• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

Bagan 2.5 Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat

Konjungtor S P O Ket

Pada bagan itu dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan digabung dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan menggunakan konjungtor bahwa.

Kalimat

Klausa 1

Klausa 2

Kalimat 1c

Klausa Utama

Orang tua itu mengatakan Klausa subordinasi

bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan K) dengan klausa (Alwi, dkk. , 2010: 401). Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang. Perhatikan kalimat- kalimat berikut.

a. Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.

c. Saya membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro.

d. Pemerintah membangun jalan raya di daerah transmigrasi yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali.

Dalam kalimat a fungsi S (paman saya) diperluas dengan klausa yang tinggal di Bogor. Dalam kalimat b fungsi P diperluas dengan klausa yang mengajar di beberapa sekolah. Dalam kalimat c fungsi O diperluas dengan klausa yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Dalam kalimat d fungsi keterangan diperluas dengan klausa yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu. Selain itu, Putrayasa (2012: 71) memberikan contoh perluasan kalimat majemuk, yaitu “Perhiasan yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya digadaikan baru saja”. Fungsi S (perhiasan) diperluas dengan klausa relatif yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya.

Dalam makalah Mulyono (2001) kalimat-kalimat di bawah ini merupakan contoh penggunaan konjungsi yang yang memperlihatkan hubungan subordinatif.

a. Saya mempunyai kamus bahasa Indonesia diterbitkan oleh Gramedia. b. Buku bahasa Indonesia ditulis oleh Pak Amran sangat bagus.

c. Paman saya tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Dalam bahasa Indonesia, struktur kalimat di atas, maksudnya dapat dipahami, tetapi tidak lazim dan tidak benar. Maksud dari tidak lazim adalah tidak ada penutur bahasa Indonesia yang menggunakannya. Maksud dari tidak benar adalah tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia. Keempat kalimat di atas merupakan kalimat majemuk yang memiliki hubungan antarklausa bersifat subordinatif. Dalam bahasa Indonesia penanda hubungan atributif satu-satunya adalah yang. Dengan demikian, keempat kalimat di atas secara gramatikal harus menggunakan yang sebagai alat perangkai klausa inti dengan klausa bawahan. Jika keempat kalimat di atas mengabaikan kehadiran konjungsi yang, kalimat di atas dirasakan tidak padu. Oleh karena itu, pembetulan keempat kalimat di atas dapat dilihat di bawah ini.

a. Saya mempunyai kamus bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Gramedia.

b. Buku bahasa Indonesia yang ditulis oleh Pak Amran sangat bagus. c. Paman saya yang tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur yang terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Selain pendapat dari pada ahli di atas, Widjono Hs. (2008: 157) juga mengemukakan perluasan kalimat majemuk.

a. Kami yang mengharapkan kedamaian di Aceh selalu berdiskusi tentang masalah ini.

b. Mereka rajin belajar itu sedang mendiskusikan tugas kelompok.

Pada kalimat di atas kata yang bercetak miring merupakan kalimat dasar atau induk kalimat. Hal itu berarti kedua kalimat di atas mengandung dua klausa dan

yang yang diikuti klausa perluasan berfungsi memperluas fungsi subjek. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas merupakan kalimat majemuk.

Chaer (2009:170—171) juga memberikan penjelasan berkaitan dengan perluasan kalimat. Chaer menggunakan istilah klausa sisipan untuk menyebut klausa sematan. Kalimat luas dibentuk dengan menysipkan sebuah klausa pada klausa lain. Penyisipan dilakukan dengan bantuan konjungsi yang.

a. Orang yang sedang antre minyak tanah itu bukan kakak saya.

b. Kakak saya yang tinggal di Jakarta yang belum menikah dan yang bekerja di Departemen Keuangan tahun depan akan menunaikan ibadah haji.

Kalimat a terdiri atas dua klausa, yaitu Orang sedang antre minyak tanah itu sebagai klausa sisipan dan orang itu bukan kakak saya sebagai klausa utama. Kalimat a dibentuk dengan klausa sisipan disisipkan pada klausa utama di antara subjek dan predikat dengan bantuan konjungsi yang.Kalimat b dibentuk dari sebuah klausa utama dan tiga klausa sisipan. Klausa utamanya adalah Kakak saya tahun depan akan menunaikan ibadah haji. Klausa sisipannya adalah kakak saya tinggal di Jakarta, kakak saya belum menikah, dan kakak saya bekerja di Departemen Keuangan.

