• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI. Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI. Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

PELUANG BUDIDAYA

TANAMAN PADI

Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang

Kedaulatan Pangan

(2)

UU No 28 tahun 2014 tentang Hak Cipta Fungsi dan sifat hak cipta Pasal 4

Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a merupakan hak eksklusif yang terdiri atas hak moral dan hak ekonomi.

Pembatasan Pelindungan Pasal 26

Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23, Pasal 24, dan Pasal 25 tidak berlaku terhadap:

i. penggunaan kutipan singkat Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait untuk pelaporan peristiwa aktual yang ditujukan hanya untuk keperluan penyediaan informasi aktual; ii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk kepentingan penelitian

ilmu pengetahuan;

iii. Penggandaan Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait hanya untuk keperluan pengajaran, kecuali pertunjukan dan Fonogram yang telah dilakukan Pengumuman sebagai bahan ajar; dan

iv. penggunaan untuk kepentingan pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan suatu Ciptaan dan/atau produk Hak Terkait dapat digunakan tanpa izin Pelaku Pertunjukan, Produser Fonogram, atau Lembaga Penyiaran.

Sanksi Pelanggaran Pasal 113

1. Setiap Orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp100.000.000 (seratus juta rupiah).

2. Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau huruf h untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(3)

PELUANG BUDI DAYA

TANAMAN PADI

Sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang

Kedaulatan Pangan

(4)

PELUANG BUDIDAYA TANAMAN PADI

SEBAGAI PENYEDIA BERAS DAN PAKAN TERNAK MENUNJANG KEDAULATAN PANGAN

Jamilah

Desain Cover : Dwi Novidiantoko Tata Letak Isi : Emy Rizka Fadilah Sumber Gambar : www.pexels.com

Cetakan Pertama: Agustus 2017

Hak Cipta 2017, Pada Penulis Isi diluar tanggung jawab percetakan Copyright © 2017 by Deepublish Publisher

All Right Reserved Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit.

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012)

Jl.Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id

www.penerbitdeepublish.com E-mail: cs@deepublish.co.id

Katalog Dalam Terbitan (KDT) JAMILAH

Peluang Budidaya Tanaman Padi sebagai Penyedia Beras dan Pakan Ternak Menunjang Kedaulatan Pangan/oleh Jamilah.--Ed.1, Cet. 1--

Yogyakarta: Deepublish, Agustus-2017. viii, 84 hlm.; Uk:17.5x25 cm ISBN 978-Nomor ISBN

1. Pertanian I. Judul

(5)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah buku ini sudah ditulis, dengan harapan bisa menjadi bahan rujukan, sumber informasi bagi mahasiswa atau siapa saja yang membutuhkan tentang budidaya padi. Pada buku ini dijelaskan teknik budidaya padi, permasalahan padi di Indonesia, dan kondisi produksi beras hingga data 10 tahun terakhir. Hal yang terpenting yang harus diketahui bahwa hasil padi selama 10 tahun tidak meningkat secara signifikan, walaupun teknologi sudah sangat berkembang dalam budidaya padi sawah. Oleh sebab itu dalam buku ini menjelaskan bagaimana hasil dari budidaya padi bisa ditingkatkan dan mensejahterakan bangsa khususnya masyarakat petani di Indonesia.

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kemenristek Dikti yang telah memfasilitasi kegiatan penulisan buku ini dan sangat memberikan perhatian dalam rampungnya penulisan buku ini. Buku ini telah ditulis setelah melalui berbagai kajian atau riset sehubungan dengan hal tersebut. Riset tersebut telah di danai oleh Ristek Dikti melalui skim hibah Strategis Nasional, buku ini dapat wujud sesuai harapan. Demikian juga ucapan terima kasih disampaikan kepada bapak Koordinator Wilayah 10, yang telah memfasilitasi semua kegiatan penelitian sehingga lancar sesuai dengan harapan. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Rektor, Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada Masyarakat, Ka Prodi Agroteknologi Universitas Tamansiswa yang telah membantu menyiapkan segala kebutuhan dan sarana serta prasarana sehingga tulisan ini menjadi layak untuk disajikan s ebagai bahan bacaan ilmiah.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada suami tercinta Drs. Hasymi, yang telah sabar membantu menyelesaikan segala yang berhubungan dengan riset, penulisan artikel, buku sehingga tulisan ini sudah diwujudkan dalam bentuk buku ajar. Tak lupa juga ucapan terima kasih disampaikan kepada semua mahasiswa khususnya Prodi Agroteknologi yang telah membantu menolong riset baik di laboratorium, bengkel, serta di lapangan, sehingga kegiatan tersebut telah terlaksana dengan baik dan lancar.

Demikian yang dapat disampaikan, semoga buku ini dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pertanian khususnya budidaya

(6)

padi yang bisa menjadi andalan bagi penyedia hijauan pakan ternak, dan produksi beras bagi bangsa Indonesia. Buku ini diharapkan menjadi solusi dalam permasalahan pengadaan hijauan pakan ternak dalam upaya pengembangan peternakan khususnya ternak ruminansia di Indonesia.

Buku ini masih sarat dengan berbagai kekhilafan dan kesalahan, sangat diharapkan kritik dan saran dari pembaca agar tulisan ini menjadi jauh lebih baik dan layak untuk dibahas serta menjadi acuan penulisan karya ilmiah atau pengembangan pengetahuan khususnya bidang pertanian di Indonesia.

Padang, Agustus 2017

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

BAB I Pendahuluan ... 1

BAB II Tanaman Padi ... 7

A. Deskripsi Tanaman Padi ... 7

B. Teknik Budidaya Padi Sawah ... 11

BAB III Pangkas (Ratun) ... 37

A. Pengertian Pangkas (Ratun) ... 37

B. Pemangkasan Tanaman Padi Sebagai Hijauan Makanan Ternak ... 42

BAB IV Pupuk dan Pemupukan ... 47

A. Pengertian Pupuk ... 47

B. Mekanisme Serapan Hara yang Berasal dari Pupuk oleh Daun Tanaman ... 49

BAB V Tanah ... 57

A. Pengertian Tanah ... 57

B. Batuan/mineral ... 58

C. Penyusun Tanah Organik dan Anorganik ... 61

D. Mineral Primer dan Fungsinya dalam Lingkungan ... 66

E. Jenis-jenis Tanah di Dunia ... 72

F. Pemanfaatan Jenis Tanah dalam Budidaya Padi Sawah ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(8)
(9)

BAB I

Pendahuluan

Tanaman padi bukan merupakan tanaman asli Indonesia, namun bangsa Indonesia memiliki tanaman padi sebagai tanaman penyedia pakan pokok yang sangat dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia. Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah nama tanaman yang menjadi primadona bagi bangsa Indonesia dan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia memposisikan tanaman padi sebagai tanaman penyedia pangan pokok, sehingga budidayanya menjadi hal yang penting untuk diketahui dan dikembangkan. Indonesia memiliki lahan untuk ditanami padi cukup luas dan lebih luas dibandingkan komoditi lainnya. Perkembangan luas lahan sawah untuk tanaman padi bisa dilihat perkembangannya pada 2003- 2013 disajikan pada Tabel 1. Jika dilihat perkembangannya luas lahan sawah di Indonesia, maka terjadi peningkatan luas lahan sawah selama 10 tahun mulai tahun 2003- 2013, mencapai 2,99%.

Oleh karena terjadi peningkatan luas lahan sawah hingga tahun 2013, maka terjadi peningkatan hasil padi sejak tahun 2003 hingga tahun 2015 mencapai 44,61%, disajikan pada Tabel 2.

Jika dilihat perkembangan hasil padi Indonesia rata-rata per hektar, mulai tahun 2003 -2015, maka selama 12 tahun terjadi peningkatan sebesar 17,69%. Jika dirata-ratakan peningkatan hasil setiap tahunnya, maka terjadi peningkatan hasil padi setiap tahun hanya 1,47%, disajikan pada Tabel 3.

Jika dibandingkan dengan kebutuhan beras per kapita penduduk Indonesia maka produksi beras pertahun tidak mengalami surplus. Menurut data BPS (2015) kebutuhan beras per kapita (setiap orang - maknanya dari kamus Besar Bahasa Indonesia) sebanyak 98 kg/tahun. Jika jumlah penduduk Indonesia dari laporan BPS (2015) sebanyak 257,6 juta jiwa, maka kebutuhan beras seluruh penduduk Indonesia sebanyak 25.244.800.000 kg atau 25.244.800 ton/tahun. Jika dilihat pada Tabel 5, produksi beras Indonesia mencapai 75.397.841 ton/tahun.

