• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Guru Pembelajar SB Seni Musik SMP KK I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Modul Guru Pembelajar SB Seni Musik SMP KK I"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

1

MODUL DIKLAT PKB GURU SENI MUSIK

GRADE 9

Disusun Oleh:

Ayu Niza Machfauzia

Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik

dan Tenaga Kependidikan

(2)

2

MODUL 9

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru dan tenaga kependidikan adalah melalui program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Hal ini seperti apa yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Negara dan Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yaitu kegiatan Pengembangan Diri. Kegiatan Pengembangan Diri itu sendiri meliputi kegiatan diklat dan kegiatan kolektif guru. Agar kegiatan pengembangan diri optimal diperlukan modul-modul yang digunakan sebagai salah satu sumber belajar pada kegiatan diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) guru-guru Seni Budaya (Seni Musik) di tingkat sekolah menengah pertama (SMP). Materi dalam modul ini merupakan materi yang disusun berdasarkan pada kisi-kisi soal uji kompetensi guru SMP mata pelajaran Seni Budaya (Seni Musik). Adapun materi dalam modul 9 ini meliputi konsep conducting dalam musik, teknik-teknik conducting, profil konduktor, dan praktik conducting dalam ansambel, orckestra, dan paduan suara..

B. Tujuan Penyusunan Modul 9

(3)

3

C. Peta Kompetensi

Peta kompetensi modul ini dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Peta Kompetensi Materi Conducting

D. Petunjuk Penggunaan Modul

Dalam menggunakan modul ini, perlu memperhatikan hal-hal berikut. 1. Indikator terkait materi yang dipelajari

2. Materi-materi yang terdapat dalam modul ini di setiap kegiatan pembelajaran, terkait kompetensi profesional di bidang musik

3. Latihan soal-soal yang disediakan dalam modul ini.

Conducting (Mendireksi)

Profil Conductor Tugas Conductor Pola Conducting

Konsep Conducting

Teknik Conducting

(4)

4

Kegiatan Pembelajaran 1: Mendireksi (Conducting)

A.

Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Dalam sebuah kelompok musik seperti orkestra dan/atau paduan suara, diperlukan seseorang yang tidak hanya mampu memainkan instrumen/menyanyikan sebuah karya musik saja, tetapi juga diperlukan figur seorang musisi yang dapat memimpin kelompok musiknya. Ini diperlukan karena untuk dapat bermain/bernyanyi secara bersama-sama tidak hanya diperlukan keterampilan individu saja, tetapi juga kekompakan, dan keseimbangan (balance) di antara para pemain/penyanyi itu sendiri. Adapun pemimpin dalam kelompok musik itu sendiri disebut Conduktor. Sudah barang tentu dalam memimpin kelompoknya baik dalam orkestra maupun kelompok paduan suara, seorang Conductor dituntut memiliki kemampuan memimpin dengan baik. Selain itu, dituntut pula untuk memiliki kemampuan musikalitas yang baik pula.

Dari uraian tersebut, maka tujuan kegiatan pembelajaran ini adalah 1. Guru dapat mendefinisikan konsep mendireksi (conducting) dalam musik

dengan benar dan tepat;

2. Guru dapat menyebutkan profil conductor dengan benar dan tepat. 3. Guru dapat menyebutkan tugas conductor dengan benar dan tepat

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan konsep mendireksi (conducting) dalam musik dengan benar

2. Menjelaskan profil conductor dalam musik dengan benar

3. Menjelaskan tugas conductor dengan benar

C. Materi Pembelajaran

1.

Konsep Mendireksi (

Conducting

)

(5)

5

adalah seni memimpin dan mengkoordinasikan sebuah kelompok pemain instrument dan atau penyanyi dalam sebuah pertunjukkan musik atau latihan.

Davey (2009) menjelaskan bahwa mendireksi (conducting) adalah lebih dari sekedar menjaga irama; Dapat juga dikatakan, mendireksi (conducting) adalah ekspresi musik yang menggunakan seluruh tubuh. Dalam mendireksi, seorang Conductor mempengaruhi para musisi dan/atau para penyanyi dengan berbagai cara yang berbeda. Cara tersebut dari memberikan tanda musikal seperti dinamik, tempo, dan banyaknya ketukan dalam satu birama, sampai pada gerakan non-verbal lainnya seperti pernapasan dan ekspresi emosional. Semua efek ini dicapai melalui cerminan gerakan dan bahasa tubuh dari seorang Conductor.

Ungkapan lain tentang konsep mendireksi (conducting) diutarakan oleh Moses, dkk (2004:5) yang menjelaskan bahwa mendireksi (conducting) adalah sarana mengarahkan komunikasi artistik pada pemain musik selama pertunjukan. Tidak ada aturan mutlak tentang bagaimana mendireksi dengan benar. Oleh karenanya, terdapat berbagai macam gaya mendireksi yang berbeda. Adapun tujuan dari mendireksi adalah untuk memberikan panduan bagi kelompok pemain musik di orkestra, dan/atau paduan suara, sehingga semua orang dapat mulai bermain musik/bernyanyi bersama-sama, tetap bersama-sama dan berhenti bersama-sama.

(6)

6

Gambar 1. Pola untuk mengetuk jumlah ketukan dalam setiap birama (Pola ketukan 2, 3, dan 4 dalam satu birama) (Strasser, 2011).

Gambar 1 menunjukkan pola-pola ketukan yang diterapkan oleh seorang Conductor dalam mendireksi (conducting). Hal yang perlu diingat dalam mendireksi adalah posisi tangan ketika dalam posisi upbeat, harus jauh dari badan Conductor itu sendiri bukan di depan tubuhnya. Secara rinci tentang implementasi pola-pola tersebut ketika mendireksi, akan dijelaskan pada sub bab Teknik Mendireksi (conducting).

Dalam mendireksi (conducting) terdapat seni mendireksi. Hal ini dikarenakan setiap orang memiliki proporsi tubuh yang berbeda, seperti bentuk dan ukuran tubuh, serta tinggi dan rendah. Proporsi tubuh ini selanjutnya menjadi satu hal yang penting dalam mendireksi (conducting). Seorang Conductor, yang sedang mendireksi, akan terlihat sikap gerakan yang sesuai dengan tubuhnya sendiri. Ini juga berarti bahwa cara seorang Conductor mengekspresikan musik akan menjadi ciri khas dari Conductor itu sendiri.

2. Profil

Conductor

dan Tugas

Conductor

a) Profil

Conductor

(7)

7

berasal dari bahasa Jerman yang berarti menyalurkan. Dengan demikian, Conductor ataupun Dirigen memiliki arti yang sama yaitu orang yang menyalurkan dan mengarahkan detail musik yang dimainkan/dinyanyikan kepada para pemain musik/para penyanyi.

Dalam musik, Conductor adalah seorang pemimpin yang memimpin sebuah pertunjukan musik, baik dalam format orkestra maupun paduan suara dengan menggunakan isyarat-isyarat tertentu. Berbeda dengan seorang pemain musik (Moses, dkk, 2004:3), seorang Conductor tidak hanya fokus pada permainan instrumen para pemainnya saja, tetapi juga perlu memiliki pengetahuan yang kuat tentang semua perbedaan instrument dan juga kuat akan pengetahuan tentang genre musik. Hal ini diperlukan, karena seorang Conductor tidak akan dapat memimpin dengan baik dalam sebuah orkestra (sebagai contoh), jika tidak mengetahui karakter bunyi/suara dari instrumen trompet atau instrument biola. Dengan mengetahui karakter-karakter dari berbagai instrumen tersebut, maka seorang Conductor dapat mengarahkan bunyi seperti apa yang dikehendaki dari sebuah instrument yang dimainkan oleh para musisi. Di samping itu, seorang Conductor juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang teori-teori terkait musik, serta kemampuan musikalitas yang baik. Konduktor harus memberikan sinyal jelas dan sugestif kepada para pemain orkestra ataupun penyanyi di paduan suara, bukan sebagai koreografi bagi penonton.

(8)

8

yang jelas, serta mendengarkan secara kritis dan membentuk suara instrumen dari para pemain orkestra dan/atau suara penyanyi. Selain itu, Conductor perlu memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan nuansa kalimat musik dan ekspresi melalui gesture (gerakan).

Conductor juga perlu mengetahui setiap bagian instrumen atau bagian dari penyanyi, dan bagaimana setiap bagian seharusnya dibunyikan atau dinyanyika, sehingga seluruh karya musik yang dimainkan dan disajikan akan berbunyi dengan tepat sesuai dengan yang dimaksudkan oleh sang komponis. Sebagai contoh, Conductor dapat mengatakan pada pemain biola, bagaimana memainkan teknik bowing, dan dapat mengatakan pada penyanyi dan pemain instrument tiup bagaimana bernafas yang baik. Ungkapan tersebut diperkuat oleh Moses, dkk (2004:6) yang mengatakan bahwa If we are to communicate clearly with the members of an orkestra, we must understand something of the characteristics of their instruments, and of the variety of ways they can produce sounds. Above all, we need to have some idea of what is dif¤cult for each instrument, and what is easy. Dari apa yang telah diutarakan oleh Moses, dkk tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk dapat mengkomunikasikan musik dengan baik dan jelas kepada para pemain musik dan/atau para penyanyi di paduan suara, maka Conductor harus memahami karakteristik dari setiap instrument. Dengan mengetahui dan memahami karakteristik instrumen yang tergabung dalm orkes, maka Conductor dapat membentuk suara instrumen tersebut dengan baik.

