• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa program studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma angkatan 2010 lulusan tahun 2015"

Copied!
277
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Insep Pitomo NIM. 121224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN

PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh: Insep Pitomo

121224007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya persembahkan skripsi ini untuk:

1. Tri Tunggal Maha Kudus yang senantiasa memberi berkat-Nya. 2. Yesus Kristus Guru Sejati.

3. Kepada kedua orang tua tercinta Sunyoto dan Darwati yang tak pernah lelah berjuang memberi dorongan moral ataupun finansial sampai saat ini dengan penuh cinta kasih.

4. Pakde, Paman, budhe dan saudara-saudara saya lainnya yang telah memberi semangat dan nasihat serta doa

(6)

v MOTO

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu." (1 Petrus 5:7)

Science without religion is lame. Religion without science is blind. (Albert Einstein)

Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang besar... Tetapi kita dapat melakukan banyak hal kecil dengan cinta yang besar”

(Mother Teresa)

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Pitomo, Insep. 2017. Analisis Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015. Skripsi. Yogyakarta: Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini membahas penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi. Peneliti memilih latar belakang skripsi karena latar belakang skripsi merupakan bahasa asli hasil pemikiran dari penulis skripsi sehingga akan tampak kemampuan asli dalam menggunakan konjungtor. Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penggunaan konjungtor dan kesalahan penggunaan konjungtor pada skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Instrumen penelitian ini adalah peneliti sendiri. Sumber data penelitian lima belas latar belakang skripsi. Data penelitian ini berupa kalimat yang mengandung konjungtor. Tahap analisis data mencakup identifikasi, klasifikasi, interpretasi, dan verifikasi.

(10)

ix ABSTRACT

Pitomo, Insep. 2017. The Using of Conjunction Analysis in Thesis Background Student of Sanata Dharma University’s Chatolic Religion Education Study Program 2010th F orce 2015 Years Graduated. Thesis. Yogyakarta: Indonesian Language Literature Education, Teacher training and Education Faculty, Sanata Dharma University.

This research discusses the use of conjunction and the errors found in the background of several theses. The researcher chose the thesis background because it uses original language style of the researchers’ thoughts that shows their ability in using conjuction. The aim of this research is to describe the use of conjuction and the errors found in several theses written by students of Catholic Religion Education Study Program from batch 2010 and graduated in 2015.

This research belongs to qualitative descriptive research. The instrument was the researcher himself. The sources of this research were fifteen theses backgrounds. The data were sentences which used conjuction. The research procedure consisted of identification, clarification, interpretation, and verification.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan lancar. Skripsi yang berjudul ANALISIS PENGGUNAAN KONJUNGTOR PADA LATAR BELAKANG SKRIPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA ANGKATAN 2010 LULUSAN TAHUN 2015 ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia.

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak di bawah ini.

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Dr. Yuliana Setyaningsih, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma.

3. Dr. Y, Karmin, M.Pd., dosen pembimbing I yang telah membimbing dengan sabar, memotivasi, dan memberi berbagai masukan bagi peneliti mulai dari awal hingga skripsi ini selesai dengan baik.

4. Galih Kusumo, S.Pd., M.Pd., dosen pembimbing II yang telah membimbing dengan sabar, memotivasi, dan memberi berbagai masukan bagi peneliti mulai dari awal hingga skripsi ini selesai dengan baik.

5. Dr. B. Widharyanto, M.Pd., sebagai triangulator dalam penelitian ini.

6. Segenap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang telah mendidik, membimbing, mendukungan, dan membantu serta nasihat yang sangat bermanfaat bagi penulis dari awal kuliah sampai selesai.

(12)
(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTO ... v

LEMBAR PERSYARATAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK ... vi

PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Definisi Istilah ... 6

1.6 Sistematika Penyajian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 9

2.1 Penelitian yang Relevan ... 9

2.2 Kajian Teori ... 11

2.2.1 Konjungtor ... 11

(14)

xiii

2.2.1.2 Konjungtor dan Preposisi ... 13

2.2.1.3 Jenis-Jenis Konjungtor ... 14

2.2.1.4 Tugas Konjungsi ... 31

2.2.2 Hubungan Koordinasi dan Subordinasi ... 32

2.2.2.1 Hubungan Koordinasi ... 32

2.2.2.2 Hubungan Subordinasi ... 34

2.2.3 Hubungan Atributif ... 39

2.2.3.1 Hubungan Atributif Restriktif ... 39

2.2.3.2 Hubungan Atributif Takrestriktif ... 41

2.2.4 Kesalahan Berbahasa ... 42

2.2.4.1 Kesalahan dan Kekeliruan ... 42

2.2.4.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor ... 44

2.2.5 Taksonomi Siasat Permukaan ... 46

2.2.6 Kerangka Berpikir ... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 51

3.1 Jenis Penelitian ... 51

3.2.Sumber Data dan Data Penelitian ... 52

3.3 Instrumen Penelitian ... 52

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 53

3.5 Teknik Analisis Data ... 54

3.6 Triangulasi ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

4.1 Deskripsi Data ... 58

4.2 Hasil Analisis Data dan Pembahasan ... 59

4.2.1 Konjungtor yang Digunakan pada Latar Belakang Skripsi ... 59

4.2.1.1 Konjungtor Koordinatif... 59

4.2.1.2 Konjungtor Korelatif ... 65

4.2.1.3 Konjungtor Subordinatif ... 67

(15)

xiv

4.2.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor pada Latar Belakang Skripsi... 91

4.2.2.1 Penghilangan ... 91

4.2.2.2 Penambahan ... 95

4.2.2.3 Salah Formasi ... 100

4.2.2.4 Salah Susun ... 102

BAB IV PENUTUP ... 126

5.1 Simpulan ... 126

5.2 Implikasi... 127

5.3 Saran... 128

5.3.1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik ... 128

5.3.2 Dosen atau Guru... 129

5.3.2 Peneliti Lain ... 129

DAFTAR PUSTAKA ... 130

SUMBER DATA PENELITIAN ... 133

LAMPIRAN ... 135

(16)

xv

DAFTAR TABEL

(17)

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Preposisi dan Konjungtor ... 14

Bagan 2.2 Hubungan Antarkalusa Secara Koordinasi ... 33

Bagan 2.3 Pembentukan Kalimat Majemuk Setara ... 34

Bagan 2.4 Hubungan Antarkalusa secara Subordinasi ... 35

(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

(19)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Bahasa adalah suatu sistem lambang yang berupa bunyi, bersifat arbitrer, digunakan oleh suatu masyarakat tutur untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri (Chaer, 2011: 1). Bahasa sebagai alat komunikasi meliputi bahasa tulis dan lisan. Bahasa tulis menuntut kelengkapan unsur tata bahasa, ketepatan pilihan kata, ketepatan penerapan kaidah ejaan, serta pungtuasi untuk membantu kejelasan pengungkapan diri ke dalam bentuk ragam bahasa tulis.

Sugono (2009: 17-20) mengatakan bahwa bahasa tulis harus memenuhi kriteria, yaitu jelas (bertalian dengan makna yang terkait dengan unsur-unsur gramatikal, seperti subjek, predikat, atau objek/keterangan), tegas (bertalian dengan interpretasi, tidak rancu), tepat (bertalian dengan kata/istilah), dan lugas (tidak bermajas dan tidak berpanjang-panjang). Bahasa tulis berurusan dengan tata cara penulisan, sedangkan bahasa lisan berurusan dengan lafal.

(20)

kemampuan asli dalam menggunakan konjungtor. Latar belakang harus memaparkan alasan mengapa menulis suatu judul, memaparkan kesenjangan/ masalah, dan gambaran kegunaan dari hasil penelitian. Oleh sebab itu, seseorang harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah, khususnya bahasa Indonesia kaidah penulisan konjungtor.

Pemakaian konjungtor yang tepat pada latar belakang skripsi dapat membantu pembaca untuk memahami intisari latar belakang. Akan tetapi, jika latar belakang skripsi menggunakan konjungtor yang kurang tepat, berdampak buruk pada pemahaman pembaca. Contoh dampak penggunaan konjungtor yang salah sebagai berikut.