(10)
(11)
(12)

Tabel 3. Hasil padi menurut provinsi di Indonesia selama 13 tahun mulai 2003- 2015

(13)

Oleh sebab itu bisa dikatakan beras Indonesia mengalami surplus sebanyak 50.153.041 ton/tahun. Akan tetapi selama 10 tahun terakhir Indonesia terus saja mengimport beras dari beberapa negara tetangga dengan berbagai alasan, antara lain menekan fluktuasi harga. Dari laporan CNN Indonesia, impor beras Idonesia cukup tinggi hingga mencapai 176.227 ton atau senilai US$ 76,2 juta pada Januari – Juni tahun 2014. Pada tahun 2013, Indonesia mengimpor beras dari Vietnam sebesar36,3% dari total kebutuhan beras Indonesia (https: //www.cnnindonesia.com/ ekonomi/20140809160536-92-1344/ini-rincian-impor-beras-di-indonesia-2013-2014). Impor beras di Oktober 2016 mencapai 17,19 juta kg (http: //nasional.kompas.com/read/2015/11/18/20543911/Tahun.2016.Indone sia. Buka.Peluang.Impor.Beras.dari.Pakistan).

Namun demikian hasil padi masih bisa juga ditingkatkan melebihi hasil rerata Indonesia. Hal ini tentu saja dilakukan dengan metoda yang tepat, mulai dari pemilihan benih, pengolahan tanah yang tepat, penggunaan pupuk yang sesuai, serta pola budidaya yang mumpuni. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh Jamilah et al (2014,2015,2016) bahwa hasil padi dapat ditingkatkan hingga mencapai 8 t/ha, jika dilakukan budidaya tanaman dengan baik. Hasil padi yang maksimal dicapai jika tanaman mendapatkan semua kebutuhan hidupnya, mulai dari nutrisi, udara, cahaya matahari, air dan lain sebagainya. Oleh sebab itu ada beberapa hal yang harus dilakukan agar tanaman mendapatkan kebutuhan hidupnya tersebut.

Ada beberapa teknis untuk menetapkan banyaknya hasil panen yang akan dihasilkan. Panen yang akan dihasilkan sebaiknya harus ditargetkan lebih awal. Kesalahan yang paling penting adalah jika menanam padi hanya melakukan secara ritual pola lama tanpa ada perbaharuan. Namun sebaiknya yang benar adalah dengan menargetkan hasil yang maksimal. Oleh sebab itu ada kiat untuk menentukan hasil padi yang tinggi ataupun rendah. Melalui penghitungan dari beberapa parameter, antara lain; jumlah anakan produktif per meter per segi, panjang malai, jumlah bulir per malai, bobot 1000 butir gabah, persentase gabah bernas per malai. Melalui beberapa parameter ini, sudah dapat ditetapkan hasil padi tinggi atau rendah. Beberapa parameter ini dapat disiasati melalui; antara lain; menggunakan varietas unggul. Beberapa varietas unggul yang beredar di Indonesia, memiliki banyak keunggulan

(14)

dan dapat dipilih dan dilihat dari potensi deskripsi tanaman tersebut. Selanjutnya, hal yang penting dan jangan pula dilupakan adalah mengatur jarak tanam di lapangan.

Berbagai pola jarak tanam sudah dikenal masyarakat, baik ubinan sempit, ubinan lebar, jajar legowo, dan lain-lain. Yang paling penting harus diperhatian adalah, semakin banyak populasi tanaman padi di lapangan, maka akan semakin banyak malai yang dihasilkan, asalkan ada beberapa syarat yang penuhi antara lain; jarak tanam rapat yang tidak menjadi sifat berkompetisi (bersaing) antar tanaman, tidak menjadi tempat persembunyian hama, tidak berkompetisi dengan gulma, tidak pula salin menaungi ataupun ada tanaman permanen yang menaunginya.

(15)

BAB II

Tanaman Padi

A. Deskripsi Tanaman Padi

Sosok tanaman padi yang menampilkan profil lengkapnya. Daun berbentuk pedang tergolong berdaun sempit, dan berpotensi menghasilkan anakan yang banyak (Gambar 1).

Gambar 1. Tanaman padi ladang (padi gogo) saat memasuki fase primordial bunga (atas) dan saat berbunga (bawah).

(16)

Gambar 2. Proses Fotosintesis

Fotosintesis adalah suatu proses komplek dari sintensis atau pembentukan bahan makanan organic. Peristiwa ini merupakan suatu proses oksidasi dan reduksi. Pada peristiwa ini, air dioksidasi dan CO2

direduksi untuk menjadi karbohidrat. Fotositensis berlangsung dalam 2 tahap yaitu 1. Reaksi terang dan 2 reaksi gelap.

1. Reaksi terang adalah langkah pertama dari kegiatan fotosintesis, dimana air diurai dalam molekul khlorofil menjadi ion H+ dan OH -pada suasana terang. Hal ini akan membentuk tenaga assimilatory (kemampuan untuk mengasimilasi) sepeti NADPH2 dan ATP, kegiatan ini berlangsung di dalam Grana Khloroplast. Reaksi gelap adalah tahap ke dua di dalam mekanisme fotosintesis. Proses kimia dari kegiatan fotosinetsis ini berlangsung tidak ditentukan oleh cahaya, oleh sebab itu kegiatan ini disebut sebagai reaksi gelap. Kegiatan ini berlangsung di dalam Stroma Khloroplast.

2. Rekasi gelap pada kegiatan fotosintesis murni secara enzimatik dan proses ini lebih lambat dibandingkan reaksi terang, 2 tipe dari reaksi siklik terjadi yaitu siklus Calvin atau siklus C3 dan siklus Hatch Slack atau siklus C4. Pada rekasi gelap, gula dibentuk dari CO2. Karbon dioksida yang miskin energi ini difiksasi untuk menjadi karbohidrat yang kaya energy dengan menggunakan senyawa ATP yang kaya energi dan tenaga pengassimilasi NADPH2 yang berasal

(17)

dari reaksi terang. Blackman pertama sekali membuktikan adanya reaksi gelap tersebut, sehingga dikenal dengan reaksi Blackman. Tabel 4. Reaksi Terang Versus Reaksi Gelap

No Reaksi Terang Reaksi Gelap 1 Tempat berlangsungnya

khloroplast

Stroma dar khloroplast 2

Prosesnya tergantung pada cahaya melibatkan 2 fotosistem yaitu FS I dan FS II

Proses ini tidak membutuhkan cahaya dan tidak melibatkan fotosistem

3 Terjadi fotolisis air dan oksigen dibebaskan

Fotolisis air tidak terjadi, dan CO2 diserap

4

ATP dan NADPH diproduksi dan kemudian berguna menjadi pengantar pada reaksi gelap

Glukosa dihasilkan, NADP reduksi dioksidasi

Tanaman padi tergolong tanaman C3, artinya melakukan fotosistensis pada kondisi yang tidak perlu maksimal cahaya matahari yang tinggi. Kebanyakan tanaman di dunia ini tergolong pada tanaman C3, bahkan sekitar 85 - 95% dari semua populasi tanaman, sisanya sekitar 3% tergolong tanaman C4 dan hanya 8% diidentifikasi sebagai tanaman CAM (Moore et al. 2003; Simpson 2010). Pada Gambar 3 dan 4 membuktikan perbedaan antara metabolisme dari tanaman C3, C4 dan CAM. Beberapa tanaman yang tergolong C3, selain tanaman padi, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, juga tanaman tingkat tinggi lainnya. Tergolong tanaman C4 antara lain; jagung, sorghum, gandum,

Gambar 3. Penampang Batang Tanaman

Arti dari beberapa istilah di dalam gambar; xilem (pembuluh kayu); phloem (pembuluh batang); guard cell (sel penjaga); air space (rongga

(18)

udara; chloroplast); epidermal cell (sel kulit luar); mesophyll cells (sel jaringan dasar); bundle sheath cell (sel selubung bundel); stoma (mulut daun).

Gambar 4. Perbedaan Tanaman C3 dan C4 Tabel 5. Perbedaan tanaman C3 dan C4 sebagai berikut:

No Tanaman C3 Tanaman C4 1 daun tidak memiliki anatomi Krans Daun memiliki anatomi Krans 2 chloroplast tidak memiliki reticulum

peripheral

chloroplast memiliki reticulum peripheral

3 chloroplast adalah berasal dari 1 tipe (monomorfik)

chloroplast adalah berasal dari tipe dimorfik

4 bundel sheet cell biasanya tidak mengandung chloroplast

bundel sheet cell biasanya memiliki chloroplast prominen

5

pada tanaman tingkat tinggi, operasi siklus C3,adalah semua granal yang mempunyai keduanya yaitu fotosistem 1 dan II.

Ada 2 tipe khloroplast, granal di dalam sel mesofil dan agranal di dalam sel bundle sheet. Mereka kekurangan fotosistem II.

6 sel mesofil menyelenggarakan fotosintesis dengan lengkap

Sel mesofil hanya menyelenggarakan fiksasi awal 7 penyelengaraan fotosintesis,

apabila stomata membuka

penyelengaraan fotosintesis, bahkan terjadi pada saat stomata tertutup 8 tanaman C3, kurang efisien dalam

fotosintetik

tanaman C4, lebih efisien dalam fotosintetik

(19)

Gambar 5. Mekanisme Metabolisme Tanaman C4 dan CAM

B. Teknik Budidaya Padi Sawah

Kegiatan budidaya padi sawah dimulai dengan persiapan benih padi yang berkualitas baik. Persiapan lahan sawah yang sudah diolah sedemikian rupa sehingga sesuai untuk media pertumbuhan padi. Pemeliharaan tanaman padi mulai dari persemaian benih, bibit dan tanaman padi fase vegetatif, generatif dan masuk pada fase panen. Teknik budiaya padi sawah yang umum sudah lama dilakukan oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Hal ini bisa dilihat dengan luasnya sawah yang terbentang indah mulai dari bagian Barat Indonesia seperti Aceh hingga bagian Timur Indonesia mencapai Papua. Rerata usia sawah milik petani sudah ribuan tahun lamanya, dan kondisinya masih seperti sedia kala.