Tidak hanya hal tersebut saja yang perlu diketahui oleh seorang Conductor, namun juga kemampuan mengintepretasi karya musik yang disajikan dan dituangkan dalam ekspresi musikal. Seperti halnya para pemain musik, banyak Conductor cenderung melakukan analisis pada karya musik yang akan disajikan, ketika berhadapan dengan interpretasi musik dan makna. Hal ini lebih mudah dan mungkin lebih aman, namun tetap dengan standar performance yang ditetapkan.

(9)

9

secara tiba-tiba; namun didasari pada pengetahuan dan keterampilan yang yang dimiliki oelh Conductor tersebut untuk melakukan interpretasi musik yang ekspresif yang menginformasikan spontanitas tersebut. Namun demikian, Conductor perlu percaya pada intuisi musiknya untuk dapat mengenali dan mengkomunikasikan makna intrinsiknya kepada para musisi dan/atau penyanyi di paduan suara.

Lisk (2008:1) menjelaskan bahwa Conductor yang sukses adalah seseorang yang selain menjadi konduktor juga musisi, dan tahu bagaimana untuk mencapai apa yang ingin dicapai dalam performancenya. Selan itu, seorang Conductor juga perlu memiliki kemampuan untuk mendengarkan (listening). Artinya mampu mendengarkan secara aktif. Kegiatan ini perlu dilakukan seorang Conductor, dan dilakukan secara khusus fokus pada mendengarkan totalitas suatu penyajian musik, baik orkestra maupun paduan suara. Untuk memandu seluruh potensi yang dimiliki oleh para musisi (pemain musik) dan atau penyanyi, maka seorang Conductor perlu memiliki persepsi yang jelas tentang bagaimana kualitas atau produk akhir dari karya musik yang disajikan.

Seorang Conductor yang berdiri di hadapan sekian musisi dan/atau penyanyi juga perlu memiliki kemampuan untuk membuat suara (berbicara) secara verbal dan memiliki kekuatan untuk membentuk karya seni suara yang indah didengar. Mata panah Conductor tampaknya akan melihat ke semua pemain musik dan/atau ke semua penyanyi, mendengar semua suara ymusik yang didengarnya, dan memiliki kecerdasan musikal yang terpanggil untuk membentuk sebuah karya dan kemudian menyampaikannya. Conductor dapat dikatakan sebagai kurator karya, inkubator karya-karya baru dan juga pemain musik publik. dan peran Conductor adalah untuk menciptakan kinerja baru setiap waktu.

(10)

10

Dalam mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi, seorang Conductor perlu mengembangkan hubungan dengan musisi dari berbagai negara, menghadiri pertemuan-pertemuan di bidangnya, dan benar-benar membangun komunikasi. Dengan mengembangakan kemampuan tersebut, seorang Conductor dapat menemukan suatu cara untuk menjadi diri sendiri dan menjadi terbiasa untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Pengalaman merupakan cara belajar tentang sesuatu yang paling baik. Dalam hal ini, seorang Conductor tidak perlu seorang guru untuk mengajarinya, tetapi pengalamanlah yang mengajari Conductor tersebut.

Sebagai seorang pemimpin dalam suatu kelompok orkestra dan/atau paduan suara, seorang Conductor perlu mengetahui dan memiliki sifat kepemimpinan. Dengan mempelajari aspek kepemimpinan, Conductor dapat menentukan prinsip dasar dan menerapkan dalam kehidupannya sebagai pemimpin dari podium. Kepemimpinan terlepas dari pendekatan pedagogis atau teknis, pada musik dapat membantu menjelaskan prinsip-prinsip universal dan membebaskan Conductor untuk merefleksikan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat bekerja untuk individu sebagai konduktor.

Berdasarkan penjelasan tentang profil Conductor, maka dapat disimpulkan bahwa profil seorang Conductor perlu memiliki hal-hal sebagai berikut (Wittry, 2007:24-26).

1. Tanggungjawab terhadap kualitas dalam membuat musik. Artinya, dalam memimpin kelompok musik, seorang Conductor tidak hanya berdiri memimpin di hadapan para pemain musik dan/atau para penyanyi, melainkan juga bertanggungjawab dalam membuat musik yang dimainkan dan/atau dinyanyikan, sehingga menjadi suatu penyajian musik yang berkualitas. Terkait hal ini, termasuk juga kemampuan menginterpretasikan dan mengekspresikan karya musik yang disajikan. 2. Memiliki kemampuan musikal yang baik. Kemampuan musikal tersebut

(11)

11

yang tanpa syarat dan juga membangkitkan emosi secara langsung. Jadi, jika konduktor menginginkan anggota kelompok musiknya untuk dapat menginterpretasikan apa yang dimaksud komposer, maka Conductor tersebut perlu menunjukkan hal ini baik melalui suara nyanyiannya sendiri, maupun melalui teknik mendireksi (conducting).

3. Memiliki pribadi yang berkarisma, dan memiliki sifat leadership. Conductor, sebagai orang yang berdiri di depan orang, dapat mempengaruhi keterlibatan emosional kelompok musisi dan/atau penyanyi yang dipimpinnya melalui sikap dan kepribadiannya. Itulah sebabnya mengapa terdapat sebuah persepsi umum tentang kekuatan Conductor yang berkarisma.

4. Memiliki pengalaman musik yang baik. Jika seorang Conductor dapat menghasilkan respon emosi yang benar dari kelompok musisi dan/atau penyanyinya, maka mereka secara bersama-sama dapat perform dengan perasaan yang benar dari setiap karya musik yang dimainkan. Oleh karenanya, diperlukan pengalaman musik yang baik.

5. Memiliki kemampuan berkomunikasi baik secara individu maupun secara sosial dan mampu menjalin kerjasama dengan kelompok orkestra dan/atau kelompok paduan suara, dan dengan orang lain terkait pengelolan tersebut. Hal ini berkaitan erat dengan kemampuan berbicara yang juga menjadai bagian penting yang harus dimiliki oleh seorang Conductor.

6. Memiliki pola pikir yang positif. Hal ini dapat mempengaruhi sikap ketika mendireksi di podium. Sikap yang baik dapat menginspirasi seluruh anggota kelompok musisi dan/atau penyanyi yang dipimpinnya.

7. Memiliki kemampuan untuk mengontrol emosinya. Seorang Conductor memiliki tanggungjawab pula terhadap perasaannya dan bagaimana dapat menghubungkannya dengan para musisi dan/atau dengan para penyanyi.

(12)

12

suara. Secara historis, Conductor yang dicintai dan dihormati oleh musisi dan/atau penyanyi yang dipimpinnya, menunjukkan tingkat integritas yang tinggi baik integritas musikalnya maupuan integritas pribadinya.

9. Memiliki sifat rendah hati. Bagi seorang Conductor, kerendahan hati tampaknya seperti sebuah kontradiksi karena pada umumnya seorang Conductor begitu terbiasa dengan harapan kepribadian sebagai seorang "Maestro", namun sifat ini perlu dimiliki oleh seorang Conductor. Kerendahan hati tidak berarti bahwa tidak tegas. Ketegasan adalah sifat indah, dan perlu diterapkan untuk membantu mencapai apa yang menjadi tujuan. Tidak hanya hal tersebut, namun kerendahan hati memberikan seorang Conductor memiliki kemampuan untuk berhubungan dengan orang-orang dan mengakui bahwa seorang Conductorpun yang memiliki kemampuan musical yang baik tidak akan pernah menjadi sempurna. Kerendahan hati akan memungkinkan seorang Conductor untuk dapat menerima semua orang seperti apa adanya mereka.

10. Memiliki ketekunan. Aspek ketekunan merupakan salah aspek yang dapat menambah kualitas yang diperlukan untuk menjadi seorang Conductor yang sukses. Semakin sering seorang Conductor berada di podium memimpin kelompok musiknya, semakin lebih aktif, dan terus mengadakan hubungan dengan para musisi dan/atau para penyanyi, maka berangsur-angsur kemampuan musikal, pengalaman akan meningkat, dan hubungan untuk mencapai tujuan akan lebih mudah dicapai.

(13)

13

menganalis karya musik yang akan disajikan. Selain itu, Conductor perlu familiar dengan kehidupan komposer, ketika karya musik tersebut ditulis, dan karya-karya musik lainnya yang ditulis oleh composer yang berbeda namun menulis dalam waktu yang sama. Dengan memahami hubungan ini, akan sangat membantu dalam menginterpretasikan musik tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Conductor menggunakan kata-kata, gerak tubuh, tatapan, kepala gerakan dan ekspresi wajah untuk membuat para musisi dan/atau penyanyi bermain bersama di tempo yang tepat, ungkapan, gaya dan dinamik, serta menurut interpretasinya tentang musik. Conductor juga berinteraksi dengan para musisi dan/atau penyanyi tersebut. Para musisi dan/atau penyanyi ini juga bereaksi terhadap gerakan Conductor, dan Conductor pada gilirannya bereaksi terhadap musik yang dimainkan oleh para musisi dan/atau penyanyi yang dipimpinnya.

