawah ini.

d. Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah.

e. Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

f. Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindakan.

Pemakaian tanda baca koma dalam bahasa tulis atau jeda panjang dalam bahasa lisan yang diletakkan di antara klausa yang berawal dengan subordinator dan klausa utama seperti pada kalimat d, e, dan f bersifat wajib.

4) Konjungtor Antarkalimat

Konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kalimat dengan kalimat (bukan klausa dengan klausa) (Chaer, 2011: 126). Konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan satu kalimat dengan

kalimat yang lain (Alwi, dkk. 2010:305). Peneliti menegaskan bahwa bentuk konjungtor antarkalimat yang sudah baku tidak boleh diubah begitu saja. Pengubahan yang dilakukan akan menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia dalam tulis-menulis dan konteks lisan. Peneliti menegaskan bahwa kata penghubung atau konjungsi atau konjungtor antarkalimat harus berada pada kalimat yang berbeda atau pada kalimat baru dan harus menghubungkan kalimat dengan kalimat. Seperti pendapat Alwi (2010:306) konjungtor antarkalimat selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Senada dengan pendapat Alwi, dkk, . Muslich (2014: 115) mengatakan bahwa konjungsi antarkalimat selalu mengawali kalimat yang dihubungkan. Tentu saja, ia ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini contoh penggunaan konjungtor antarkalimat dalam Bahasa Indonesia.

(1) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, meskipun demikian/begitu/ sunggguhpun/begitu.

Contoh: a. Jakarta telah membangun banyak jalan baru. Meskipun begitu, Jakarta masih dilanda kemacetan.

b. Joni mendapat juara 1 di kelasnya. Sekalipun demikian, dia tidak sombong.

(2) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.

Contoh: a. Setiap bangun pagi, saya mandi dan gosok gigi. Setelah itu, saya ganti pakaian, sarapan, dan berangkat sekolah.

b. Pak Joko setiap hari minggu lari pagi. Selanjutnya, Pak Joko mencuci mobil.

(3) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: tambahan pula, lagi pula, selain itu.

Contoh: a. Yesus sebagai Guru utama para guru akan diteladani dalam segala karya-Nya. Selain itu, guru terus mengembangkan inspirasi dalam pelayanan khususnya kepada para murid.

b. Kami tidak akan berangkat dengan cuaca seperti ini. Lagi pula kami mulai kehabisan bahan bakar.

(4) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebaliknya.

Contoh: a.Jakarta mempunyai Monumen Nasional. Sebaliknya, Yogyakarta mempunyai Tugu Jogja.

b. Anaknya pergi kuliah mengendarai mobil. Sebaliknya, orang tuanya justru mengendari sepeda motor saja.

(5) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan keadaan sebenarnya. Anggota konjungtor ini: sesungguhnya, bahwasanya.

Contoh: a. Dia memang tidak banyak omong. Sesungguhnya, dia adalah siswa yang cerdas.

b. Bapak X memang terkenal cerewet. Bahwasanya, beliau orang yang lumayan bijaksana.

(6) Konjungtor antarkalimat yang menguatkan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: malah(an), bahkan.

Contoh: a. Bayu masih mempunyai utang kepadaku. Bahkan, kemarin siang dia meminjam uang lagi kepadaku sebesar Rp50.000,00.

b. Kakakku meraih nilai Ujian Nasional tertinggi se-kabupaten. Malahan, dia memperoleh beasiswa penuh untuk kuliah di suatu universitas.

(7) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: (akan) tetapi, namun.

Contoh: a. Arinta mempunyai lima laptop. Akan tetapi, tidak semua laptop berfungsi dengan baik.

b. Keadaan setelah peristiwa pengeboman memang sudah mulai aman. Namun, kita harus tetap waspada.

(8) Konjungsi yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan. Anggota konjungtor ini: kecuali itu.

