BAB III JENIS MAKIAN DALAM BAHASA SIKKA DIALEK LELA
3.2 Jenis-Jenis Makian
3.2.1 Makian yang Menunjuk pada Binatang
Makian yang menunjuk pada binatang umumnya digunakan disetiap
daerah di Indonesia. Masyarakat Sikka menggunakan makian yang menunjuk pada binatang karena binatang dianggap memiliki sifat buruk dan najis. Makian
dalam jenis ini sebanyak tujuh makian, yang mencakup (a) ahu (anjing), (b) wawi
(babi), (c) jarang (kuda), (d) widing (kambing), (e) roang (monyet), (f) siput
(siput) dan (g) sapi (sapi). Berikut contoh makian tersebut.
(5) Ahu ei nala ata ngawung rewong naing poi
anjing ini ambil orang barang seenaknya saja
„Anjing ini mengambil barang orang seenaknya saja‟
(6) Wawi ata tutur ia rena!
babi orang bicara itu dengar
„Babi dengarkan orang yang sedang berbicara‟
(7) Jarang e lopa main gila bodoh! Au ele senang
kuda par jangan bercanda bodoh! Saya tidak suka
(8) Haiata widing nimung ei cantik golo
siapa kambing punya ini cantik sekali „Kambing milik siapa ini cantik sekali‟
(9) Dasar waeng ganu roang
dasar muka seperti monyet
„Dasar mukamu seperti monyet‟
(10) E siput au dena apa ia?
par siput kau buat apa itu? „E siput apa yang sedang kau lakukan?‟
(11) Heh sapi, du’e poi ele norang gu’a au lopa goa
par sapi, tidur saja tidak ada kerja kamu jangan makan Heh sapi, tidur terus tidak pernah bekerja, kamu jangan makan!
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (5) s.d. (11) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (5) kata makian ahu artinya anjing, pada contoh (6)
kata makian wawi artinya babi, pada contoh (7) kata makian jarang artinya kuda,
pada contoh (8) kata makian widing artinya kambing, pada contoh (9) kata makian
roang artinya monyet, pada contoh (10) kata makian siput artinya siput, dan pada contoh (11) kata makian sapi artinya sapi.
3.2.2 Makian yang Menunjuk pada Bagian Tubuh Binatang
Tubuh binatang merupakan anggota tubuh yang melekat pada binatang.
Anggota tubuh binatang digunakan oleh penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka untuk memaki. Bahkan penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka lebih sering
menggunakan makian yang menunjuk pada bagian tubuh binatang, yaitu wawi
alang (kepala babi), jarang erang, jarang lahar (alat kelamin kuda), dan ahu erang (alat kelamin anjing).
(12) Wawi alang lopa bai alang watu rakang
babi kepala jangan terlalu kepala batu terlalu „Wawi alang jangan terlalu keras kepala‟
(13) Heh Jarang erang norang atabiang bou ia au naha sopan par kuda kelamin ada orang datang itu kamu harus sopan
„Heh kelamin kuda jika ada tamu bersikaplah yang sopan‟
(14) Jarang lahar ei ata ina ama tutur ele depo
golo
kelamin kuda ini orang ibu bapak kasihtahu tidak menurut pernah
„Kelamin kuda ini Tidak pernah menuruti perkataan orangtua‟
(15) Ahu erang lopa bai waengburatapok
kelamin anjing jangan terlalu malas „Kelamin anjing jangan terlalu malas‟
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (12) s.d. (15) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (12) kata makian wawi alang artinya tengkorak, pada
contoh (13) dan (14) kata makian jarang erang dan jarang lahar artinya alat
kelamin kuda, dan pada contoh (15) kata makian ahu erang artinya kelamin
anjing.
3.2.3 Makian yang Menunjuk pada Sifat atau Watak Jelek Manusia
Sifat merupakan ciri khas yang ada pada seseorang yang dibawa sejak
lahir yang menentukan dan mencerminkan bagaimana seseorang terhadap yang lainnya atau terhadap lingkugannya. Masyarakat Sikka sering menggunakan sifat- sifat negatif pada manusia untuk memaki misalnya.
(16) Dasar ngangang ata tutur ulang-ulang ele mengerti
dasar bodoh orang kasihtahu ulang-ulang tidak mengerti
(17) Ukuaka mala ata ngawungeleraintang beli walong bodoh ambil orang barang tidak tahu kembalikan lagi
„Bodoh! mengambil barang tetapi tidak tahu mengembalikannya lagi‟
(18) Topo puang sena ele rena, dasar peke!
panggil sejak tadi, tidak mendengarkan dasar tuli
„Dipanggil sejak tadi tidak mendengarkan dasar tuli‟
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (16) s. d. (18) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (16) kata makian ngangang artinya bodoh, pada
contoh (17) kata makian ukuaka artinya bodoh atau tidak tahu apa-apa, dan pada
contoh (18) kata makian peke artinya tuli.
