TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori
C. Risiko Perusahaan
3. Jenis-Jenis Pengukurang Rasio Leverage
Menurut Sartono (2012) ada lima jenis pengukuran leverage adalah sebagai berikut :
1) Debt Ratio (Debt to Asset Ratio)
Semakin tinggi rasionya, semakin besar rasio yang akan Anda hadapi dan semakin banyak investor akan mencari tingkat keuntungan yang lebih tinggi. Persentase yang tinggi juga menunjukkan rendahnya persentase modal ekuitas untuk aset pembiayaan.
Rumus untuk mencari Debt to Asset Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
𝑫𝑨𝑹 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐭𝐢𝐯𝐚 2) Debt to Equity Ratio
Debt Equity Ratio (DER) adalah rasio ekuitas perusahaan terhadap ekuitas perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka pendek. DER yang lebih tinggi menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam total hutang terhadap total modal, dan rasio hutang terhadap modal digunakan untuk mengukur total ekuitas pemegang
saham yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Debt to Equity Ratio juga sering dikenal sebagai rasio leverage atau rasio pengungkit. Yang dimaksud dengan rasio pengungkit yang rasio yang digunakan untuk melakukan pengukuran dari suatu investasi yang terhadap perusahaan.
Rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 3) Time Interest Earned Ratio
Time Interest Earned Ratio adalah rasio antara EBIT dan akrual bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap berupa bunga, atau seberapa besar keuntungan yang dapat dipotong perusahaan tanpa mengalami kesulitan karena ketidakmampuannya membayar bunga.
Rumus untuk mencari Time Interest Earned Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
𝑻𝒊𝒎𝒆 𝑰𝒏𝒕𝒆𝒓𝒆𝒔𝒕 𝑬𝒂𝒓𝒏𝒆𝒅 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐮𝐧𝐠𝐚 𝐝𝐚𝐧 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐁𝐞𝐛𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚
4) Fixed Charge Coverage
Rasio cakupan biaya tetap mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan untuk menutupi biaya tetap termasuk dividen keuangan, saham preferen, bunga, angsuran dan sewa. Karena perusahaan seringkali menyewakan asetnya dari emiten dan harus membayar biaya tertentu.
Rumus untuk mencari Fixed charge coverage ratio dapat digunakan sebagai berikut :
𝑭𝒊𝒙𝒆𝒅 𝒄𝒉𝒂𝒓𝒈𝒆 𝒄𝒐𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 = 𝐄𝐁𝐈𝐓 + 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 + 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐲𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐰𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 + 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐚𝐲𝐚𝐫𝐚𝐧 𝐒𝐞𝐰𝐚 5) Debt Service Coverage
Lingkup pelunasan utang adalah kemampuan perusahaan untuk membayar beban tetap termasuk pembayaran cicilan pokok.
Oleh karena itu, sama dengan leverage lainnya, hanya saja pokok pinjamannya dicicil.
Rumus untuk mencari Debt service coverage dapat digunakan sebagai berikut :
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑺𝒆𝒓𝒗𝒊𝒄𝒆 𝑪𝒐𝒗𝒆𝒓𝒂𝒈𝒆 𝑹𝒂𝒔𝒊𝒐
= 𝐥𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐩𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐚𝐧 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚 + 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐓𝐞𝐭𝐚𝐩 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤 + 𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐁𝐮𝐧𝐠𝐚
Penelitian ini menggunakan debt to equity ratio untuk menghitung rasio leverage. Debt to equity ratio dipilih sebagai indikator leverage karena debt to equity ratio merupakan rasio yang dapat menganalisis laporan keuangan, dan hasilnya akan menunjukkan besarnya jaminan yang dapat diberikan kepada kreditur. Jika Anda memiliki modal yang lebih kecil dari total utang yang terbebani, maka perusahaan akan kesulitan untuk melunasi utangnya dengan modal yang terbebani. Hal ini dapat membahayakan situasi perusahaan.
Penggunaan debt to equity ratio (DER) dijelaskan oleh fakta yang menunjukkan rasio antara utang yang dimiliki oleh kreditur dan ekuitas yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Ketika DER tinggi, perusahaan menanggung risiko kerugian yang besar, tetapi akan lebih besar. Dengan
demikian, DER yang lebih tinggi akan merespon margin keuntungan yang lebih tinggi, yang akan berdampak positif bagi perusahaan.
Menurut Sartono (2012) rumus untuk mencari Debt to Equity Ratio dapat digunakan sebagai berikut :
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝒕𝒐 𝑬𝒒𝒖𝒊𝒕𝒚 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐔𝐭𝐚𝐧𝐠 𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 E. Kesempatan bertumbuh (growth opportunities)
Kesempatan bertumbuh (growth opportunities) menjelaskan prospek pertumbuhan masa depan perusahaan terhadap penilaian investor / pemegang saham terhadap kemungkinan pertumbuhan perusahaan dapat dilihat dari harga saham yang terbentuk sebagai nilai yang diharapkan dari pendapatan masa depan. Pemegang saham akan bereaksi lebih kuat terhadap perusahaan dengan potensi pertumbuhan tinggi. Peluang yang digunakan sebagai pedoman pertumbuhan dapat digunakan untuk mengklasifikasikan pertumbuhan atau kegagalan perusahaan (Farizky: 2016).
