• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : GAMBARAN UMUM TENTANG KATA DAN KONJUNGSI

2.3.3 Konjungsi Bahasa Indonesia

Menurut Alwi, (2003 : 296) Konjungsi adalah kategori yang berfungsi untuk meluaskan satuan yang lain dalam kontruksi hipotaksis, dan selalu menghubungkan dua satuan lain atau lebih dalam kontruksi. Konjungsi menghubungkan bagian – bagian ujaran yang setataran maupun yang tidak setataran. Keanekaragaman bahasa menyebabkan beberapa konjungsi sulit dibedakan dari preposisi. Dapat juga dijelaskan bahwa Konjungsi adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Konjungsi disebut juga dengan istilah kata sambung, kata hubung, dan kata penghubung.

Konjungsi adalah sistem semantik yang menghubungkan antarklausa dalam sebuah urutan, consequential, perbandingan, dan penambahan (Gerot dan Wignell,1994: 180). Dalam Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia konjungsi atau konjungtor ini merupakan kata tugas yang menghubungkan dua klausa atau lebih. Menurut Tjiptaji dan Negoro (1975: 90) kata penghubung ialah kata yang menghubungkan kata dengan kata, frase dengan frase ataupun kalimat dengan kalimat. Selanjutnya, Ambary (1983: 132) kata sambung atau kata penghubung ialah kata yang bertugas menghubungkan kalimat, bagian kalimat atau kata dengan sekaligus menentukan macam hubungannya.

dengan frase, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan paragraf dengan paragaf.

B. Jenis Dan Fungsi Konjungsi

Dalam bahasa Indonesia konjungsi dapat dibagi atas dasar perilaku sintaktisnya seperti berikut ini, (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296) :

1. Konjungsi Koordinatif

Konjungsi koordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua unsur atau lebih dan kedua unsur tersebut memiliki status yang sama. Selain dapat menghubungkan klausa, konjungsi ini pun dapat menghubungkan kata. Walaupun demikian, frasa yang dihasilkan bukan frasa preposisional.

2. Konjungsi Subordinatif

Konjungsi subordinatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua klausa atau lebih dan klausa itu tidak memiliki status sintakstis yang sama. Salah satu klausa itu merupakan anak kalimat. Konjungsi ini dapat dikelompokkan sebagai berikut ini.

(a) Konjungsi subordinatif waktu: sesudah, setelah, sebelum, sehabis, sejak, selesai, ketika, tatkala, sewaktu, sementara, sambil, seraya, selagi, selama, sehingga, sampai.

(b) Konjungsi subordinatif syarat: jika, kalau, jikalau, asal(kan), bila, manakala. (c) Konjungsi subordinatif pengandaian: andaikan, seandainya, umpamanya,

(d) Konjungsi subordinatif tujuan: agar, supaya, agar supaya, biar. (e) Konjungsi subordinatif konsesif: biarpun, meski(pun), sekalipun,

walau(pun), sungguhpun, kendati(pun), padahal.

(f) Konjungsi subordinatif kemiripan: seakan-akan, seolah-olah, sebagaimana, seperti, sebagai, laksana.

(g) Konjungsi subordinatif penyebaban: sebab, karena, oleh karena, oleh sebab. (h) Konjungsi suborfinatif pengakibatan: (se)hingga, sampai(-sampai), maka(-

nya).

(i) Konjungsi subordinatif penjelasan: bahwa. (j) Konjungsi subordinatif cara: dengan, tanpa.