Berbeda dengan pemain musik dan/atau penyanyi yang dapat melihat pada karya musik dan mentransformasikannya ke dalam bunyi musik, seorang Conductor mayoritas mengeluarkan sebagian besar waktunya untuk mempersiapkan sebuah penyajian musik tanpa mengakses instrumennya. Kemampuan musikalnya, dicurahkan untuk mempelajari full score (partitur musik untuk seluruh instrumen dalam kelompok orkestra dan/atau untuk seluruh suara dalam kelompok paduan suara. Oleh karenanya, seorang Conductor perlu memiliki kemampuan mendengarkan yang baik dan pengetahuan tentang bunyi dari berbagai instrumen musik dan/atau mengetahui register masing-masing jenis suara. Selain profil Conductor yang telah dijelaskan tersebut, dijelaskan pula tentang peran Conductor. Chuang (2005:12) menjelaskan bahwa terdapat tiga peran seorang Conductor, yaitu sebagai pemimpin (leader); sebagai guru (teacher); dan sebagai kolega.

b) Tugas

Conductor

(14)

14

dilakukan seorang Conductor sebelum latihan dengan kelompok musiknya. Di samping itu, pada latihannya Conductor menyiapkan bagaimana menginterpretasi karya musik yang akan dimainkan. Namun demikian, pada Conductor yang memiliki kemampuan musikal di atas rata-rata, hanya memerlukan sedikit waktu untuk latihan dan penyajian musik hanya terjadi pada saat konser. Artinya, Conductor yang memiliki kemampuan musical yang sangat baik, adakalanya hanya memerlukan sedikit latihan sebelum konser dimulai. Adapun tujuan adanya Conductor dalam suatu kelompok musik dan/atau kelompok paduan suara (Jones, 2013:1) adalah untuk melatih kelompok musisi dan/atau kelompok penyanyi yang besar dan melibatkannya bersama-sama secara musical dalam sebuah penyajian musik. Pada umumnya, kelompok musik yang lebih kecil tidak memerlukan adanya Conductor.

Salah satu fungsi yang paling dasar dari seorang Conductor adalah hanya menjaga seluruh anggota orkestra dan/atau paduan suara dapat terkoordinasi dengan baik, sehingga semua musisi/penyanyi yang berbeda akan mulai dan berhenti bermain pada saat yang tepat. Salah satu kunci untuk ini adalah untuk mengungkapkan irama musik melalui gerakan tongkat dirigen (atau tangan). Dengan demikian, para musisi/penyanyi selanjutnya dapat menghitung jumlah ketukan (beat) ketika mereka diam (yang mungkin berjumlah ratusan), dan mulai bermain pada waktu yang tepat. Pada lagu yang berbeda sudah barang tentu memiliki irama dan jumlah birama yang berbeda, dan Conductor menggunakan gerakan yang berbeda pula untuk mengekspresikan ketukan yang tergantung pada irama yang terdapat dalam sebuah partitur musik.

(15)

15

Padahal, tugas seorang Conductor tidak hanya berdiri di podium di depan sekelompok pemain/penyanyi saja serta terkait dengan hal-hal yang terjadi di panggung saja, tetapi juga perlu menjalin kerjasama dengan tim. Artinya, Conductor tidak dapat bekerja seorang diri, namun perlu mengadakan pendekatan dengan tim kerja. Salah satu tugas inilah yang perlu ditekankan pula agar dapat menjadi seorang Conductor yang efektif. Ungkapan ini diperkuat oleh Wittry (2007:6) yang mengatakan bahwa tugas seorang Conductor tidak hanya berkaitan dengan apa yang terjadi di panggung dan dengan kelompok orkestranya/penyanyinya, tetapi seorang Conductor juga perlu memiliki kemampuan dan bertugas menjalin kerjasama dengan orang lain, dan ini merupakan hal penting untuk dapat menjadi seorang Conductor yang sukses.

Pernyataan tersebut diperkuat oleh Bartle (2002:19), bahwa seorang Conductor musik perlu menggunakan keterampilan komunikasi yang dapat berkembang dengan baik serta pemahaman tentang psikologi manusia untuk memimpin ansambel musik sebagai usaha menyajikan musik dengan baik. Sebagai contoh perlunya komunikasi dengan musisi/penyanyi yang dipimpinnya adalah dalam paduan suara. Dalam memimpin paduan suara, seorang Conductor dapat membantu para penyanyinya dengan melakukan gerakan tangan yang lebar bukan tinggi atau horisontal dan juga bukan vertikal. Conductor perlu melihat kelompok paduan suara dan memberitahu jika para penyanyi perlu melakukan latihan pernafasan setelah melihat para penyanyi tersebut menyanyikan satu kalimat.

(16)

16

yang terdapat dalam karya musik yang dimainkan. Sebagai contoh mendireksi pola birama 4/4 (terdapat 4 ketukan dalam satu birama), maka Conductor dapat mengerakkan tangan kanan ke bawah, ke kiri, ke kanan, dan ke atas. Demikian pula, jika mendireksi pola birama 3/4 dan 2/4. Pada pola birama 3/4, Conductor dapat mengerakkan tangan ke bawah, ke kanan, dan ke atas, sedangkan untuk mendireksi pola birama 2/4, Conductor dapat menggerakkan tangan ke bawah dan ke atas.

Terkait tugas Conductor yang perlu mengadakan komunikasi dengan kelompok organisasinya (para pemain dan/atau para penyanyi), Ramona (2007:xi) menjelaskan banyak Conductor belajar tentang bagaimana menghidupkan sebuah organisasi yaitu cara orang bekerja sama untuk mencapai tujuan kolektif, adalah berubah dan, sebagai pemimpin organisasi, baik Conductor bersama-sama dengan anggota kelompok musisinya perlu menanggapi perubahan ini. Seorang Conductor berkomunikasi dengan lebih dari seratus musisi dan mengkomunikasikan kepada musisi tersebut, dengan cara Conductor berdiri di platform yang lebih tinggi dan melambaikan tongkat kayu (baton) pada anggota orkestra dan/atau paduan suara.. Komunikasi ini pada dasarnya terjadi dalam satu arah, karena secara individu para musisi jarang mengekspresikan ide atau mengajukan pendapat pada Conductor. Oleh karenanya, menjalin hubungan positif terus diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan para musisi orkes dan atau dengan para penyanyi di paduan suara. Dari ungkapan tersebut, jelas terlihat perlu adanya suatu kerjasama di antara Conductor dan anggota orkestra dan/atau anggota paduan suara. Meire (2009:18) menjelaskan bahwa sebuah penyajian musik orkestra dan/atau paduan suara yang berhasil adalah hanya jika para pemain dan Conductornya telah bekerjasama dalam sebuah sistem komunikasi di antara mereka. Dalam bekerjasama tersebut, Conductor mengarahkan para musisi/penyanyi yang dipimpinnya dan membuat keputusan secara teknis dan secara musikal. Conductor ingin menyajikan suatu kualitas musik bersama dengan musisi-musisi dan/atau dengan penyanyi-penyanyi yang ekselen, karena pembuatan musik yang kualitas akan mempengaruhi anyak orang yang mendengarnya. Ini harus menjadi titik fokus dari masyarakat sebagai pendengar yang mendukungnya.

(17)

pihak-17

pihak terkait, Conductor memiliki tugas lain yang diperlukan sebagai pemimpin dalam suatu kelompok musik (Iacono, 2000:2; Meire, 2009:6), antara lain membaca partitur musik, latihan, menunjukkan gerakan dan pola ketukan (beat). Secara rinci, ketiga tugas lain dari seorang Conductor diuraikan sebagai berikut.

1. Membaca Partitur

Seperti semua keterampilan, membaca partitur orkestra dan/atau partitur paduan suara sebagian besar adalah masalah praktik. Seorang Conductor harus memiliki pemahaman menyeluruh terhadap notasi musik dari semua instrumen orkes dan/atau semua jenis suara pada paduan suara. Partitur musik memberikan semua informasi yang diperlukan untuk membentuk interpretasi musik sebuah komposisi. Oleh karena itu, seorang Conductor harus mampu membaca dan memahami partitur yang akan disajikan, mengetahui berbagai macam tanda kunci, mengetahui dan memahami tentang pengetahuan transfus instrumen, dapat membayangkan bunyi dan warna suara, tekstur melodi dalam karya musik, mengembangkan konsep musik secara rinci dan dengan benar, dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan dan membawanya secara efektif melalui gerakan fisik ketika mendireksi. Dengan adanya penguasaan partitur musik yang akan disajikan oleh seoranng Conductor, para anggota kelompok baik orkestra maupun kelompok paduan suara memiliki harapan bahwa kerangka musical yang tedapat dalam sebuah komposisi akan disajikan secara konsisten yang ditunjukkan dengan tanda-tanda melalui gerakan fisik khususnya gerakan tangan.

Tugas membaca partitur musik bagi seorang Conductor merupakan persiapan intens yang perlu dilakukan. Conductor perlu mempelajari partitur musik terlebih dulu, mengetahui dimana ketukan-ketukan yang penting. Hal ini dikarenakan partitur musik merupakan sebuah pendekatan praktis untuk persiapan Conductor sebelum menyajikannya dalam sebuah pertunjukkan musik. Di samping itu, dengan dikuasainya sebuah partitur musik yang akan disajikan, maka seorang Conductor akan memperoleh pengetahuan dan kepercayaan diri yang dibutuhkan ketika berada di atas podium. Kegiatan ini merupakan persiapan dasar namun penting untuk dilakukan.

(18)

18

karena dengan adanya sikap respek terhadap partitur musik, Conductor akan selalau mencaritahu maksud yang ingin disampaikan oleh seorang komposer melalui karya-karyanya. Oleh karena itu, partitur musik yang akan disajikan perlu dipelajari secara terus menerus, dan tidak secara spontan. Untuk menghasilkan pemahaman partitur musik dengan baik, diperlukan sikap disiplin yang tinggi. Sikap disiplin ini perlu dimiliki oleh seorang Conductor (seperti yang telah dijelaskan di awal).