Meskipun Bunda Maria hanya manusia biasa yang diberi rahmat dan diangkat oleh Allah untuk menjadi bunda Allah dan Bunda bagi keluarga Katolik. (PAK-15-Wuriusadani-Ha06)

Bentuk tersebut benar disebut kalimat, tetapi salah jika disebut klausa. Kalimat di atas belum selesai sebab tidak mempunyai induk kalimat. Kalimat tersebut membuat pembaca bingung, sebenarnya inti klausa itu atau induk klausa tersebut di mana. Sebagai sebuah sistem, bahasa terbentuk oleh suatu aturan, kaidah, atau pola tertentu, baik dalam bidang tata bunyi, tata bentuk kata, maupun tata kalimat. Bila aturan, kaidah, atau pola ini dilanggar, komunikasi dapat terganggu (Chaer, 2011: 1). Sebenarnya kalimat di atas harus digabungkan dengan kalimat sebelumnya.

(21)

Penulisan karya ilmiah harus memperhatikan tata bahasa, dalam hal ini adalah konjungtor. Penghilangan konjungtor bisa mengakibatkan makna dalam kalimat menjadi kurang jelas. Selain itu, penghilangan konjungtor bisa mengakibatkan pembaca kesulitan dalam memahami suatu kalimat.

Dalam pengamatan sementara, peneliti menemukan bahwa beberapa latar belakang skripsi dari Program Studi Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma mengandung kesalahan penggunaan konjungtor yang setara yang menyatakan ‘perlawanan’ atau ‘petentangan’ yang ditandai dengan kata tetapi,

akan tetapi, baik ... maupun, namun, padahal, selanjutnya, dan sedangkan. Selain itu, peneliti juga menemukan penggunaan konjungtor yang benar, yaitu konjungtor dengan, selain itu, sehingga, dan karena. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis lebih jauh berkaitan dengan penggunaan dan kesalahan dalam pengunaan konjungtor.

Penelitian ini akan membahas dua hal, yaitu analisis penggunaan konjungtor dan analisis kesalahan konjungtor dalam latar belakang skripsi mahasiwa IPPAK. Alasan peneliti memilih angkatan 2010 karena jumlah skripsi pada angkatan 2010 tersebut lebih banyak daripada jumlah skripsi angkatan lainnya. Oleh karena itu, peneliti memandang bahwa skripsi IPPAK lulusan tahun 2015 angkatan 2010 memberikan data yang cukup untuk penelitian ini. Selain itu, analisis konjungtor pada skripsi memang pernah dilakukan. Namun, pemilihan latar belakang skripsi berdasarkan angkatan yang sama belum ada sejauh pengamatan peneliti.

(22)

yaitu mahasiswa IPPAK harus bisa membuat buku pegangan pengajaran Pendidikan Agama Katolik dan menerbitkan karangan-karangan kateketis (misi IPPAK dari website usd.ac.id).

Dua misi di atas menggambarkan bahwa mahasiswa IPPAK harus memiliki kompetensi menulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Untuk menerbitkan buku dan menulis karangan-karangan, tentunya bahasa yang digunakan harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, khususnya penggunaan konjungtor. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisis penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015. 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut.

1. Konjungtor apa saja yang digunakan pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015?

(23)

1.3 Tujuan Penelitian

Berkaitan dengan rumusan masalah di atas, peneliti merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan penggunaan konjungtor latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

2. Mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam penggunaan konjungtor pada latar belakang skripsi mahasiswa Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Angkatan 2010 Lulusan Tahun 2015.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan sebagai berikut.

1. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas kajian mengenai pemakaian konjungsi, terutama pada penulisan karya-karya ilmiah.

2. Bagi Dosen Pembimbing Skripsi

(24)

3. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi informasi bagi peneliti-peneliti selanjutnya berkaitan dengan masalah pemakaian konjungtor (konjungsi).

1.5Definisi Istilah

Berikut ini dipaparkan batasan istilah untuk menyamakan berbagai konsep yang digunakan.

1. Kesalahan

Kesalahan adalah penyimpangan yang disebabkan oleh faktor kompe- tensi (Tarigan, 2011: 68).

2. Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi bahasa orang dewasa. (Tarigan, 2011: 123).

3. Analisis Kesalahan Berbahasa

(25)

4. Konjungtor

Konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat: kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat. (Alwi, dkk. 2010:301).

5. Konjungtor Koordinatif

Konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk. 2010:303).

6. Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, dua frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:304).

7. Konjungtor Subordinatif

Konjungtor Subordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua klausa atau lebih, dan klausa itu tidak memiliki status sintaksis yang sama. (Alwi, dkk. 2010:305).

8. Konjungtor Antarkalimat

(26)

1.6 Sistematika Penyajian

(27)

9 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab landasan teori ini dibahas penelitian yang relevan dan kajian teori. Penelitian yang relevan menguraikan secara singkat dua penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Pada landasan teori akan diuraikan beberapa teori yang digunakan dalam penelitian ini.

2.1 Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Anggitasari (2013) dengan skripinya yang berjudul Pemakaian Konjungsi pada Kolom Tajuk Surat Kabar Harian Jogja Bulan Agustus Tahun 2012. Penelitian yang dilakukan oleh Anggitasari menemukan sepuluh konjungsi yang sering digunakan dalam tajuk Harian Jogja. Konjungsi yang ada 36,2%, dan ada 18,31%, hanya ada 3,82%, adalah ada 3,42%, hingga/sehingga ada 2,92%, bahkan ada 2,51%, dan karena ada 2,31%. Selain itu, peneliti juga menemukan 36 kesalahan penggunaan konjungsi. Kesalahan itu adalah 11 kesalahan penggunaan konjungsi tapi/tetapi, 6 kesalahan penggunaan konjungsi dan, 5 kesalahan penggunaan kongjungsi jika/jikalau, 5 kesalahan pada penggunaan kongjungsi yang, 4 kesalahan pada pemakaian konjungsi sedangkan, 3 kesalahan pada pemakaian konjungsi namun, dan 2 kesalahan penggunaan konjungsi bahkan.

(28)

2011/2012. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 38 karangan terbagi menjadi 827 kalimat yang belum disusun secara teratur dan efektif. Kesalahan penggunaan preposisi dan konjungsi pada karangan siswa kelas X SMA 1 Mojotengah Wonosobo meliputi kesalahan preposisi di- dan ke- yang sering salah penulisan dengan afiksasi di- dan ke-, dan kesalahan memilih preposisi dalam membentuk kalimat. Selain itu, terjadi kesalahan penggunaan konjungsi yaitu penggunaan konjungsi yang berlebihan sehingga menyebabkan ketidakefisien, penggunaan konjungsi di awal kalimat, sedangkan penyebab terjadinya kesalahan kalimat adalah ketidaktelitian siswa tentang kaidah penulisan kata, kaidah pemakaian tanda baca, dan faktor kosakata siswa yang belum cukup banyak.

Kedua penelitian di atas relevan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan. Penelitian tentang konjungtor masih layak dilakukan karena kesalahan penggunaan konjungsi masih terus terjadi dan harus dikaji terus-menerus. Kesalahan penggunaan konjungtor pada skripsi mahasiswa masih banyak dijumpai, padahal skripsi merupakan karya ilmiah.

(29)

Kelebihan yang kedua, penelitian ini akan membahas penggunaan konjungtor pada 15 latar belakang skripsi Pendidikan Agama Katolik lulusan tahun 2015 angkatan 2010. Peneliti memilih latar belakang skripsi sebagai sumber data supaya berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya.

2.2 Kajian teori

Pada bagian kajian teori diuraikan kerangka teori yang akan digunakan sebagai pedoman dalam menjawah permasalahan dalam penelitian ini. Hal tersebut meliputi konjungtor, pengertian konjungtor, konjungtor dan preposisi, jenis-jenis konjungtor, tugas konjungsi, hubungan koordinasi dan subordinasi, hubungan atributif, kesalahan berbahasa, kesalahan dan kekeliruan, kesalahan penggunaan konjungtor, dan taksonomi siasat permukaan serta kerangka berpikir. 2.2.1 Konjungtor

Konjungtor berperan penting dalam membantu pembaca memahami kalimat dalam suatu wacana. Berkaitan dengan itu, pengertian konjungtor dibahas oleh banyak sumber.