3. Konjungsi Korelatif

Konjungsi korelatif adalah konjungsi yang menghubungkan dua kata, frasa, atau klausa; dan kedua unsur itu memiliki status sintaktis yang sama. Konjungsi korelatif terdiri atas dua bagian yang dipisahkan oleh salah satu kata, frasa, atau klausa yang dihubungkan. Berikut ini contohnya:

baik…maupun…

tidak hanya…, tetapi juga …

bukan hanya…,melainkan juga…

apa(kah)… atau …

entah …entah …

jangankan …, … pun …

Contoh:

1. Baik anda, maupun istri anda, maupun mertua anda akan menerima cindera mata.

2. Tidak hanya kita harus setuju, tetapi kita juga harus patuh

3. Kita harus mengerjakan sedemikian rupa sehingga hasilnya benar-benar baik.

4. Konjungsi Antarkalimat

Konjungsi antar kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan satu kalimat dengan kalimat yang lain. Karena itu konjungsi ini selalu memulai kalimat baru dan diawali dengan huruf kapital. (Hasan Alwi, dkk., 2003: 296)

1. Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan yang dinyatakan pada

kalimat sebelumnya, seperti biarpun demikian/begitu, sekalipun

demikian/begitu, sesungguhnya demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan meskipun demikian/begitu.

Contoh : Saya tidak suka dengan cara dia berbicara. Walaupun demikian, saya harus tetap menghormatinya.

2. Konjungsi yang menyatakan lanjutan dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti sesudah itu, setelah itu, dan selanjutnya.

Contoh : Untuk hari ini, yang akan saya pelajari pertama adalah pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah itu, saya akan belajar Matematika.

3. Konjungsi yang menyatakan adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain di luar dari yang telah dinyatakan sebelumnya, seperti tambahan pula, lagi pula, dan selain itu.

Contoh : Kami menyambut tahun baru dengan kemeriahan kembang api. Selain itu, suara terompet juga ikut menambah semaraknya suasana tahun baru.

4. Konjungsi yang menyatakan kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti sebaliknya.

Contoh : Janganlah kita membuang sampah di sungai ini! Sebaliknya, kita harus menjaganya agar tetap bersih untuk mencegah terjadinya banjir.

5. Konjungsi yang menyatakan keadaan yang sebenarnya, seperti sesungguhnya dan bahwasanya.

Contoh : Temanku mengalami kecelakaan tadi siang. Sesungguhnya, aku

5. Konjungsi Antarparagraf

Konjungsi antarparagraf adalah konjungsi yang menghubungkan antarparagraf dan diletakkan di awal paragraf. Hubungan dengan paragraf sebelumnya didasarkan pada makna yang terkandung pada paragraf sebelumnya itu. Berikut ini contohnya.

- Adapun

- akan hal

- mengenai

- dalam pada itu

2.4. Konjungsi /-tara/ ()

Penggunaan kata kerja bentuk /-tara/ (― )

Bentuk Syarat ; Bentuk lampau biasa dari [K. Kerja / K. Sifat-i / K.Sifat-na /

K.Benda] + , ~Artinya: Kalau…, maka…

Dengan membubuhkan pada bentuk waktu lampau, terbentuklah anak kalimat

persyaratan berupa sesuatu hal atau gerakan. Ini dipakai untuk menunjukkan kedudukan, opini, permintaan, keadaan, dll dari si pembicara di bawah persyaratan tersebut.

Contohnya:

雨 ッ ニッ 行

1. Menunjukkan pengandaian dan hasilnya : jika...maka" ( menyatakan persyaratan)

例: 金 新 靴 買 .

2. Menyatakan suatu perbuatan atau keadaan yang terjadi di masa mendatang, jika suatu persyaratan telah terpenuhi

例: 時間 テ 見

(jika tidak ada waktu, saya tidak akan menonton televisi )

Note: pemakaian ~ hampir sama dengan pemakaian ~

digunakan apabila hasilnya merupakan suatu tujuan, permintaan ( perintah ) atau pertanyaan.

3. Menunjukkan urutan waktu; 4. Menunjukkan alasan

5. Menunjukkan makna sono toki (ketika itu); 6. Menunjukkan makna sono atode (setelah itu) 7. Menunjukkan penemuan (hakken).