Colson (2012:115) menjelaskan bahwa terdapat beberapa item spesifik yang menjadi pertimbangan dalam membaca, belajar, dan meyiapkan partitur musik yaitu :

a. Sintesis; Analisis: Sintesis (SAS) dalam membaca partitur; b. Esensi dan spirit musik (karakter dasar dan vitalitas);

c. Tanda kunci dan transposisi seperti ditunjukkan di halaman pertama dari partitur, kemudian terdapat perubahan tanda kunci (seperti kunci G, kunci F, dan kunci C untuk Alto dan Tenor), serta perubahan transposisi;

d. Instrumentasi dan orkestrasi yang mempengaruhi sonoritas, tone, balance, blend, tone color, dan tekstur;

e. Bentuk lagu, tema, dan struktur (bagaimana musik dikaji/dianalisis);

f. Sistem harmonisasi, tanda mula, tanda mula untuk modulasi, perubahan tangganada, dan kadens;

g. Kontrapung (bagaimana setiap bagian lagu dapat saling bertaut bersama);

h. Ritme (meliputi sukat, ketukan, tempo, aksen, dan pola ritme); i. Frasering (meliputi klimaks, kontur, pernafasan, bowing, artikulasi,

garis musik (melodi), dinamik, gaya musik dari tiap periode, dan praktik performance);

j. Dinamik, nuansa musik, dan ekspresi musik (tertulis maupun tersirat);

(19)

19

l. Masalah mendireksi (conducting) (meliputi perubahan tempo, tempo, ketukan persiapan, release, fermata, dan perubahan sukat);

m. Masalah permainan instrumen musik dan/atau bernyanyi (mengantisipasi masalah teknik dan masalah musical dalam proses latihan);

n. Mengasimilasi secara detail unsur-unsur musikal dalam partitur musik;

o. Mengedit dan memberi tanda pada bagian-bagian partitur (untuk menghemat waktu pada saat proses latihan);

p. Menginterpretasi gaya dan musik yang akan disajikan

Item-item spesifik yang telah dijelaskan tersebut, merupakan item-item yang perlu dipelajari oeh Conductor dalam mempelajari partitur musik. Selain item-item spesifik yang perlu dipelajari ini, Conductor juga perlu mengingat ataupun menghafal partitur karya musik yang akan disajikan. Ini dapat membantu dalam menwujudkan musikalitas kelompok musisi dalam orchestra dan/atau paduan suara baik selama proses latihan maupun pada saat perform, meningkatkan komunikasi dengan kelompok pemain musik dan/atau penyanyi, dan pencapaian interpretasi musik dari karya musik yang akan disajikan dengan tepat.

2. Latihan

(20)

20

Stokowski (dalam Chuang, 2005:7) menjelaskan bahwa Conductor harus memahami psikologi para pemain orkestra dan/atau penyanyi paduan suara dan tahu bagaimana menyatukan berbagai macam karakter yang berbeda-beda satu organism yang harmonis. Selama latihan, seorang Conductor tidak hanya memberikan perhatian pada emosi pemain dan/atau penyanyinya saja, tetapi juga dapat berkomunikasi secara efektif dengan mereka untuk mengekspresikan interpretasi musikal dan harapannya. Hal ini penting untuk Conductor untuk memiliki kesadaran tersebut, karena ia harus berkolaborasi dengan manusia. Jika seorang Conductor tidak mampu membangun jembatan psikologis kepada anggota yang berkolaborasi dengannya, maka upaya untuk membuat musik dengan baik akan sia-sia tidak peduli seberapa baik musikalitasnya.

Pada tahap latihan ini, tugas seorang Conductor dibagi dalam tiga bagian (Chuang, 2005:38), yaitu sebelum latihan, selama latihan, dan setelah latihan. Sebelum latihan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah pemanasan mental, memilih repertoar musik, dan membuat rencana latihan baik latihan hjangka panjang maupun latihan jangka pendek. Sementara itu, pada saat dan selama latihan mengajar dengan runtut dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan memberikan perhatian pada para musisi dan/atau pada para penyanyi. Selanjutnya, setelah latihan Conductor mengadakan evaluasi terkait jalannya latihan. Conductor mengulang kembali apa yang telah diucapkan, sikap dan reaksi dari para musisi dan/atau sikap dan reaksi para penyanyi.Setelah latihan ini, Conductor perlu menemukan masalah-masalah yang muncul selama latihan, baik masalah yang muncul dari dirinya maupun masalah yang muncul dari kelompok musiknya. Masalah ini kemudian didiskusikan untuk selanjutnya diperbaiki dalam latihan berikutnya.

3. Menunjukkan gerakan tangan dan pola ketukan (beat)

(21)

karenanya, seorang Conductor dituntut untuk dapat meng dengan menunjukkan pola ketukan (

diperlukan juga kemampuan

Conduktor yang baik, menggunakan sesuatu yang sangat dekat dengan pola-pola yang ditunjukkan pada gambar 2

untuk mengikuti dan mulai bermain

Gambar 2. Pola-pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4,

Dari gambar 2, terlihat pola

dilakukan oleh seorang Conductor ketika mempimpin kelompok musiknya. Pola pola tersebut harus dilakukan dengan jelas, baik dan benar, agar para musisi di orkestra dan/atau para penyanyi dapat mengikuti dan terlibat dalam penyajian musik yang dimainkan.

D. Aktivitas Pembelajaran

Dalam modul ini

mempelajari materi pembelajaran tentang

Conductor. Namun sebelumnya, guru perlu mengetahui

(conducting) dalam musik terlebih dahulu. Untuk mempelajari materi ini, tama, guru perlu membaca dengan cermat poin 1 yaitu

(conducting) dalamMusik.

Setelah itu, memahami dengan benar tentang (conducting), profil Conductor,

mempelajari contoh dari Selanjutnya, guru dapat

21

karenanya, seorang Conductor dituntut untuk dapat menggerak dengan menunjukkan pola ketukan (beat) yang baik dan benar diperlukan juga kemampuan mengekspresikan gerakan tangan tersebut.

onduktor yang baik, menggunakan sesuatu yang sangat dekat dengan yang ditunjukkan pada gambar 2, sehingga mudah bagi para musisi untuk mengikuti dan mulai bermain pada waktu yang tepat.

pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4, (Sumber: Bartle, 2007:14)

Dari gambar 2, terlihat pola-pola mendireksi (conducting

dilakukan oleh seorang Conductor ketika mempimpin kelompok musiknya. Pola pola tersebut harus dilakukan dengan jelas, baik dan benar, agar para musisi di

dan/atau para penyanyi dapat mengikuti dan terlibat dalam penyajian imainkan.

Aktivitas Pembelajaran

Dalam modul ini khususnya kegiatan pembelajaran 1

mempelajari materi pembelajaran tentang profil Conductor, dan Tugas Namun sebelumnya, guru perlu mengetahui konsep mendireksi

dalam musik terlebih dahulu. Untuk mempelajari materi ini,

, guru perlu membaca dengan cermat poin 1 yaitu Konsep Mendireksi Musik.

Setelah itu, memahami dengan benar tentang konsep mendireksi profil Conductor, dan tugas Conductor. Kemudian, guru mempelajari contoh dari profil Conductor dan melihat tugas Conductor Selanjutnya, guru dapat mempelajari dan mencermati konsep mendireksi

gerakkan tangannya ) yang baik dan benar. Selain itu,

gerakan tangan tersebut.

onduktor yang baik, menggunakan sesuatu yang sangat dekat dengan , sehingga mudah bagi para musisi

pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4, 3/4, dan 4/4

conducting) yang dapat dilakukan oleh seorang Conductor ketika mempimpin kelompok musiknya. Pola-pola tersebut harus dilakukan dengan jelas, baik dan benar, agar para musisi di

dan/atau para penyanyi dapat mengikuti dan terlibat dalam penyajian

khususnya kegiatan pembelajaran 1, guru dapat profil Conductor, dan Tugas konsep mendireksi dalam musik terlebih dahulu. Untuk mempelajari materi ini,

pertama-Konsep Mendireksi

(22)

22

(conducting), profil Conductor, dan tugas Conductor sebagai implementasi dari hasil mempelajari konsep mendireksi (conducting), profil Conductor, dan tugas Conductor.

E.

Latihan

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Konsep mendireksi (conducting) dalam musik adalah::

a. Seni memimpin dan mengkoordinasikan sebuah kelompok pemain instrumen dan atau penyanyi dalam sebuah pertunjukkan musik. b. Menghitung jumlah ketukan (beat)

c. Menjalin kerjasama antara Conductor dan pemain musik d. Komunikasi antara pemain musik dan/atau penyanyi

2. Salah satu profil seorang Conductor adalah a. Murah senyum

b. Memiliki karisma dan musikalitas yang baik c. Tidak dapat berkomunikasi

d. Pendiam

3. Mengekspresikan musik yang menggunakan seluruh tubuh, disebut: a. Interpretasi

b. Konsep mendireksi c. Profil Conductor d. DInamik

4. Membaca dan mempelajari partitur musik sebagai persiapan sebelum menyajikan karya musik adalah …

(23)

23

5. Orang yang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan secara detail konsep-konsep musik yang terdapat dalam sebuah karya musik kepada sekelompok musisi dan penyanyi disebut ……

a. Penyanyi b. Pemain Musik c. Komposer d. Conductor

Untuk mengetahui seberapa jauh kemampuan yang telah diperoleh, guru dapat mencocokkan jawaban dengan kunci jawaban tes formatif yang terdapat di bagian akhir modul ini. Kemudian, hitunglah jawaban yang benar, dan gunakan rumus berikut (Kuswarsantyo dan Rachmi, 2011:1.8).