Persemaian Benih Padi

Benih padi disemaikan terlebih dahulu dipersemaian. Persemaian benih menjadi bibit padi biasa dilakukan jika padi akan ditanaman

(20)

disawah. Persemaian benih padi dilakukan harus memperhatikan beberapa hal yaitu;

a. Persiapan media semai b. Pemilihan benih yang bernas

Media semai harus senantiasa lembab atau basah, agar kecambah yang tumbuh tidak kekeringan. Ketebalan media semai sangat ditentukan oleh umur bibit dipersemaian. Secara konvensional petani membiarkan umur bibit hingga 21 hari (3 minggu) maka media semai minimal ketebalan 3 cm. Jika umur bibit hanya 14 hari saja sudah dipindahkan maka ketebalan media semai dapat dikurangi. Media pembibitan sebaiknya berasal dari tanah yang berkulitas baik. Jika ingin membibitkan di lapangan, sebaiknya beri lapisan plastik di bawah kemudian ditebar tanah lumpur dan pupuk kandang halus, dengan perbandingan 5 : 1, setinggi 5 cm.

Benih padi yang akan dibibitkan, harus diseleksi terlebih dahulu. Kegiatan ini berguna agar, bibit yang tersedia dapat diperkiran sesuai dengan luas tanam yang akan digunakan. Untuk memilih benih yang bernas, dpat dilakukan dengan memperisapkan air dan garam dapur. Takaran garam dapur yang digunakan bisa mengambil pedoman sebagai berikut; Garam dapur dilarutkan dalam air dingin hingga jika dimasukkan telur, telur akan mengapung. Setelah itu ambil benih padi lalu masukan ke dalam larutan garam yang sudah disiapkan sebelumnya, aduk hingga benih semua basah dan bercampur dengan air. Apabila dijumpai benih padi terapung maka segera diambil dan dibuang saja, bagian benih yang mengendap saja yang dijadikan bibit. Kegiatan ini sebaiknya tidak lebih dari 5 menit, segera benih yang baik dibilas segera dengan air bersih yang mengalir, untuk menghilangkan kadar garamnya. Jika terlambat larutan garam akan mengimbibisi ke dalam benih sehingga akan meracuni kotiledon tanaman padi. Benih terpilih kemudian diperam.

Pemeraman dibiarkan selama 8 jam. Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih

(21)

tidak merata. Ada beberapa teknik persemaian padi, selain dideder di hamparan sawah, pakai media seedbed atau dapog juga secara hidarioponik disajikan pada Gambar 6.

Persemaian dengan Media Dapog

Khusus persemaian padi dengan dapog dapat dilakukan dengan urutan kerja seperti yang diperagakan oleh BPTP Jawa Tengah, melalui (https://www.youtube.com/watch?v=7-Xm17Ruo88, akses 2017). Kegiatan tersebut disajikan pada Gambar 6 dan 7;

Gambar 6. Prosedur persiapan media semai, antara lain; tanah pupuk kandang 5:1. Persiapan media dapog lapisi dengan kertas koran kemudian isi media tanam.

Pengisian media dapog sesuai pada gambar dan diratakan permukaannya siram air merata. Proses meratakan media tanam di dalam dapog dapat menggunakan mal kayu hingga ke tebalan 1 cm lapisan atas terkeruk.

(22)

Gambar 7. Mulai menabur benih boleh secara manual ataupun memakai alat sederhana; Menutup media semai dengan tanah tipis merata dan kemudian dilembabkan dan disusun bertingkat selama 5 hari (b); Benih sesudah hari dalam dapog yang tersusun untuk di letakkan terbuka dan disiram air setiap pagi dan sore sudah berusia 5 hari di ruang terbuka (c); Bibit sudah 2 minggu siap untuk pindah ke lapangan dengan menggunakan transplanter, dan dapat digulung seperti karpet

Bibit yang pindah lapang jarak tanam bentuk pola jajar legowo 2:1, dengan tujuan mencapai hasil yang maksimal dibandingkan dengan pola ubinan 20x20 cm. Hal ini disebabkan pola jajar legowo akan menghasilkan jumlah rumpun yang jauh lebih banyak dibandingkan yang ubinan. Penanaman dapat dilakukan secara manual atau menggunakan transplan-ter (7c). Dari laporan BPTP Jawa Tengah, dengan melakukan perbanyakan semai media dapog hasil gabah kering yang diperoleh juga tinggi.

Teknik penanaman hingga pemanenan dapat digunakan dengan mesin. Kegiatan ini sangat memghemat penggunaan tenaga manusia dan sangat baik digunakan pada daerah yang kekurangan tenaga kerja dan lahan sawahnya stabil.

(23)

Gambar 8. Bibit dan kemudian panen dengan menggunakan mesin panen.

Persemaian Padi secara Hidroponik

Persemaian dapog untuk padi dapat juga dilakukan secara hidroponik (Gambar 9). Hal ini sudah lazim dilakukan di luar negeri contohnya di Inggris, melakukan pembibitan gandum sebagai pakan ternak setelah 2 minggu di persemaian dapat diberikan langsung ke ternak yang dipelihara seperti Sapi ataupun Kuda. Cara kerjanya antara lain, benih yang telah dibersihkan kemudian di deder pada media hidroponik (Gambar 9).

Gambar 9. Benih padi atau gandum di media persemaian secara hidroponik, Bibit gandum yang telah berumur 14 hari siap dipanen

Media hidroponik dapat berupa tray atau bak fiber atau paralon, dengan ukuran sesuai selera. Benih padi atau gandum dipelihara dengan mengalirkan larutan nutrisi melalui rangkaian pipa ke media semai. Setelah 2 minggu bibit sudah bisa dipindahtanamkan atau dijadikan sebagai hijauan pakan ternak (Gambar 10).

Metode ini dilakukan tanpa tanah, nutrisi dilarutkan melalui instru-men pipa yang dipasang sedemikian rupa. Perakaran tanaman padi atau gandum kelihatan sangat bersih, karena budidaya ini hanya menggunakan larutan nutrisi saja. Metoda ini perlu biaya investasi di awal yang sangat

(24)

besar. Pada model ini tenaga kerja tidak dibutuhkan dalam jumlah banyak, karena pekerjaan banyak dilakukan oleh komputer atau mesin.

Teknologi persemaian benih seperti ini lebih berkembang dalam upaya penyediaan hijauan pakan ternak dibandingkan sebagai bibit tanaman di lapangan. Hal ini disebabkan pola yang sangat mudah dan efisien dalam menyediakan hijauan pakan ternak yang berkualitas. Karena dalam usia 14 hari setelah semai ini, semua bagian semai dapat habis dikonsumsi oleh ternak.

Gambar 10. Pemanenan bibit padi atau gandum yang akan dijadikan pakan ternak usia 14 hari setelah semai diberi sebagai hijauan pakan yang berkualitas, sama halnya bisa dilakukan juga untuk padi (https://www.youtube. com/watch?v= 9ZTikdxj8AI, akses 2017)

Persemaian di Lapangan dan Seedbed

Sebaiknya benih ditabur merata pada seluruh permukaan media semai secara seragam. Penumpukan benih pada media semai, selain pemborosan benih, juga sulit dalam memindahkan benih tersebut ke lahan sawah, karena akarnya salin menyilang dan sulit untuk dipisahkan. Bibit dipelihara selama 2 sampai 3 minggu dipersemaian dari gangguan serangga, burung dan kekeringan. Benih padi kemudian dideder pada hamparan semai yang sudah disiapkan atau dibibitkan pada media pembibitan lain yang sudah disiapkan. Sebaiknya lokasi persemaian dipagar keliling menggunakan waring agar tidak dimakan ayam dan burung (Gambar 11).

(25)

Gambar 11. Persiapan media semai, campuran pupuk kandang, sekam padi (a); Bibit tanaman padi yang sudah tumbuh 1 minggu di persemaian di lapangan.

Pemeliharaan Pesemaian Pengairan

Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhan.

Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenangi air. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.

Pengobatan

Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.

(26)

Pengolahan Tanah Atau Lahan Calon Tanam Padi

Pengolahan tanah dilakukan agar tanaman yang akan ditanam dapat tumbuh baik. Manfaat pengolahan tanah;

1. Menghilangkan atau menyingkirkan gulma (tanaman pengganggu). Tanaman pengganggu atau gulma jika dibiarkan tumbuh akan menjadi pesaing bagi tanaman pokok yang akan ditanam. Saingan yang nyata mengganggu tanaman pokok yaitu; saingan terhadap penerimaan intensitas cahaya matahari dan saingan terhadap serapan hara dan air.