2.2.1.1 Pengertian Konjungtor

(30)

dua satuan kebahasaan yang memang sejajar atau sederajat (Rahardi, 2009: 14). Selain itu, Chaer (2011: 140) mengatakan bahwa konjungsi merupakan kata yang digunakan untuk menghubungkan kata dengan kata, klausa dengan klausa, atau kalimat dengan kalimat.

Berdasarkan pendapat ahli di atas, peneliti menyimpulkan bahwa konjungtor adalah kata tugas yang menghubungkan dua satuan bahasa yang sederajat, kata dengan kata, frasa dengan frasa, klausa dengan klausa, dan kalimat dengan kalimat. Penelitian ini mengikuti pendapat yang diungkapkan oleh Alwi, dkk. seperti pada definisi istilah. Penelitian ini menggunakan istilah konjungtor untuk menyebut konjungsi seperti pendapat Alwi.

Di dalam suatu kata, frasa, klausa, dan kalimat bisa terhubung jika ada suatu hal yang menjadi penanda hubung atau konjungsi. Di bawah ini diberikan contoh hubungan tersebut.

a. Hijau atau merah yang akan kamu suka? b. Anita yang cantik dan Jono yang ganteng. c. Bimo menendang bola agar Bimo mencetak gol.

d. Yogyakarta bisa menjadi alternatif liburan. Oleh karena itu, saya sering berlibur ke Yogyakarta.

(31)

menghubungkan kalimat Yogyakarta bisa menjadi alternatif liburan dengan kalimat saya sering berlibur ke Yogyakarta.

2.2.1.2 Konjungtor dan Preposisi

Konjungtor sering sulit dibedakan dengan preposisi atau kata depan. Jika dilihat secara sekilas, konjungsi dan preposisi sering sulit untuk dibedakan. Preposisi selalu diikuti oleh kata/frasa, sedangkan konjungtor diikuti oleh klausa, khususnya kata penghubung (konjungsi atau konjungtor yang tidak setara (Ramlan, 2008: 63). Alwi, dkk (2010:302) mengatakan bahwa ada bentuk yang hanya berfungsi sebagai preposisi, ada bentuk yang hanya berfungsi sebagai konjungtor, dan ada juga bentuk yang dapat berfungsi baik sebagai preposisi maupun sebagai konjungtor.

Perhatikan contoh berikut ini.

a. Dia tidak kuliah karena masalah keuangan. b. Aminah suah tinggal di sini sejak bulan Agustus. c. Kami boleh menemui dia setelah pukul 14.00 d. Dia tidak kuliah karena uangnya habis.

e. Aminah sudah tinggal di sini sejak dia berumur dua puluh tahun. f. Kami boleh menemui dia setelah dia salat Jumat.

(32)

Bagan 2.1 Preposisi dan Konjungtor

Berbagai ahli bahasa Indonesia mengungkapkan jenis konjungtor. Chaer (2011: 140-141) membedakan konjungtor menjadi dua, yaitu konjungtor yang menghubungkan kata, klausa, atau kalimat yang kedudukannya sederajat atau setara dan konjungtor yang menghubungkan klausa dengan klausa yang kedudukannya tidak sederajat. Konjungsi dibagi menjadi dua, yaitu konjungsi intra-kalimat dan konjungsi ekstra-kalimat (Kridalaksana 2008: 102—103). Alwi,

dkk. (2010:301) membagi konjungtor menjadi empat kelompok berdasarkan perilaku sintaksisnya di dalam kalimat, yaitu konjungtor koordinatif, konjungtor korelatif, konjungtor subordinatif, dan konjungtor antarkalimat.

1) Konjungtor Koordinatif

Chaer (2014:115) konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua satuan bahasa (kata, frase, klausa atau kalimat) dalam kedudukan yang setara. Konjungsi koordinatif menggabungkan satuan gramatikal secara sederajat, tidak bertingkat, yang memiliki tataran sama.

(33)

Konjungsi koordinatif atau konjungtor koordinatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua unsur kebahasaan atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama (Alwi, dkk. 2010:303). Adapun yang dimaksud “sama” adalah sama antara kata dan kata, antara frasa dan frasa, antara klausa

dan klausa, dan seterusnya. Konjungsi koordinatif dalam bahasa Indonesia meliputi dan, serta, atau, tetapi, melainkan, padahal, dan sedangkan. Berikut contoh konjungsi koordinatif di dalam kalimat.

(1) Konjungtor koordinatif dan sebagai penanda hubungan penambahan atau penjumlahan.

Contoh: a. Dia menangis dan istrinya pun tersedu-sedu. b. Dia mencari saya dan adik saya.

(2) Konjungsi koordinatif sertasebagai penanda hubungan pendampingan. Contoh: a. Suami serta istri.

b. Dia mencari pensil serta kertas.

(3) Konjungsi koordinatif atausebagai penanda hubungan pemilihan `Contoh: a. Saya atau kamu yang akan menjemput Ibu?

b. Aku membeli roti ataukamu mencuci piring?

(4) Konjungsi koordinatif tetapisebagai penanda hubungan perlawanan Contoh: a. Bimo mendengar radio, tetapi Bella mendengar MP3.

b. Sebenarnya anak itu pandai, tetapi malas.

(5) Konjungsi koordinatif melainkansebagai penandan hubungan perlawanan Contoh: a. Saya tidak menjadi notulis, melainkan menjadi moderator.

b. Bukan kota Jakarta, melainkan kota Yogyakarta.

(6) Konjungsi koordinatif padahalsebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Yoko disangka marah, padahal Yoko merasa kecewa.

(34)

(7) Konjungsi koordinatif sedangkansebagai penanda hubungan pertentangan Contoh: a. Ibu sedang memasak, sedangkanAyah membaca koran.

b. Anita mengepel, sedangkanAni tidur.

Selain jenis konjungtor koordinatif dari Alwi, dkk. ada juga jenis kata penghubung setara dari Ramlan yang menandai pertalian semantik ‘perurutan’,

yaitu kemudian dan lalu.

a. Aku mandi dengan air dingin dan bercukur, kemudian mengenakan pakaian seragam.

b. Seperti tidak terjadi sesuatu pun, aku menyelami mereka, lalu keluar. Di samping makna ‘pemilihan’, konjungtor atau juga mempunyai makna ‘penambahan’. Untuk makna penambahan seperti itu, konjuntor atau pada

umumnya dipakai bila makna kalimatnya berkaitan dengan hal-hal yang kurang baik. dalam hal itu partikel pun dapat ditambahkan pada konjungtor atau sehinggga menjadi ataupun. Perhatikan contoh-contoh berikut.

a. Karyawan yang malas atau(pun) tidak jujur akan ditindak.

b. Polisi yang melailaikan tugas atau(pun) yang melakukan pungli akan dipecat.

c. Penumpang dilarang merokok atau(pun) meludah di dalam bus!

Pada kalimat a yang akan ditindak tidak hanya karyawan yang malas saja, tetapi juga yang tidak jujur. Demikian pula pada b yang akan dipecat adalah polisi yang melailaikan tugas maupun yang melakukan pungli. Pada c baik merokok maupun meludah di dalam bus tidak diperkenankan.

(35)

Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Saya mengetahui kedatangannya, tetapi tidak mengetahui tujuan serta maksud kedatangannya.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh konjungtor koordinatif tidak dapat diubah. Jika posisi klausa diubah, akan muncul kalimat majemuk setara yang tidak berterima. Perhatikan contoh di bawah ini.

a. Dalam pengungsian itu saya melihat orang ditembak dan mayatnya dibuang begitu saja.

b. Anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya, tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris.

c. Saudara harus meminjam uang dari Bank atau menjual rumah Saudara. Apabila klausa yang diawali konjungtor koordinatif diubah posisinya, perubahan itu akan mengakibatkan kalimat-kalimat tersebut tidak berterima.

a. * dan mayatnya dibuang begitu saja, dalam pengusngsian itu saya melihat orang ditembak.

b. *Tetapi hampir-hampir menjadikannya tokoh legendaris, anak itu hanya tiga tahun mengenal neneknya.

c. * Atau menjual rumah Saudara, Saudara harus meminjam uang dari Bank.