3.2.4 Makian yang Menunjuk pada Bagian Tubuh Manusia
Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik organisme manusia.
Anggota tubuh manusia yang sering digunakan untuk memaki adalah anggota tubuh yang berkaitan erat dengan aktifitas seksual. Aktifitas seksual bersifat sangat pribadi dan kurang sopan jika dibicarakan oleh orang lain. Organ-organ tubuh yang sangat penting juga bahkan sering digunakan untuk memaki, selain itu organ tubuh yang tergolong penting juga dipakai untuk memaki. Anggota tubuh yang sering digunakan untuk memaki adalah sebagai berikut.
(19) Alang korak e wai pehang lopa tutur rewong poi
tengkorak par lain kali jangan bicara sembarang „Heh tengkorak lain kali jangan asal bicara‟
(20) Ubeng goa baa ko laeng
pantat makan sudah atau belum
„Pantat apakah kamu sudah makan atau belum‟
(21) Erang au lewat norang atagete di ele hormat golo
kelamin Wanitakamu lewat ada orang tua juga tidak sopan
(22) Heh Telor ei, ata kuliah apana au du’e
par Kelamin laki-laki ini orang kuliah kenapa kamu tidur
„heh kelamin laki-laki kenapa kamu tidur orang sedang kuliah‟
(23) Lahar mai goa sai
lahar ayo makan dulu „lahar ayo makan‟
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (19) s.d. (23) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (19) kata makian alang korak artinya tengkorak,
pada contoh (20) kata makian ubeng artinya pantat, pada contoh (21) kata makian
erang artinya alat kelamin wanita, pada contoh (22) dan (23) kata makian lahar
dan telor artinya alat kelamin laki-laki.
3.2.5 Makian yang Menunjuk pada Tumbuhan
Selain manusia dan binatang, tumbuhan juga sering digunakan untuk
memaki karena penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka menganggap adanya persamaan bentuk antara tumbuhan tersebut dan objek yang dimaki. Contoh tumbuhan yang digunakan untuk memaki adalah.
(24) Tuka au hui baa ko laeng?
ubi jalar kau mandi sudah belum
„Ubi jalar apakah kamu sudah mandi atau belum?‟
Kata makian yang digunakan pada kalimat (24) adalah tuka artinya ubi jalar.
3.2.6 Makian yang Menunjuk pada Mahkluk Halus
Mahkluk halus atau mahkluk gaib adalah mahkluk yang tidak kasat mata
yang eksistensinya tidak dapat dijangkau oleh panca indra manusia. Meskipun merupakan mahkluk yang tidak kasat mata, penutur bahasa Sikka, dialek Lela Sikka menggunakannya untuk memaki.
(25) Setan ei, ganu bano ni’a epang-epang
setan ini kalau jalan lihat baik-baik „Setan ini kalau jalan hati-hati
(26) Ueng e, hewut baa, tama oring sai, gelir wina oring laeng temang
poi
setan par, magrib sudah masuk rumah sudah, berkeliaran luar rumah masih
„Setan jangan berkeliaran diluar rumah, ini sudah mahgrib
(27) Heh weta du’a ponung, dena apa dara gahu ei utur
par kira perempuan hantu, buat apa siang bolong begini di hutan
„Heh, dasar! kirain hantu perempuan, untuk apa kamu di hutan siang
bolong
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (25) s.d. (27) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (26) kata makian setan artinya setan, pada contoh
(26) kata makian u’eng artinya setan (orang yang menggunakan ilmu hitam untuk
menyakiti orang lain), dan pada contoh (27) kata makian du’a ponung artinya
hantu perempuan.
3.2.7 Makian yang Menunjuk pada Pekerjaan Nista
Kata- kata nista merupakan kata-kata hinaan, yang berhubungan dengan
aib seseorang. Pekerjaan nista adalah pekerjaan kotor atau tidak pantas. Orang yang memiliki pekerjaan ini biasanya menjadi buah bibir atau bahan gosipan para tetangganya. Orang yang melakukan pekerjaan nista biasanya tidak mudah diterima oleh masyarakat. Kata-kata nista yang sering digunakan untuk memaki adalah sebagai berikut.
(28) Dasar du’a gowa! gu’a aung huma ata lai rimung poi
dasar perempuan pelacur! kerja kamu rebut orang suami punya saja
(29) Ganu du’a hemu golo lerong ele bile ei oring
seperti perempuan pelacur saja setiap hari tidak tenang di rumah „Seperti pelacur saja! setiap hari tidak tenang di rumah‟
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (28) s. d. (29) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (28) dan (29) katan makian du’a gowa artinya
perempuan yang merebut suami orang lain, sedangkan du’a hemu artinya
perempuan yang sua mengganggu suami orang lain.
3.2.8 Makian yang Menunjuk pada Kotoran Hewan
Kotoran hewan merupakan kotoran yang dihasilkan oleh hewan. Kotoran
hewan merupakann sesuatu yang kotor dan menjijikan. Penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka, memaki mengunakan kata-kata yang menunjuk pada kotoran hewan misalnya.