2. Menurunkan bulk density (BD) (kapasitas lindak) tanah. Semakin rendah angka bulk density, maka semakin banyak pori tanah terbentuk atau semakin gembur tanah tersebut. Pori tanah sangat membantu menyediakan udara atau gas yang dibutuhkan oleh tanaman. Membantu meningkatkan kapasitas drainase tanah, sehingga tidak terjadi penumpukan air pada kawasan perakaran tanaman. Mengundang berbagai jenis organisme aerob yang membantu tanaman melalui hubungan mutualisme simbiotik. Meningkatkan perkembangan perakaran tanaman.

Komposisi udara di dalam pori tanah berkisar; + 0,21% gas CO2; 21% O2 dan 79% N2. Secara umum tanah mineral memiliki nilai

BD sebesar 1,1. Tanah gambut (Histosol) mengandung < 0,5 sedangkan tanah jenis Andisol berkisar 0,9.

3. Menyeragamkan kesuburan tanah, hal ini bisa dicapai jika pengolahan tanah dilakukan pada kedalaman tanah yang seragam. Dengan penggilingan tanah dan pengadukan tanah, kesuburan tanah bisa menjadi seragam. Jika pada satu tempat terjadi penumpukan sisa bahan organik, atau pupuk kandang, maka akan diratakan atau dipindahkan ke tempat lain akibat pengolahan tersebut. Selanjutnya, pengolahan pada ke dalaman sampai 20 cm, memungkinkan kesuburan tanah akan seragam mulai dari permukaan hingga ke dalaman tersebut.

Cara Mengolah Tanah

Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman. Pengolahan tanah untuk tanaman padi sangat ditentukan oleh jenis padi yang ditanam.

(27)

Jika padi yang ditanam tergolong padi gogo (ladang) maka pengolahan tanah sama dengan pengolahan tanaman pangan di lahan kering. Pengolahan lahan kering bisa dilakukan menggunakan pacul atau cangkol, dan traktor tangan sederhana. Mula-mula permukaan lahan dibersihkan dari gangguan gulma, kemudian tanah dicangkul sedalam 20 cm. Semakin dalam pengolahan tanah akan berakibat menjadi tidak baik bagi pertumbuhan tanaman. Hal ini disebabkan lapisan di bawah ketebalan tanah 20 cm, sudah banyak mengandung unsur-unsur metal yang kemungkinan yang tidak dikehendaki oleh tanaman antara lain; kadar Al, Fe dan Mn yang sangat tinggi sehingga menjadi racun bagi tanaman. Tanah dicangkul dalam bentuk bongkahan yang besar-besar, kemudian bongkahan tanah tersebut dihancurkan hingga halus. Selanjutnya tanah halus tersebut diratakan permukaannya dengan menggunakan garu. Pada saat penghalusan tanah tersebut, jika ada soil treatment yang akan diaplikasikan sangat tepat waktunya. Antara lain; jika ingin mengaplikasikan kapur ke seluruh permukaan tanah. Setelah aplikasi kapur, kemudian tanah dihaluskan, secara tidak sengaja, kapur akan teraduk saat bersamaan dengan penghalusan tanah tersebut.

Jika tanah sudah cukup gembur dengan ruang pori sudah tersedia dengan cukup, maka pengolahan tanah tidak disarankan, karena dapat berefek erosi yang merugikan. Pada lokasi ini sebaiknya hanya disiangi gulmanya saja atau menggunakan herbisida sebagai racun pembamsi gulma. Tanah yang gembur kalau diolah akan mengakibatkan tanah semakin longgar dan akan mudah hanyut bersama air hujan, dan akan menghilangkan tanah serta unsur hara sehingga tidak tersedia bagi tanaman.

Pengolahan tanah sawah yang tergolong lahan basah, maka pengolahan sawah dilakukan sebagi berikut;

 Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawah dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuanya dilakukan oleh manusia atau dibantu oleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.

 Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahan tanah sawah yang dilakukan dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.

(28)

Gambar 12. Pengolahan tanah dengan cangkul dan mesin traktor

Pembersihan

Kegiatan pembersihan sawah yang akan ditanami dapat dilakukan dengan mencangkul sawah, kemudian digiling dengan mesin bajak. Mesin bajak yang dapat digunakan antara lain singkal. Ke dalam singkal mencapai 20 cm, dengan tujuan melumpurkan tanah sawah. Selama pembajakan tanah tetap digenangi air agar pelumpuran dapat dilakukan dengan sempurna. Sebelum tanah sawah dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

Pencangkulan

Sawah yang akan dicangkul harus digenangi air terlebih dahulu agar tanah menjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.

Pembajakan

Sebelum pembajakan, sawah-sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis seperti: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenangi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakkan bongkahan-bongkahan tanah.

(29)

Penggaruan

Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.

Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenangi air lagi selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yang kedua. Tujuannya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

Teknik Penanaman Padi

Teknik penanaman padi ada ;

1. Tanam benih langsung (tabela) biasanya dilakuan pada lahan kering sebagai padi gogo. Penanaman padi gogo atau padi ladang sangat tidak biasa menggunakan bibit yang sudah tumbuh dan berkecambah.

2. Benih padi disemaikan terlebih dahulu dipersemaian. Persemaian benih menjadi bibit padi biasa dilakukan jika padi akan ditanaman disawah. Persemaian benih padi dilakukan harus memperhatikan beberapa hal yaitu;

a. Persiapan media semai b. Pemilihan benih yang bernas

Gambar 13. Aplikasi kompos sebelum tanam padi (a); Tanam benih padi langsung untuk padi Gogo (b); dan tanaman padi menggunakan bibit dari persemaian (c).

Pencabutan Bibit

Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian yang di lapangan. Bibit yang akan dicabut adalah bibit

(30)

yang sudah berumur 14-21 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan. Caranya, 5 sampai 10 batang bibit dipegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain :

 Umurnya tidak lebih dari 40 hari, sebaiknya menggunakan bibit umur 2 minggu setelah semai

 Tingginya kurang lebih 25 cm

 Berdaun 5-7 helai

 Batangnya kokoh

 Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam. Bibit yang ditanam pada seedbed sangat mudah aplikasinya, karena hanya mengangkut seedbed atau bibit tersebut dikeluarkan dari seedbed untuk dibawa ke lapangan.

Penanaman padi dapat dilakukan dalam beberapa model, antara lain; ubinan dan jajar legowo. yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dan ke kiri dengan jarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata. Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira 3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.

Gambar 14. Tanah sawah yang siap diolah dan tanaman padi dalam bentuk jajar legowo 2:1 dan ubinan 20 x 20 cm

(31)

Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan melambatkan pertumbuhannya, sehingga tidak mencapai perumbuhan maksimal. Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah tumbang atau hanyut oleh aliran air. Dengan demikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

Pemeliharaan Tanaman Padi Pengairan

Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu faktor penting yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang. Pemberian air tersebut dinyatakan juga sebagai irigasi. Irigasi atau pengairan adalah suatu kegiatan yang mendatangkan air dari sumber air melalui bangunan atau saluran yang telah dibuat ke sawah atau ladang secara teratur dan membuangnya jika sudah tidak diperlukan lagi. Air yang sudah tidak diperlukan lagi dibuat melalui parit drainase.

Irigasi mengandung arti menambahkan air hingga menjadi tersedia bagi kebutuhan tanaman. Secara umum tanaman yang tumbuh di lahan kering membutuhkan kapasitas lengas kelembaban berkisar kapasitas lapang – titik layu. Jika kadar air tanah lebih dari kapasitas lapang, maka tanah cenderung jenuh, semua pori mikro dan mikro berisi air, dan menekan udara keluar pori. Jika kadar air tanah lebih rendah dibandingkan titik layu, maka tanah cenderung kering, sehingga pori tanah cederung berisi udara dan kekurangan air, tanaman menjadi layu.

Tanah sawah mengandung air yang lebih tinggi dibandingkan kadar air kapasitas lapang, sehingga semua pori terisi air, atau dapat dikatakan tanah jenuh air. Pada kondisi ini tidak semua tanaman dapat tumbuh baik khususnya tanaman golongan terestrial (daratan). Tanaman padi memiliki rongga pembuluh pada bagian batang dan daun. Oleh sebab itu tanaman padi mampu tumbuh baik pada tanah tergenang. Karena batang padi berongga yang mampu mengalirkan oksigen hingga disebarkan ke per

(32)

akaran. Lingkungan rizosfer akar padi tetap dalam suasana aerob, dan metabolisme oksidative berjalan dengan baik.

Adaptasi utama padi sawah terhadap genangan air adalah pembentukan aerenchyma, yang memungkinkan transport O2 yang relatif

tidak terganggu dari sumur aerasi tunas sampai akar terendam. Difusi longitudinal O2 terhadap apeks akar bisa lebih jauh disempurnakan

dengan induksi penghalang hilangnya radial O2 (ROL) yang meminimalkan

hilangnya O2 ke sekitarnya lingkungan (Selanjutnya, penghalang ini dapat

menghambat pergerakan racun yang berasal dari tanah (yaitu, ion logam yang dikurangi) dan gas (misalnya metana, CO2, dan etilen) ke dalam akar. Baik dataran tinggi dan dataran rendah spesies padi menggunakan sifat-sifat ini di bawah kondisi terendam air pada Gambar 15.