Jumlah Jawaban yang Benar

Jumlah Soal

Adapun kriteria persentase yang diperoleh dijelaskan sebagai berikut. 90 – 100 % = Baik Sekali

80 – 89 % = Baik 70 – 79 % = Cukup < 70 % = Kurang

Berdasarkan nilai yang diperoleh, Guru dapat menilai kemampuannya sendiri. JIka nilai yang diperoleh antara 80 – 100 %, maka guru dapat melanjutkan ke kegiatan pembelajaran berikutnya. Namun, jika nilai yang diperoleh di bawah 80 %, maka dianjurkan untuk mengulang kembali dalam mempelajari materi-,materi yang terdapat di kegiatan pembelajaran 1.

F. Ringkasan

Seperti diketahui bahwa dalam musik, mendireksi berarti memberikan arahan dengan teknik-teknik tertentu kepada kelompok penyanyi dan/atau pemain musik pada saat membawakan suatu karya musik, sehingga dapat menghasilkan sajian musik yang diinginkan. Kelompok penyanyi atau pemain

(24)

24

musik tersebut dapat berupa kelompok paduan suara, kelompok pemain ansambel musik, dan/atau kelompok pemain orkestra.

Terdapat beberapa pendapat terkait konsep mendireksi (conducting). Wittry (2007) dan Davey (2009) menjelaskan bahwa mendireksi (conducting) adalah seni memimpin dan mengkoordinasikan sebuah kelompok pemain instrument dan atau penyanyi dalam sebuah pertunjukkan musik atau latihan. Selain itu, mendireksi (conducting) adalah lebih dari sekedar menjaga irama; Dapat juga dikatakan, mendireksi (conducting) adalah mengekspresikan musik yang menggunakan seluruh tubuh.

Pendapat lain tentang konsep mendireksi (conducting) diutarakan oleh Moses, dkk (2004:5) yang menjelaskan bahwa mendireksi (conducting) adalah sarana mengarahkan komunikasi artistik pada pemain musik selama pertunjukan. Tidak ada aturan mutlak tentang bagaimana mendireksi dengan benar. Oleh karenanya, terdapat berbagai macam gaya mendireksi yang berbeda. Adapun tujuan dari mendireksi adalah untuk memberikan panduan bagi kelompok pemain musik di orkestra, dan/atau paduan suara, sehingga semua orang dapat mulai bermain musik/bernyanyi bersama-sama, tetap bersama-sama dan berhenti bersama-sama.

Dari apa yang telah disampaikan oleh para ahli tersebut, dapat dikatakan bahwa mendireksi (conducting) merupakan gaya mendireksi seorang Conductor yang mengarahkan komunikasi artistik musikal kepada sekelompok musisi pemain orkestra dan/atau sekelompok penyanyi dalam paduan suara Dalam mengarahkan komunikasi tersebut, masing-masing Conductor memiliki gaya yang berbeda-beda. Adapun aspek-aspek yang diarahkan dan dikomunikasikan meliputi tempo, dinamik, artikulasi, frasering, dan ekspresi.

Dalam mendireksi, seorang Conductor mempengaruhi para musisi dan/atau para penyanyi dengan berbagai cara yang berbeda. Cara tersebut dari memberikan tanda musikal seperti dinamik, tempo, dan banyaknya ketukan dalam satu birama, sampai pada gerakan non-verbal lainnya seperti pernapasan dan ekspresi emosional. Semua efek ini dicapai melalui cerminan gerakan dan bahasa tubuh dari seorang Conductor.

(25)

25

satu hal yang penting dalam mendireksi (conducting). Seorang Conductor, yang sedang mendireksi, akan terlihat sikap gerakan yang sesuai dengan tubuhnya sendiri. Ini juga berarti bahwa cara seorang Conductor mengekspresikan musik akan menjadi ciri khas dari Conductor itu sendiri.

Sementara itu, orang yang bertugas mengarahkan dan juga menyalurkan secara detail konsep-konsep musik yang terdapat dalam sebuah karya musik kepada sekelompok musisi dan penyanyi disebut Conductor ataupun Dirigen. Conductor itu sendiri berasal dari bahasa Inggris yang berarti menyalurkan, sedangkan Dirigent berasal dari bahasa Jerman yang berarti menyalurkan. Dengan demikian, Conductor ataupun Dirigen memiliki arti yang sama yaitu orang yang menyalurkan dan mengarahkan detail musik yang dimainkan/dinyanyikan kepada para pemain musik/para penyanyi.

Conductor adalah seorang pemimpin yang memimpin sebuah pertunjukan musik, baik dalam format orkestra maupun paduan suara dengan menggunakan isyarat-isyarat tertentu. Berbeda dengan seorang pemain musik, seorang Conductor tidak hanya fokus pada permainan instrumen para pemainnya saja, tetapi juga perlu memiliki pengetahuan yang kuat tentang semua perbedaan instrument dan juga kuat akan pengetahuan tentang genre musik. Hal ini diperlukan, karena seorang Conductor tidak akan dapat memimpin dengan baik dalam sebuah orkestra (sebagai contoh), jika tidak mengetahui karakter bunyi/suara dari instrumen trompet atau instrument biola. Dengan mengetahui karakter-karakter dari berbagai instrumen tersebut, maka seorang Conductor dapat mengarahkan bunyi seperti apa yang dikehendaki dari sebuah instrument yang dimainkan oleh para musisi. Di samping itu, seorang Conductor juga dituntut untuk memiliki pengetahuan yang luas tentang teori-teori terkait musik, serta kemampuan musikalitas yang baik. Conductor harus memberikan sinyal jelas dan sugestif kepada para pemain orkestra ataupun penyanyi di paduan suara, bukan sebagai koreografi bagi penonton.

(26)

26

paduan suara. Untuk memandu seluruh potensi yang dimiliki oleh para musisi (pemain musik) dan atau penyanyi, maka seorang Conductor perlu memiliki persepsi yang jelas tentang bagaimana kualitas atau produk akhir dari karya musik yang disajikan.

Terdapat beberapa peran Conductor, salah satunya adalah sebagai juru bicara (spokesperson) bagi kelompok orkestra dan/atau kelompok paduan suara yang dipimpinnya. Dalam perannya sebagai juru bicara, seorang Conductor dapat berkomunikasi kepada banyak orang dalam berbagai cara yang berbeda. Conductor perlu menyadari setiap fungsi yang khusus orkestra, maka perlu berpartisipasi di dalamnya.

Dalam mengembangkan kemampuannya dalam berkomunikasi, seorang Conductor perlu mengembangkan hubungan dengan musisi dari berbagai negara, menghadiri pertemuan-pertemuan di bidangnya, dan benar-benar membangun komunikasi. Dengan mengembangakan kemampuan tersebut, seorang Conductor dapat menemukan suatu cara untuk menjadi diri sendiri dan menjadi terbiasa untuk melakukan komunikasi dengan orang lain. Pengalaman merupakan cara belajar tentang sesuatu yang paling baik. Dalam hal ini, seorang Conductor tidak perlu seorang guru untuk mengajarinya, tetapi pengalamanlah yang mengajari Conductor tersebut.

Sebagai seorang pemimpin dalam suatu kelompok orkestra dan/atau paduan suara, seorang Conductor perlu mengetahui dan memiliki sifat kepemimpinan. Dengan mempelajari aspek kepemimpinan, Conductor dapat menentukan prinsip dasar dan menerapkan dalam kehidupannya sebagai pemimpin dari podium. Kepemimpinan terlepas dari pendekatan pedagogis atau teknis, pada musik dapat membantu menjelaskan prinsip-prinsip universal dan membebaskan Conductor untuk merefleksikan bagaimana prinsip-prinsip tersebut dapat bekerja untuk individu sebagai konduktor.

(27)

27

mendireksi (conducting) berbagai karya-karya musik yang berbeda. Oleh karena itu, dalam menyiapkan sebuah konser seorang Conductor perlu menyiapkan waktu untuk mencermati, menganalis karya musik yang akan disajikan. Selain itu, Conductor perlu familiar dengan kehidupan komposer, ketika karya musik tersebut ditulis, dan karya-karya musik lainnya yang ditulis oleh composer yang berbeda namun menulis dalam waktu yang sama. Dengan memahami hubungan ini, akan sangat membantu dalam menginterpretasikan musik tersebut.

Berbicara mengenai tugas dan peran Conductor dalam suatu kelompk orkestra dan/atau penyanyi paduan suara, Conductor memiliki peran penting dalam memimpin kelompok musiknya, baik dalam kelompok musik orkestra, maupun dalam kelompok paduan suara. Terdapat berbagai tugas Conductor, antara lain mempelajari partitur musik yang akan dimainkan, mengeksplor, menganalisis, dan berusaha memahami visi composer dari karya tersebut. Pada umumnya, beberapa tugas tersebut dilakukan seorang Conductor sebelum latihan dengan kelompok musiknya. Di samping itu, pada latihannya Conductor menyiapkan bagaimana menginterpretasi karya musik yang akan dimainkan. Namun demikian, pada Conductor yang memiliki kemampuan musikal di atas rata-rata, hanya memerlukan sedikit waktu untuk latihan dan penyajian musik hanya terjadi pada saat konser. Artinya, Conductor yang memiliki kemampuan musical yang sangat baik, adakalanya hanya memerlukan sedikit latihan sebelum konser dimulai. Adapun tujuan adanya Conductor dalam suatu kelompok musik dan/atau kelompok paduan suara (Jones, 2013:1) adalah untuk melatih kelompok musisi dan/atau kelompok penyanyi yang besar dan melibatkannya bersama-sama secara musical dalam sebuah penyajian musik. Pada umumnya, kelompok musik yang lebih kecil tidak memerlukan adanya Conductor.

