• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Pola Mendireksi ( Conducting )

Kegiatan Pembelajaran 2: Teknik-Teknik Conducting (Mendireksi)

C. Materi Pembelajaran

1. Jenis-Jenis Pola Mendireksi ( Conducting )

Sebelum menjelaskan jenis-jenis pola mendireksi (conducting), terlebih dulu dijelaskan tentang ketukan (beat). Ini diperlukan, karena tahap awal dalam membaca ritme akan ditemukan ketukan (beat). Ketukan (beat) dalam musik bersifat tetap. Hal ini seperti layaknya detak jantung atau bunyi detak jam

(tik-33

tok). Dalam menulis musik, ketukan (beat) dan not dikelompokkan dalam satu birama, dan setiap satu birama dipisahkan oleh garis birama. Pengelompokkan ketukan dan not tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Contoh ketukan (beat) dan simbol not yang dikelompokkan dalam satu birama (measure) dan setiap birama dipisahkan oleh garis birama (barline). (Sumber: Course, 2002:11)

Gambar 3 menunjukkan ketukan (beat) dan simbol not yang dikelompokkan dalam satu birama (measure) dan setiap birama dipisahkan oleh garis birama (barline). Dalam contoh tersebut terlihat pula dengan jelas jumlah ketukan dalam setiap birama yaitu 3 ketukan (beat). Ketukan-ketukan dalam birama ini membentuk ritme.

Selain penjelasan tentang ketukan yang telah diuraikan, dijelaskan pula tentang sukat, yang dalam musik disebut time-signature. Dalam sebuah partitur musik, sukat ditulis di awal lagu. Contoh penulisan sukat dalam lagu dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Contoh sukat 4/4 (dilingkari) dalam potongan lagu Truly yang dipopulerkan oleh Lionel Richie.

Pada gambar 4 terlihat contoh penggunaan sukat 4/4 (yang dilingkari) dalam lagu Truly yang dipopulerkan oleh Lionel Richi. Sukat tersebut menandakan bahwa terdapat empat ketukan dalam satu birama. Jumlah ketukan ini ditunjukkan dengan angka yang atas dari sukat, sedangkan angka yang bawah menunjukkan nilai not dari setiap ketuknya.

34

Dari penjelasan tentang ketukan (beat) dan sukat tersebut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ritme dalam sebuah karya musik tercipta berdasarkan pada ketukan dasar yang konstan yang dapat didengar dan dirasakan. Ketukan (beat) ini juga yang perlu didengar dan dirasakan oleh seorang Conductor ketika mendireksi (conducting).

Dalam mendireksi, seorang conductor perlu mengetahui jenis-jenis pola mendireksi (conducting). Pola-pola tersebut digerakkan menurut jumlah ketukan per birama. Jumlah ketukan itu sendiri ditunjukkan pada angka yang di atas pada sukat. Pada umumnya, terdapat empat jenis pola mendireksi, (conducting) yaitu 2/4, 3/4, 4/4, dan 6/8. Secara rinci keempat pola mendireksi tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Pola mendireksi (conducting) 2/4

Pada umumnya, pola mendireksi (conducting) 2/4 biasa disebut dengan pola ketukan 2. Pola mendireksi (conducting) dengan ketukan (beat) 2 ini biasa digunakan untuk sukat 2/4, dan 2/2 diikuti dengan tempo cepat. Pola mendireksi 2/4 ini artinya, dalam karya musik yang dimainkan dan/atau dinyanyikan memiliki sukat 2/4 dan memiliki 2 ketukan (beat) dalam setiap birama.

