• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies

2.1.1.2 Jenis Kelamin

Jenis kelamin mempengaruhi tingkat terjadinya penyakit karena berhubungan dengan tingkat mobilisasi atau lingkungan pekerjaan dari orang tersebut. Penyakit skabies banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat mengenai semua umur. Insiden sama pada pria dan wanita. Beberapa faktor yang dapat membantu penyebarannya adalah higiene yang jelek, seksual promiskuitas, diagnosis yang salah, demografi, ekologi, derajat sensitasi individual dan kemiskinan. (Harahap, 2013)

2.1.1.3Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu indikator human development indeks. Demikian juga dengan terjadinya suatu penyakit, beberapa literatur menjelaskan

bahwa ada pengaruh pendidikan masyarakat dengan terjadinya suatu penyakit. Demikian juga dengan penyakit skabies, bahwa ada pengaruh pendidikan masyarakat dengan kejadian skabies. Hal ini didukung oleh beberapa penelitian seperti penelitian (Orkin, 1997)., bahwa tingkat pendidikan ibu berpengaruh terhadap terjadinya skabies pada anak-anaknya.

Berdasarkan Riskesdas (2010) menyatakan bahwa pendidikan mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah menerima ide atau masalah baru. Tingkat pendidikan mempunyai pengaruh terhadap tindakan ibu dalam pencarian pengobatan dan pemulihan penyakit.

2.1.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan itu terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo, 2007).

Pada dasarnya pengetahuan akan terus bertambah dan bervariatif sesuai dengan proses pengalaman manusia yang dialami. Menurut Brunner, proses pengetahuan tersebut melibatkan tiga aspek, yaitu proses mendapatkan informasi, proses transformasi, dan proses evaluasi. Informasi baru yang didapat merupakan pengganti pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya atau merupakan

penyempurnaan informasi sebelumnya. Proses transformasi adalah proses memanipulasi pengetahuan agar sesuai dengan tugas-tugas baru. Proses evaluasi dilakukan dengan memeriksa kembali apakah cara mengolah informasi telah memadai. Pengetahuan merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Mubarak, 2012).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Terdapat tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang (Mubarak, 2012).

1. Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya pengetahuan yang dimilikinya akan semakin banyak.

2. Pekerjaan

Lingkungan pekerjaan akan membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

3. Umur

Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat kategori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Pada aspek psikologis atau mental, taraf berpikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. 4. Minat

Minat sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang tinggi terhadap sesuatu. Minat menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni suatu hal, sehingga seseorang memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.

5. Pengalaman

Pengalaman adalah suatu kejadian yang pernah dialami seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Orang cenderung berusaha melupakan pengalaman yang kurang baik. Sebaliknya jika pengalaman tersebut menyenangkan, maka secara psikologis mampu menimbulkan kesan yang sangat mendalam dan membekas dalam emosi kejiwaan seseorang. Pengalaman baik ini akhirnya dapat membentuk sikap positif dalam kehidupannya.

6. Kebudayaan lingkungan sekitar

Lingkungan sangat berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap seseorang. Kebudayaan lingkungan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita. Apabila dalam

suatu wilayah mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya mempunyai sikap selalu menjaga kebersihan lingkungan.

7. Informasi

Kemudahan untuk memperoleh informasi dapat mempercepat seseorang memperoleh pengetahuan yang baru.

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai tingkat yang berbeda-beda termasuk dalam hal ini kemampuan anak-anak panti dalam menjaga penyakit skabies baik dalam pencegahan maupun dalam pengobatan. Pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perseorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit (Damayanti, 2005).

Usaha-usaha tersebut meliputi :

a. Kebersihan badan yaitu mandi memakai sabun sekurang-kurangnya dua kali sehari, tangan selalu dalam keadaan bersih, kuku bersih dan pendek, rambut dalam keadaan bersih dan rapi.

b. Kebersihan pakaian yaitu pakaian dicuci, diseterika, dan disimpan di lemari. c. Kebersihan tempat tinggal yaitu kebersihan rumah dan lingkungan sekitarnya.

Pengetahuan tentang kesehatan adalah mencakup apa yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara tersebut meliputi :

1) Penularan terhadap penyakit menular termasuk dalam hal ini penyakit skabies yang diketahui (tanda-tanda, gejala, penyebab, cara penularan, dan cara pencegahan). 2) Pengetahuan tentang faktor-faktor yang terkait mempengaruhi kesehatan antara

lain gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, pembuangan sampah, polusi udara, serta kebersihan diri.

3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang professional maupun tradisional.

Dalam penelitiannya Muzakir (2007) menyatakan bahwa, kurangnya pengetahuan tentang skabies, sehingga menyebabkan cepatnya penularan skabies dalam kategori tinggi yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat, keluarga maupun individu. Pengetahuan yang diperoleh dalam waktu singkat sulit merubah prilaku seseorang baik dalam mencegah peningkatan kasus skabies ataupun mencegah penularannya. Banyak faktor yang menjadi alasan diantaranya masyarakat kesulitan memperoleh informasi lanjutan yang lebih banyak tentang sesuatu masalah kesehatan setelah informasi utama diperolehnya.

Penelitian Ma’arufi (2005) menemukan bahwa ada pengaruh pengetahuan santri terhadap kejadian skabies, dimana santri yang menderita skabies, diketahui 70,9% mempunyai pengetahuan kategori rendah dibandingkan santri dengan pengetahuan kategori tinggi (29,1%).

2.1.3. Sikap

Sikap adalah perasaan, pikiran, dan kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenai aspe-aspek tertentu dalam lingkungannya. Sikap

merupakan kecondongan evaluatif terhadap suatu stimulus atau objek yang berdampak pada bagaimana seseorang berhadapan dengan objek tersebut. Ini berarti sikap menunjukkan kesetujuan atau ketidaksetujuan, suka atau tidak suka seseorang terhadap sesuatu. (Mubarak, 2012)

Berdasarkan pendapat Mubarak (2012 yang mengutip pendapat para ahli (Alport, 1954), menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen utama yaitu kepercayaan atau keyakinan (ide/konsep), kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek, dan kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Ketiga komponen tersebut secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Sedangkan sikap dikaitkan dengan pendidikan adalah sikap atau tanggapan peserta didik terhadap materi pendidikan yang diberikan.

Sikap mempunyai beberapa tingkatan yaitu : (Notoatmodjo, 2007) 1. Menerima (Receiving)

Menerima dapat diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pekerjaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, lepas pekerjaan itu benar atau salah, berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing)

lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seseorang mau mengajak temannya untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala.

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi. Misalnya, Seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri.

Pengukuran sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek. Misalnya, bagaimana pendapat anda tentang pelayanan dokter di Rumah Sakit? Secara langsung dapat dilakukan dengan pernyataan-pernyataan hipotesis, kemudian ditanyakan pendapat responden. Misalnya, apabila rumah ibu luas, apakah boleh dipakai untuk kegiatan posyandu? (Sangat setuju, Setuju, Tidak Setuju, Sangat tidak setuju) (Notoatmodjo, 2007)

Dokumen terkait