(28)

28

dan mulai bermain pada waktu yang tepat. Pada lagu yang berbeda sudah barang tentu memiliki irama dan jumlah birama yang berbeda, dan Conductor menggunakan gerakan yang berbeda pula untuk mengekspresikan ketukan yang tergantung pada irama yang terdapat dalam sebuah partitur musik.

Tugas utama seorang Conductor adalah untuk menyatukan pemain, mengatur tempo, mengeksekusi persiapan yang jelas (upbeat) dan ketukan (beat/meter), serta mendengarkan secara kritis berbagai bentuk suara musik yang dihasilkan. Tugas seorang Conductor tidak hanya berdiri di podium di depan sekelompok pemain/penyanyi saja serta terkait dengan hal-hal yang terjadi di panggung saja, tetapi juga perlu menjalin kerjasama dengan tim. Artinya, Conductor tidak dapat bekerja seorang diri, namun perlu mengadakan pendekatan dengan tim kerja. Salah satu tugas inilah yang perlu ditekankan pula agar dapat menjadi seorang Conductor yang efektif. Ungkapan ini diperkuat oleh Wittry (2007:6) yang mengatakan bahwa tugas seorang Conductor tidak hanya berkaitan dengan apa yang terjadi di panggung dan dengan kelompok orkestranya/penyanyinya, tetapi seorang Conductor juga perlu memiliki kemampuan dan bertugas menjalin kerjasama dengan orang lain, dan ini merupakan hal penting untuk dapat menjadi seorang Conductor yang sukses. Seorang Conductor musik perlu menggunakan keterampilan komunikasi yang dapat berkembang dengan baik serta pemahaman tentang psikologi manusia untuk memimpin ansambel musik sebagai usaha menyajikan musik dengan baik.

(29)

29

dalam karya musik yang dimainkan. Oleh karenanya, menjalin hubungan positif terus diperlukan untuk menyesuaikan diri dengan para musisi orkes dan atau dengan para penyanyi di paduan suara. Dari ungkapan tersebut, jelas terlihat perlu adanya suatu kerjasama di antara Conductor dan anggota orkestra dan/atau anggota paduan suara. Di samping tugas untuk mampu menjalin kerjasama baik dengan para musisi dan/atau dengan para penyanyi paduan suara, maupun dengan pihak-pihak terkait, Conductor memiliki tugas lain yang diperlukan sebagai pemimpin dalam suatu kelompok musik antara lain membaca partitur musik, latihan, gerakan dan pola ketukan (beat).

Pada tugas Conductor membaca partitur, dapat dijelaskan bahwa Conductor harus memiliki pemahaman menyeluruh terhadap notasi musik dari semua instrumen orkes dan/atau semua jenis suara pada paduan suara. Partitur musik memberikan semua informasi yang diperlukan untuk membentuk interpretasi musik sebuah komposisi. Oleh karena itu, seorang Conductor harus mampu membaca dan memahami partitur yang akan disajikan, mengetahui berbagai macam tanda kunci, mengetahui dan memahami tentang pengetahuan transfus instrumen, dapat membayangkan bunyi dan warna suara, tekstur melodi dalam karya musik, mengembangkan konsep musik secara rinci dan dengan benar, dan memutuskan bagaimana mengkomunikasikan dan membawanya secara efektif melalui gerakan fisik ketika mendireksi. Dengan adanya penguasaan partitur musik yang akan disajikan oleh seoranng Conductor, para anggota kelompok baik orkestra maupun kelompok paduan suara memiliki harapan bahwa kerangka musical yang tedapat dalam sebuah komposisi akan disajikan secara konsisten yang ditunjukkan dengan tanda-tanda melalui gerakan fisik khususnya gerakan tangan.

Terkait hal tersebut, maka seorang Conductor juga perlu memiliki sikap respek terhadap partitur musik yang akan disajikan. Ini merupakan hal penting, karena dengan adanya sikap respek terhadap partitur musik, Conductor akan selalau mencaritahu maksud yang ingin disampaikan oleh seorang komposer melalui karya-karyanya. Oleh karena itu, partitur musik yang akan disajikan perlu dipelajari secara terus menerus, dan tidak secara spontan. Untuk menghasilkan pemahaman partitur musik dengan baik, diperlukan sikap disiplin yang tinggi.

(30)

30

untuk berkomunikasi, baik dengan kelompok orkestranya dan/atau kelompok paduan suaranya, maupun dengan masyarakat untuk menjalin suatu kerjasama. Hal ini pula yang menjadi kunci utama dari latihan yang efisien dan untuk keberhasilan mengolah musik (karya musik yang dimainkan). Jika Conductor mengetahui bagaimana cara tercepat dan terbaik untuk menginspirasi kelompok musiknya dan/atau penyanyinya dan benar-benar mencoba untuk menciptakan sebuah "jembatan psikologis" untuk kelompok musiknya tersebut, maka itu akan sangat membantu untuk latihan yang efisien.

Selama latihan, seorang Conductor tidak hanya memberikan perhatian pada emosi pemain dan/atau penyanyinya saja, tetapi juga dapat berkomunikasi secara efektif dengan mereka untuk mengekspresikan interpretasi musikal dan harapannya. Hal ini penting untuk Conductor untuk memiliki kesadaran tersebut, karena ia harus berkolaborasi dengan manusia. Jika seorang Conductor tidak mampu membangun jembatan psikologis kepada anggota yang berkolaborasi dengannya, maka upaya untuk membuat musik dengan baik akan sia-sia tidak peduli seberapa baik musikalitasnya.

Pada tahap latihan ini, tugas seorang Conductor dibagi dalam tiga bagian, yaitu sebelum latihan, selama latihan, dan setelah latihan. Sebelum latihan, hal-hal yang perlu dipersiapkan adalah pemanasan mental, memilih repertoar musik, dan membuat rencana latihan baik latihan hjangka panjang maupun latihan jangka pendek. Sementara itu, pada saat dan selama latihan mengajar dengan runtut dan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, dan memberikan perhatian pada para musisi dan/atau pada para penyanyi. Selanjutnya, setelah latihan Conductor mengadakan evaluasi terkait jalannya latihan. Conductor mengulang kembali apa yang telah diucapkan, sikap dan reaksi dari para musisi dan/atau sikap dan reaksi para penyanyi.Setelah latihan ini, Conductor perlu menemukan masalah-masalah yang muncul selama latihan, baik masalah yang muncul dari dirinya maupun masalah yang muncul dari kelompok musiknya. Masalah ini kemudian didiskusikan untuk selanjutnya diperbaiki dalam latihan berikutnya.

(31)

31

(32)

32

Kegiatan Pembelajaran 2: Teknik-Teknik

Conducting

(Mendireksi)

A. Tujuan

Salah satu agar tujuan penyajian sebuah karya musik yang dimainkan/dinyanyikan dapat tersampaikan melalui komunikasi emosi, maka penyaji musik perlu mengetahui teknik-teknk conducting (mendireksi) yang tertulis dalam partitur sebuah lagu.

Dari uraian tersebut, maka tujuan kegiatan pembelajaran ini adalah 1. Guru dapat menyebutkan teknik-teknik conducting dalam musik dengan

benar dan tepat.

2. Guru dapat menjelaskan jenis-jenis pola conducting (mendireksi)

3. Guru dapat mempraktikkan teknik-teknik conducting (mendireksi) dan mempraktikkan jenis-jenis pola mendireksi dalam ansambel, orkestra, dan paduan suara

B. Indikator Pencapaian Kompetensi

1. Menjelaskan jenis-jenis pola mendireksi

2. Menjelaskan teknik-teknik mendireksi (conducting)

3. Mempraktikkan teknik-teknik mendireksi (conducting) dalam orkestra, dan paduan suara

C. Materi Pembelajaran

1. Jenis-Jenis Pola Mendireksi (

Conducting

)

(33)

(tik-33

tok). Dalam menulis musik, ketukan (beat) dan not dikelompokkan dalam satu birama, dan setiap satu birama dipisahkan oleh garis birama. Pengelompokkan ketukan dan not tersebut dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3 Contoh ketukan (beat) dan simbol not yang dikelompokkan dalam satu birama (measure) dan setiap birama dipisahkan oleh garis birama (barline). (Sumber: Course, 2002:11)

Gambar 3 menunjukkan ketukan (beat) dan simbol not yang dikelompokkan dalam satu birama (measure) dan setiap birama dipisahkan oleh garis birama (barline). Dalam contoh tersebut terlihat pula dengan jelas jumlah ketukan dalam setiap birama yaitu 3 ketukan (beat). Ketukan-ketukan dalam birama ini membentuk ritme.

Selain penjelasan tentang ketukan yang telah diuraikan, dijelaskan pula tentang sukat, yang dalam musik disebut time-signature. Dalam sebuah partitur musik, sukat ditulis di awal lagu. Contoh penulisan sukat dalam lagu dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Contoh sukat 4/4 (dilingkari) dalam potongan lagu Truly yang dipopulerkan oleh Lionel Richie.

(34)

34

Dari penjelasan tentang ketukan (beat) dan sukat tersebut, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ritme dalam sebuah karya musik tercipta berdasarkan pada ketukan dasar yang konstan yang dapat didengar dan dirasakan. Ketukan (beat) ini juga yang perlu didengar dan dirasakan oleh seorang Conductor ketika mendireksi (conducting).