(30) Wawi taing au riwa baa hutang aung apana au tagih laeng?
babi kotoran ini bayar sudah hutang saya kenapa kau minta masih
„Ta‟i babi ini! Saya sudah membayar hutangnya, kenapa masih minta?
Kata makian yang digunakan pada kalimat (30) wawi tai’ng artinya
kotoran yang dihasilkan oleh babi.
3.2.9 Makian yang Menunjuk pada Benda Mati
Benda mati merupakan benda atau barang atau benda yang tidak dapat
bergerak sendiri atau tidak dapat bernapas, atau benda yang tidak mengalami gejala hidup. Benda mati digunakan oleh penutur bahasa daerah Sikka dialek Lela Sikka untuk memaki.
(31) Dasar watu ata tutur ele depo golo
dasar batu orang kasih tahu tidak menurut pernah „Dasar batu dikasih tahu tetapi tidak pernah menurut‟
Kata makian pada kalimat (31) watu artinya batu.
3.2.10 Makian yang Menujuk pada Keadaan Tertentu
Keadaan tertentu merupakan suatu keadaan yang mana manusia bertindak
diluar kesadarannya. Keadaan tertentu kadang membuat orang berpikir tentang sesuatu yang aneh mengenai seseorang. Contoh keadaan tertentu yang digunakan oleh penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka untuk memaki misalnya.
(32) Dasar wauk gete baa di eleraintanghui bopo wing
dasar bau, besar sudah juga tidak tahu mengurus diri
„Huh dasar bau! sudah besar tetapi tidak tahu mengurus diri‟
(33) Waerumang, lopa gu’a naing rewong poi
gila, jangan kerja sembarang saja „Gila! jangan asal kerja saja‟
(34) Dasar iteng glet! bano! lopa bu ebaung!
dasar tidak waras! pergi! jangan mabuk disini
„Dasar tidak waras pergi! Jangan mabuk-mabukan disini!‟
Kata-kata makian pada kalimat (32) s.d. (34) adalah sebagai berikut. Pada
contoh (32) kata makian wauk artinya bau, busuk, pada contoh (33) kata makian
waerumang artinya gila, dan pada contoh (34) kata makian iteng glet artinya tidak waras.
3.2.11 Makian yang Menunjuk pada Hubungan Seksualitas
Hubungan seksualitas merupakan hubungan yang sangat sakral. Tetapi
(35) Gi’o ganu gai goa ia gu’a, ele d’ue poi ganu ia
gi‟o kalau mau makan itu kerja, bukan tidur saja seperti itu
„Gi‟o! kalau kamu mau makan harus kerja! bukan tidur-tiduran seperti itu!
Kata makian yang digunakan pada kalimat (35) adalah gi’o artinya
hubungan seksualitas.
3.2.12 Makian yang Menunjuk pada Warna Kulit
Warna kulit adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Di dalam penuturan bahasa Sikka dialek Lela Sikka warna kulit menjadi pemicu seseorang untuk memaki misalnya warna kulit yang gelap.
(36) Dasar mitak, nala ngawung aung rewong poi, ele raintang meang
dasar, hitam! ambil barang saya seenaknya saja tidak tahu malu
„Dasar hitam! mengambil barang saya seenaknya saja dasar tidak tahu
malu
Kata makian yang digunakan pada kalimat (36) adalah mitak artinya hitam.
3.2.13 Makian yang Menunjuk pada Ukuran Badan
Ukuran badan juga merupakan sesuatu yang melekat pada diri seseorang. Penutur bahasa Sikka dialek Lela Sikka, menjadikan ukuran badan sebagai alasan untuk memaki.
(37) Heh bomber, lopa goa gawang-gawan! dasar rakus
par bomber, jangan makan banyak-banyak! dasar rakus
„Bomber, jangan banyak makan! dasar rakus
(38) Dasar kalir ganu tiang listik
dasar kecil, lurus, kurus seperti tiang lisrtik „Dasar kurus seperti tiang listrik‟
(39) Hehlorak lopa cerewet. a’u woga le’u tebongaung ganu kageia
par lurus jangan cerewet. saya patah badan kamu seperti lidi itu 'Lorak! Jangan cerewet! saya akan patahkan badanmu yang seperti lidi
(40) Heh rugung bak lopacampur urusanaung urustebongaung ia
par ceking jangan campur urusan saya, urus badan kamu itu
„Heh ceking jangan mencampuri urusan saya! urus saja badan mu itu!‟
Kata-kata makian yang digunakan pada kalimat (37) s. d. (40) adalah
sebagai berikut. Pada contoh (37) kata makian bomber artinya gendut, besar, pada
contoh (38) kata makian kalir artinya kurus, pada contoh (39) kata makian lorak
artinya sangat kurus, dan pada contoh (40) kata makian rugung bak artinya sangat
ceking.