BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG KATA DAN KONJUNGSI
2.2.2 Jenis Kata Bahasa Indonesia
Menurut Chaer, (2006:93) bahwa kata kerja atau verba adalah jenis kata yang menyatakan suatu perbuatan. Kata kerja dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
bentuk, yaitu: Kata kerja transitif berimbuhan dan kata kerja transitif tak berimbuhan.
b. Kata kerja intransitif: Kata kerja intransitif ialah kata kerja yang tidak memerlukan pelengkap. Seperti kata tidur untuk contoh kalimat berikut: saya tidur, pada kalimat tersebut kata tidur yang berposisi sebagai predikat (P) tidak lagi diminta menerangkan untuk memperjelas kalimatnya, karena kalimat itu sudah jelas.
Di dalam Bahasa Indonesia Chaer,(2006:94) ada 2 dasar dalam pembentukan verba, yaitu dasar yang tanpa afiks tetapi telah mandiri karena telah memiliki makna, dan bentuk dasar yang berafiks atau turunan. dari bentuk verba ini dapat dibedakan menjadi :
1. Verba Dasar Bebas: ialah verba yang beruba morfem dasar bebas,
misalnya: duduk, makan, mandi, minum, dll.
2. Verba Turunan: ialah verba yang telah mengalami afiksasi, reduplikasi, gabungan proses atau berupa paduan leksem.
Beberapa bentuk verba turunan :
1. Verba berafiks : berbuat, terpikirkan, dll.
2. Verba bereduplikasi : bangun-bangun, ingat-ingat, dll.
3. Verba berproses gabungan : bernyanyi-nyanyi, tersenyum-senyum, dll. 4. Verba majemuk : cuci mata, cuci tangan, dll.
2. Kata Benda (Nomina)
Kata benda (nomina) adalah kata-kata yang merujuk pada pada bentuk suatu benda, bentuk benda itu sendiri dapat bersifat abstrak ataupun konkret (Chaer, 2006:86). Dalam bahasa Indonesia kata benda (nomina) terdiri dari beberapa jenis, sedangkan dari proses pembentukannya kata benda terdiri dari 2 jenis, yaitu :
1. Kata Benda (Nomina) Dasar: Kata benda dasar atau nomina dasar ialah
kata-kata yang yang secara konkret menunjukkan identitas suatu benda, sehingga kata ini sudah tidak bisa lagi diuraikan ke bentuk lainnya. Contoh : buku, meja, kursi, radio, dll.
2. Kata Benda (Nomina) Turunan: Nomina turunan atau kata benda turunan
ialah jenis kata benda yang terbentuk karena proses afiksasi sebuah kata dengan kata atau afiks. Proses pembentukan ini terdiri dari beberapa bentuk, yaitu :
1. Verba + (-an) contoh: Makanan. 2. (Pe-) + Verba contoh: Pelukis.
3. (Pe-) + Adjektiva contoh: Pemarah, Pembohong. 4. (Per-) + Nomina + (-an) contoh: Perbudakan 3. Kata Sifat
Kata sifat ialah kelompok kata yang mampu menjelaskan atau mengubah kata benda atau kata ganti menjadi lebih spesifik. Karena kata sifat mampu
Ciri-ciri Kata Sifat
1. Kata sifat terbentuk karena adanya penambahan imbuhan ter- yang
mengandung makna paling.
2. Kata sifat dapat diterangkan atau didahului dengan kata lebih, agak, paling, sangat & cukup.
3. Kata sifat juga dapat diperluas dengan proses pembentukan seperti ini : se-
+ redupliasi (pengulangan kata) + -nya, contoh : sehebat-hebatnya,
setinggi-tingginya, dll.
1. Kata sifat yang terbentuk dari kata dasar, misalnya: kuat, lemah, rajin, malas, dll.
2. Kata sifat yang terbentuk dari kata jadian, misalnya: terjelek, terindah, terbodoh, dll.
3. Kata sifat yang terbentuk dari kata ulang, misalnya: gelap-gulita, pontang- panting, dll:
4. Kata sifat yang terbentuk dari kata serapan, misalnya: legal, kreatif, dll. 5. Kata sifat yang terbentuk dari kata atau kelompok kata, misalnya: lapang
4. Kata Ganti (Pronomina)
Kelompok kata ini dipakai untuk menggantikan benda atau sesuatu yang dibendakan (Chaer,2006:89). Kelompok kata ini dapat dibedakan menjadi 6 bentuk, yaitu:
1. Kata Ganti Orang: ialah jenis kata yang menggantikan nomina. Kata ganti orang dapat dibedakan lagi menjadi beberapa bentuk, yaitu:
- Kata ganti orang pertama tunggal, misal: aku, saya. - Kata ganti orang pertama jamak, misal: kami, kita. - Kata ganti orang kedua tunggal, misal: kamu.