Dalam mendireksi pola mendireksi 2/4, seorang conductor pertama-tama dapat melakukan dengan cara menggerakkan tangannya ke arah bawah (downbeat), dan ke kanan untuk ketukan (beat) ke 1. Selanjutnya, gerakan tangan ke atas (upbeat) untuk ketukan kedua. Adapun pola mendireksi (conducting) 2/4, dan jumlah ketukan dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Sukat 2/4, dengan jumlah ketukan 2 tiap birama, dan pola mendireksi (conducting) 2/4 (Sumber: Course, 2002:18)

35

Lebih jelasnya tentang pola mendireksi (conducting) 2/4, dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Pola Mendireksi (conducting) 2/4 (Sumber: Course, 2002:44)

Gambar 5 menunjukkan sukat 2/4 dengan jumlah ketukan sebanyak 2, dan pola mendireksi (conducting) 2/4 (gambar paling kanan). Sementara itu, gambar 6 menunjukkan gerakan pola mendireksi (conducting) 2/4 yang lebih jelas. Pada gambar 6 tampak jelas gerakan mendireksi pola 2/4 yaitu ke bawah (downbeat), sedikit ke kanan dan langsung ke atas (upbeat). Gerakan pola mendireksi (conducting) 2/4 ini terdiri atas dua pukulan ke bawah. Pertama, dari kiri ke kanan, dan kedua dari anan ke kiri. Arah kedua gerakan tersebut hanya jika dilakukan dengan tangan kiri.

Pada dasarnya, pola mendireksi (conducting) 2/4 ini merupakan pola gerakan yang paling dasar (Meier, 2009:54), yaittu hanya gerakan ketukan ke bawah (downbeat) dan gerakan ke atas (upbeat). Pola gerakan sederhana tersebut dapat dilihat pada gambar 7.

36

Gambar 7. Pola gerakan mendireksi sederhana pada pola 2/4 (Meier, 2009) Gambar 7 menunjukkan pola mendireksi (conducting) 2/4 yang dilakukan dengan sederhana yaitu gerakan ke bawah (downbeat) dan gerakan ke atas (upbeat). Gerakan-gerakan tersebut dalam pola mendireksi (conducting) 2/4 umumnya dipraktikkan pada lagu dengan tempo yang cepat. Sementara itu, pada lagu dengan tempo lambat, pola mendireksi (conducting) 2/4 seperti ditunjukkan pada gambar 6.

Dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 2/4 ini, Pamadhi, dkk (2009:5.21) menjelaskan bahwa perlunya menghindari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi yaitu:

1) Gerakan tangan terlalu bulat ketika diayunkan untuk membentuk gerakan melingkar ke samping. Dengan kata lain, gerakannya terlalu bulat, sehingga tidak mencapai titik kedua sebagai titik gerakan yang semestinya;

2) Gerakan “tu” dan “wa” terlalu dibuat sama kuat, sehingga bentuknya hampir sama;

3) Gerakan “wa” tidak dibuat melingkar, melainkan langsung menuju ke tittik awal gerakan atau seperti garis lurus, sehingga terasa kosong.

Dengan demikian, dalam mendireksi (conducting) pola 2/4 maupun mendireksi (conducting) pola-pola lain, perlu dilakukan latihan secara berulang-ulang dan juga hati-hati, dan cermat. Ini dilakukan agar dalam mempraktikkannya dapat maksimal. Selain itu, dalam mempraktikkannya tidak dilakukan dengan terburu-buru. Jika dalam mendireksi (conducting) dilakukan dengan terburu-buru, maka dapat menimbulkan masalah baik pada diri Conductor itu sendiri maupun pada para musisi dan/atau para penyanyi yang dipimpinnya. Masalah tersebut dapat berupa tempo yang tidak jelas ataupun ritme dengan ketukan yang tidak tepat.

Pola mendireksi (conducting) 2/4 dapat dipraktikkan antara lain pada lagu-lagu berikut.

37 1) Hari Merdeka, ciptaan H.Mutahar 2) Mariam Tomong (Lagu daerah Tapanuli) 3) Pemilihan Umum, ciptaan M. Embut 4) Ampar-Ampat Pisang (Kalimantan Selatan) 5) Si Patokaan (Sulawesi Selatan)

6) Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat) 7) Manuk Dadali (Jawa Barat)

b. Pola mendireksi (conducting) 3/4

Pada pola mendireksi (conducting) 3/4 ini, setiap karya musik yang dimainkan dan/atau dinyanyikan dalam sukat 3/4, memiliki 3 ketukan (beat) dalam setiap birama. Dalam pola mendireksi (conducting) 3/4, terdapat rebound setelah downbeat di ketukan pertama. Pola mendireksi (conducting) 3/4 dan rebound tersebut dapat dilihat pada gambar 8 dan gambar 9.