Contoh: a. Gagal panen padi pada tahun 2015 disebabkan oleh air yang kurang, pupuk yang kurang, dan tanah semakin kering. Kecuali itu, hama tikus yang merajalela menjadi salah satu penyebab.

(9) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan konsekuensi. Anggota konjungtor ini: dengan demikian.

Contoh: a. Kebakaran kemarin malam meratakan bangunan pasar. Dengan demikian, kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

b. Pak Joko mengatakan bahwa skripsi saya telah benar. Dengan demikian, minggu depan saya mendaftar ujian pendadaran skripsi. (10)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan akibat. Anggota konjungtor ini:

oleh karena itu, oleh sebab itu.

Contoh: a. Ramdani mengalami cedera lutut kanan. Oleh karena itu, dia tidak bisa mengikuti pertandingan minggu depan.

b. Indeks prestasi kumulatif saya tidak pernah kurang dari 3,55. Oleh sebab itu, saya selalu mendapatkan beasiswa setiap tahun. (11)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kejadian yang mendahului hal

yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebelum itu.

Contoh: a. Taufik Hidayat memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat Asia. Sebelum itu, dia juga memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat ASEAN.

b. Rabu kemarin, saya ditawari beasiswa oleh lembaga X. Sebelum itu, saya ditawari beasiswa oleh Pak Joko untuk 3 tahun kuliah. Alwi membagi jenis konjungsi atau konjungtor menjadi empat. Namun, berdasarkan sifat hubungannya, Ramlan (2008: 39-62). Mengatakan bahwa kata penghubung dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata penghubung yang setara atau koordinatif dan kata penghubung yang tidak setara atau subordinatif. Kata penghubung yang setara ialah konjungtor yang menghubungkan klausa yang setara, yaitu klausa inti dengan klausa inti atau klausa bawahan dengan klausa bawahan. Kata penghubung yang tidak setara ialah konjungtor yang berfungsi

menghubungkan klausa atau kalimat yang tidak setara, maksudnya menghubungkan klausa inti dengan klausa bawahan, atau menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Kedua jenis konjungsi dapat dillihat secara terperinci di bawah ini.

Berdasarkan hubungan semantik yang ditandainya, kata penghubung setara dapat dibagi menjadi 5 golongan.

(1) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”. Contoh kata penghubung ini adalah dan, lagi pula, serta.

(2) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang dipilih. Contoh kata penghuung ini adalah atau.

(3) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi secara berurutan. Contoh kata penghubung ini adalah kemudian, lalu.

(4) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Lebih”, maksud kata penghubung ini adalah sesuatu yang dinyatakan pada anak kalimat melebihi sesuatu yang dinyatakan pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah bahkan.

(5) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perlawanan”, maksud dari “perlawanan adalah sesuatu yang dinyatakan pada satu klausa bertentangan atau berlawanan dengan apa yang dinyatakan pada klausa yang lain. Contoh kata penghubung ini adalah tetapi, akan tetapi, melainkan, namun, padahal, sebaliknya, sedang, sedangkan.

Selanjutnya, kata penghubung tidak setara atau disebut juga kata penghubung yang subordinatif dapat dilihat secara terperinci di bawah ini.

(1) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Waktu” menjelaskan waktu terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah ketika, tatkala, setiap, setiap kali, sebelum, sesudah, setelah, sejak, semenjak, hingga.

(2) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perbandingan”, kata penghubung ini digunakan untuk membandingkan dua hal atau lebih yang disertai kata lebih pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah daripada ... lebih.

(3) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Sebab” digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah sebab, karena.

(4) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik”Akibat” digunakan untuk menjelaskan akibat dari suatu peristiwa yang terjadi. Contoh kata penghubung ini adalah sehingga.

(5) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Syarat” digunkan untuk menjelaskan syarat terjadinya suatu peristiwa atau syarat untuk melakukan suatu hal atau perbuatan. Contoh kata penghubung ini adalah jika, jikalau, kalau, apabila, bila.

Dokumen terkait