2.2.3 Hubungan Atributif

Menurut Alwi, dkk. (2010, 423) hubungan atributif ditandai oleh subordinator yang. Ada dua macam hubungan atributif, yaitu restriktif dan takrestriktif. Klausa yang dihasilkan disebut “klausa relatif” dengan kedua macam hubungan di atas.

2.2.3.1Hubungan Atributif Restriktif

Dalam hubungan ini, klausa relatif mewatasi atau membatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Bila ada suatu nomina yang mendapat keterangan tambahan berupa klausa relatif restriktif, klausa itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangkannya. Penulisan klausa relatif restriktif tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakanganya. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

b. Para pedagang yang mengunggak lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.

c. Pemegang gelar MBA yang kuliah hanya enam bulan harus menanggalkan gelarnya.

Kalimat pertama memperlihatkan bahwa klausa relatif yang tinggal di Bogor, yang tidak ditulis di antara tanda koma, mewatasi makna kata pamannya. Artinya, si pembicara mempunyai beberapa paman; yang meninggal kemarin adalan yang tinggal di Bogor. Kalimat kedua memperlihatkan bahwa tidak semua pedagang kena cekal; hanya yang menunggak lebih dari 35 miliar rupiah yang dicekal meninggalkan Indonesia. Kalimat ketiga memperlihatkan bahwa hanya

pemegang gelar MBA yang kuliahnya sangatlah pendek yang harus menanggalkan gelarnya.

Selain pendapat Alwi, dkk. Ramlan mengemukakan pendapat seperti alwi berkaitan dengan hubungan atribut dengan penanda yang. Ramlan (2005: 73) menggunakan istilah ‘penerang’ untuk menyebut ‘atribut’. Ramlan (2005: 73) mengatakan bahwa ada hubungan makna penerang apabila klausa bawahan (anak kalimat) menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada klausa inti (induk kalimat). Ramlan (2005: 74) mengatakan bahwa kata penghubung atau konjungsi yang digunakan untuk menandai hubungan makna penerang adalah yang. Di bawah ini contoh penggunaan yang pada kalimat.

c. Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.

d. Di samping itu, hutan pun dihuni oleh jenis-jenis binatang liar yang beraneka ragam jenisnya.

Pada kalimat a di atas klausa loncengnya bersuara besar dan nyaring menerangkan frasa gereja kecil. Kalimat di atas terdiri dari tiga klausa, yaitu Bangunan itu terletak di bagian luar kota sebagai klausa 1, berhadapan dengan gereja kecil sebagai klausa 2, dan loncengnya bersuara besar dan nyaring sebagai klausa 3 dan sebagai penerang. Pada kalimat b di atas klausa yang ada di belakang kata yang menerangkan unsur kalimat yang ada di depannya, yaitu Di samping itu, hutan pun dihuni oleh jenis-jenis binatang liar, dan kata yang sebagai penghubung atau konjungsinya.

2.2.3.2 Hubungan Atributif Takrestriktif

Klausa subordinatif yang takrestriktif hanyalah memberikan sekadar informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, isi informasi tidak mewatasi nomina yang mendahului klausa relatif takterstriktif. Oleh karena itu, dalam penulisannya klausa ini diapit oleh tanda koma. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Istri saya, yang tinggal di Bogor,meninggal kemarin.

Pada kalimat pertama klausa relatif yang tinggal di Bogor tidak diapit oleh tanda koma, sedangkan pada kalimat kedua diapit oleh dua tanda koma. Makna dari kedua kalimat tersebut berbeda. Kalimat pertama memperlihatkan bahwa si pembicara mempunyai lebih dari satu istri dan istri yang meninggal adalah yang tinggal di Bogor. Akan tetapi, pada kalimat yang kedua menyiratkan bahwa si pembicara hanya mempunyai satu istri. Klausa relatif takrestriktif yang tinggal di Bogor hanya sekadar memberi keterangan tambahan tempat di mana istrinya tinggal. Contoh klausa atributif restriktif dan klausa atributif takrestriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pegawai kami, yang menyelewengkan dana Inpres, akan ditindak. b. Adik saya, yang masih kelas dua SMP, berumur 12 tahun.

c. KUD, yang menjadi pembeli cengkeh di daerah, sering kehabisan dana. d. Pendapat yang dia nyatakan secara terus terang itu menggugah hati

kami.

2.2.4 Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi bahasa orang dewasa. Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar (Tarigan, 2011: 123-126).