Gambar 8. Pola mendireksi (conducting) 3/4 (Sumber: Course, 2002:20)

Adapun downbeat dan rebound (sering disebut bounce) dapat dilihat pada gambar 9.

38

Gambar 9. Downbeat dan Rebound (Sumber: Course, 2002:19)

Gambar 9 menunjukkan downbeat (tanda panah ke bawah) dan rebound (memantul ke kanan). Setiap pola ketukan pertama dimulai dengan gerakan lengan ke bawah yang kuat. Downbeat terjadi pada ketukan pertama setiap birama. Gerakan rebound itu sendiri tidak boleh dipraktikkan terlalu tinggi atau akan membingungkan gerak menuju beat berikutnya. Jarak yang tepat akan tergantung pada gaya dan tempo potongan. Dalam tempo cepat, rebound akan pendek dan cepat, sedangkan di tempo lebih lambat mungkin rebound sedikit lebih tinggi dan lebih lambat.

Pada umumnya, pola mendireksi (conducting) 3/4 maupun 3/8 digunakan untuk musik yang memiliki tempo cepat. Untuk mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 ini, guru dapat mempraktikkannya pada lagu-lagu sebagai berikut:

1) Teguh Kukuh Berlapis Baja, ciptaan C. Simanjuntak 2) Burung Tantina (Lagu daerah Maluku)

39

Selain dapat mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 pada lagu-lagu tersebut, terdapat contoh yang baik untuk mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 yaitu ketika memainkan karya musik waltz.

Dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4, Pamadhi, dkk (2009:5.22) menjelaskan untuk menghindari gerakan-gerakan sebagai berikut.

1) Gerakan ketukan kedua dan ketiga terlalu rendah dan berat daripada gerakan pukulan pertama.

2) Gerakan pukulan ketiga terlalu ke dalam hingga melewati garis gerakan pertama.

c. Pola mendireksi (conducting) 4/4

Tidak jauh berbeda dengan sukat 2/4 dan 3/4, sukat 4/4 dalam sebuah lagu memiliki jumlah ketukan 4 dalam satu birama. Seperti halnya sukat 3/4, dalam mendireksi (conducting) dengan sukat 4/4 terdapat rebound. Namun, jika dalam sukat 3/4 rebound ke arah kanan setelah ketukan ke bawah (downbeat), maka rebound dalam sukat 4/4 dilakukan ke arah kiri setelah ketukan downbeat. Hal tersebut terlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Downbeat dan Rebound pada sukat 4/4 (ke arah kiri) (Sumber: Course, 2002:25)

Gambar 10 menunjukkan gerakan rebound pada sukat 4/4. Gerakan rebound pada sukat 4/4 dilakukan ke arah kiri. Hal ini berbeda dengan gerakan rebound pada sukat 3/4 yang dilakukan ke arah kanan, seperti yang ditunjukkan pada gambar 9. Secara lengkap pola mendireksi (conducting) dengan sukat 4/4 dapat dilihat pada gambar 11.

40

Gambar 11. Pola mendireksi (conducting) pada sukat 4/4 (Sumber: Bartle, 2007:25)

Gambar 11 menunjukkan gerakan mendireksi (conducting) pada pola ketukan (beat) 4/4. Gerakan tersebut diawali pada gerakan ke bawah (downbeat) sebagai ketukan awal. Selanjutnya, dilakukan gerakan rebound ke arah kiri (dari arah Conductor). Setelah rebound, dilanjutkan ke kiri, dan kemudian ke arah kanan, dan sebagai hitungan keempat gerakan tangan dilakukan ke arah atas. Gerakan-gerakan tangan tersebut jika digambarkan membentuk pola mendireksi (conducting) seperti terlihat pada gambar 11.