- Kata ganti orang kedua jamak, misal: kamu, kalian, Anda,
kau/engkau.
- Kata ganti orang ketiga tunggal, misal: dia, ia.
- Kata ganti orang ketiga jamak, misal: mereka, beliau.
2. Kata Ganti Kepemilikan: ialah kata ganti yang dipakai untuk
menyatakan kepemilikan, misal: “buku kamu/bukumu”, “buku aku/bukuku”, “buku dia/bukunya”,dsb.
3. Kata Ganti Penunjuk: ialah kata ganti yang dipakai untuk menunjuk suatu tempat atau benda yang letaknya dekat ataupun jauh, misal: “di sini”, “di sana”, “ini”, “itu”, dsb.
5. Kata Ganti Tanya: ialah kata ganti yang dipakai untuk meminta informasi mengenai sesuatu hal, kata Tanya yang dimaksud ialah “apa”, “siapa”, “mana”.
6. Kata Ganti Tak Tentu: ialah kata ganti yang digunakan untuk
menunjukkan atau menggantikan suatu benda atau orang yang jumlahnya tak menentu (banyak), misal: masing-masing, sesuatu, para, dsb
5. Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah jenis kata yang memberikan keterangan pada kata kerja, kata sifat, dan kata bilangan bahkan mampu memberikan keterangan pada seluruh kalimat (2006:137). Kata keterangan dapat dibagi lagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
1. Kata Keterangan Tempat: ialah jenis kata yang memberikan informasi
mengenai suatu lokasi, misal: di sini, di situ, dll.
2. Kata Keterangan Waktu: ialah jenis keterangan yng menginformasikan
berlangsungnya sesuatu dalam waktu tertentu, misal: sekarang, nanati, lusa, dll
3. Kata Keterangan Alat: ialah jenis kata yang menjelaskan dengan cara apa sesuatu itu dilakukan ataupun berlangsung, misal: “dengan tongkat”, “dengan motor”, dll.
4. Kata Keterangan Syarat: ialah kata keterangan yang dapat menerangkan
terjadinya suatu proses dengan adanya syarat-syarat tertentu, misal: jikalau, seandainya, dll.
5. Kata Keterangan Sebab: ialah jenis kata yang memberikan keterangan mengapa sesuatu itu dapat terjadi, misal; sebab, karena, dsb.
6. Kata Bilangan ( Numeralia)
Kata bilangan ialah jenis kelompok kata yang menyatakan jumlah, kumpulan, urutan sesuatu yang dibendakan. Kata bilangan juga dibedakan menjadi beberapa bagian (Chaer,2006:133) , yaitu:
1. Kata bilangan tentu, contoh: satu, dua, tiga, dst.
2. Kata bilangan tak tentu, contoh: semua, beberapa, seluruh, dll. 3. Kata bilangan pisahan, contoh: setiap, masing-masing, tiap-tiap. 4. Kata bilangan himpunan, contoh: berpuluh-puluh, berjuta-juta. 5. Kata bilangan pecahan, contoh: separuh setengah, sebagian, dll. 6. Kata bilangan ordinal/giliran, contoh: pertama, kedua, ketiga, dst.
7. Kata Tugas
Dalam Ensiklopedia Nasional Indonesia, (1990:217-218) Kata tugas ialah kata yang memiliki arti gramatikal dan tidak memiliki arti leksikal. Kata tugas juga memiliki fungsi sebagai perubah kalimat yang minim hingga menjadi kalimat transformasi. Dari segi bentuk umumnya, kata-kata tugas sukar mengalami perubahan bentuk. Kata-kata seperti : dengan, telah, dan, tetapi dan sebagainya tidak bisa mengalami perubahan. Tapi, ada sebagian yang bisa
tidak, sudah kedua kata itu dapat mengalami perubahan menjadi menidakkan & menyudahkan
Ciri-Ciri Kata Tugas
Ciri dari kata tugas ialah bahwa hampir semuanya tidak dapat menjadi dasar untuk membentuk kata lain. Jika verba datang dapat diturunkan menjadi mendatangi, mendatangkan & kedatangan. Bentuk-bentuk seperti menyebabkan dan menyampaikan tidak diturunkan dari kata tugas sebab & sampai tetapi dari
nomina sebab dan verba sampai yang membentuknya sama tapi kategorinya
berbeda
Jenis-jenis Kata Tugas dalam Hasan Alwi,dkk (2003:283) :
1. Preposisi (kata depan): ialah jenis kata yang terdapat di depan nomina (kata benda), misalnya : dari, ke & di. Ketiga kata depan ini dipakai untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat. Contoh : Di Jakarta, di rumah, ke pasar, dari kantor. 2. Konjungsi (kata sambung): ialah jenis kata yang dapat menggabungkan 2
satuan bahasa yang sederajat, misalnya : dan, atau & serta. Jenis kata tugas yang mampu menghubungkan kata dengan kata, frasa dengan frasa, atau klausa dengan klausa. Konjungsi (kata sambung) dapat dibagi menjadi 4, yaitu:
1. Konjungsi Koordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2
unsur atau lebih yang sama pentingnya, atau memiliki status yang sama contoh: dan, atau & serta.