Dalam mendireksi, seorang conductor perlu mengetahui jenis-jenis pola mendireksi (conducting). Pola-pola tersebut digerakkan menurut jumlah ketukan per birama. Jumlah ketukan itu sendiri ditunjukkan pada angka yang di atas pada sukat. Pada umumnya, terdapat empat jenis pola mendireksi, (conducting) yaitu 2/4, 3/4, 4/4, dan 6/8. Secara rinci keempat pola mendireksi tersebut diuraikan sebagai berikut.

a. Pola mendireksi (conducting) 2/4

Pada umumnya, pola mendireksi (conducting) 2/4 biasa disebut dengan pola ketukan 2. Pola mendireksi (conducting) dengan ketukan (beat) 2 ini biasa digunakan untuk sukat 2/4, dan 2/2 diikuti dengan tempo cepat. Pola mendireksi 2/4 ini artinya, dalam karya musik yang dimainkan dan/atau dinyanyikan memiliki sukat 2/4 dan memiliki 2 ketukan (beat) dalam setiap birama.

Dalam mendireksi pola mendireksi 2/4, seorang conductor pertama-tama dapat melakukan dengan cara menggerakkan tangannya ke arah bawah (downbeat), dan ke kanan untuk ketukan (beat) ke 1. Selanjutnya, gerakan tangan ke atas (upbeat) untuk ketukan kedua. Adapun pola mendireksi (conducting) 2/4, dan jumlah ketukan dapat dilihat pada gambar 5.

(35)

35

Lebih jelasnya tentang pola mendireksi (conducting) 2/4, dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Pola Mendireksi (conducting) 2/4 (Sumber: Course, 2002:44)

Gambar 5 menunjukkan sukat 2/4 dengan jumlah ketukan sebanyak 2, dan pola mendireksi (conducting) 2/4 (gambar paling kanan). Sementara itu, gambar 6 menunjukkan gerakan pola mendireksi (conducting) 2/4 yang lebih jelas. Pada gambar 6 tampak jelas gerakan mendireksi pola 2/4 yaitu ke bawah (downbeat), sedikit ke kanan dan langsung ke atas (upbeat). Gerakan pola mendireksi (conducting) 2/4 ini terdiri atas dua pukulan ke bawah. Pertama, dari kiri ke kanan, dan kedua dari anan ke kiri. Arah kedua gerakan tersebut hanya jika dilakukan dengan tangan kiri.

(36)

36

Gambar 7. Pola gerakan mendireksi sederhana pada pola 2/4 (Meier, 2009) Gambar 7 menunjukkan pola mendireksi (conducting) 2/4 yang dilakukan dengan sederhana yaitu gerakan ke bawah (downbeat) dan gerakan ke atas (upbeat). Gerakan-gerakan tersebut dalam pola mendireksi (conducting) 2/4 umumnya dipraktikkan pada lagu dengan tempo yang cepat. Sementara itu, pada lagu dengan tempo lambat, pola mendireksi (conducting) 2/4 seperti ditunjukkan pada gambar 6.

Dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 2/4 ini, Pamadhi, dkk (2009:5.21) menjelaskan bahwa perlunya menghindari kesalahan-kesalahan yang sering terjadi yaitu:

1) Gerakan tangan terlalu bulat ketika diayunkan untuk membentuk gerakan melingkar ke samping. Dengan kata lain, gerakannya terlalu bulat, sehingga tidak mencapai titik kedua sebagai titik gerakan yang semestinya;

2) Gerakan “tu” dan “wa” terlalu dibuat sama kuat, sehingga bentuknya hampir sama;

3) Gerakan “wa” tidak dibuat melingkar, melainkan langsung menuju ke tittik awal gerakan atau seperti garis lurus, sehingga terasa kosong.

Dengan demikian, dalam mendireksi (conducting) pola 2/4 maupun mendireksi (conducting) pola-pola lain, perlu dilakukan latihan secara berulang-ulang dan juga hati-hati, dan cermat. Ini dilakukan agar dalam mempraktikkannya dapat maksimal. Selain itu, dalam mempraktikkannya tidak dilakukan dengan terburu-buru. Jika dalam mendireksi (conducting) dilakukan dengan terburu-buru, maka dapat menimbulkan masalah baik pada diri Conductor itu sendiri maupun pada para musisi dan/atau para penyanyi yang dipimpinnya. Masalah tersebut dapat berupa tempo yang tidak jelas ataupun ritme dengan ketukan yang tidak tepat.

(37)

37 1) Hari Merdeka, ciptaan H.Mutahar 2) Mariam Tomong (Lagu daerah Tapanuli) 3) Pemilihan Umum, ciptaan M. Embut 4) Ampar-Ampat Pisang (Kalimantan Selatan) 5) Si Patokaan (Sulawesi Selatan)

6) Cik-Cik Periuk (Kalimantan Barat) 7) Manuk Dadali (Jawa Barat)

b. Pola mendireksi (conducting) 3/4

Pada pola mendireksi (conducting) 3/4 ini, setiap karya musik yang dimainkan dan/atau dinyanyikan dalam sukat 3/4, memiliki 3 ketukan (beat) dalam setiap birama. Dalam pola mendireksi (conducting) 3/4, terdapat rebound setelah downbeat di ketukan pertama. Pola mendireksi (conducting) 3/4 dan rebound tersebut dapat dilihat pada gambar 8 dan gambar 9.

Gambar 8. Pola mendireksi (conducting) 3/4 (Sumber: Course, 2002:20)

(38)

38

Gambar 9. Downbeat dan Rebound (Sumber: Course, 2002:19)

Gambar 9 menunjukkan downbeat (tanda panah ke bawah) dan rebound (memantul ke kanan). Setiap pola ketukan pertama dimulai dengan gerakan lengan ke bawah yang kuat. Downbeat terjadi pada ketukan pertama setiap birama. Gerakan rebound itu sendiri tidak boleh dipraktikkan terlalu tinggi atau akan membingungkan gerak menuju beat berikutnya. Jarak yang tepat akan tergantung pada gaya dan tempo potongan. Dalam tempo cepat, rebound akan pendek dan cepat, sedangkan di tempo lebih lambat mungkin rebound sedikit lebih tinggi dan lebih lambat.

Pada umumnya, pola mendireksi (conducting) 3/4 maupun 3/8 digunakan untuk musik yang memiliki tempo cepat. Untuk mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 ini, guru dapat mempraktikkannya pada lagu-lagu sebagai berikut:

1) Teguh Kukuh Berlapis Baja, ciptaan C. Simanjuntak 2) Burung Tantina (Lagu daerah Maluku)

(39)

39

Selain dapat mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 pada lagu-lagu tersebut, terdapat contoh yang baik untuk mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4 yaitu ketika memainkan karya musik waltz.

Dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 3/4, Pamadhi, dkk (2009:5.22) menjelaskan untuk menghindari gerakan-gerakan sebagai berikut.

1) Gerakan ketukan kedua dan ketiga terlalu rendah dan berat daripada gerakan pukulan pertama.

2) Gerakan pukulan ketiga terlalu ke dalam hingga melewati garis gerakan pertama.

c. Pola mendireksi (conducting) 4/4

Tidak jauh berbeda dengan sukat 2/4 dan 3/4, sukat 4/4 dalam sebuah lagu memiliki jumlah ketukan 4 dalam satu birama. Seperti halnya sukat 3/4, dalam mendireksi (conducting) dengan sukat 4/4 terdapat rebound. Namun, jika dalam sukat 3/4 rebound ke arah kanan setelah ketukan ke bawah (downbeat), maka rebound dalam sukat 4/4 dilakukan ke arah kiri setelah ketukan downbeat. Hal tersebut terlihat pada gambar 10.

Gambar 10. Downbeat dan Rebound pada sukat 4/4 (ke arah kiri) (Sumber: Course, 2002:25)

(40)

40

Gambar 11. Pola mendireksi (conducting) pada sukat 4/4 (Sumber: Bartle, 2007:25)

Gambar 11 menunjukkan gerakan mendireksi (conducting) pada pola ketukan (beat) 4/4. Gerakan tersebut diawali pada gerakan ke bawah (downbeat) sebagai ketukan awal. Selanjutnya, dilakukan gerakan rebound ke arah kiri (dari arah Conductor). Setelah rebound, dilanjutkan ke kiri, dan kemudian ke arah kanan, dan sebagai hitungan keempat gerakan tangan dilakukan ke arah atas. Gerakan-gerakan tangan tersebut jika digambarkan membentuk pola mendireksi (conducting) seperti terlihat pada gambar 11.

(41)

41

Gambar 12. Perbedaan tinggi-rendah ayunan pada pola mendireksi (conducting 4/4 (Pamadhi, dkk, 2009)

Lebih lanjut Pamadhi, dkk (2009:5.23) menjelaskan bahwa dalam mempraktikkan pola mendireksi (conducting) perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Melakukan setiap gerakan dengan arah yang benar 2) Setiap perpindahan ketukan, tangan selalu diayunkan

3) Gerakan dengan arah lurus hanya dilakukan pada hitungan pertama.

Selanjutnya, guru dapat mempraktikkan pola mendireksi (conducting) 4/4 tersebut antara lain pada lagu:

1) Indonesia Raya, ciptaan W.R. Supratman 2) Garuda Pancasila, ciptaan Prohor Sudharnoto 3) Padamu Negeri , ciptaan Kusbini, dan 4) Satu nusa satu bangsa ciptaan L. Manik

d. Pola mendireksi (conducting) 6/8

(42)

42

Gambar 12. Sukat 6/8 dan Pola Mendireksi (conducting) pada sukat 6/8 (Sumber: Course, 2002:51)

Gambar 12 menunjukkan sukat 6/8 dengan banyak ketukan enam dalam satu birama, dan pola mendireksi (conducting) dengan sukat 6/8. Seperti halnya sukat 3/4 dan 4/4, dalam mendireksi (conducting) sukat 6/8 terdapat rebound. Lebih jelas terkait rebound dalam sukat 6/8, dapat dilihat pada gambar 13.