Pola mendireksi (conducting) 4/4, terdiri atas sebuah ketukan ke bawah, satu ke kiri, satu ke kanan, satu sedikit lebih tinggi ke kiri lagi sedikit dan ketukan naik. Hal tersebut seperti terlihat pada gambar 11. Untuk membedakan tingkatan tinggi-rendahnya ayunan tangan setiap hitungan, dapat dilihat pada garis batas pada gambar 12 (Pamadhi, dkk, 2009:5.23).

41

Gambar 12. Perbedaan tinggi-rendah ayunan pada pola mendireksi (conducting 4/4 (Pamadhi, dkk, 2009)

Lebih lanjut Pamadhi, dkk (2009:5.23) menjelaskan bahwa dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Melakukan setiap gerakan dengan arah yang benar 2) Setiap perpindahan ketukan, tangan selalu diayunkan

3) Gerakan dengan arah lurus hanya dilakukan pada hitungan pertama.

Selanjutnya, guru dapat mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 4/4 tersebut antara lain pada lagu:

1) Indonesia Raya, ciptaan W.R. Supratman 2) Garuda Pancasila, ciptaan Prohor Sudharnoto 3) Padamu Negeri , ciptaan Kusbini, dan 4) Satu nusa satu bangsa ciptaan L. Manik

d. Pola mendireksi (conducting) 6/8

Berbeda dengan pola ketukan (beat) 2/4, 3/4, dan 4/4 yang termasuk ke dalam sukat simple, pola ketukan (beat) 6/8 termasuk dalam sukat susun (compound time signature). Dikatakan sukat susun (compound), karena habis dibagi tiga. Artinya, dalam setiap birama terdapat enam ketukan not yang bernilai 1/8. Jumlah ketukan ditunjukkan dengan angka yang di atas, dan jenis not ditunjukkan dengan angka yang terletak di bawah pada sukat, sehingga jika terdapat sukat 6/8, maka dalam satu birama terdapat enam ketukan not yang bernilai 1/8. Pada sukat 6/8, dalam setiap birama Adapun pola mendireksi (conducting) ketukan (beat) 6/8 dapat dilihat pada gambar 12.

42

Gambar 12. Sukat 6/8 dan Pola Mendireksi (conducting) pada sukat 6/8 (Sumber: Course, 2002:51)

Gambar 12 menunjukkan sukat 6/8 dengan banyak ketukan enam dalam satu birama, dan pola mendireksi (conducting) dengan sukat 6/8. Seperti halnya sukat 3/4 dan 4/4, dalam mendireksi (conducting) sukat 6/8 terdapat rebound. Lebih jelas terkait rebound dalam sukat 6/8, dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Rebound (yang dilingkari) pada sukat 6/8 dilakukan ke arah kiri (Sumber: Course, 2002:59)

Pada gambar 13, terlihat rebound (yang dilingkari) pada sukat 6/8. Rebound tersebut dilakukan ke arah kiri setelah ketukan pertama ke bawah (downbeat). Rebound ini juga sama dengan rebound yang dilakukan pada sukat 4/4, seperti terlihat pada gambar 9.

Dari pola-pola mendiraksi (conducting) yang telah dijelaskan, maka seorang Conductor perlu mempelajari hal tersebut secara cermat. Namun, setiap gerakan tangan dari seorang Conductor, memiliki gayanya tersendiri. Pada umumnya, gerakan tangan kanan Conductir menunjukkan pola ketukan (beat),

43

sedangkan tangan kiri untuk mengkomunikasikan pesan, seperti dinamik, tempo, artikulasi, dan frasering kepada para musisi dan/atau kepada para penyanyi.