Sebuah koordinator dapat didahului oleh koordinator lain untuk memperjelas atau mempertegas hubungan antara kedua klausa yang digabungkan. Perhatikan ketiga kalimat di bawah ini.

a. Sidang mempertimbangkan usul salah seorang peserta dan kemudian menerimanya dengan suara bulat.

b. Terdakwa itu tidak menunjukkan penyesalannya dan malah mengancam hakim yang memimpin sidang.

c. Para peserta membuat kerangka karangan dan setelah itu menyusun kalimat utama.

(36)

peristiwa sebelumnya. Pengunaan koordinator malah sesudah dan pada kalimat b untuk lebih menekankan hubungan klausa yang menunjukkan penguatan atau penegasan dari klausa sebelumnya.

2) Konjungtor Korelatif

Konjungtor korelatif berbeda dengan konjungsi koordinatif. Konjungtor korelatif harus hadir berpasangan atau berkorelasi. Konjungtor korelatif adalah konjungtor yang menghubungkan dua kata, dua frasa, atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama (Alwi, dkk. 2010:304). Pasangan konjungtor korelatif tidak terlalu banyak dan siapapun tidak boleh mengubah pasangan konjungtor korelatif yang tidak sesuai dengan Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Bentuk konjungsi ini terbelah, maksudnya unsur yang satu dipisahkan oleh salah satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan (Muslich, 2014: 115). Korelatif berarti mempunyai hubungan timbal balik (KBBI, 2008: 734). Hubungan timbal balik dapat dilihat seperti contoh, baik selalu disandingkan dengan maupun. Baik Andre maupun Sule memberikan lawakan yang bermutu. Jika kata baik ataupun maupun diilangkan, tidak ada lagi hubungan timbal balik. Oleh karena itu, bentuk konjungsi korelatif harus ditulis lengkap saat digunakan di dalam karya ilimiah, khususnya latar belakang skripsi. Macam-macam konjungtor korelatif adalah

baik ... maupun, tidak hanya ... tetapi juga, bukan hanya ... melainkan juga,

demikian ... sehingga, sedemikian rupa ... sehingga, apa(kah) ... atau, entah

(37)

(1) Konjungtor korelatif baik ... maupun ... sebagai penanda hubungan kesetaraan

Contoh: a. Baik mas Bimo maupun orangtuanya sudah pernah ke Singapore.

b. Baik Mrican maupun Paingan merupakan lokasi Universitas Sanata Dharma.

(2) Konjungtor korelatif tidak hanya ... tetapi juga ... sebagai penanda perlawanan

Contoh: a. Pak Ngadi tidak hanya ramah, tetapi juga dermawan.

b.Universitas Sanata Dharma tidak hanya terkenal, tetapi juga rindang.

(3) Konjungtor korelatif bukan hanya ... melainkan juga ... sebagai penanda hubungan perlawanan

Contoh: a. Banjir bukan hanya membuat kerugian materi, melainkan juga merusak lingkungan.

b.Gadis berkacamata itu bukan hanya temanku, melainkan juga pacarku.

(4) Konjungtor korelatif demikian ... sehingga ... sebagai penanda hubungan akibat

Contoh: a. Mobil itu larinya demikian cepat, sehingga sangat sukar untuk dipotret.

b.Cristiano Ronaldo larinya demikian cepat, sehingga sangau sulit untuk dikejar.

(5) Konjungtor korelatif sedemikian rupa ... sehingga sebagai penanda hubungan akibat.

(38)

(6) Konjungtor korelatif apa(kah) ... atau ... sebagai penanda pemilihan Contoh: a. Apa(kah) Anda setuju atau tidak, kami tetap berangkat.

b. Apa(kah) putih atau hitam, aku tetap akan membeli mobil. (7) Konjungtor korelatif entah ... entah ...sebagai pemilihan

Contoh: a. Entah diterima entah ditolak, aku tetap akan meyatakan perasaan.

b. Entah merah entah putih, aku tetap akan membeli Toyota Fortuner.

(8) Konjungtor korelatif jangankan ..., ... pun ...sebagai penanda pertentangan Contoh: a. Jangankan Semarang—Jogja, Semarang—Batam pun dia

tetap akan berangkat.

b.Jangankan membuat tugas, berangkat kuliah pun dia jarang. 3) Konjungtor subordinatif

(39)

(1) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan waktu: sejak,

semenjak, sedari, sewaktu, ketika, tatkala, sementara, begitu, seraya, selagi,

selama, serta, sambil, demi, setelah, sesudah, sebelum, sehabis, selesai,

seusai, hingga, sampai

Contoh: a. Ketika paman datang ke rumah, saya sedang tidur. b. Bayu belum tidur hinggabapaknya pulang.

(2) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan syarat: jika, kalau,

jikalau, asal(kan), bila, manakala

Contoh: a. Jika Elia mengacau di rumah, sepedanya akan dijual kepada Ezebel.

b. Kamu akan ditilang polisi, bila kamu melanggar marka. (3) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pengandaian:

andaikan, seandainya, umpamanya, sekiranya

Contoh: a. Andaikan saya punya sayap, saya akan terbang ke rumahmu. b. Keadaan Dita akan berbeda, seandainya Ibunya datang lebih awal.

(4) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan tujuan: agar, supaya,

biar

Contoh: a. Agar perutusan dan tugasnya berjalan dengan lancar, guru agama Katolik harus memiliki pengetahuan dan keterampilan. b. Arinta sedang belajar dengan rajin di kamar supaya arinta meraih peringkat satu.

Hubungan tujuan juga dapat ditandai dengan subordinator untuk.

(40)

(5) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan konsesif: biarpun,

meski, meskipun, walau, walaupun, sekalipun, sungguhpun, kendati,

kendatipun

Contoh: a. MeskipunJuna juara satu di kelas, dia tidak sombong.

b. Aku tetap berangkat ke Jakarta walaupun Arinta ikut bersamaku.

(6) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan pembandingan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti

Contoh: a. Dia terlihat sombong seolah-olahdialah yang paling tahu. b. Jono melihat film dengan kacamata 3 dimensi seperti Jono

merasa akan ditabrak paus di dalam film itu.

(7) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan sebab: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab

Contoh: a. Saya terlambat karenaban mobil mengalami kebocoran. b. Arinta dihukum Pak Joko sebab dia tidak mengerjakan PR (8) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan hasil; sehingga,

sampai, sampai-sampai, maka, makanya

Contoh: a. Ari tidak mengerjakan PR, maka dia dihukum Pak Joko. b. Catur sangat mencintai Gladis sampai-sampai dia tidak rela berpisah.

(9) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan alat: dengan, tanpa Contoh: a. Saya menggambar wajahmu denganmenggunakan pensil. b. Saya tidak dapat membuat skripsi tanpameminjam laptopmu. (10)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan cara: dengan, tanpa

Contoh: a. Saya bisa membuat warna abu-abu dengan menggabungkan warna hitam dan putih.

(41)

(11)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan komplementasi:

bahwa

Contoh: a. Pembahasan skripsi ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pendidikan Katolik di SMP Santo Paulus Jakarta sudaH cukup baik. b. Hal ini menunjukkan bahwa spiritualitas pelayanan dan persaudaraan mereka sungguh teruji.

(12)Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan atributif: yang

Contoh: a. Abel menyambar laptopku yang memuat semua data untuk bahan penelitian Effendi, dkk (2015: 316).

b. Tina termasuk salah seorang yang menerima dana penelitian. Effendi, dkk (2015: 316).

c. Buku yangbaru terbit itumenarik (Effendi 1995, 55).

Konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan subjek dengan keterangannya atau objek dengan keterangannya (Chaer, 1990:101).

(13) Konjungtor subordinatif yang menunjukkan hubungan perbandingan: sama ... dengan, lebih ... dari, lebih ... daripada

Contoh: a. Konkretnya pendidik (guru) dituntut lebih dewasa daripada siswa.