Gambar 15. Perbedaan pembentukan aerenkim lisigen dan pola kehilangan O2 radial (ROL) pada akar padi di bawah tanah yang kondisi air di drain dan kondisi tanah tergenang air (Nishiuchi, Yamauchi, Takahashi, Kotula, & Nakazono, 2012)

Gambar 15 menjelaskan perbedaan pembentukan aerenkim lisigen dan pola kehilangan O2 radial (ROL) pada akar padi di bawah tanah yang kondisi air di drain dan kondisi tanah tergenang air. Di bawah kondisi tanah yang didrain atau dikeringkan, aerenkim biasa dibentuk secara konstitutif, namun merupakan penghalang bagi ROL tidak terbentuk;

(33)

Sehingga ROL pada bagian basal akar menurunkan difusi O2 ke bagian apikal (Nishiuchi et al., 2012). Sebaliknya, di bawah tanah yang tergenang air kondisi pembentukan aerenkim lisigen ditingkatkan dan pembentukan penghalang untuk ROL diinduksi, sehingga terjadi promosi difusi O2 longitudinal ke akar apeks.

Di bawah kondisi tanah yang dikeringkan, aerenkim lisigen terbentuk secara konstitutif di bagian basal akar (a), tapi biasanya tidak terbentuk pada bagian apikal akar (b). Di bawah kondisi tanah yang terendam air, penyerapan aerosir oral diinduksi pada bagian basal (c) dan bagian apikal (d) akar. Aerenkim lisigen lebih berkembang pada bagian basal akar (a, c) dari pada bagian apikal (b, d). Ketebalan panah mencerminkan jumlah O2 yang tersedia. Ep, epidermis; Ex, exodermis; Sc, sclerenchyma; Co, korteks; en, endodermis

Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah dapat beasal dari air permukaan, atau air bawah tanah. Air permukaan adalah air yang berasal dari sungai, danau, embung, rawa, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran. Akan tetapi pada beberapa areal sawah tidak memiliki sumber air sungai sebagai air pengairan, maka mereka menggunakan air hujan dan air tanah yang dipompa menggunakan hidran.

Memasukan air ke dalam sawah dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

Air dimasukan ke petak sawah berasal dari saluran tersier pada jaringan irigasi ataupun dari saluran kuarter. Jaringan irigasi adalah saluran, bangunan, dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk pengaturan air irigasi mulai dari penyediaan, pengambilan, pembagian, pemberian, penggunaan, dan pembuangannya. Jaringan utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama, saluran induk atau primer, saluran sekunder, dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya.

Pengaturan air di sawah penting sekali, antara lain membuat saluran pembuangan air atau saluran drainase. Air yang masuk akan

(34)

dikeluarkan melalui saluran drainase. Air dimasukan ke petak sawah mulai sejak padi dipindahtanamkan ke sawah dengan ketinggian disesuaikan dengan usia tanaman padi. Pemasukan air dan pembuangannya tidak boleh dibuat lurus, gunanya agar lumpur yang masuk dapat kesempatan untuk mengendap sebelum mencapai kesaluran pembuangan air.

Pemberian air di sawah dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain;

a. Pengaliran terus menerus

b. Pengaliran terputus-putus, atau berselang c. Penggenangan terus menerus

d. Penggenangan terputus-putus

Pengaliran terus menerus dapat dilakukan jika sumber air tersedi

adengan cukup, sehingga air dapat dialirkan secara terus menerus. Pengaliran terputus-putus atau intermitten flowing dilakukan jika kondisi sumber air tidak memadai untuk dialirkannya secara terus menerus. Keuntungan cara ini adalah memberi kesempatan pori di tanah diisi oleh udara sehingga terjadi peristiwa perombakan oksidasi dan menghasilkan dekomposisi bahan organik di sawah lebih cepat.

Gambar 16. Pengaliran Terus-menerus

Pengaliran terputus-putus atau berselang dengan metoda basah

kering. Prinsip dari penerapan pengaliran terputus-putus adalah memonitor kedalaman air dengan menggunakan alat bantu berupa pipa. Setelah lahan sawah diairi, kedalaman air akan menurun secara gradual. Ketika kedalaman air mencapai 15 cm di bawah permukaan tanah, lahan sawah kembali diairi sampai ketinggian sekitar 5 cm. Pada waktu tanaman padi berbunga, tinggi genangan air dipertahankan 5 cm untuk menghindari stress air yang berpotensi menurunkan hasil.

(35)

Pada pengairan berjeda, maka ke dalaman air 15 cm ini aman (safe

AWD) yang bermakna bahwa ke dalaman air sampai batas tersebut tidak

akan menyebabkan penurunan hasil yang signifikan karena akar tanaman padi masih mampu menyerap air dari zona perakaran. Setelah itu, pada fase pengisian dan pemasakan, PBK dapat dilakukan kembali. Apabila terdapat banyak gulma pada saat awal pertumbuhan, PBK dapat ditunda 2 sampai 3 minggu sampai gulma dapat ditekan. Selain itu dapat diterapkan jika sumber air irigasi tidak mencukupi untuk mengalirkan pada ke semua lahan sawah.tujuan pengaliran terputus-putus adalah dengan memberikan pengaliran air secara berjeda atau berlesang ke semua lahan sawah, sehingga jatah air bisa merata untuk lahan sawah yang luas.

Gambar 17. Pemberian Air Mengalir Terputus-putus

Pengaliran yang berjeda atau terputus-putus dapat memberikan keuntungan bagi pertumbuhan tanaman, antara lain; mampu memberi kesempatan pada tanaman padi untuk mendapatkan oksigen melalui pori tanah. Mengubah kondisi reaksi reduksi menjadi teroksidasi, sehingga memudahkan tersedianya unsur hara terutama Fe, dan dapat menekan keracunan tanaman akibat akumulasi besi (Fe) dalam tanah. Bersinergi dengan pemupukan, karena serapan hara tinggi terjadi pada kondisi tanah basah-kering. Apabila dikombinasikan dengan pengendalian gulma menggunakan cara manual (gasrok/landak) dan pemupukan, maka pupuk dapat bercampur dengan tanah sehingga pemakaiannnya lebih efisien. Menghambat perkembangan hama (penggerek batang, wereng coklat,

(36)

keong mas), dan penyakit (busuk batang dan busuk pelepah daun). Tanaman padi lebih tahan rebah karena sistem perakaran yang lebih dalam.

Penggenangan terus menerus, jika air irigasi sangat terbatas

jumlahnya, sehingga tidak memungkinkan akan dialiri air secara terus menerus. Air tersebut menggenang di sawah dalam jangka waktu yang cukup lama selama fase pertumbuhan tanaman padi.

Gambar 18. Penggenangan air terus menerus.

Penggenangan Terputus-putus

Gambar 19. Tanaman padi yang mendapatkan sistem pengairan

penggenangan terputus-putus.

Kegiatan penggenangan terputus-putus sangat lazim dilakukan pada lahan sawah tadah hujan. Lahan sawah tersebut hanya mendapat pengairan sawah melalui jatuhnya air hujan. Jika hujan tidak jatuh lagi maka genangan akan kering, sehingga disebut penggenangan terputus-putus. Oleh sebab itu lahan sawah tadah hujan sangat dianjurkan

(37)

menanam padi sesuai kalender tanam, sesuai dengan musim hujan atau bulan basah (> 200 mm/bulan).

Ke dalaman penggenang harus diperhatikan, mulai 2 cm pada tahap awal, kemudian jika tanaman padi muali tumbuh besar, maka penggenangan terus dinaikkan hingga 20 cm. Pemberian air juga memperhatikan fase pertumbuhan padi. Selama fase pertumbuhan stadia awal yaitu saat tanaman padi baru pindah lapang dapat dilakukan dengan menggenangi secara terputus-putus, karena pola ini akan memberikan kesehatan bagi tanaman padi. Setelah intermitten dilakukan, tanaman akan memasuki fase generatif yang ditandai dengan tanaman mulai berbunga. Pada fase ini air sangat banyak dibutuhkan. Tanaman harus digenangi atau dialiri air terus menerus hingga ketinggian 25 cm. Tanaman yang sudah mulai membentuk bulir gabah hingga mulai mengisi yang dilihat atau disebut fase matang susu, air genangan terus dipertahankan.

Penyiangan dilakukan setelah 2 minggu tanaman padi dipindahtanamankan, dengan mencabut atau menggunakan rotari weeder, membuang semua jenis gulma yang tumbuh. Ada jenis gulma padi yang profilnya menyerupai tanaman padi yang kadang sulit dibedakan anatara gulma dan tanaman padi. Tanaman ini sangat mengganggu sekali pada tanaman padi, karena sering tumbuh pada rumpun padi tersebut. Jika tanaman ini sudah besar maka sudah banyak hara yang mampu diserapnya dan menjadi saingan bagi tanaman padi.