2.2.4.1Kesalahan dan Kekeliruan

Di dalam dunia bahasa, dikenal pula istilah kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake. Dalam dunia pengajaran bahasa, terdapat istilah “kesalahan” dan “kekeliruan”. Kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake dalam pengajaran bahasa dibedakan yakni penyimpangan dalam pemakaian bahasa. Kekeliruan pada umumnya disebabkan oleh faktor performansi. Keterbatasan mengingat sesuatu menyebabkan kekeliruan dalam melafalkan bunyi bahasa, kata, urutan kata, tekanan kata atau kalimat, dan sebagainya. Kekeliruan bersifat acak, artinya dapat terjadi pada setiap tataran linguistik. Kekeliruan biasanya dapat diperbaiki oleh para siswa sendiri bila yang bersangkutan lebih mawas diri, lebih sadar atau memusatkan perhatian. Siswa sebenarnya sudah mengetahui sistem linguistik bahasa yang digunakannya, karena sesuatu hal dia lupa akan sistem tersebut. Selain itu, kekeliruan biasanya tidak lama (Tarigan, 2011:67- 68). Para siswa atau mahasiswa telah mengetahui dan menguasai kaidah bahasa yang berlaku. Namun, karena faktor perfomansi yang dipengaruhi oleh kekuatan fisik, kekeliruan bisa terjadi dalam tataran linguistik apapun.

Sebaliknya, kesalahan disebabkan oleh faktor kompetensi. Artinya siswa memang belum memahami sistem linguistik bahasa yang digunakannya. Kesalahan biasanya terjadi secara konsisten, dan sistematis. Kesalahan bisa berlangsung lama jika tidak diperbaiki. Perbaikan bisa dilakukan oleh guru dengan remedial, latihan, praktek dan sebagainya. Kesalahan bisa menggambarkan pemahaman siswa tentang sistem bahasa yang sedang dipelajari. Namun, seiring pemahaman siswa terhadap sistem bahasa, kesalahan akan berkurang (Tarigan, 2011: 68).Kesalahan disebabkan oleh siswa atau mahasiswa yang belum menguasai kaidah bahasa yang digunakan. Jika kesalahan terjadi pada A, kesalahan selanjutnya hanya akan berkecimpung di dalam itu saja (A). Kesalahan bisa diperbaiki dengan bantuan guru melalui remedial, latihan, praktek, dan sebagainya. Kesalahan itu akan berlangsung lama, jika tidak segera diberi bantuan dari guru. Jadi, kesalahan bukan disebabkan oleh faktor performa siswa atau mahasiswa. Namun, kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan siswa atau mahasiswa terhadap tata bahasa yang digunakan.

Tabel 2.1 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

2.2.4.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor

Penggunaan konjungtor harus sesuai dengan kaidah penggunaan konjungtor. Penggunaan konjungtor yang salah dapat menyebabkan kerancuan makna. Bahkan, penyimpangan ide bisa terjadi. Namun, kesalahan penggunaan konjungtor masih ditemukan dalam karangan ilmiah. Setyawati (2013: 86-88) membagi kesalahan konjungsi sebagai berikut.

1) Penghilangan

Tulisan-tulisan resmi yang di dalamnya terdapat gejala penghilangan konjungsi pada anak kalimat. Justru penghilangan konjungsi itu menjadikan kalimat tidak efektif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

b. Membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

c. Dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

No.

Sudut Pandang Kategori

Kesalahan Kekeliruan

1. Sumber Kompetensi Performansi 2. Sifat Sistematis Tidak sistematis 3. Durasi Agak lama Sementara 4. Sistem Linguistik Belum dikuasai Sudah dikuasai 5. Hasil Perbaikan Penyimpangan Penyimpangan 6. Perbaikan Dibantu oleh guru:

latihan, pengajaran remedial

Siswa sendiri: pemusatan perhatian

Konjungsi jika, apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya sebagai penanda anak kalimat sering ditanggalkan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya pengaruh bentuk partisif bahasa inggris. Karena sudah merata gejala tersebut digunakan di berbagai kalangan, mereka tidak sadar lagi kalau bentuk itu salah. Dalam bahasa Indonesia konjungsi pada anak kalimat harus digunakan sehingga ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini.

d. Karena sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

e. Setelah membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

f. Jika dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

2) Penggunaan yang Berlebihan

Kurangnya kecermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi kerena dua kaidah bahasa bers dan bergabung dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT.

b. Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar infra merah karena sinar infra merah itu mempunyai dispersi yang kecil. c. Meskipun hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu

tidak gentar.