Gambar 13. Rebound (yang dilingkari) pada sukat 6/8 dilakukan ke arah kiri (Sumber: Course, 2002:59)

Pada gambar 13, terlihat rebound (yang dilingkari) pada sukat 6/8. Rebound tersebut dilakukan ke arah kiri setelah ketukan pertama ke bawah (downbeat). Rebound ini juga sama dengan rebound yang dilakukan pada sukat 4/4, seperti terlihat pada gambar 9.

(43)

43

sedangkan tangan kiri untuk mengkomunikasikan pesan, seperti dinamik, tempo, artikulasi, dan frasering kepada para musisi dan/atau kepada para penyanyi.

Bagi Conductor pemula, sebelum memimpin kelompok orkestra maupun kelompok paduan suara perlu mengetahui teori musik terkait antara lain tanda sukat, ritme, dan penulisannya dalam sebuah partitur musik. Ini diperlukan agar Conductor dapat memahami dan mempraktikkannya dengan baik dan benar pada saat mendireksi (conducting).

Untuk pola mendireksi (conducting) dengan sukat 6/8, guru dapat mempraktikkan pola mendireksi tersebut (conducting) dengan latihan hal-hal berikut (Pamadhi, dkk, 2009):

1) Mulai dari titik awal gerakan, yaitu kedua tangan diangkat setinggi mata ke depan;

2) Tangan diturunkan dan diayunkan ke samping luar untuk hitunngan “tu; 3) Tangan naik setengah dari panjang gerakan pertama dan diayunkan ke

samping dalam untuk hitungan “wa”;

4) Membuat ayunan kecil sekalai lagi, untuk hitungan “ga” kea rah luar; 5) Dari hitungan “ga”, tangan diayunkan naik lalu turun ke samping luar

untuk hitungan “pat”

6) Tangan digerakkan naik,dan diayunkan ke samping untuk hitungan “ma”; 7) Selanjutnya tangan naik dan membentuk gerakan ayunan kecil ke dalam

untuk hitungan “nam” lalu kembali menuju titik awal aba-aba;

8) Gerakan 1-7 diulang-ulang, hingga dapat merasakan hitungan yang mendapat aksen dan yang tidak.

Jika pola mendireksi (conducting) 2/4 cenderung digunakan untuk lagu dengan tempo cepat, maka pola mendireksi (conducting) 6/8, umumnya digunakan untuk lagu dengan tempo sedang. Selanjutnya, pola mendireksi tersebut dapat dipraktikkan antara lain pada lagu-lagu sebagai berikut.

1) Desaku yang Kucinta

(44)

44

Pada sukat 2/3, 3/4 ,dan 4/4, dalam penulisannya, not 1/8 disatukan dalam kelompok dua ataupun dalam kelompok empat. Hal ini seperti terlihat dalam gambar 14.

atau

Gambar 14. Penulisan not 1/8 yang disatukan dalam kelompok dua ataupun dalam kelompok empat. (Sumber: Taylor, 2009:72)

Sementara itu, dalam sukat 6/8 not 1/8 disatukan dalam kelompok tiga. Dalam penulisannya, ketiga not tersebut dapat disatukan bersama-sama, atau dapat dipisahkan sesuai dengan sistem penulisan notasi yang telah dipelajari. Penulisan not ini dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Penulisan not 1/8 yang disatukan dalam kelompok tiga pada sukat 6/8 baik disatukan secara bersama (pada birama 1, 3, 5, 7), maupun dipisah

(seperti pada birama 2, 4, 6, dan 8. (Sumber: Taylor, 2009: 74)

Di samping jenis-jenis pola conducting (mendireksi) seperti yang telah diuraikan tersebut, terdapat pula jenis-jenis ketukan (beat) dengan sebutan lain (Meire, 2009:26) yaitu ketukan (beat) standar, ketukan (beat) staccato, ketukan (beat) legato,. Secara rinci, jenis-jenis ketukan (beat) tersebut diuraikan sebagai berikut (Meire, 2009:26-31).

a. Ketukan (beat) Standar

(45)

45

yang sama, yaitu ketukan ke bawah (downbeat/downward), dan ketukan ke atas (upbeat/upward).

Gerakan ke atas (upbeat/upward) menentukan kecepatan pulsa berikutnya. Ketika tangan di atas, maka ketukan (beat) bergerak ke bawah, dan ini menunjukkan suatu pertunjukkan musik baik berupa orkestra dan/atau paduan suara dimulai. Setiap ketukan (beat) dalam setiap birama adalah penting. Downbeat merupakan ketukan (beat) pertama adalah ketukan (beat) yang paling kuat. Namun, meskipun ketukan tersebut kuat, bukan berarti dimainkan atau dinyanyikan dengan suara keras. Adapun downbeat pada sukat 4/4 dan 2/4 ditunjukkan pada gambar 16 dan gambar 17.

Gambar 16. Downbeat (simbol not yang besar di setiap birama) pada sukat 4/4 yang jatuh pada ketukan kesatu (Sumber: Course, 2002:9)

Gambar 17. Downbeat (simbol not yang besar di setiap birama) pada sukat 2/4 yang jatuh pada ketukan kesatu (Sumber: Course, 2002:9)

Pada gambar 16 dan 17, terlihat simbol notasi balok yang besar dan kecil. Hal tersebut menunjukkan bahwa simbol notasi balok yang besar merupakan downbeat dan merupakan ketukan yang paling keras. Ketika mendengarkan sebuah lagu, maka dapat diketahui sukatnya dengan mendengarkan atau merasakan ketukan paling keras (downbeat). Dengan mengetahui atau merasakan downbeat pada ketukan pertama, selanjutnya dapat dirasakan hitungan pada ketukan berikutnya sampai merasakan kembali ketukan downbeat. Jumlah hitungan dari downbeat satu ke downbeat berikutnya, menunjukkan angka yang terletak di atas pada tanda sukat.

(46)

46

Ketukan staccato membutuhkan perubahan karakter tekanan ritmik (ictus) dan kecepatan rebound. Tekanan ritmik (ictus) dalam praktiknya dilakukan lebih jelas dan diikuti dengan peningkatan kecepatan gerakan ke atas. Oleh karena ketukan (beat) mencapai puncak lebih awal dari biasanya, maka ketukan (beat) berhenti di atas untuk sepersekian detik sebelum melanjutkan dengan gerakan ke bawah. Proses tersebut diulang untuk setiap ketukan berturut-turut.

Conductor dapat memilih untuk mempersiapkan setiap ketukan (beat) staccato berturut-turut dengan cepat, dan ketukan (beat) persiapan yang baru diberikan setelah rebound telah berhenti. Adapun contoh ketukan (beat) staccato dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Ketukan (beat) staccato (yang dilingkari) pada pola mendireksi (conducting) 4/4 (Pieter, 2007:25)

Gambar 18 menunjukkan ketukan staccato (yang dilingkari) pada pola mendireksi (conducting) 4/4. Dalam pola tersebut tampak ketukan (beat) staccato lebih tegas dan pendek, serta mempunyai sudut.

c. Ketukan(beat) Legato

(47)

47

Gambar 19. Ketukan (beat) legato pada pola mendireksi (conducting) 4/4 (Pieter, 2007:25)

Gambar 19 menunjukkan ketukan (beat) legato pada pola mendireksi (conducting) 4/4. Pada ketukan (beat) legato tampak tidak terdapat sudut di setiap perpindahan dari ketukan yang satu ke ketukan yang lainnya. Seperti halnya ketukan (beat) staccato, ketukan (beat) legato memberikan sedikit control ritmik daripada ketukan standar.

2. Teknik-Teknik Mendireksi (

Conducting

)

Dalam musik, teknik mendireksi (conducting) tampaknya hanya mengacu pada aspek gerakan fisik dan penerapan aspek estetik. Dengan dimilikinya teknik mendireksi (conducting) yang baik, maka seorang Conductor dapat mengkomunikasikan berbagai aspek yang menyangkut penyajian musik secara jelas, dan juga dapat menyampaikan interpretasi musiknya pada kelompok orchestra dan/atau paduan suara yang dipimpinnya. Conductor perlu mengkomunikasikan hal tersebut dengan para pemain musik dan/atau penyanyi melalui pola mendireksi (conducting) dan gerakan (gesture) yang merupakan teknik mendireksi (conducting) baik dari proses latihan sampai pada saatnya konser. Ini menjadi penting bahwa teknik mendireksi (conducting) harus konsisten dari awal latihan sampai pada tahap menyajikan karya musik (konser). Teknik mendireksi (conducting) harus dilatih dan dikembangkan, dan selanjutnya menjadi suatu yang otomatis. Terkait hal ini, Conductor dapat lebih focus pada berbagai macam aspek musikalitas.

(48)

48

yang meliputi gerakan fisik dan gerakan baton (tongkat Conductor) merupakan dua hal penting dalam latihan dan performance. Hal tersebut merupakan tanggungjawab yang diperlukan oleh seorang Conductor untuk memiliki teknik gerakan fisik dan baton yang efektif dan efisien untuk mencapai kesatuan d

Gambar

Gambar 1. Peta Kompetensi Materi Conducting
Gambar 1. Pola untuk mengetuk jumlah ketukan dalam setiap birama (Pola ketukan 2, 3, dan 4 dalam satu birama) (Strasser, 2011)
Gambar 2. Pola-pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4, pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4, pola mendireksi sederhana pada ketukan 2/4, 3/4, dan 4/4 (Sumber: Bartle, 2007:14)
Gambar 3 Contoh ketukan (beat) dan simbol not yang dikelompokkan dalam satu birama (measure) dan setiap birama dipisahkan oleh garis birama (barline)
+7

Referensi

Dokumen terkait