Kesempatan bertumbuh (Growth opportunities) digunakan sebagai panduan pertumbuhan untuk mengkategorikan pertumbuhan atau kegagalan perusahaan. Karena kepastian imbal hasil di masa depan, investor akan lebih tertarik menanamkan modalnya di perusahaan-perusahaan tersebut.
Kesempatan bertumbuh menjelaskan peluang pertumbuhan masa depan perusahaan jika suatu perusahaan memiliki pertumbuhan yang tinggi maka dapat dikatakan respon pasarnya positif. Potensi pertumbuhan suatu perusahaan merupakan harapan investor untuk mendapatkan keuntungan atau keuntungan di masa yang akan datang. Mengatakan bahwa perusahaan (Growth opportunities) dapat dilihat melalui tingkat pertumbuhan laba perusahaan (Angela dan Iskak: 2020).
Kesempatan bertumbuh perusahaan pada dasarnya adalah hal yang diinginkan oleh pihak internal dan eksternal. Perusahaan tumbuh menjadi Ini penting karena perusahaan yang sedang berkembang dapat menyediakan membawa manfaat positif bagi perusahaan. Salah satu manfaat positifnya perusahaan yang mengalami pertumbuhan membuka peluang Investasi (ekspansi). Margin keuntungan untuk perusahaan yang sedang berkembang dapat menjadi Investasikan kembali dalam proyek yang dianggap memiliki nilai tambah masa depan. Oleh karena itu, perusahaan memiliki potensi terus menghasilkan keuntungan dan memiliki kinerja yang baik (Syarifulloh, 2015).
Kesempatan bertumbuh (growth opportunities) akan meningkatkan ekspektasi laba di masa depan sehingga menguntungkan bagi investor dan perusahaan, karena peluang pertumbuhan akan meningkatkan ERC (Earnings Response Coefficient) perusahaan. Kesempatan bertumbuh atau peluang tumbuh dapat diukur dari market to book ratio masing-masing perusahaan pada akhir periode pelaporan keuangan.
Rumus kesempatan bertumbuh (Farizky: 2016) sebagai berikut : 𝒎𝒂𝒓𝒌𝒆𝒕 𝒕𝒐 𝒃𝒐𝒐𝒌 𝒓𝒂𝒕𝒊𝒐 =𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐩𝐚𝐬𝐚𝐫 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬
𝐧𝐢𝐥𝐚𝐢 𝐛𝐮𝐤𝐮 𝐞𝐤𝐮𝐢𝐭𝐚𝐬 F. Relevansi Nilai laba akuntansi
Relevansi nilai adalah operasi empiris dari standar relevansi dan reliabilitas. Jika angka akuntansi mencerminkan informasi terkait investor ketika mengevaluasi perusahaan dan dapat diukur secara baik untuk tercermin dalam harga saham, angka akuntansi tersebut akan relevan dan memiliki hubungan yang signifikan dengan harga saham.
Laporan laba rugi adalah salah satu sumbernya Informasi yang sangat penting bagi investor. melaporkan Laba rugi berisi informasi tentang hasil
bisnis atau Kinerja perusahaan dalam kurun waktu tertentu. informasi Laba adalah indikator keberhasilan atau kegagalan Ketika perusahaan melakukan kegiatan, Investor sering menggunakan ini sebagai dasar Ketika membuat keputusan investasi. untuk Sebagai alat pengambilan keputusan yang andal, Laporan laba rugi harus berisi informasi berikut: setimpal. Informasi laba dianggap berharga jika publikasi Informasi ini menyebabkan pasar bereaksi terhadap pergerakan tersebut (Sari dan Daud, 2016).
Earning Response Coefficiensit merupakan faktor yang diturunkan dari regresi antara harga saham dan pendapatan akuntansi. Proksi saham yang digunakan adalah kelebihan pengembalian yang dapat dikonversi. (CAR), dan representatif dari return tersebut adalah expected return (UE) (Muktar, 2019).
Semakin tinggi tingkat Earning Response Coefficiensit, semakin tinggi pula return saham yang diharapkan. Dengan menggunakan Earning Response Coefficiensit investor dapat lebih mudah mengambil keputusan investasi di perusahaan karena dapat melihat besarnya return yang akan diterimanya.
Menurut Suardana dan Ida (2018), Ada beberapa faktor yang mempengaruhi factor Earning Response Coefficiensit, seperti leverage, , risiko sistem atau beta, ukuran perusahaan, peluang pertumbuhan, dan kualitas auditor.
