• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanah A. Pengertian Tanah

E. Jenis-jenis Tanah di Dunia

Tanah di dunia memiliki beberapa jenis hingga saat ini telah dikenal 12 jenis ordo tanah. Pengklasifikasian ini ada 2 penamaan yaitu berdasarkan Soil taxonomy America dan berdasarkan FAO PBB. Penamaan ordo tanah berdasarkan soil taxonomy America, antara lain; Histosol, Inceptisol, Alfisol, Aridisol, Andisol, Oxisol, Vertisol, Ultisol, Gelisol, Histosol, Spodosol, dan Mollisol. Masing-masing ordo tanah memiliki sifat tersendiri dan sangat mempengaruhi tanaman yang tumbuh di atasnya. Sifat tanah juga sangat dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh di atasnya, sehingga tanah dan tanaman dianggap saling mempengaruhi.

Beberapa sifat tanah sesuai ordo diuraikan sebagai berikut; Beberapa Ordo tanah di dunia antara lain;

1. Entisol (taksonomi tanah Amerika) Lithosol (FAO), berasal dari kata recent = baru/muda, dan FAO menyebutnya sebagai Lithosol yang berasal dari kata lithos = batu

2. Gelisol (USA soil taksonomi), gelid = sgt dingin penamaan dari FAO adalah Gelosol.

3. Inceptisol, inceptum artiny permulaan, awal terbentuknya horizon penciri cambic, penamaan dari FAO adalah Cambisol yang mengambil kata dari horizon penciri bawah permukaan (sub horizon) Cambisol, yang merupakan kata Cambiare = berubah 4. Mollisol, mollis – lunak, FAO menyebutnya sebagai Chernozem

chern = hitam dan zemla artinya bumi atau tanah

5. Spodosol, berasal dari kata spodos = abu kayu, dan FAO menyebutnya Podzol yang berasal dari peristiwa podzolisasi. 6. Alfisol Al dan Fe, FAO menyebutnya Luvisol luv = mencuci liat 7. Oxisol berasal dari kata oxi yaitu peristiwa oksidasi, FAO

menyebutnya Ferralsol, yang artinya mengandung Fe dan Al yang mengalami oksidasi, tanah ini dicirikan berwarna merah cerah,

karena didominasi besi oksidasi, mengandung banyak mineral hematit.

8. Ultisol berasal dari kata ultimus = pelapukan lanjut atau FAO menyebutnya sebagai Acrisol

9. Aridisol berasal dari kata aridus = kering, FAO menyebutnya sebagai Xerrosol asal kata dari xeros = kering

10. Vertisol berasal dari kata verto = berubah, FAO menyebutnya juga Vertisol.

11. Andisol berasal dari kata ando = an = hitam (japan), FAO menyebutnya sebagai Andosol atau tanah hitam.

12. Histosol asalnya histos = jaringan, FAO menyebutnya sebagai Histosol

Sifat-sifat ordo tanah dan hubungan luas lahan sawah terhadap pemanfaatannya.

Entisol

Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangannya. Entisol menduduki permukaan bumi terbesar ke-2 setelah inceptisol seluas 16% permukaan bumi (https://www.soils.org/discover-soils/soil-basics /soil-types/ entisols). Tidak ada horison penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau Regosol.

Gelisol

Gelisol tanah yang berada pada iklim yang sangat dingin, yang permafrost papa ke dalaman 2 meter dari permukaan tanah. Kata "Gelisol" berasal dari kata latin artinya gelare yang bermaksud beku yang merupaan suatu referensi ke pada proses cryoturbation yang terjad dari perubahan pencairan dan pembekuan yang merupakan karakteristik dari Gelisol. Gelisol dikenal juga sebagai Cryosol. Secara stuktural, Gelisol tidak memiliki Horizon B dan mempunyai horizon A yang berada di atas permafrost. Sebab bahan organik menumpuk di lapisan paling atas, kebanyakan Gelisols berwarna gelap atau coklat hitam, yang diikuti oleh lapisan mineral yang dangkal.

Inceptisol

Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol, Gleihumus, dan lain-lain. Menurut (Wahyunto, 2009) 55% tanah sawah dataran rendah dominan berada pada ordo Inceptisol dan 17% berupa lahan keringnya.

Mollisol

Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak. Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem, Brunizem, Rendzina. Mollisol sangat dipengaruhi oleh kinggrass alami yang banyak menghasilkan humus yang sangat subur. Kombinasi dengan kandungan mineral tanah yang banyak mengandung Calsium, mengakibatkan tanah ini tergolong yang tersubur di dunia secara alami.