8. Menunjukkan pengajuan suatu ide/gagasan; 9. Menunjukkan iritasi (ketidaksabaran) dan ajakan.

2.5. Konjungsi /kalau/

1. Konjungsi /Kalau/ dipakai untuk ‘menggabungkan menyatakan syarat’ digunakan dibelakang klausa yang menjadi anak kalimat pada suatu kalimat majemuk bertingkat (Chaer,1988:154).

Contoh:

- Kamu akan lulus ujian dengan baik kalau kamu belajar sungguh-sungguh dari sekarang

- Saya akan datang kalau diberi ongkos

Dimana letak klausa yang menjadi anak kalimat dan klausa yang menjadi induk kalimat dapat bertukar tempat, maka letak konjungsi /kalau/ dapat

menduduki posisi awal kalimat dan tengah kalimat.

2. Penggunaan konjungsi /kalau/ ialah untuk menggabungkan menyatakan syarat dan letak klausa yg menjadi induk kalimat dapat berada sebelum subjek,predikat, atau sebelum objek dalam sebuah kalimat.(kridalaksana ,1976:81)

Contoh:

a. Saya dapat menyelesaikan pekerjaan itu kalau kamu mau membantu dengan

baik

BAB III

ANALISIS KONTRASTIF PENGGUNAAN KONJUNGSI

/-TARA/ BAHASA JEPANG DENGAN KONJUNGSI /KALAU/

BAHASA INDONESIA

3.1. Perbedaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia.

1. Konjungsi /-tara/ yang menunjukkan urutan waktu.

a. 明日 朝早 起 ンッ う

Ashita no asa hayaku okiraretara, joginggu wo shiyou.

Besok pagi kalau saya bisa bangun cepat, saya bermaksud jogging. (Yokobayashi, 1988:66)

b. Kalau kamu kawin sama Aminah, mungkin kamu sudah punya anak dan

cucu.

(Bahasa Indonesia SMA kelas X, hal:93)

Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ menunjukkan urutan waktu dimana setelah apa yang diungkapkan pada klausa pertama terjadi, maka dilakukan apa yang diungkapkan pada klausa akhir. Biasanya pada klausa akhir terdapat

anak kalimat yang bisa berbentuk kata kerja, kata benda dan kata sifat, dimana kalimat dalam klausa tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang. Penggunaan konjungsi /-tara/ disini sesuai dengan teori Yokobayashi dan Shimomura dalam Lelita (2012:13).

Sedangkan pada kalimat (b) dalam bahasa Indonesia, penggunaan konjungsi /kalau/ hanya digunakan untuk menggabungkan menyatakan syarat atau menunjukkan pengandaian, tidak ada hubungannya dengan urutan waktu dimana penggunaan konjungsi /kalau/ yang letaknya berada didepan klausa yang menjadi anak kalimat, dan letak klausa yang menjadi anak kalimat tersebut dapat berada sebelum subjek, predikat atau sebelum objek, walau demikian tidak akan mengubah makna dari kalimat tersebut. Penggunaan konjungsi /kalau/ bukan hanya bisa digabungkan dengan dengan kata kerja, kata benda, dan sifat saja tetapi semua kelas kata.

2. Penggunaan konjungsi /-tara/ yang menujukkan alasan

a. 牛乳

Tsumetai gyuunyuu wo nondara, onaka ga itakunatta Kalau minum susu yang dingin, perut akan menjadi sakit.

b. 飯 食

Gohang wo tabetara, nemukunatta. Kalau sudah makan, menjadi ngantuk. c. Kalau ada yang bertanya, silahkan !

