• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Penyakit Skabies

2.1.5. Penyediaan Air Bersih

Air adalah sangat penting bagi kehidupan manusia. Manusia akan lebih cepat meninggal karena kekurangan air daripada kekurangan makanan. Dalam tubuh manusia itu sendiri sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang dewasa, sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65% dan untuk bayi sekitar 80%. (Notoatmodjo, 2007)

Menurut Green (1996) sarana dan fasilitas merupakan faktor enabling yang dapat bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu perilaku kepatuhan seseorang sangat dipengaruhi oleh sarana dan fasilitas yang tersedia, bagaimana cara penggunaanya, posisi atau letak dari sarana tersebut dan bagaimana cara pemeliharaan sarana tersebut.

Air merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi, sehingga tidak ada kehidupan seandainya di bumi tidak ada air. Namun demikian, air dapat menjadi malapetaka bilamana tidak tersedia dalam kondisi yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air yang relative bersih sangat didambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk keperluan industri, untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan pertanian dan lain sebagainya. Dewasa ini, air menjadi

masalah yang perlu mendapat perhatian yang serius. Untuk mendapat air yang baik sesuai dengan standar tertentu, saat ini menjadi barang yang mahal, karena air sudah banyak tercemar oleh bermacam-macam limbah dari berbagai hasil kegiatan manusia. Sehingga secara kualitas, sumberdaya air telah mengalami penurunan. Demikian pula secara kuantitas, yang sudah tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus meningkat (Warlina, 2004).

Sebuah rumah dikatakan sehat apabila rumah tersebut memiliki fasilitas-fasilitas sebagai beriku: (Notoatmodjo, 2007)

1. Penyediaan air bersih yang cukup 2. Pembuangan tinja

3. Pembuangan air limbah 4. Pembuangan sampah 5. Fasilitas dapur

6. Ruang berkumpul keluarga

Air rumah tangga harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : (Entjang, 2000).

1. Syarat fisik yaitu: jernih, tak berwarna, tak berasa dan tak berbau.

2. yarat khemis (syarat kimiawi) yaitu tidak mengandung zat-zat yang berbahaya untuk kesehatan seperti zat-zat racun, dan tidak mengandung mineral-mineral serta zat-zat organik lebih tinggi dari jumlah yang telah ditentukan.

3. Syarat bakteriologis yaitu air tidak boleh mengandung suatu bibit penyakit. Penyakit yang sering menular dengan perantaraan air adalah penyakit yang

tergolong kedalam golongan “water borne diseases”. Air rumah tangga dikatakan memenuhi syarat bakteriologis bila: tidak mengandung suatu bibit penyakit, tidak mengandung bakteri Escherichia coli dan bakteri saprophyt tidak lebih dari 100/ml air.

Ada dua cara umum penularan penyakit : (Timmreck, 2004)

1. Penularan langsung atau juga dikenal sebagai penularan dari orang ke orang, adalah perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera dari pejamu/resrvoir ke pejamu yang rentan. Penularan langsung dapat terjadi melalui kontak fisik atau kontak langsung orang ke orang, seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit, berciuman, atau hubungan seksual.

2. Penularan tidak langsung terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung dilakukan melalui beberapa cara penularan berikut:

- Penularan airborne terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa patogen ke pejamu dan menginfeksinya.

- Penularan waterborne terjadi ketika patogen terbawa dalam air minum, kolam renang, sungai, atau danau yang digunakan untuk berenang.

- Penularan vehicleborne berhubungan dengan fomite (barang/benda), misalnya peralatan makan, pakaian, peralatan cuci, sisir, botol air minum, dan sebagainya.

Secara tradisional empat penggolongan penyakit yang berkaitan dengan air adalah : (Achmadi, 2001).

1. Water borne diseases, adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, di mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit yang tergolong water borne diseases adalah: kolera, typhus, desentri , dll.

2. Water washed diseases, merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan air higiene perorangan. Penyakit yang tergolong di sini adalah: skabies, infeksi kulit, dan selaput lendir, trakhoma, lepra, dll.

3. Water based diseases, merupakan penyakit yang disebabkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus kehidupannya berhubungan dengan air. Penyakit yang tergolong di sini dan ada di Indonesia adalah Schistosomiasis.

4. Water Related Vectors, adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit yang sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di air. Penyakit yang tergolong di sini adalah malaria, demam berdarah dengue, filariasis dsb.

Ketersediaan air bersih sangat mempengaruhi terjadinya skabies. Keterbatasan air bersih membuat orang menjadi malas mandi atau jarang mandi, mandi dalam keadaan kurang bersih atau mandi seadanya, sehingga tubuh menjadi tidak bersih dan mudah dihinggap oleh penyakit kulit, yang salah satunya adalah penyakit scabies (Cakmoki, 2007).

Peran air sebagai pembawa penyakit menular terutama penyakit scabies, bermacam-macam antara lain: 1) air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, 2)

air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, 3) jumlah air yang tersedia tak cukup, sehingga manusia bersangkutan tak dapat membersihkan diri dan 4) air sebagai media untuk hidup vector penyakit. Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori

water-borne diseases, atau penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerah-daerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain, bakteri, protozoa dan metazoa (Warlina, 2004).

Akses penduduk Kota Langsa terhadap air bersih tahun 2012 meliputi: air kemasan 5,5%, air isi ulang 0,1%, leding meteran 20,4%, leding eceran 0,5%,sumur pompa 14%, sumur terlindung 25,6%, mata air terlindung 10,5%, air hujan 0,2%, sumur tidak terlindung1,1% dan lain-lain1,4%. Terjadi peningkatan dibanding dengan tahun sebelumnya. Selama ini pengawasan kualitas air minum belum mendapat perhatian serius meskipun penyakit-penyakit bersumber air masih tinggi. (Profil Kesehatan Kota Langsa, 2012)

Berdasarkan peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 492 tahun 2010 menyatakan bahwa air minum dan air rumah tangga yang aman bagi kesehatan adalah air yang memenuhi persyaratan fisika, mikrobiologis, kimiawi dan radioaktif yang dimuat dalam parameter wajib dan parameter tambahan. Persyaratan fisik yang harus dipenuhi adalah tidak berbau, warna (15 TCU), total zat padat terlarut (TDS), kekeruhan (5 NTU), tidak berasa dan suhu kurang dari 5 derajat celcius.

2.2. Penyakit Skabies

Dokumen terkait