Penulis tidak menyadari kalau bentuk-bentuk ketiga kalimat di atas menggunakan padanan yang tidak serasi, yaitu penggunaan dua konjungsi sekaligus. Seharusnya konjungsi yang digunakan salah satu saja. Perbaikan kalimat-kalimat di tersebut dapat dituliskan sebagai berikut.

a. Walaupun dia belum istirahat seharian, dia datang juga di pertemuan RT. b. Dia belum istirahat seharian,tetapi dia datang juga di pertemuan RT. c. Untuk penyaluran informasi yang efektif, harus dipergunakan sinar infra

merah karena sinar infra merah itu mempunyai dispersi yang kecil. d. Meskipun hukuman sangat berat, tampaknya pengedar ganja itu tidak

gentar.

e. Hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu tidak gentar. 2.2.5 Taksonomi Siasat Permukaan

Ada empat taksonomi kesalahan berbahasa yang penting untuk diketahui, yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif (Tarigan, 2011: 123). Penelitian ini menggunakan taksonomi siasat permukaan yang dikemukakan oleh Tarigan untuk mengkaji jenis kesalahan dalam latar belakang skripsi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma. Taksonomi siasat permukaan atau surface strategy taxonomy menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja mengindarkan atau menghilangkan hal-hal penting, menambahkan sesuatu yang tidak perlu, salah memformasikan hal-hal, dan salah menyusun hal-hal tersebut. Secara garis besar, Tarigan (2011: 133) mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan ini dipaparkan sebagai berikut.

1) Penghilangan (omission)

Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh “ketidakhadiran suatu hal yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan benar”. Penghilangan konjungtor dalam suatu kalimat menyebabkan terjadinya

ketidakjelasan makna dan menyebabkan salah paham. Selain itu, penghilangan dapat menyebabkan suatu kalimat menjadi tidak enak dibaca. Berikut contoh penghilangan berkaitan dengan konjungtor.

Bentuk salah:

Para mahasiswa harus membawa gunting, lem.

Mahasiswa semester baru maupun mahasiswa semester atas harus menghadiri seminar tentang Hari Pahlawan.

Pembenaran:

Para mahasiswa harus membawa gunting dan lem.

Baik mahasiswa baru maupun mahasiswa semester lama harus menghadiri seminar tentang Hari Pahlawan.

Kalimat di atas terdapat penghilangan konjungtor dan dan akat baik untuk melengkapi kata maupun sebagai konjungtor korelatif . Seharusnya konjungtor dan di dalam kalimat tersebut hadir dan kata baik harus hadir sehingga menjadi konjungtor korelatif baik .... maupun .... .

2) Penambahan

Kesalahan penambahan terjadi karena adanya suatu unsur yang muncul (seharusnya tidak muncul) dalam ucapan yang baik dan benar. Penulis merasa baik-baik saja dalam membuat suatu kalimat. Berikut contoh kesalahan penambahan dalam bentuk konjungtor.

Bentuk salah:

Karena larangan dari orang tuanyalah maka suara-suara dan penglihatannya itu semakin jarang dialaminya.

Pembenaran:

Karena larangan dari orang tuanya, suara-suara dan penglihatannya itu semakin jarang dialaminya.

Kalimat di atas mempunyai penambahan kata maka yang tidak benar. Jika dibaca memang enak. Namun, hal itu menyalahi aturan konjungtor dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan partikel lah kurang tepat sehingga lebih baik dihilangkan. Partikel lah tersebut menyebabkan ‘keanehan’ jika dibaca dengan saksama.

3) Salah Formasi

Formasi berarti barisan. Dalam hal ini, barisan unsur kebahasaan yang tidak benar. Unsur kebahasaan pada penelitian ini adalah konjungtor yang hadir berpasangan, tetapi pasangannya tidak benar. Berikut contoh ‘salah formasi’ dalam bentuk konjungtor.

Bentuk salah:

Guru tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja melainkan bertugas juga sebagai saksi murid Kristus di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Pembenaran:

Guru tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga bertugas sebagai saksi murid Kristus di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Konjungtor tidak hanya ... melainkan tidaklah benar. Kalimat tersebut melanggar pasangan konjungtor korelatif di dalam bahasa Indonesia. Konjungtor korelatif tidak hanya bukan berpasangan dengan konjungtor melainkan. Oleh karena itu, konjungtor pada contoh kalimat yang salah di atas dapat diganti dengan konjungtor korelatif tidak hanya ... tetapi juga....