(38)

Gambar 20. Salah satu jenis gulma yang mirip tanaman padi Echinochola crussgalli

Pertumbuhan Tanaman Padi

Tanaman padi tumbuh mulai dari perkecambahan benih hingga panen gabah di lapangan membutuh waktu + 3 – 6 bulan, sangat ditentukan oleh varietas dan lingkungan tumbuhnya. Selama periode ini tanaman padi dapat digolongkan fase pertumbuhannya atas 2 yaitu; fase vegetatif dan fase generatif. Fase generatif dapat dibagi pada; awal muncul malai (preheading) sampai fase akhir pembungaan (postheading). Postheading dikenal juga dengan istilah pemasakan. Sempurnanya hasil padi adalah bila gabah terisi penuh dengan pati. Kapasitas hasil atau potensial hasil ditentukan sejak saat tanaman membentuk malai. Jika anakan tanaman padi mampu menghasilkan jumlah malai yang banyak maka dapat diperkirakan hasil padi juga tinggi.

(39)

1. Tahap Perkecambahan Benih (germination)

Fase bibit dimulai sejak benih padi disemai di media pembibitan hingga menghasilkan beberapa helai daun yang tingginya tidak lebih dari 25 cm. Pada fase ini benih padi yang bernas mengalami perkecambahan. Benih padi yang berkecambah bersifat hipogeal yaitu kotiledon tidak muncul ke permukaan tanah. Adalagi pola kecambah benih tanaman yang lain yaitu pola epigeal, golongan ini banyak berasal dari tanaman kekacangan, keping atau kotiledon muncul ke permukaan tanah. Pada fase ini benih akan menyerap air dari lingkungan (karena perbedaan kadar air antara benih dan lingkungan), masa dormansi akan pecah ditandai dengan kemunculan radicula dan plumule.

Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih adalah kelembaban, cahaya dan suhu. Petani biasanya melakukan perendaman benih selama 24 jam kemudian diperam 24 jam lagi. Tahan perkecambahan benih berakhir sampai daun pertama muncul dan ini berlangsung 3-5 hari.

2. Fase vegetative

Fase vegetatif adalah awal pertumbuhan tanaman, mulai dari perkecambahan benih sampai primordia bunga (pembentukan malai). Pada fase pertumbuhan ini, tanaman masih sangat sensitif terhadap gangguan lingkungan, antara lain yang sering mengganggu adalah hama keong mas (Gambar 20). Keong mas, segera naik ke bagian tanaman dan memakan daun yang muda, sedangkan tanaman yang sudah besar lebih kurang 1 bulan setelah tanam, sudah aman dari gangguan keong. Akan tetapi tanaman tersebut digunakan keong untuk meletak telurnya di batang atau pelepah daun padi. Oleh sebab itu hama keong harus dibersihkan selama persiapan tanam, dengan cara memungutnya atau menggunakan moluskusida. Penggunaan racun ini sebaiknya dihindarkan. Memungut keong sangat besar manfaatnya bagi petani, karen bisa dijadikan sebagai pakan utama itik, karen keong tersebut mengandung kadar protein yang tinggi.

(40)

Gambar 21. Telur keong menetas dalam masa 10 hari. Agar siklus hidup keong mas terputus adalah dengan mengambil telur dan melepaskannya kegenangan air. Telur tidak akan menetas dalam kondisi yang demikian.

Fase vegetatif meliputi tahap pertunasan dan pembentukan anakan. Tahap pertunasan (seedling stage) mulai begitu benih berkecambah hingga menjelang anakan pertama muncul. Umumnya petani melewatkan tahap pertumbuhan ini di persemaian. Pada awal di persemaian, mulai muncul akar seminal hingga kemunculan akar sekunder (adventitious) membentuk sistem perakaran serabut permanen dengan cepat menggantikan radikula dan akar seminal sementara. Di sisi lain tunas terus tumbuh, dua daun lagi terbentuk. Daun terus berkembang pada kecepatan 1 daun setiap 3-4 hari selama tahap awal pertumbuhan sampai terbentuknya 5 daun sempurna yang menandai akhir fase ini. Dengan demikian pada umur 15 – 20 hari setelah sebar, bibit telah mempunyai 5 daun dan sistem perakaran yang berkembang dengan cepat. Pada kondisi ini, bibit siap dipindahtanamkan.

Tahap Pembentukan anakan (tillering stage), Setelah kemunculan daun kelima, tanaman mulai membentuk anakan bersamaan dengan berkembangnya tunas baru. Anakan muncul dari tunas aksial (axillary) pada buku batang dan menggantikan tempat daun serta tumbuh dan berkembang. Bibit ini menunjukkan posisi dari dua anakan pertama yang mengapit batang utama dan daunnya. Setelah tumbuh (emerging), anakan pertama memunculkan anakan sekunder, demikian seterusnya hingga anakan maksimal.

Pada fase ini, ada dua tahapan penting yaitu pembentukan anakan aktif kemudian disusul dengan perpanjangan batang (stem elongation). Kedua tahapan ini bisa tumpang tindih, tanaman yang sudah tidak membentuk anakan akan mengalami perpanjangan batang, buku kelima

(41)

dari batang di bawah kedudukan malai, memanjang hanya 2-4 cm sebelum pembentukan malai. Sementara tanaman muda (tepi) terkadang masih membentuk anakan baru, sehingga terlihat perkembangan kanopi sangat cepat.

Gambar 22. Tanaman padi pada fase bibit 2 minggu setelah tanam, dan perkembangan dari benih menjadi bibit.

Sumber;(Jamilah,2012);(http://pejuang-pangan.blogspot.co.id/2011/07/fase-stadia-pertumbuhan-tanaman-padi.html)

Secara umum, fase pembentukan anakan berlangsung selama kurang lebih 30 hari. Pada tanaman yang menggunakan sistem tabela (tanam benih langsung) periode fase ini mungkin tidak sampai 30 hari karena bibit tidak mengalami stagnasi seperti halnya tanaman sistem tapin yang beradaptasi dulu dengan lingkungan barunya sesaat setelah pindah tanam.Penggunaan pupuk nitrogen (urea) berlebihan atau waktu aplikasi pemupukan susulan yang terlambat memicu pembentukan anakan lebih lama (lewat 30 hst), namun biasanya anakan yang terbentuk tidak produktif (Gambar 20).

(42)

Pada fase ini terjadi pertambahan anakan dan tinggi tanaman yang pesat setiap hari. Tanaman membutuhkan unsur hara untuk pertumbuhannya. Fase Vegetatif memiliki panjang waktu yang berbeda antar varietas. Tanaman padi yang tergolong genjah, fase ini < 100 hari, sedangkan yang tergolong umur dalam > 120 hari. Pada fase ini pembentukan tajuk sangat pesat karena dibutuhkan untuk kegiatan fotositesis. Oleh sebab itu tanaman sebaiknya diberi unsur hara yang cukup.

3. Fase Generatif

Fase ini meliputi merupakan fase pembentukan organ reproduktif atau perkembangbiakan yang fase pematangan. fase ini meliputi: pembentukan bakal malai (primordia), masa bunting, dan pembungaan. Pada fase inilah komponen hasil seperti jumlah malai per satuan luas dan jumlah gabah per malai terbentuk. Fase reproduktif berlangsung lebih kurang 35 hari, sedangkan fase pematangannya sekitar 30 hari. Perbedaan umur tanaman ditentukan oleh perbedaan panjang fase vegetatif. Sebagai contoh, IR64 yang matang dalam 120 hari mempunyai fase vegetatif 55 hari, sedangkan varietas berumur dalam yang matang dalam 150 hari fase vegetatifnya 85 hari.

Tanaman berbunga ditandai dengan munculnya malai. Bunga padi secara keseluruhan disebut sebagai malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet yaitu bunga yang terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan sekunder. Tiap unit bunga padi pada hakekatnya adalah floret yang hanya terdiri atas satu bunga, yang terdiri atas satu organ betina (pistil) dan enam organ jantan (stamen).

Stamen memiliki dua sel kepala sari yang ditopang oleh tangkai sari berbentuk panjang, sedangkan pistil terdiri atas satu ovul yang menopang dua stigma (Makarim dan Suhartatik 2009). Malai terdiri atas 8-10 buku yang menghasilkan cabang-cabang primer yang selanjutnya menghasilkan cabang sekunder. Tangkai buah (pedicel) tumbuh dari buku-buku cabang primer maupun cabang sekunder (Yoshida 1981). Gabah terdiri atas biji yang terbungkus oleh sekam. Bobot gabah beragam dari 12-44 mg pada kadar air 0%, sedangkan bobot sekam rerata adalah 20% bobot gabah.

(43)

Perkecambahan terjadi apabila dormansi benih telah dilalui. Benih tersebut berkecambah apabila radikula telah tampak keluar menembus koleorhiza diikuti oleh munculnya koleoptil yang membungkus daun (Yoshida 1981; Makarim dan Suhartatik 2009).