Pengukuran yang dilakukan untuk mengukur ERC adalah koefisien yang diperoleh dari regresi Antara agen harga saham dan laba akuntansi.
Agen harga saham yang digunakan adalah Menggunakan Cumulative Abnormal Return (CAR) dengan waktu pengamatan selama 11 hari, yaitu 5 hari sebelum dan 5 hari setelah laporan keuangan diterbitkan. Pada saat yang
sama, agen laba akuntansi yang digunakan adalah pendapatan tak terduga (UE) (Rahmat, 2015).
CAR (Cumulative Abnormal Return) merupakan representasi dari harga saham yang menunjukkan besarnya respon pasar terhadap informasi akuntansi yang dipublikasikan dan dihitung dengan menggunakan metode penyesuaian pasar. Data abnormal retur diperoleh dengan harus mencari terlebih dulu retur saham harian dan retur pasar harian.
Earning Response Coefficient (ERC) adalah koefisien (β) yang diperoleh dari regresi antara Cumulative Abnormal Return (CAR) dan Unexpected Earnings (UE). Dengan demikian, untuk menghitung bersarnya ERC, harus dihitung terlebih dahulu nilai CAR dan UE masing-masing perusahaan.
Menghitung earnings response coefficient (ERC) tahap pertama, dimulai dengan persamaan regresi pengaruh UE terhadap CAR sesuai data penelitian, besaran ERC adalah koefisien regresi b1 dari persamaan berikut ini: (Chandra dan Tundjung, 2020)
Menghitung Cummulative Abnormal Return (CAR) 𝐂𝐀𝐑𝐢𝐭= 𝛂 + 𝛃 𝐔𝐄𝐢𝐭+ 𝛆𝐢𝐭
Keterangan:
CARit = akumulasi abnormal return perusahaan i pada tahun t α = Konstanta
β = Koefisien Respons Laba (ERC) UEit = pendapatan tak terduga perusahaan
it = komponen error perusahaan i dalam model pada waktu t Menghitung Cumulative abnormal Return (CAR)
𝐂𝐀𝐑𝐢𝐭(−𝟓, +𝟓) = ∑ 𝐀𝐑𝐢𝐭
+𝟓
−𝟓
Keterangan:
CARit (-t,t) = Cumulative abnormal Return perusahaan I selama 5 hari sebelum dan 5 hari sesudah tanggal publikasi laporan keungan.
ARit = Abnormal Return untuk perusahaan I pada hari ke t Menghitung abnormal return
𝐀𝐑𝐢𝐭= 𝐑𝐢𝐭− 𝐑𝐦.𝐭 Keterangan:
ARit = Abnormal return untuk perusahaan I pada hari ke t Ri.t = Return saham perusahaan I pada hari ke t
Rm.t = Return perushaaan I pada hari ke t Menghitung return saham harian
𝐑𝐢𝐭=𝐏𝐢𝐭− 𝐏𝐢𝐭−𝟏
𝐏𝐢𝐭−𝟏 Keterangan:
Rit = Return saham perusahaan I pada periode hari ke 1 Pit = Harga penutupan saham perusahaan I pada hari ke t
Pit-1 = Harga penutupan saham perusahaan I pada hari hari sebelum t Rm.t = Retur pasar perusahaan I pada periode hari ke t
Menghitung return pasar harian
𝐑𝐦𝐭= 𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭− 𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭−𝟏 𝐈𝐇𝐒𝐆𝐭−𝟏
Keterangan:
Rm.t = Retur pasar perusahaan I pada periode hari ke t IHSGi = Indeks harga saham gabungan pada hari ke t IHGSt-1 = Indeks harga saham gabungan pada hari t-1
Menghitung nilai Unexpected Earning (UE) dihitung berdasarkan laba persaham perusahaan sebelum pos luar biasa periode t dikurangi dengan laba persaham perusahaan sebelum pos luar biasa periode t-1 (periode sebelumnya), dan diskalakan dengan laba per lembar saham periode t-1 (periode sebelumya). Unexpected Earning (UE) dijelaskan dalam rumus yaitu:
𝐔𝐄𝐢𝐭=(𝐄𝐢𝐭− 𝐀𝐄𝐢𝐭−𝟏) 𝐄𝐢𝐭−𝟏 Keterangan:
UEi.t = Laba non ekspektasian perusahaan I pada periode t Ei.t = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan I pada tahun t Ei.t-1 = Laba akuntansi setelah pajak perusahaan I pada tahun t-1
Tahap kedua: Berdasarkan rumus CARit (1) sebelumnya, gunakan rumus berdasarkan rumus di atas (1) untuk menghitung ERC atau 1 dari setiap pengamatan (n = 5).
𝛃 =𝐂𝐀𝐑𝐢𝐭− 𝛂 𝐔𝐄𝐢𝐭 Keterangan:
β = Earning Response Coefficient a = konstanta
CAR = ∑+5−5ARit
UEit = Unexpected Earning periode it