Spodosol

Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (Bh atau Bhs) (horison spodik) sedang, dilapisan atas terdapat horison eluviasi

(pencucian) yang berwarna pucat (albic). Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol. Tanah Spodosol secara alami tergolong tanah mineral yang masam. Kemasaman berasal dari humus asam yang ditimbulkan oleh vegetasi alami Conifera. Golongan tanaman Conifera adalah tanaman yang berduri keras dan berdaun jarum (Gambar 28).

Gambar 28. Hutan Conifera dan profil tanah Spodosol

Tanah ini menjadi tidak subur karena keasamannya yang sangat tinggi. Di Amerika tanah tersebut dikembangkan untuk dijadikan padang rumput, untuk peternakan sapi perah. Tanaman pangan yang mungkin dikembangkan di jenis tanah tersebut adalah kentang (Potatoe), walaupun ukuran kentang yang dihasilkan kecil, namun sangat baik kualitasnya.

Alfisol

Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik) dan mempunyai kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di atasnya dan tercuci ke bawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol, kadang-kadang juga Podzolik Coklat Kelabu.

Oxisol

Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah & Latosol Merah Kuning), Lateritik.lahan sawah yang masuk kategori ordo Oxisol adalah sawah bukaan baru sebesar 1% (Wahyunto, 2009).

Gambar 29. Tanah Alfisol, Oxisol, Ultisol (Typic hapludult Arkansas) (https://www.cals.uidaho.edu/soilorders/ultisols_02.htm, akses 12 Agustus 2017)

Ultisol

Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada ke dalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol, dan Hidromorfik Kelabu. Penggunaan lahan sawah yang berada pada ordo Ultisol sebanyak 10% dan Oxisol hanya 6% (Wahyunto, 2009). Ultisol merupakan tanah yang telah berkembang lanjut. Jenis tanah ini telah mengalami pencucian unsur hara basa-basa, sehingga yang tertingga dominan di dalam tanah kandungan Fe, Al, yang tinggi. Tanah ini dicirikan dengan warna merah kekuningan.

Aridisol

Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah termasuk Desert Soil. Pada prinsipnya tanah ini subur, permasalahannya adalah karena kekurangan air. Jika ada irigasi maka tanah dapat mendukung budidaya pertanian. Tanah dengan iklim Arid, memiliki permasalahan akumulasi garam yang cukup tinggi dipermukaan tanah, karena kondisi evaporasi yang lebih tinggi dibandingkan presipitasi. Air irigasi dapat mencuci garam-garam yang mengendap di permukaan tanah, sehingga tanah dapat dibudidayakan secara maksimal.

Vertisol

Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras. Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit. Penggunaan lahan sawah berada pada ordo vertisol hanya 7% (Wahyunto, 2009).

Gambar 30. Aridisol dan Vertisol (Hamdan dan Adinugraha, 2013. Tanah vertisol, sebaran problematika dan penyebarannya.

https://forestry information.wordpress. com/2013/01/

18/tanah-vertisolsebaran-problematika-dan-pengelolaannya/, akses 8

Andisol

Alfisol dan Andisol hanya 4% dari pengadaan lahan sawah di Indonesia (Wahyunto, 2009). Andisol merupakan tanah yang terbentuk dari abu gunung api dan didefinisikan sebagai tanah yang mengandung material glass dan koloid amorf, termasuk mineral alofan, imogolit, dan ferrihidrit. Pada klasifikasi FAO, Andisol dikenal sebagai Andosol.

Andisol tergolong tanah muda, dan dikenal sangat subur kecuali pada kasus dimana unsur P difiksasi dengan mudah (ini sering terjadi di daerah tropis). Tanah ini digunakan untuk budidaya pertanian secara intensif, khusus untuk padi sawah di daerah Jawa yang mampu mendukung populasi yang padat di seluruh dunia. Andisol lainnya mendukung budidaya tanaman lain seperti buah-buahan, jagung, teh, kopi dan tembakau. Di Amerika bagian Barat laut pasifik, Andisol mendukung produksi hutan. Andisol menduduki 1% dari areal lahan bebas es global. Kebanyakan terjadi di sekitar cincin api Pasifik, dengan areal terluas dijumpai di pusat Cili, Ekuador, Colombia, Mexico, Amerika Barat Laut pasifik , Jepang, Jawa, pulau utara New Zealand. Daerha lain terjadi di kawasan lembah Rift Great, Itali, Iceland dan Hawaii.

Gambar 31. Andisol dan Histosol

Histosol

Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm.

Jenis tanah ini berasal dari kata histos, artinya jaringan, sol artinya tanah, bermakna tanah yang berasal dari jaringan yang hidup. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau Organosol.