Penggunaan konjungtor subordinatif seringkali menimbulkan klausa yang menggantung atau dangling clause. Klausa yang menggantung terjadi jika anak kalimat berdiri tanpa ada induk kalimat yang mendampingi. Klausa yang menggantung atau dangling clause bisa terjadi karena anak kalimat pada kalimat majemuk tidak memiliki induk kalimat, tetapi berdiri sendiri (Rahardi, 2009:24). Kalimat majemuk bertingkat dalam bahasa Indonesia terdiri atas dua klausa atau lebih yang dihubungkan oleh konjungtor, yaitu salah satu dari klausa itu merupakan anak kalimatnya, sedangkan klausa lainnya merupakan induk kalimat.

(42)

antaranya merupakan bagian dari klausa yang lain (Alwi, dkk. 2010: 405—407). Di samping itu, salah satu klausa yang dihubungkan oleh konjungtor subordinatif dapat pula berupa kalimat majemuk. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Ketua partai itu tetap menyatakan kebanggaannya karena ternyata partainya masih dapat meraih hampir empat belas juta suara pemilih setelah suara itu dihitung ulang.

Selain itu, pada umumnya posisi klausa yang diawali oleh subordinator dapat berubah. Perhatikan kalimat di bawah ini.

a. Para pejuang itu pantang menyerah selama hayat dikandung badan. b. Pengusaha itu harus membayar pajak walaupun perusahaannya

mengalami kerugian.

c. Kita jangan bertindakan sebelum atasan kita mengambil putusan. Urutan klausa dalam contoh kalimat di atas dapat diubah seperti di bawah ini.

d. Selama hayat dikandung badan, para pejuang itu pantang menyerah. e. Walaupun perusahaannya mengalami kerugian, pengusaha itu harus

membayar pajak.

f. Sebelum atasan kita mengambil putusan, kita jangan bertindakan.

Pemakaian tanda baca koma dalam bahasa tulis atau jeda panjang dalam bahasa lisan yang diletakkan di antara klausa yang berawal dengan subordinator dan klausa utama seperti pada kalimat d, e, dan f bersifat wajib.

4) Konjungtor Antarkalimat

(43)

kalimat yang lain (Alwi, dkk. 2010:305). Peneliti menegaskan bahwa bentuk konjungtor antarkalimat yang sudah baku tidak boleh diubah begitu saja. Pengubahan yang dilakukan akan menyimpang dari kaidah bahasa Indonesia dalam tulis-menulis dan konteks lisan. Peneliti menegaskan bahwa kata penghubung atau konjungsi atau konjungtor antarkalimat harus berada pada kalimat yang berbeda atau pada kalimat baru dan harus menghubungkan kalimat dengan kalimat. Seperti pendapat Alwi (2010:306) konjungtor antarkalimat selalu memulai kalimat yang baru dan tentu saja huruf pertamanya ditulis dengan huruf kapital. Senada dengan pendapat Alwi, dkk, . Muslich (2014: 115) mengatakan bahwa konjungsi antarkalimat selalu mengawali kalimat yang dihubungkan. Tentu saja, ia ditulis dengan huruf kapital. Berikut ini contoh penggunaan konjungtor antarkalimat dalam Bahasa Indonesia.

(1) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: biarpun demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu,

meskipun demikian/begitu/ sunggguhpun/begitu.

Contoh: a. Jakarta telah membangun banyak jalan baru. Meskipun begitu, Jakarta masih dilanda kemacetan.

b. Joni mendapat juara 1 di kelasnya. Sekalipun demikian, dia tidak sombong.

(2) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya. Anggota konjungtor ini: kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.

Contoh: a. Setiap bangun pagi, saya mandi dan gosok gigi. Setelah itu, saya ganti pakaian, sarapan, dan berangkat sekolah.

(44)

(3) Konjungsi antarkalimat yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: tambahan pula, lagi pula, selain itu.

Contoh: a. Yesus sebagai Guru utama para guru akan diteladani dalam segala karya-Nya. Selain itu, guru terus mengembangkan inspirasi dalam pelayanan khususnya kepada para murid.

b. Kami tidak akan berangkat dengan cuaca seperti ini. Lagi pula kami mulai kehabisan bahan bakar.

(4) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebaliknya.

Contoh: a.Jakarta mempunyai Monumen Nasional. Sebaliknya, Yogyakarta mempunyai Tugu Jogja.

b. Anaknya pergi kuliah mengendarai mobil. Sebaliknya, orang tuanya justru mengendari sepeda motor saja.

(5) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan keadaan sebenarnya. Anggota konjungtor ini: sesungguhnya, bahwasanya.

Contoh: a. Dia memang tidak banyak omong. Sesungguhnya, dia adalah siswa yang cerdas.

b. Bapak X memang terkenal cerewet. Bahwasanya, beliau orang yang lumayan bijaksana.

(6) Konjungtor antarkalimat yang menguatkan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: malah(an), bahkan.

Contoh: a. Bayu masih mempunyai utang kepadaku. Bahkan, kemarin siang dia meminjam uang lagi kepadaku sebesar Rp50.000,00.

b. Kakakku meraih nilai Ujian Nasional tertinggi se-kabupaten. Malahan, dia memperoleh beasiswa penuh untuk kuliah di suatu universitas.

(7) Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: (akan) tetapi, namun.

Contoh: a. Arinta mempunyai lima laptop. Akan tetapi, tidak semua laptop berfungsi dengan baik.

(45)

(8) Konjungsi yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan. Anggota konjungtor ini: kecuali itu.

Contoh: a. Gagal panen padi pada tahun 2015 disebabkan oleh air yang kurang, pupuk yang kurang, dan tanah semakin kering. Kecuali itu, hama tikus yang merajalela menjadi salah satu penyebab.

(9) Konjungtor antarkalimat yang menyatakan konsekuensi. Anggota konjungtor ini: dengan demikian.

Contoh: a. Kebakaran kemarin malam meratakan bangunan pasar. Dengan demikian, kerugian mencapai ratusan juta rupiah.

b. Pak Joko mengatakan bahwa skripsi saya telah benar. Dengan demikian, minggu depan saya mendaftar ujian pendadaran skripsi. (10)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan akibat. Anggota konjungtor ini:

oleh karena itu, oleh sebab itu.

Contoh: a. Ramdani mengalami cedera lutut kanan. Oleh karena itu, dia tidak bisa mengikuti pertandingan minggu depan.

b. Indeks prestasi kumulatif saya tidak pernah kurang dari 3,55. Oleh sebab itu, saya selalu mendapatkan beasiswa setiap tahun. (11)Konjungtor antarkalimat yang menyatakan kejadian yang mendahului hal

yang dinyatakan sebelumnya. Anggota konjungtor ini: sebelum itu.

Contoh: a. Taufik Hidayat memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat Asia. Sebelum itu, dia juga memperoleh medali emas pada kompetisi tingkat ASEAN.

b. Rabu kemarin, saya ditawari beasiswa oleh lembaga X. Sebelum itu, saya ditawari beasiswa oleh Pak Joko untuk 3 tahun kuliah. Alwi membagi jenis konjungsi atau konjungtor menjadi empat. Namun, berdasarkan sifat hubungannya, Ramlan (2008: 39-62). Mengatakan bahwa kata

(46)

menghubungkan klausa atau kalimat yang tidak setara, maksudnya menghubungkan klausa inti dengan klausa bawahan, atau menghubungkan induk kalimat dengan anak kalimat. Kedua jenis konjungsi dapat dillihat secara terperinci di bawah ini.

Berdasarkan hubungan semantik yang ditandainya, kata penghubung setara dapat dibagi menjadi 5 golongan.

(1) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan”. Contoh kata penghubung ini adalah dan, lagi pula, serta.

(2) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Pemilihan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang dipilih. Contoh kata penghuung ini adalah atau.

(3) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perurutan”, kata penghubung ini digunakan untuk menjelaskan peristiwa yang terjadi secara berurutan. Contoh kata penghubung ini adalah kemudian, lalu.

(4) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Lebih”, maksud kata penghubung ini adalah sesuatu yang dinyatakan pada anak kalimat melebihi sesuatu yang dinyatakan pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah bahkan.