Bagi Conductor pemula, sebelum memimpin kelompok orkestra maupun kelompok paduan suara perlu mengetahui teori musik terkait antara lain tanda sukat, ritme, dan penulisannya dalam sebuah partitur musik. Ini diperlukan agar Conductor dapat memahami dan mempraktikkannya dengan baik dan benar pada saat mendireksi (conducting).

Untuk pola mendireksi (conducting) dengan sukat 6/8, guru dapat mempraktikkan pola mendireksi tersebut (conducting) dengan latihan hal-hal berikut (Pamadhi, dkk, 2009):

1) Mulai dari titik awal gerakan, yaitu kedua tangan diangkat setinggi mata ke depan;

2) Tangan diturunkan dan diayunkan ke samping luar untuk hitunngan “tu; 3) Tangan naik setengah dari panjang gerakan pertama dan diayunkan ke

samping dalam untuk hitungan “wa”;

4) Membuat ayunan kecil sekalai lagi, untuk hitungan “ga” kea rah luar; 5) Dari hitungan “ga”, tangan diayunkan naik lalu turun ke samping luar

untuk hitungan “pat”

6) Tangan digerakkan naik,dan diayunkan ke samping untuk hitungan “ma”; 7) Selanjutnya tangan naik dan membentuk gerakan ayunan kecil ke dalam

untuk hitungan “nam” lalu kembali menuju titik awal aba-aba;

8) Gerakan 1-7 diulang-ulang, hingga dapat merasakan hitungan yang mendapat aksen dan yang tidak.

Jika pola mendireksi (conducting) 2/4 cenderung digunakan untuk lagu dengan tempo cepat, maka pola mendireksi (conducting) 6/8, umumnya digunakan untuk lagu dengan tempo sedang. Selanjutnya, pola mendireksi tersebut dapat dipraktikkan antara lain pada lagu-lagu sebagai berikut.

1) Desaku yang Kucinta

44

Pada sukat 2/3, 3/4 ,dan 4/4, dalam penulisannya, not 1/8 disatukan dalam kelompok dua ataupun dalam kelompok empat. Hal ini seperti terlihat dalam gambar 14.

atau

Gambar 14. Penulisan not 1/8 yang disatukan dalam kelompok dua ataupun dalam kelompok empat. (Sumber: Taylor, 2009:72)

Sementara itu, dalam sukat 6/8 not 1/8 disatukan dalam kelompok tiga. Dalam penulisannya, ketiga not tersebut dapat disatukan bersama-sama, atau dapat dipisahkan sesuai dengan sistem penulisan notasi yang telah dipelajari. Penulisan not ini dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Penulisan not 1/8 yang disatukan dalam kelompok tiga pada sukat 6/8 baik disatukan secara bersama (pada birama 1, 3, 5, 7), maupun dipisah

(seperti pada birama 2, 4, 6, dan 8. (Sumber: Taylor, 2009: 74)

Di samping jenis-jenis pola conducting (mendireksi) seperti yang telah diuraikan tersebut, terdapat pula jenis-jenis ketukan (beat) dengan sebutan lain (Meire, 2009:26) yaitu ketukan (beat) standar, ketukan (beat) staccato, ketukan (beat) legato,. Secara rinci, jenis-jenis ketukan (beat) tersebut diuraikan sebagai berikut (Meire, 2009:26-31).

a. Ketukan (beat) Standar

Dalam mendireksi (conducting), ketukan (beat) standar merupakan ketukan (beat) yang paling umum digunakan. Ketukan (beat) standar ini dimulai dengan tekanan ritmik yang memiliki kekuatan sedang. Adapun ketukan (beat) standar ini biasa disebut dengan downbeat dan upbeat (Hills, 2014:3). Namun ada pula istilah lain untuk kedua ketukan (beat) tersebut (Meire, 2009:26) yaitu downward dan upward. Pada dasarnya kedua istilah tersebut memiliki maksud

45

yang sama, yaitu ketukan ke bawah (downbeat/downward), dan ketukan ke atas (upbeat/upward).