(44)
(45)

BAB III

Pangkas (Ratun)

A. Pengertian Pangkas (Ratun)

Budidaya ratun adalah sistem lama yang telah dipraktekkan selama bertahun-tahun, terutama di daerah tropis. Meskipun asal mula peratunan mungkin tidak diketahui untuk tanaman tertentu, hal itu mungkin dimulai saat manusia pertama kali melihat pertumbuhan kembali tunas baru setelah memotong tanaman tertentu saat panen, sehingga menghasilkan tanaman baru tanpa penanaman kembali. Juga, pengamatan manusia awal terhadap pertumbuhan kembali padang rumput setelah pembakaran mungkin telah menciptakan minat dalam memanfaatkan pertumbuhan kembali tanaman sebagai dasar untuk beberapa panen dari sistem akar asli.

Kata ratun tampaknya berasal dari kata Latin retonsus-ditebang atau digiling Atau retono-ke guntur kembali, bergema atau bahkan pereda atau pengusir sindikat Prancis, keturunan, keturunan, keturunan, atau tunas. Karena ratun dipraktekkan secara luas dan penting dalam banyak tanaman, tinjauan terhadap praktik ini mungkin berharga, terutama karena peningkatan produksi makanan dan serat sangat penting di daerah tropis.

Definisi ratun; (Lewis dan Short, 1958); (Anonim, 1950); Reto Spanyol - tunas atau tunas segar (Anonim, 1960): (Anonim, 1962a). Kamus Oxford yang Lebih Pendek (Anonim, 1950) mendefinisikan ratun sebagai, "tunas atau tunas baru bermunculan dari akar tebu setelah dipotong." Definisi ini terlalu sempit dalam ruang lingkupnya - hanya mengacu pada tebu - dan Juga dalam pertumbuhan kembali biasanya tidak terjadi dari akar tanaman, melainkan dari batang, mahkota, atau modifikasi batang.

Menurut (Harrell, Bond, & Blanche, 2009) padi (Oryza sativa L.) ratun adalah produksi tanaman padi kedua dari tunggul yang tertinggal setelah panen utama.Beuzelin, Mészáros, Way, & Reagan, (2012) membuktikan bahwa studi lapangan selama 2 tahun di Texas membandingkan investasi penggerek batang Eoreuma loftini (Dyar) dan

(46)

Diatraea sakarin (F.) pada padi, Oryza sativa L., yang dipengaruhi oleh

pemotongan panen utama dan produksi tanaman ratun. Investasi substansial (> 5,6 penggerek batang/m2) tetap berada di batang padi tanpa mengurangi tinggi badan (20 banding 40 cm). Namun, tinggi pemotongan 20 cm mengurangi investasi E.loftini sebesar 70- 81% sedangkan infestasi infestasi tidak terpengaruh. Pembedahan tanaman menunjukkan bahwa dibandingkan dengan larva D.sakarin dan pupa, lebih banyak lumen ovarium tidak berada pada tanaman padi tinggi (> 20 cm dari dasar batang).

Pada bulan Oktober, tanaman ratun lebih banyak dipenuhi penggerek batang daripada tunggul tanaman pertanian yang tidak terkelola selama tahun pertama penelitian. Kebalikannya diamati pada tahun kedua. Perbedaan fenol tanaman tunggul utama yang tidak terkelola antara dua tahun kemungkinan menyebabkan perbedaan tingkat infestasi ini. Selama musim pasca-tumbuh, infestasi pada tunggul tanaman utama dan ratun menurun selama musim dingin. Setelah kondisi musim dingin yang menyenangkan, infestasi pada tunggul tanaman utama dan ratun tidak berbeda, mencapai 3,3 E.loftini/m2 dan 0,4

D.saccharalis/m2 pada Maret 2008. Pada Maret 2009, tunggul padi menyimpan 0,3 E.loftini/m2 dan 0,2 D.saccharalis/m2 terlepas dari apakah hanya tanaman utama atau tanaman utama dan ratun telah diproduksi. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan tinggi panen padi yang rendah dapat menekan populasi E.loftini akhir musim. Selanjutnya, tunggul padi di bawah kondisi yang menguntungkan merupakan habitat yang sangat penting, sehingga menjamin evaluasi taktik pengelolaan hama yang menargetkan populasi yang melintasinya. Menurunkan tunggul tanaman utama dengan memanen tanaman utama pada tingkat yang lebih rendah dari pada tinggi tradisional diyakini dapat mengubah parameter pertumbuhan dan meningkatkan hasil ratun.

Beberapa perubahan tampilan tanaman jika tanaman padi diratun 1 kali disajikan pada Tabel 1. Tanaman ratun berumur lebih singkat dibandingkan indukannya. Bahkan ratun padi Cisokan bisa lebih cepat 24 hari panen pada yang tidak dipanen HPT dan 32 hari jika di panen HPT. Hal ini menunjukkan bahwa ratun bisa menghemat waktu tanaman padi hingga 1 bulan lamanya. Belum lagi di dalam budidaya ratun tidak ada

(47)

pengolahan tanah awal, karena tanaman langsung ditumbuhkan dari tunggul indukannya.

Tabel 6. Bandingan Umur Panen tanaman padi antara MT 1 dan MT 2 (Ratun) pada 2 ketinggian tempat yang berbeda

Perlakuan pemupukan

Musim Tanam 1*) (hst) Musim Tanam 2 (hsps)**) Ketinggian tempat

Dataran Sedang Dataran Rendah

Dataran Sedang Dataran Rendah Jenis padi Cisokan Pandan Wangi Cisokan Pandan Wangi Cisokan Pandan Wangi Cisokan Pandan Wangi Tidak dipangkas F1 (crocober) 101,67 90,21 118,67 107,67 77,67 77,33 82,00 75,67 F2 (unitas super) 100,67 91,79 117,67 107,33 77,33 76,00 83,00 73,33 F3(komersil) 102,33 92,87 119,33 108,67 77,00 77,67 82,67 73,67 rerata 101,56 91,62 118,56 107,89 77,33 77,00 82,67 74,22 Di pangkas F1(crocober) 115,33 92,56 123,33 117,17 82,33 82,67 85,33 77,67 F2 (unitas Super) 114,67 91,43 123,33 110,67 82,33 83,67 84,44 76,67 F3 (komersil) 115,33 92,06 123,67 111,67 83,00 82,33 84,33 77,67 rerata 115,11 92,02 123,44 113,17 82,56 82,89 84,70 77,33

Keterangan: *) data diperoleh dari hasil Percobaan MT 1 sebagai indukan; hst= hari setelah tanam (Jamilah et al. 2016). **) hsps (hari setelah pangkas ratun)

Dari beberapa komponen pertumbuhan tanaman padi yang diratunkan, membuktikan bahwa padi ratun dan dipangkas HMT baik pada musim tanam 1 maupun 2, terlihat adanya peningkatan jumlah anakan produktif, panjang malai, jumlah gabah per malai bahkan terjadi peningkatan gabah kering giling. Umur berbunga juga lebih singkat pada tanaman ratun. Akan tetapi pada umumnya tanaman yang diratun menghasilkan tanaman yang lebih pendek dibandingkan tanaman indukannya. Padi Cisokan lebih tinggi kehampaannya dibandingkan padi Pandan Wangi dari hasil ratun (Tabel 2).

(48)

Tabel 7. Tanaman padi pada MT 1 sebagai indukan dan ratun (MT2) yang diberi perlakuan pangkas dan POC terhadap pertumbuhan dan hasil pada Dataran Sedang

No Perlakuan Parameter pertumbuhan dan hasil Jumlah anakan produktif Panjang malai (cm) Jumlah gabah per malai gabah hampa (%) Berat 1000 butir (g) Berat gabah per hektar (t) Umur berbunga (hari) Musim Tanam II (ratun)

Cisokan F1 39,00 23,23 232,17 40,79 20,87 6,13 54.33 F2 45,67 24,00 243,17 22,73 18,06 6,33 53.33 F3 38,50 23,58 251,33 19,72 20,51 6,05 54.33 rerata 41,05 23,60 242,22 27,74 19,81 6,17 54,33 Peningkatan hasil (%) 27.37 Pandan Wangi F1 36,50 22,75 213,33 4,16 25,17 5,85 51.67 F2 41,00 21,17 195,00 4,84 25,00 6,69 52.00 F3 39,50 22,40 187,50 5,45 24,49 5,46 52.33 rerata 39,00 22,10 198,61 4,81 24,88 6,00 51,67 Peningkatan hasil (%) 58.31

Musim Tanam 1 (Indukan) Cisokan F1 18,50 20,10 134,47 7,81 20,52 6,58 70.33 F2 23,67 20,87 167,60 9,25 23,42 4,55 70.33 F3 19,50 21,55 160,30 10,73 21,72 3,44 70.67 rerata 20,55 20,84 154,12 9,26 21,88 4,85 70,33 Pandan Wangi F1 20.00 20,87 98,33 11,04 24,62 3,97 66.33 F2 19.17 21,22 103,33 15,49 25,62 3,71 66.67 F3 20.00 21,00 97,00 14,15 24,45 3,70 67.33 rerata 20,00 21,03 99,55 13,56 24,89 3,79 66,33

Ketika tunggul tanaman utama dipanen pada 20 cm, hasil panen padi ratun pada tahun 2007 meningkat masing-masing 375 dan 190 kg ha untuk Cocodariie dan Trenasse. Hasil panen tidak membaik pada tahun 2006 dengan menggunakan tinggi panen rendah (20 cm). Keuntungan panen pada tahun 2007 dikaitkan dengan meningkatnya bobot malai basal saat panen utama dipanen pada suhu 20 cm. Bila tunggul tanaman utama berukuran 20 cm, titik basal dan aksial berasal dari kaleng yang

(49)

mirip 5 minggu setelah panen utama (WAH), sedangkan malai yang berasal dari nodus basal paling banyak terdapat 6 WAH dan seterusnya.