Analisis :

Pada kalimat diatas (a) dan (b) konjungsi /-tara/ berfungsi sebagai kata penghubung dalam predikat dari anak kalimat yang menunjukkan alasan dimana

dengan membubuhkan pada kata kerja dan kata sifat bentuk lampau

terbentuklah anak kalimat berupa suatu hal atau gerakan yang menunjukkan alasan dan akan menunjukkan inti dari kalimat tersebut. Dimana klausa pertama yang menggunakan konjungsi /-tara/ menandakan anak kalimat atau kata pendahulu sedangkan klausa kedua menandakan induk kalimat atau keadaan yang menyusul berikutnya dan penggunaan konjungsi /-tara/ tersebut tidak ada hubungannya dengan masa lampau walaupun pada kalimat tersebut dipakai kata kerja bentuk lampau. Penggunaan konjungsi /-tara/ disini sesuai dengan teori (Shigeyuki Suzuki dalam lelita (2012:12) yang mengemukakan bahwa kalimat dalam klausa,tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang.

Sedangkan penggunaan konjungsi /kalau/ pada kalimat diatas berfungsi untuk menyatakan syarat dimana penggunaannya berada didepan klausa pertama dan pada kalimat tersebut penggunaan konjungsi /kalau/ dapat di pertukar tempatkan yaitu dapat menjadi anak kalimat ataupun induk kalimat. Konjungsi /kalau/ tersebut tidak menunjukkan alasan seperti konjungsi /-tara/. Serta tidak ada perubahan bentuk lampau pada akhir kalimat. Peggunaan konjungsi /kalau/ disini sesuai dengan teori Abdul Chaer (1988:41).

3. Penggunaan konjungsi /-tara/ yang menunjukkan sono toki dan sono atode

a. う 電話 彼 旅行中

Yuube denwa wo kaketara, kare wa mada ryokouchuu datta.

Ketika saya meneleponnya tadi malam,dia masih dalam perjalanan.

b. 向 う 着 手紙 書

Mukou ni tsuitara, tegamo wo kakimasu. Setelah sampai disana, saya akan menulis surat.

c. Namun, kalau tidak di waspadai dan diantisipasi akan menimbulkan

kerugian bagi kita.

(Bahasa dan Sastra Indonesia SMA kelas XII, Hal:6)

Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ berfungsi sebagai kata penghubung dalam predikat dari anak kalimat, dimana dengan membubuhkan bentuk lampau pada kata kerja menunjukkan makna setelah apa yang di ungkapkan pada klausa pertama maka dilakukan apa yang di ungkapkan pada klausa akhir dan dengan membubuhkan bentuk lampau pada kata kerja atau kata sifat, akan menunjukkan inti dari kalimat tersebut. Kemudian penggunaan konjungsi /-tara/ tersebut akan

membentuk makna そ dan そ . Penggunaan konjungsi /-tara/

disini sesuai dengan teori Yokobayashi dan Shimomura dalam Lelita (2012:13),

Sedangkan pada kalimat bahasa Indonesia (c) penggunaan konjungsi /kalau/ berfungsi untuk menggabungkan menyatakan syarat atau menunjukkan makna pengandaian, tidak ada hubungannya dengan menunjukkan makna ketika

itu atau setelah itu. Penggunaan konjungsi /kalau/ berada didepan klausa yang menjadi anak kalimat, dan letak klausa yang menjadi anak kalimat dapat berada sebelum subjek, predikat atau sebelum objek. Penggunaan konjungsi /kalau/ bisa digabungkan dengan semua kelas kata, tidak ada perubahan bentuk lampau. Penggunaan konjungsi /kalau/ disini sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana.

4. Penggunaan konjungsi /-tara/ yang menunjukkan penemuan (hakken).

a. 時 わ 助 う

Moshi ano toki kimi ga inakattara, watashi wa tasukara nakattara daroo. Kalau waktu itu kamu tidak ada, mungkin aku tidak akan tertolong. b. Mereka akan masuk kalau lonceng tersebut berbunyi

(Bahasa Indonesia kelas X, hal:87)

Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ berfungsi sebagai kata penghubung

dalam predikat dari anak kalimat, dimana dengan membubuhkan pada kata

kerja bentuk lampau terbentuklah anak kalimat penemuan atau hakken berupa suatu hal atau gerakan, yaitu pada akhir kalimat terdapat kenyataan yang tidak ada hubungannya dengan maksud/kemauan si pembicara sebagai kenyataan yang terjadi dan untuk menyatakan keadaan yang berlawanan.. Dimana klausa yang menggunakan konjungsi /-tara/ pada akhir kalimat menggunakan bentuk lampau.