4) Salah Susun

Salah susun bisa berarti penempatan yang tidak benar bagi suatu unsur kebahasaan. Salah susun dalam penelitian ini adalah konjungtor yang disusun tidak sesuai tempat (antarkalimat, secara koordinatif. Berikut contoh ‘salah susun’ dalam bentuk konjungtor.

Bentuk salah 1:

Pada kenyataannya, lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga pengajar agama Katolik sangatlah minim, selain itu pendapatan yang diperoleh jika menjadi guru agama Katolik juga tidak sebandingan dengan jasa yang telah diberikan.

Pembenaran 2:

Pada kenyataannya lembaga pendidikan yang menghasilkan tenaga pengajar agama Katolik sangatlah minim. Selain itu, pendapatan yang diperoleh jika menjadi guru agama Katolik juga tidak sebanding dengan jasa yang telah diberikan.

Bentuk Salah 2:

Menurut pengalaman penulis, ada beberapa fakta mengenai menurunnya motivasi para anggota lektor di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Padahal Paguyuban Lektor Hati Kudus Tuhan Yesus sendiri telah menyediakan sarana melalui berbagai macam bentuk kegiatan untuk para anggota lektor tersebut. (PAK-15-Pawestrin-Ha04)

Pembenaran 2:

Menurut pengalaman penulis, ada beberapa fakta mengenai menurunnya motivasi para anggota lektor di Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, padahal Paguyuban Lektor Hati Kudus Tuhan Yesus sendiri telah menyediakan sarana melalui berbagai macam bentuk kegiatan untuk para anggota lektor tersebut. (PAK-15-Pawestrin-Ha04)

Kalimat di atas mengandung kesalahan salah susun berkaitan dengan konjungtor antarkalimat. Kata selain itu merupakan konjungtor antarkalimat. Alwi (2010, 305) mengatakan bahwa konjungtor selain itu termasuk konjungtor antarkalimat yang selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf

pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Selain itu, Rahardi (2009: 25) menyatakan bahwa konjungtor antarkalimat lazimnya juga cenderung bersifat idiomatis. Chaer (2011: 126) juga mengatakan bahwa konjungtor antarkalimat adalah konjungtor yang menghubungkan kalimat dengan kalimat (bukan klausa dengan klausa). Konjungtor padahal merupakan konjungtor koordinatif bukan konjungtor antarkalimat. Oleh karena itu, bentuk salah 2 harus dibenarkan seperti pada pmebenaran 2. Dengan demikian, bentuk kalimat menjadi sesuai dengan kaidah penggunaan konjungtor.

2.2.6 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir dalam penelitian ini berguna memperjelas alur pikir peneliti. Bagan di bawah ini menjadi bentuk gambaran kerangka berpikir.

Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015

Konjungtor yang digunakan dalam latar belakang skripsi

Kesalahan penggunaan konjungstor yang digunakan dalam latar belakang skripsi

Penggunaan konjungtor (Alwi, dkk.:2010) Kesalahan penggunaan konjungtor (Alwi, dkk., 2010; Tarigan, 2011) Hasil Analisis Simpulan Analisis Data

51 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Analisis Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015 merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Arikunto (2013: 3) mengatakan bahwa penelitian deskriptif merupakan penelitian yang benar-benar hanya memaparkan apa yang terdapat atau terjadi dalam sebuah kancah, lapangan, atau wilayah tertentu. Moleong (2006: 6) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dikaji secara holistik dengan cara mendeskripsikan dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang ilmiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Arikunto (2013: 3) menyatakan bahwa kegiatan penelitian deskriptif hanya memotret apa yang terjadi pada diri objek atau wilayah yang diteliti. Kemudian, memaparkan apa yang terjadi dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, seperti apa adanya.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif karena tidak hanya menganalisis penggunaan konjungtor, tetapi juga menganalisis kesalahan yang terdapat pada skripsi. Oleh karena itu, fenomena dalam penelitian ini adalah

kesalahan pengunaan konjungtor yang terdapat pada latar belakang skripsi. Kemudian, fenomena kesalahan penggunaan konjungtor dipaparkan secara menyeluruh (holistik) menggunakan teori mengenai konjungtor.

Penelitian ini tidak menghubungkan beberapa variabel dan tidak membuat hipotesis. Peneliti hanya akan menggambarkan keadaan sebenarnya, yaitu penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor. Peneliti menambahkan bahwa penggunaan dan kesalahan konjungtor akan dipaparkan atau dideskripsikan dalam bentuk kata-kata secara lugas dan apa adanya. Pada bagian pembahasan penggunaan konjungtor, peneliti akan membahas lebih lanjut

Dokumen terkait