(5) Kata penghubung setara yang menandai pertalian semantik “Perlawanan”, maksud dari “perlawanan adalah sesuatu yang dinyatakan pada satu klausa

(47)

Selanjutnya, kata penghubung tidak setara atau disebut juga kata penghubung yang subordinatif dapat dilihat secara terperinci di bawah ini.

(1) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Waktu” menjelaskan waktu terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah ketika, tatkala, setiap, setiap kali, sebelum, sesudah, setelah, sejak, semenjak, hingga.

(2) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perbandingan”, kata penghubung ini digunakan untuk membandingkan dua

hal atau lebih yang disertai kata lebih pada induk kalimat. contoh kata penghubung ini adalah daripada ... lebih.

(3) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Sebab” digunakan untuk menjelaskan sebab terjadinya suatu peristiwa. Contoh kata penghubung ini adalah sebab, karena.

(4) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik”Akibat” digunakan untuk menjelaskan akibat dari suatu peristiwa yang terjadi. Contoh kata penghubung ini adalah sehingga.

(5) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Syarat” digunkan untuk menjelaskan syarat terjadinya suatu peristiwa atau syarat untuk melakukan suatu hal atau perbuatan. Contoh kata penghubung ini adalah jika, jikalau, kalau, apabila, bila.

(6) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Harapan”digunakan untuk menjelaskan harapan dari apa yang dinyatakan

(48)

(7) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Penerang”. Contoh kata penghubung ini adalah yang. Unsur kalimat di belakang kata yang digunakan untuk memberikan keterangan bagi unsur kalimat di depan kata yang.

(8) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Isi”digu8nakan untuk menjelaskan isi dari suatu hal (peristiwa, tindakan).

Contoh kata penghubung ini adalah bahwa.

(9) Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perlawanan” digunakan untuk menjelaskan adanya perlawanan. Apa yang

dinyatakan pada induk kalimat berlawanan dengan yang dinyatakan pada anak kalimat. Contoh kata penghubung ini adalah meskipun, walaupun.

(10)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Pengandaian” digunakan untuk menjelaskan pengandaian. Contoh kata

penghubung ini adalah seandainya, andaikata. Ada bentuk lain seperti sekiranya, seumpama, dan andaikan, tetapi tidak lazim digunakan di dalam karya ilmiah seperti pada latar belakang skripsi.

(11)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Penjumlahan” menjelaskan jumlah atau kuantitas sesuatu. Contoh kata

penghubung ini adalah selain, di samping.

(12)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Perkecualian” digunakan untuk menjelaskan adanya perkecualian untuk

(49)

(13)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Cara” digunakan untuk menjelaskan bagaimana melakukan sesuatu dan bagaimana peristiwa bisa terjadi.Contoh kata penghubung ini adalah dengan, sambil, tanpa.

(14)Kata penghubung tidak setara yang menandai pertalian semantik “Kegunaan” digunakan untuk menjelaskan kegunaan atau manfaat dari sesuatu. Contoh kata penghubung ini adalah untuk.

Jenis konjungsi yang setara dan yang tidak setara di atas dapat digunakan di dalam wacana resmi atau wacana formal. Penggunaan konjungsi atau kata penghubung tersebut dapat membantu terbentuknya suatu kalimat atau wacana yang mudah dimengerti dan mempunyai gagasan. Karena kata penghubung mempunyai peranan penting dalam sebuah wacana. Jika sebuah wacana menggunakan kata penghubung yang tidak sesuai dengan kaidah, hal itu dapat menurunkan kualitas suatu wacana.

2.2.1.4 Tugas Konjungsi

Kridalaksana (2008: 104—105) membagi tugas konjungsi menjadi 18. Sesuai dengan makna satuan-satuan yang dihubungkan oleh konjungsi, konjungsi (konjungtor) dapat dibedakan tugas-tugas konjungsi. Kedelapan belas fungsi konjungsimsebagaimberikut.

1) Penambahan, misalnya dan, selain, tambahan lagi,bahkan; 2) Urutan, misalnya lalu, lantas,kemudian;

(50)

5) Perlawanan, misalnya tetapi, hanya, sebaliknya; 6) Temporal, misalnya ketika, setelah itu;

7) Perbandingan, sebagaimana, seolah-olah; 8) Sebab, misalnya karena, lantaran;

9) Akibat, misalnya sehingga, sampai-sampai; 10) Syarat, misalnya jikalau, asalkan;

11) Tak bersyarat, misalnya meskipun, biarpun;

12) Pengandaian, misalnya andai kata, sekiranya, seumpama; 13) Harapan, misalnya agar, supaya, biar;

14) Perluasan, misalnya yang, di mana; 15) Pengantar Objek, bahwa, yang; 16) Cara, misalnya sambil, seraya

17) Perkecualian, misalnya kecuali; selain;

18) Pengantar Wacana, misalnya sebermula, adapun, dan maka.

2.2.2 Hubungan Koordinasi dan Subordinasi

Bagian ini memaparkan hubungan antarklausa secara koordinasi dan subordinasi. 2.2.2.1Hubungan Koordinasi

(51)

lain (klausa yang satu bukanlah bagian dari klausa yang lain.). Bagan di bawah ini memperlihatkan bahwa konjungtor tidak termasuk dalam klausa mana pun, tetapi merupakan konstituen (bagian penting) tersendiri.

Bagan 2.2 Hubungan AntarKlausa secara Koordinasi

Contoh hubungan koordinasi di dalam kalimat.

a. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan b. Mereka memberi penghuninya hadiah

c. Pengurus Dharma Wanita mengunjungi panti asuhan dan mereka memberi penghuninya hadiah.

Klausa pada a dan b digabungkan dengan cara koordinasi sehingga membentuk kalimat majemuk setara (c). Oleh karena klausa-klausa dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara koordinasi mempunyai kedudukan setara atau sama, klausa-klausa itu semuanya merupakan klausa utama. Di bawah ini bagan pembentukan kalimat c.

Kalimat

(52)

Bagan 2.3 Pembentukan Kalimat Majemuk Setara

S P O S P O Pel Pengurus meng- panti mereka mem- peng- hadiah Dharwa unjungi asuhan dan beri huni- Wanita nya

2.2.2.2 Hubungan Subordinasi

Subordinasi menggabungkan dua klaua atau lebih sehingga terbukti kalimat majemuk yang salah satu klausanya menjadi bagian dari klausa yang lain. Jadi klausa-klausanya dalam kalimat majemuk yang disusun dengan cara subordinasi itu tidak mempunyai kedudukan yang setara karena ada klausa yang berfungsi sebagai konstituen atau bagian klausa yang lain. Klausa-klausa itu bersifat hierarkis (Alwi, dkk. 2010: 398). Contoh kalimat dengan penggabungan klausa subordinatif.

a. Orang tua itu mengatakan (sesuatu)

b. Anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati

c. Orang tua itu mengatakan bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati.

Klausa a dan b digabungkan dengan cara subordnatif sehingga terbentuk kalimat majemuk bertingkat c.

Kalimat

(53)

Bagan 2.4 Hubungan Antarkalusa secara Subordinasi

Alwi, dkk. (2010: 399) mengatakan bahwa pada bagan di atas dapat dilihat bahwa Klausa 2 berkedudukan sebagai konstituen atau bagian dari Klausa 1. Klausa 2 disebut klausa subordinatif dan klausa 1 disebut klausa utama. Pembentukan kalimat majemuk bertingkat (1c) dapat dijelaskan pada bagan berikut.

Bagan 2.5 Pembentukan Kalimat Majemuk Bertingkat

Konjungtor S P O Ket

Pada bagan itu dapat dilihat bahwa klausa utama orang tua itu mengatakan digabung dengan klausa subordinatif anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh hati dengan menggunakan konjungtor bahwa.