2. Konjungsi korelatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2 kata, frasa atau klausa yang memiliki status sintaksis yang sama. Konjungsi korelatif rerdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh satu frasa, kata atau klausa yang dihubungkan oleh : baik .... maupun, tidak .... tetapi.
3. Konjungsi Antarkalimat: yaitu konjungsi yang menghubungkan
satu kalimat dengan kalimat yang lainnya. Konjungsi jenis ini selalu membuat kalimat baru, tentu saja dengan huruf kapital di awal kalimat. Contoh : Biapun begitu, akan tetapi ....
4. Konjungsi Subordinatif: yaitu konjungsi yang menghubungkan 2
klausa atau lebih dan klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini terbagi lagi menjadi 12 kelompok, yaitu:
1. Konjungsi subordinatif waktu : sejak, semenjak, sedari, sewaktu. 2. Konjungsi subordinatif syarat : jika, jikalau, bila, kalau.
3. Konjungsi subordinatif pengandaian : seandainya, seumpama. 4. Konjungsi subordinatif konsesif : biarpun, sekalipun.
5. Konjungsi subordinatif pembandingan : seakan-akan, seperti. 6. Konjungsi subordinatif sebab : sebab, karena, oleh sebab. 7. Konjungsi subordinatif hasil : sehingga, sampai.
8. Konjungsi subordinatif alat : dengan, tanpa. 9. Konjungsi subordinatif cara : dengan, tanpa. 10.Konjungsi subordinatif komplementasi : bahwa.
12.Konjungsi subordinatif perbandingan : sama ... dengan, lebih ... dari.
3. Artikula (kata sandang) ialah jenis kata yang mendampingi kata benda
atau yang membatasi makna jumlah orang atau benda. Kata sandang tidak mengandung suatu arti tapi memiliki fungsi. Fungsi kata sandang sendiri ialah untuk menentukan kata benda, mensubstansikan suatu kata yang
besar, yang jangkung, dan lain-lain. Kata-kata sandang umum yang
terdapat dalam Bahasa Indonesia ialah yang, itu, -nya, si, sang, hang, dang.
Kata-kata sandang seperti sang, hang, dang banyak ditemui dalam
kesusastraan lama, sekarang sudah tidak terpakai lagi terkecuali kata
sandang sang. Kata sandang sang terkadang masih dipergunakan untuk
mengagungkan atau untuk menyatakan ejekan maupun ironi. Dalam bahasa Indonesia terdapat beberapa kelompok artikula, yaitu:
1. Artikula yang bersifat gelar ialah artikula yang bertalian dengan orang yang dianggap bermartabat. Berikut ini jenis artikula yang bersifat gelar : sang, hang, dang, sri.
2. Artikula yang mengacu ke makna kelompok / makna korelatif ialah kata
para. Karena artikula ini bermakna ketaktunggalan, maka nomina yang diiringinya tidak dinyatakan dalam bentuk kata ulang. Jadi, untuk
menyatakan kelompok guru sebagai kesatuan bentuk yang dipakai ialah
para guru bukan para guru-guru.
3. Artikula yang menominalkan. Artikula si yang menominalkan dapat
4. Interjeksi (kata seru): ialah kata yang mengungungkapkan perasaan. Macam- macam kata seru yang masih dipakai hingga sekarang ialah :
1. Kata seru asli, yaitu : ah, wah, yah, hai, o, oh, nah, dll.
2. Kata seru yang berasal dari kata-kata biasa, artinya kata seru yang berasal dari kata-kata benda atau kata-kata lain yang digunakan, contoh : celaka, masa', kasihan, dll.
3. kata seru yang berasal dari beberapa ungkapan, baik yang berasal dari ungkapan Indonesia maupun yang berasal dari ungkapan asing, yaitu : ya ampun, demi Allah, Insya Allah, dll.
5. Partikel Penegas: ialah kategori yang meliputi kata yang tidak tunduk pada perubahan bentuk dan hanya berfungsi menampilkan unsur yang diiringinya. Ada empat macam partikel penegas, yaitu: -lah, -kah, -tah & pun.
2.3. Konjungsi