Sedangkan pada kalimat bahasa Indonesia (b), penggunaan konjungsi /kalau/ hanya berfungsi sebagai kata penghubung untuk menyatakan syarat yakni makna dari konjungsi tersebut ada hubungannya dengan maksud si pembicara. Dimana letak konjungsi /kalau/ dapat di pertukar tempatkan baik di depan klausa yang menjadi anak kalimat maupun induk kalimat dan tidak akan merubah maksud dari kalimat tersebut. Penggunaan konjungsi /kalau/ disini tidak ada hubungannya dengan bentuk lampau.

3.2. Persamaan penggunaan konjungsi /-tara/ bahasa Jepang dengan penggunaan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia.

1. Penggunaan konjungsi /-tara/ yang menunjukkan sifat pengandaian

a. Verb ⇒ 散歩

Ame ga futtara, sanposini ikimasen. Kalau turun hujan, tidak pergi jalan-jalan.

b. Adj ⇒ カメ

Yasukatara, kamera wo kaimasu. Kalau murah, saya akan beli kamera.

c. Adj ⇒ 雨 家

Amedattara, uchi ni imasu. Kalau hujan, saya akan dirumah

d. Kalau belajar dengan sunggung-sungguh kamu akan menjadi juara. e. Kalau Buku itu hilang dia akan menggantinya

Analisis :

Pada kalimat diatas (a), (b), (c) penggunaan konjungsi /-tara/ menunjukkan sifat pengandaian dipakai untuk kejadian yang sudah pasti dan hubungan antara anak kalimat dan induk kalimat saling berhubungan untuk menunjukkan makna pengandaian. Penggunaan konjungsi /-tara/ sebagai kata penghubung predikat dari anak kalimat. Selain dapat digabungkan dengan kata kerja, konjungsi /-tara/ juga

dapat di gabungkan dengan kata sifat dan , dimana keadaan yang ditandai

dengan pemakaian konjungsi /-tara/ dalam klausa pertama merupakan anak kalimat atau kata pendahulu terhadap keadaan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Kalimat dalam klausa tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang. Dalam hal ini, penggunaan konjungsi /-tara/ menunjukkan sifat penandaian (Suppoositional) sesuai dengan teori yang dikemukakan Alfonso dalam Lelita (2012:12).

Sama halnya dengan penggunaan konjungsi /kalau/ dimana konjungsi tersebut menunjukkan sifat pengandaian. Antara anak kalimat dan induk kalimat saling berhubungan sehingga membentuk makna pengandaian. Konjungsi /kalau/ juga dipakai sebagai kata sambung serta tidak ada hubungannya dengan bentuk lampau. Konjungsi /kalau/ juga bisa digabungkan dengan kata kerja, kata sifat dan kata benda.

2. Konjungsi /-tara/ menunjukkan syarat.

a. Verb + ― ⇒ 金

Okane ga nakattara, atarashii kutsu wo kaimasen. Kalau tidak ada uang, tidak membeli sepatu baru.

b. Adj ( ) ⇒ 家 え シャワ 浴び

Uchi he kaetara, sugu syawa- wo abimasu. Kalau pulang kerumah segera mandi

c. Adj ⇒ 方

Tsukaikata ga yasashikattara, kaimasu.

Kalau cara pakainya mudah, saya akan membelinya. d. Kalau ibu tidak pergi, saya yang akan pergi.

e. Kalau kamu rajin belajar, kamu akan menjadi juara.

Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ menunjukkan syarat maksudnya klausa kedua terjadi maka syaratnya ialah harus melakukan kalausa pertama terlebih dahulu dan membentuk makna persyaratan. Konjungsi /-tara/ berfungsi sebagai kata penghubung dalam predikat dari anak kalimat yang menunjukkan syarat dari suatu gatra dimana dengan membubuhkan /-tara/ pada kata kerja dan kata sifat terbentuklah anak kalimat persyaratan berupa suatu hal atau gerakan. Dimana klausa pertama yang menggunakan konjungsi /-tara/ menandakan anak

atau keadaan yang menyusul berikutnya dan penggunaan konjungsi /-tara/ tersebut tidak ada hubungannya dengan masa lampau walaupun pada kalimat tersebut dipakai kata kerja bentuk lampau. Penggunaan konjungsi /-tara/ disini sesuai dengan teori (Shigeyuki Suzuki dalam lelita (2012:12) yang mengemukakan bahwa kalimat dalam klausa,tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang.

Penggunaan konjungsi /kalau/ bahasa Indonesia pada kalimat (d) dan (e) sama dengan penggunaan konjungsi /-tara/ dimana sama-sama menunjukkan syarat. Konjungsi tersebut digunakan sebagai kata penghubung dimana ketika anak kalimat selesai dilakukan maka akan terjadi induk kalimat. Konjungsi tersebut tidak ada hubungannya dengan bentuk lampau dan bisa digabungkan dengan kata kerja, kata sifat ataupun kata benda.

3. Konjungsi /-tara/ yang menunjukkan suatu ide atau gagasan.

a. Verb ⇒会社 辞

Kaisya wo yametara, inaka ni sumitai desu.

Kalau sudah berhenti bekerja, saya ingin tinggal dikampung halaman.

b. Adj ⇒ 料理 上手 ッ

Moshi tsukuta ryory ga jyojudattara, Koki ni naritai desu

Kalau sudah pandai membuat masakan, saya ingin menjadi koki

Kalau hari minggu cuacanya bagus, saya ingin bermain golf. Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ dan konjungsi /kalau/ sama-sama berfungsi sebagai kata penghubung dalam predikat dimana menunjukkan ide tau gagasan yang sudah tetap/pasti, tidak ada hubungannya dengan masa lampau atau yang akan datang, dan tidak ada hubungannya dengan asumsi/perkiraan dan hal yang sudah ditetapkan. Penggunaan masing-masing konjungsi tersebut dapat digabungkan dengan kata kerja, kata sifat dan kata benda. Penggunaan konjungsi /-tara/ disini sesuai dengan teori Alfonso (1974:659) dan Naoko Chino (2008:90) dalam Lelita.

4. Konjungsi /-tara/ yang menunjukkan ketidak sabaran atau ajakan.

a. Verb ⇒ 手紙 送 う

Kalau sudah menulis surat, mari kita kirim.

b. Adj ⇒ エア ン

Samukatara, eakong wo tsukete kudasai. Kalau sudah dingin, tolong matikan Ac nya.

c. Verb ⇒ わ 飲 う

Sigoto ga owattara. Nomini ikimasyou. Kalau sudah selesai bekerja, mari kita minum. d. Kalau satu saja cukup kenapa harus minta dua.

Analisis :

Pada kalimat diatas konjungsi /-tara/ dan konjungsi /kalau/ sama-sama berfungsi sebagai predikat kata penghubung dari anak kalimat yaitu menunjukkan ketidaksabaran atau ajakan. Dimana setelah apa yang di ungkapkan pada klausa pertama terjadi maka dilakukan apa yang di ungkapkan pada klausa akhir. Kalimat dalam klausa tampil dalam bentuk sekarang atau bentuk mendatang. Penggunaan konjungsi /-tara/ disini sesuai dengan teori Alfonso (1974:659) dan Naoko Chino (2008:90) dalam Lelita, dan penggunaan konjungsi /kalau/ sesuai dengan teori Harimurti Kridalaksana.

Dokumen terkait