Kalimat

Klausa 1

Klausa 2

Kalimat 1c

Klausa Utama

Orang tua itu mengatakan Klausa subordinasi

bahwa anak gadisnya mencintai pemuda itu sepenuh

(54)

Kalimat majemuk bertingkat dapat pula disusun dengan memperluas salah satu fungsi sintaksisnya (fungsi S, P, O, dan K) dengan klausa (Alwi, dkk. , 2010: 401). Perluasan itu dilakukan dengan menggunakan yang. Perhatikan kalimat-kalimat berikut.

a. Paman saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Paman saya guru, yang mengajar di beberapa sekolah.

c. Saya membaca buku yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro.

d. Pemerintah membangun jalan raya di daerah transmigrasi yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali.

Dalam kalimat a fungsi S (paman saya) diperluas dengan klausa yang tinggal di Bogor. Dalam kalimat b fungsi P diperluas dengan klausa yang mengajar di beberapa sekolah. Dalam kalimat c fungsi O diperluas dengan klausa yang mengisahkan perjuangan Pangeran Diponegoro. Dalam kalimat d fungsi keterangan diperluas dengan klausa yang menampung transmigran dari Jawa dan Bali. Klausa perluasan dengan yang yang disematkan dalam klausa utama disebut klausa relatif dan berfungsi sebagai keterangan bagi fungsi sintaksis tertentu. Selain itu, Putrayasa (2012: 71) memberikan contoh perluasan kalimat majemuk, yaitu “Perhiasan yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya digadaikan baru saja”.

Fungsi S (perhiasan) diperluas dengan klausa relatif yang dipakai oleh Aminah setiap hari raya.

Dalam makalah Mulyono (2001) kalimat-kalimat di bawah ini merupakan contoh penggunaan konjungsi yang yang memperlihatkan hubungan subordinatif.

(55)

c. Paman saya tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Dalam bahasa Indonesia, struktur kalimat di atas, maksudnya dapat dipahami, tetapi tidak lazim dan tidak benar. Maksud dari tidak lazim adalah tidak ada penutur bahasa Indonesia yang menggunakannya. Maksud dari tidak benar adalah tidak sesuai dengan kaidah kalimat bahasa Indonesia. Keempat kalimat di atas merupakan kalimat majemuk yang memiliki hubungan antarklausa bersifat subordinatif. Dalam bahasa Indonesia penanda hubungan atributif satu-satunya adalah yang. Dengan demikian, keempat kalimat di atas secara gramatikal harus menggunakan yang sebagai alat perangkai klausa inti dengan klausa bawahan. Jika keempat kalimat di atas mengabaikan kehadiran konjungsi yang, kalimat di atas dirasakan tidak padu. Oleh karena itu, pembetulan keempat kalimat di atas dapat dilihat di bawah ini.

a. Saya mempunyai kamus bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Gramedia.

b. Buku bahasa Indonesia yang ditulis oleh Pak Amran sangat bagus. c. Paman saya yang tinggal di Bandung adalah seorang guru.

d. Candi Borobudur yang terletak tidak jauh dari kota Magelang adalah candi Budha.

Selain pendapat dari pada ahli di atas, Widjono Hs. (2008: 157) juga mengemukakan perluasan kalimat majemuk.

a. Kami yang mengharapkan kedamaian di Aceh selalu berdiskusi tentang masalah ini.

b. Mereka rajin belajar itu sedang mendiskusikan tugas kelompok.

(56)

yang yang diikuti klausa perluasan berfungsi memperluas fungsi subjek. Oleh karena itu, kedua kalimat di atas merupakan kalimat majemuk.

Chaer (2009:170—171) juga memberikan penjelasan berkaitan dengan perluasan

kalimat. Chaer menggunakan istilah klausa sisipan untuk menyebut klausa sematan. Kalimat luas dibentuk dengan menysipkan sebuah klausa pada klausa lain. Penyisipan dilakukan dengan bantuan konjungsi yang.

a. Orang yang sedang antre minyak tanah itu bukan kakak saya.

b. Kakak saya yang tinggal di Jakarta yang belum menikah dan yang bekerja di Departemen Keuangan tahun depan akan menunaikan ibadah haji.

(57)

2.2.3 Hubungan Atributif

Menurut Alwi, dkk. (2010, 423) hubungan atributif ditandai oleh subordinator yang. Ada dua macam hubungan atributif, yaitu restriktif dan takrestriktif. Klausa yang dihasilkan disebut “klausa relatif” dengan kedua macam

hubungan di atas.

2.2.3.1Hubungan Atributif Restriktif

Dalam hubungan ini, klausa relatif mewatasi atau membatasi makna dari nomina yang diterangkannya. Bila ada suatu nomina yang mendapat keterangan tambahan berupa klausa relatif restriktif, klausa itu merupakan bagian integral dari nomina yang diterangkannya. Penulisan klausa relatif restriktif tidak dibatasi oleh tanda koma, baik di muka maupun di belakanganya. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pamannya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin.

b. Para pedagang yang mengunggak lebih dari 35 miliar rupiah akan dicekal.

c. Pemegang gelar MBA yang kuliah hanya enam bulan harus menanggalkan gelarnya.

(58)

pemegang gelar MBA yang kuliahnya sangatlah pendek yang harus menanggalkan gelarnya.

Selain pendapat Alwi, dkk. Ramlan mengemukakan pendapat seperti alwi berkaitan dengan hubungan atribut dengan penanda yang. Ramlan (2005: 73) menggunakan istilah ‘penerang’ untuk menyebut ‘atribut’. Ramlan (2005: 73)

mengatakan bahwa ada hubungan makna penerang apabila klausa bawahan (anak kalimat) menerangkan salah satu unsur yang terdapat pada klausa inti (induk kalimat). Ramlan (2005: 74) mengatakan bahwa kata penghubung atau konjungsi yang digunakan untuk menandai hubungan makna penerang adalah yang. Di bawah ini contoh penggunaan yang pada kalimat.

c. Bangunan itu terletak di bagian luar kota, berhadapan dengan gereja kecil yang loncengnya bersuara besar dan nyaring.

d. Di samping itu, hutan pun dihuni oleh jenis-jenis binatang liar yang beraneka ragam jenisnya.

(59)

2.2.3.2 Hubungan Atributif Takrestriktif

Klausa subordinatif yang takrestriktif hanyalah memberikan sekadar informasi pada nomina yang diterangkannya. Jadi, isi informasi tidak mewatasi nomina yang mendahului klausa relatif takterstriktif. Oleh karena itu, dalam penulisannya klausa ini diapit oleh tanda koma. Contoh hubungan atributif restriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Istri saya yang tinggal di Bogor meninggal kemarin. b. Istri saya, yang tinggal di Bogor,meninggal kemarin.

Pada kalimat pertama klausa relatif yang tinggal di Bogor tidak diapit oleh tanda koma, sedangkan pada kalimat kedua diapit oleh dua tanda koma. Makna dari kedua kalimat tersebut berbeda. Kalimat pertama memperlihatkan bahwa si pembicara mempunyai lebih dari satu istri dan istri yang meninggal adalah yang tinggal di Bogor. Akan tetapi, pada kalimat yang kedua menyiratkan bahwa si pembicara hanya mempunyai satu istri. Klausa relatif takrestriktif yang tinggal di Bogor hanya sekadar memberi keterangan tambahan tempat di mana istrinya tinggal. Contoh klausa atributif restriktif dan klausa atributif takrestriktif di dalam kalimat di bawah ini.

a. Pegawai kami, yang menyelewengkan dana Inpres, akan ditindak. b. Adik saya, yang masih kelas dua SMP, berumur 12 tahun.

c. KUD, yang menjadi pembeli cengkeh di daerah, sering kehabisan dana. d. Pendapat yang dia nyatakan secara terus terang itu menggugah hati

kami.

(60)

2.2.4 Kesalahan Berbahasa

Kesalahan berbahasa adalah bagian konversasi atau komposisi yang menyimpang dari beberapa norma baku performansi bahasa orang dewasa. Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan para pelajar (Tarigan, 2011: 123-126).