Gerakan ke atas (upbeat/upward) menentukan kecepatan pulsa berikutnya. Ketika tangan di atas, maka ketukan (beat) bergerak ke bawah, dan ini menunjukkan suatu pertunjukkan musik baik berupa orkestra dan/atau paduan suara dimulai. Setiap ketukan (beat) dalam setiap birama adalah penting. Downbeat merupakan ketukan (beat) pertama adalah ketukan (beat) yang paling kuat. Namun, meskipun ketukan tersebut kuat, bukan berarti dimainkan atau dinyanyikan dengan suara keras. Adapun downbeat pada sukat 4/4 dan 2/4 ditunjukkan pada gambar 16 dan gambar 17.

Gambar 16. Downbeat (simbol not yang besar di setiap birama) pada sukat 4/4 yang jatuh pada ketukan kesatu (Sumber: Course, 2002:9)

Gambar 17. Downbeat (simbol not yang besar di setiap birama) pada sukat 2/4 yang jatuh pada ketukan kesatu (Sumber: Course, 2002:9)

Pada gambar 16 dan 17, terlihat simbol notasi balok yang besar dan kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa simbol notasi balok yang besar merupakan downbeat dan merupakan ketukan yang paling keras. Ketika mendengarkan sebuah lagu, maka dapat diketahui sukatnya dengan mendengarkan atau merasakan ketukan paling keras (downbeat). Dengan mengetahui atau merasakan downbeat pada ketukan pertama, selanjutnya dapat dirasakan hitungan pada ketukan berikutnya sampai merasakan kembali ketukan downbeat. Jumlah hitungan dari downbeat satu ke downbeat berikutnya, menunjukkan angka yang terletak di atas pada tanda sukat.

46

Ketukan staccato membutuhkan perubahan karakter tekanan ritmik (ictus) dan kecepatan rebound. Tekanan ritmik (ictus) dalam praktiknya dilakukan lebih jelas dan diikuti dengan peningkatan kecepatan gerakan ke atas. Oleh karena ketukan (beat) mencapai puncak lebih awal dari biasanya, maka ketukan (beat) berhenti di atas untuk sepersekian detik sebelum melanjutkan dengan gerakan ke bawah. Proses tersebut diulang untuk setiap ketukan berturut-turut.

Conductor dapat memilih untuk mempersiapkan setiap ketukan (beat) staccato berturut-turut dengan cepat, dan ketukan (beat) persiapan yang baru diberikan setelah rebound telah berhenti. Adapun contoh ketukan (beat) staccato dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Ketukan (beat) staccato (yang dilingkari) pada pola mendireksi (conducting) 4/4 (Pieter, 2007:25)

Gambar 18 menunjukkan ketukan staccato (yang dilingkari) pada pola mendireksi (conducting) 4/4. Dalam pola tersebut tampak ketukan (beat) staccato lebih tegas dan pendek, serta mempunyai sudut.

c. Ketukan(beat) Legato

Tekanan ritmik (ictus) tidak digunakan (dinonaktifkan) untuk ketukan (beat) legato. Gerakan ke atas pada ketukan (beat) legato ini dilakukan dengan halus, dan gerakan kembali (turun) menyentuh titik tibanya setiap ketukan (beat) dengan baik. Pola ketukan (beat) ini tidak mempunyai sudut seperti pada ketukan (beat) staccato. Setiap ketukannya dilakukan dengan halus, dengan ketukan turun (downbeat) dan rebound yang terhubung secara halus. Gambar 19 menunjukkan ketukan (beat) legato.

47

Gambar 19. Ketukan (beat) legato pada pola mendireksi (conducting) 4/4 (Pieter, 2007:25)

Gambar 19 menunjukkan ketukan (beat) legato pada pola mendireksi (conducting) 4/4. Pada ketukan (beat) legato tampak tidak terdapat sudut di setiap perpindahan dari ketukan yang satu ke ketukan yang lainnya. Seperti halnya ketukan (beat) staccato, ketukan (beat) legato memberikan sedikit control ritmik daripada ketukan standar.

Dokumen terkait