Oleh sebab itu penamaan tanah tersebut adalah diperuntukan pada tanah yang berasal dari pelapukan bahan organik. Secara umum tanah tersebut memiliki warna lebih gelap dan hitam. Di Indonesia tanah ini disebut tanah gambut. Tanah gambut atau Histosol, selalu berada pada kawasan yang memiliki dariainase jelek, atau tanahnya selalu tergenang, sehingga perombakan bahan organik menjadi sangat lambat. Histosol berasal dari peristiwa eutrofikasi yaitu kawasan cekungan tampungan air yang mengandung kelimpahan bahan organik. Akibat genangan yang permanen menghasilkan suasana anaerob sehingga membuat bahan organik lebih bertahan dalam jangka waktu sangat lama. Hal ini dapat dibandingkan dengan bahan organik yang dipertahankan dalam suasana aerob, yang perombakannya dalam bentuk oksidasi enzimatik, maka dekomposisinya akan menghabiskan bahan organik menjadi CO2 dan H2O.

F. Pemanfaatan Jenis Tanah Dalam Bidudaya Padi

Sawah

Kondisi pemanfaatan jenis tanah dalam budidaya padi sawah sebagai berikut:

1. Dataran rendah (Low land) 55% Aquept (Inceptisol), Aquent (Entisol)(Aluvial dan tanah Glei)

2. Dataran Tinggi/lahan kering (Upland) 17% Udept (Inceptisol) (Latosol dan Regosol)

3. Komplek (kombinasi A dan B)

a. Vertisol (Grumusol) 7% (Subordo Aquert, udert, dan ustert) b. Ultisol dan Oxisol (Podsolik Merah Kuning) 6% (Subordo:

Aquult dan Paleudult, serta Aquox dan Udox

c. Alfisol dan Andisol (Mediteran Merah Kuning dan 4% Andosol) Sub ordo Udalfs, Ustalfs, dan Aquands

d. Sawah bukaan baru: Ultisol (Podsolik merah kuning) 10% e. Sawah bukaan baru: Oxisols 1% (Latosol, Lateritik) jumlah

Penggenangan akan mempengaruhi sifat kimia tanah mineral, karena penggenangan akan mengubah suasana tanah dari kondisi oksidasi berubah menjadi reduksi. budidaya padi sawah, menumbuhkan tanaman padi di tanah yang tergenang. Secara umum tanah Ultisol atau Oksisol yang mengalami penggenangan, akan meningkat kelarutan Fe. Unsur Fe akan berubah dari bentuk Ferri menjadi Ferro yang sangat larut. Oleh sebab itu tanah sawah bukaan baru seperti perluasan sawah hingga tanah Oksisol, akan mengakibatkan tanaman padi sawah mengalami keracunan besi.

Namun demikian tanaman padi sawah memiliki kemampuan untuk mencegah keracunan besi karena memiliki tenaga pengoksidasi. Tenaga ini juga dihasilkan dari tanaman yang mendapatkan asupan K yang cukup, sehingga stomata bisa membuka dengan baik dan mampu memfiksasi O2

dari udara dan melepaskannya hingga perakaran tanaman padi(Mengel, Kirkby, Kosegarten, & Appel, 2001).

Pemanfaatan Histosol (tanah gambut) untuk budidaya pertanian khususnya padi sawah memberikan prospek yang cerah. Indonesia memiliki lahan gambut yang cukup luas terutama di kawasan Kalimantan mencapai 50,3% dari seluruh luas Histosol di Indonesia (Sagiman, 2007). Mengenai hubungan ketebalan gambut dengan hasil padi menunjukkan bahwa pada gambut tipis padi memberikan hasil yang cukup tinggi namun jika ditanam pada gambut tebal dengan ketebalan >60 cm. Maka hasil akan menurun.

Pada gambut yang tipis 0-10 cm tanah relatip padat tidak gembur dan pembentukan perakaran padi dapat terganggu, kandungan hara tanah juga rendah dan tidak cukup memberikan hasil yang tinggi. Peningkatan ketebalan gambut sampai 60 cm, menyebabkan kesuburan gambut meningkat dan tanah gembur sehingga baik bagi pertumbuhan akar tanaman. Gambut tebal (>1m ) belum berhasil dimanfaatkan untuk penanaman padi sawah, karena sejumlah kendala yang belum dapat diatasi. Keberhasilan Budidaya Padi Sawah tergantung kesuksesan dalam mengatasi beberapa kendala seperti keberhasilan dalam : pengelolaan dan pengendalian air, penanganan sejumlah kendala fisik yang menjadi faktor pembatas, pengendalian sifat toksik dan kekurangan hara makro maupun mikro.

Dokumen terkait