2.2.4.1Kesalahan dan Kekeliruan

Di dalam dunia bahasa, dikenal pula istilah kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake. Dalam dunia pengajaran bahasa, terdapat istilah “kesalahan” dan “kekeliruan”. Kesalahan atau error dan kekeliruan atau mistake

(61)
(62)

Tabel 2.1 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan

2.2.4.2 Kesalahan Penggunaan Konjungtor

Penggunaan konjungtor harus sesuai dengan kaidah penggunaan konjungtor. Penggunaan konjungtor yang salah dapat menyebabkan kerancuan makna. Bahkan, penyimpangan ide bisa terjadi. Namun, kesalahan penggunaan konjungtor masih ditemukan dalam karangan ilmiah. Setyawati (2013: 86-88) membagi kesalahan konjungsi sebagai berikut.

1) Penghilangan

Tulisan-tulisan resmi yang di dalamnya terdapat gejala penghilangan konjungsi pada anak kalimat. Justru penghilangan konjungsi itu menjadikan kalimat tidak efektif. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

b. Membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

c. Dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

No.

Sudut Pandang Kategori

Kesalahan Kekeliruan

1. Sumber Kompetensi Performansi 2. Sifat Sistematis Tidak sistematis 3. Durasi Agak lama Sementara 4. Sistem Linguistik Belum dikuasai Sudah dikuasai 5. Hasil Perbaikan Penyimpangan Penyimpangan 6. Perbaikan Dibantu oleh guru:

latihan, pengajaran remedial

(63)

Konjungsi jika, apabila, setelah, sesudah, ketika, karena, dan sebagainya sebagai penanda anak kalimat sering ditanggalkan. Hal tersebut bisa terjadi karena adanya pengaruh bentuk partisif bahasa inggris. Karena sudah merata gejala tersebut digunakan di berbagai kalangan, mereka tidak sadar lagi kalau bentuk itu salah. Dalam bahasa Indonesia konjungsi pada anak kalimat harus digunakan sehingga ketiga kalimat di atas dapat diperbaiki menjadi kalimat berikut ini.

d. Karena sering digunakan untuk kejahatan, komputer ini kini dilengkapi pula dengan alat pengaman.

e. Setelah membaca surat Anda, saya sangat kecewa.

f. Jika dilihat secara keseluruhan, kegiatan usaha koperasi perikanan tampak meningkat setelah adanya pembinaan yang lebih intensif, terarah, dan terpadu.

2) Penggunaan yang Berlebihan

Kurangnya kecermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi kerena dua kaidah bahasa bers dan bergabung dalam sebuah kalimat. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.

a. Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT.

b. Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar infra merah karena sinar infra merah itu mempunyai dispersi yang kecil. c. Meskipun hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu

tidak gentar.

(64)

a. Walaupun dia belum istirahat seharian, dia datang juga di pertemuan RT. b. Dia belum istirahat seharian,tetapi dia datang juga di pertemuan RT. c. Untuk penyaluran informasi yang efektif, harus dipergunakan sinar infra

merah karena sinar infra merah itu mempunyai dispersi yang kecil. d. Meskipun hukuman sangat berat, tampaknya pengedar ganja itu tidak

gentar.

e. Hukuman sangat berat, tetapi tampaknya pengedar ganja itu tidak gentar.

2.2.5 Taksonomi Siasat Permukaan

Ada empat taksonomi kesalahan berbahasa yang penting untuk diketahui, yaitu taksonomi kategori linguistik, taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif, dan taksonomi efek komunikatif (Tarigan, 2011: 123). Penelitian ini menggunakan taksonomi siasat permukaan yang dikemukakan oleh Tarigan untuk mengkaji jenis kesalahan dalam latar belakang skripsi Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma. Taksonomi siasat permukaan atau surface strategy taxonomy menyoroti bagaimana cara-caranya struktur-struktur permukaan berubah. Para pelajar mungkin saja mengindarkan atau menghilangkan hal-hal penting, menambahkan sesuatu yang tidak perlu, salah memformasikan hal-hal, dan salah menyusun hal-hal tersebut. Secara garis besar, Tarigan (2011: 133) mengatakan bahwa kesalahan-kesalahan yang terkandung dalam taksonomi siasat permukaan ini dipaparkan sebagai berikut.

1) Penghilangan (omission)

Kesalahan-kesalahan yang bersifat “penghilangan” ini ditandai oleh “ketidakhadiran suatu hal yang seharusnya ada dalam ucapan yang baik dan

(65)

ketidakjelasan makna dan menyebabkan salah paham. Selain itu, penghilangan dapat menyebabkan suatu kalimat menjadi tidak enak dibaca. Berikut contoh penghilangan berkaitan dengan konjungtor.

Bentuk salah:

Para mahasiswa harus membawa gunting, lem.

Mahasiswa semester baru maupun mahasiswa semester atas harus menghadiri seminar tentang Hari Pahlawan.

Pembenaran:

Para mahasiswa harus membawa gunting dan lem.

Baik mahasiswa baru maupun mahasiswa semester lama harus menghadiri seminar tentang Hari Pahlawan.

Kalimat di atas terdapat penghilangan konjungtor dan dan akat baik untuk melengkapi kata maupun sebagai konjungtor korelatif . Seharusnya konjungtor dan di dalam kalimat tersebut hadir dan kata baik harus hadir sehingga menjadi konjungtor korelatif baik .... maupun .... .

2) Penambahan

Kesalahan penambahan terjadi karena adanya suatu unsur yang muncul (seharusnya tidak muncul) dalam ucapan yang baik dan benar. Penulis merasa baik-baik saja dalam membuat suatu kalimat. Berikut contoh kesalahan penambahan dalam bentuk konjungtor.

Bentuk salah:

Karena larangan dari orang tuanyalah maka suara-suara dan penglihatannya itu semakin jarang dialaminya.

Pembenaran:

(66)

Kalimat di atas mempunyai penambahan kata maka yang tidak benar. Jika dibaca memang enak. Namun, hal itu menyalahi aturan konjungtor dalam bahasa Indonesia. Selain itu, penggunaan partikel lah kurang tepat sehingga lebih baik dihilangkan. Partikel lah tersebut menyebabkan ‘keanehan’ jika dibaca dengan saksama.

3) Salah Formasi

Formasi berarti barisan. Dalam hal ini, barisan unsur kebahasaan yang tidak benar. Unsur kebahasaan pada penelitian ini adalah konjungtor yang hadir berpasangan, tetapi pasangannya tidak benar. Berikut contoh ‘salah formasi’

dalam bentuk konjungtor. Bentuk salah:

Guru tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja melainkan bertugas juga sebagai saksi murid Kristus di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Pembenaran:

Guru tidak hanya menyampaikan tentang pengetahuan agama saja tetapi juga bertugas sebagai saksi murid Kristus di lingkungan sekolah dan di masyarakat.

Gambar

Tabel 4.1 Frekuensi Penggunaan Konjungtor  .....................................................
Tabel 2.1 Perbedaan Kesalahan dan Kekeliruan
Tabel 4.1 Frekuensi Penggunaan Konjungsi

Referensi

Dokumen terkait

tersebut mengindikasikan bahwa kebijakan moneter di Nigeria secara sistematis mengantisipasi inflasi yang ditimbulkan oleh kenaikan harga minyak dunia dengan peningkatan suku

(2) Struktur organisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan struktur organisasi standar yang dapat diubah sesuai dengan kebutuhan penanganan darurat bencana dan jenis

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan materi operasi bentuk aljabar pada siswa kelas VIII, untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menyelesaikan

Sun kana kin minta sun puran an Rio V erde Medio kaimᵼnmintu sun ashampa paishpa sun want ᵼn pᵼnkᵼh kammu yalkin, wai ᵼamtu su akwa wai kamarᵼt an

Selain itu, minuman isotonik yang memiliki tekanan osmotik yang sama dengan tekanan di dalam tubuh akan membuat minuman ini dengan segera bisa langsung diserap

inklusi dan melaksanakan praktik inklusi ( Indek Inklusi yang dikeluarkan oleh CSIE : 2003).Sekolah reguler belum siap melaksanakan pendidikan inklusif, hal ini

Terdapat dua hasil optimal dalam penyelesaian problem transportasi di atas dengan Assignment method, VAM and MODI, Northwest Corner rule and Stepping-Stone method,

Sedangkan, Centroid Linkage adalah metode klaster hierarki yang dapat digunakan pada data yang mengandung outlier, dimana outlier bisa membuat data yang diolah