Sebaliknya, ketika tunggul tanaman utama adalah 40 cm, kira-kira 75% malai muncul berasal dari nodus aksial 5 WAH, malai dari titik asal aksial dan titik dasar hampir identik 6 WAH, dan malai basal dominan setelahnya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketika tinggi tunggul awal berkurang dari 40 menjadi 20 cm, pertumbuhan tanaman ratun diubah dengan mengubah titik malai pada awal masa pertumbuhan dan menunda kematangan.

Pangkas atau ratun berasal dari bahasa Latin. Manfaat ratun; Memperoleh panen yang lebih dari 1 kali pada 1 tanaman tunggal (Plucknett & Evenson, 1970). Pemangkasan hijauan tanaman padi sebagai sumber hijauan pakan ternak merupakan produk tambahan dari budidaya tanaman padi (gambar). Ternyata tanaman padi sangat potensial untuk dipangkas tajuknya untuk dijadikan hijauan pakan ternak (Jamilah & Juniarti, 2015); (Jamilah, Juniarti, & Mulyani, 2016) selama fase vegetatif. Kemampuan tanaman padi dipangkas dan pulih kembali untuk menghasilkan gabah yang normal merupakan suatu keistimewaan bagi tanaman padi tersebut. Bahkan jenis padi Black Madarias pertumbuhan tinggi setelah dipangkas mencapai 15 cm per hari, sedangkan jenis padi yang lain seperti Cisokan hanya mencapai 5 cm perhari. Tanaman padi Cisokan mengalami pertambahan tinggi secara normal sekitar 2 cm per hari pada perlakuan yang tidak dipangkas. Dari segi finansial tidak banyak perbedaan antara padi yang dipangkas dengan yang tidak dipangkas terhadap varietas Pandan Wangi, namun ada beberapa keuntungan yang diperoleh pada tanaman padi yang dipangkas. Keuntungan tersebut antara lain;

1. Terbebas dari gangguan tikus yang suka memotong biomassa tanaman

2. Terbebas dari gangguan hama

3. Tahan rebah akibat pemberian pupuk yang berlebih

4. Mengoptimalkan penyerapan hara, sehingga menghindari pencemaran sawah akibat berlebihan pupuk yang diaplikasikan.

(50)

B. Pemangkasan Tanaman Padi Sebagai Hijauan Makanan Ternak

Tanaman padi memiliki kemiripan dengan tanaman rumput. Kemampuan tanaman rumput yang dipangkas berulang, mengakibatkan tajuk tanaman tersebut dapat dijadikan hijauan makanan ternak. Di samping itu rumput memenuhi nutrisi bagi ternak khususnya ruminansia. Ternyata padi memiliki sifat demikian. Tanaman padi ternyata bisa dipangkas saat sebelum memasuki fase primordia bunga. Dari laporan Jamilah et al (2014, 2015 dan 2016) bahwa hasil hijauan pangkasan bisa mencapai 5 - 6 ton/ha, dan salibu atau ratun bisa mencapai 7 – 8 ton/ha.

Gambar 23. Tanaman padi Cisokan, Pandan Wangi dan Black Madarias yang dipangkas saat 40 hst untuk mendapatkan HPT dan tampilan pulih

Hasil percobaan yang telah dilaporkan oleh (Jamilah & Juniarti, 2017); (Jamilah, Fadhila, & Mulyani, 2017) membuktikan bahwa hijauan pakan ternak yang diperoleh dari tanaman padi yang dipangkas selama fase vegetatif cukup potensial dilakukan untuk menyediakan hijauan pakan ternak. Pada Tabel 3 membuktikan bahwa hijauan pakan ternak yang diperoleh dari tanaman padi yang diratunkan hingga 2 musim tanam diperoleh total sebanyak 13 – 14 ton ha-1. Jika tanaman padi sudah dipanen HPT makan biasanya produksi jeraminya menurun sebanyak HPT yang sudah dipanen sebelumnya.

(51)

Tabel 8. Berat HPT dan jerami padi yang dipengaruhi oleh varietas, pemangkasan dan musim tanam padi sawah

Musim Tanam

Berat HPT dan jerami per hektar (ton) rerata PW P0 C P0 HPT PW* PWP1 HPT C* CP1 MT1 14,23 19,45 5,33 6,48 6,63 7,90 10,00 MT2, Salibu 19,20 16,78 8,60 12,15 7,55 14,10 13,06 Total HPT pada 2 MT 13,93 14,18

Nilai jual HPT jika Rp 600/kg Dalam (Rp. X 1000)

8.358 8.508

Keterangan: * HPT (hijauan pakan ternak); PW (Pandan Wangi); C (Cisokan); P0 (tidak dipangkas); P1 (dipangkas)

Dari Tabel 8, diperoleh Hijauan yang cukup potensial dijadikan sebagai pakan ternak. Kandungan nutrisi HPT asal tanaman padi jauh lebih baik dibandingkan nutrisi rumput. Tabel 2 lebih berkualitas dibandingkan yang berasal dari rerumputan yang dibudidayakan. Hal ini bisa dibandingkan dengan hasil percobaan (Daru, Yuianti, & Widodo, 2013); (Seseray, Santoso, & Lekitoo, 2013); (Prawiradiputra, Sutedi, Sajimin, & Fanindi, 2012) bahwa kadar protein kasar dari rumput yang biasa dijadikan HPT hanya mencapai 8-10%, serat kasar mencapai 22-23%.

Akan tetapi kalau dari segi produksi hijauan memang tanaman padi masih jauh lebih rendah dibandingkan potensi rumput. Namun demikian sejalan dengan semakin sempitnya lahan yang tersedia untuk budidaya rumput pakan ternak, karena bersaing dengan budidaya tanaman pangan, maka hal tersebut menjadi potensial untuk dikembangkan di masa mendatang. Teknik ratun tanaman padi baik untuk diharapkan sebagai penghasil HPT ataupun gabah, maka perlu memperhatikan teknik budidaya yang tepat.

Jika lahan pertanian padi sawah tidak dilakukan serentak mulai tanamnya, memberikan keuntungan untuk memberikan giliran tanaman menyediakan hijauan. Keuntungan ini, akan menghasilkan produksi HPT selama 1 tahun terjamin, tanpa harus menyediakan gudang atau teknik penyimpanan HPT yang membutuhkan banyak biaya juga. Dengan mengatur pergiliran panen HPT, maka petani dengan membentuk kelompok, akan memanen secara bergiliran HPT dari sawah yang mereka

Gambar

Tabel 1.  Luas Lahan Sawah menurut Provinsi (2003-2013)
Tabel 2.  Produksi Padi di Indonesia Sejak Tahun 2003 sampai dengan 2015
Tabel 3.   Hasil  padi  menurut  provinsi  di  Indonesia  selama  13  tahun  mulai  2003- 2015
Gambar 1.   Tanaman padi ladang (padi gogo) saat memasuki fase primordial  bunga (atas) dan saat berbunga (bawah)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari uraian tujuan dan fungsi operasional manajemen sumber daya manusia di atas dapat dikatakan bahwa pelaksanaan fungsi-fungsi operasional manajemen sumber daya manusia

Defisiensi : Jarang kecuali pada bayi yang baru lahir. Defisiensi jarang terjadi karena dalam makanan didapatkan dalam jumlah yang cukup. Apabila terjadi, maka dapat

Diharapkan dengan adanya pengabdian kepada masyarakat oleh Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ini, Posyandu Lansia Kelurahan Meteseh mendapatkan

KESDAM V BRW RS

1) Nama: Isikan Nama sesuai daftar nama yang tertera pada halaman belakang/lampiran dokumen API. 2) Jabatan: Pilih jabatan sesuai jabatan yang tertera pada

Hal ini merupakan kemampuan penting yang harus dimiliki setiap protokol komunikasi data dalam lapisan OSI ketiga (network layer) agar dapat membedakan data yang

1. Setiap pegawai IAIN Purwokerto wajib menyusun SKP berdasarkan RKT. SKP memuat kegiatan tugas jabatan dan target yang harus dicapai.. SKP yang telah disusun harus

Berdasarkan pertimbangan tersebut, teori dalam menganalisis penelitian ini adalah Intra Party Politics yang diungkapkan oleh Richard S. Adapun metode dalam