• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.5. Jenis Rasio

Banyak penulis yang menyodorkan jenis rasio yang menurut penulisannya cocok untuk memahami perusahaan.umumnya rasio yang terkenal dan popular adalah rasio likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas.

1. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka pendeknya. Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.

Di tinjau dari likuiditas, maka keadaan perusahaan dapat dibedakan :

a. Likuid yaitu perusahaan yang mampu memenuhi seluruh kewajiban keuangan, khususnya kewajiban jangka pendek tepat pada waktunya. b. Ilikuid yaitu perusahaan yang tidak mampu memenuhi kewajiban

keuangan, khususnya kewajiban jangka pendeknya. Disamping itu likuiditas digolongkan atas :

1) Likuiditas badan usaha, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada pihak luar perusahaan (kreditur).

2) Likuiditas perusahaan, kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya kepada pihak dalam perusahaan

Beberapa rasio likuiditas ini adalah sebagai berikut : a) Current Ratio

Rasio ini menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan aktiva lancar dengan hutang lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya.

Besar current ratio yang ideal belum ada suatu patokan yang pasti, namun standar umum yang digunakan 200% atau 2:1 yang berarti nilai aktiva lancar adalah dua kali dari hutang lancar atau setiap satu rupiah hutang lancar harus dijamin sedikitnya dengan dua rupiah aktiva lancar. b) Quick Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar. Semakin besar rasio ini semakin baik. Rasio ini disebut juga Acid test rasio.

Untuk quick rasio ukuran berdasarkan prinsip hati-hati adalah 100% atau 1:1 dianggap cukup memuaskan didalam perusahaan apabila kurang maka dianggap kurang baik.

c) Cash Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar utang jangka pendeknya yang harus segera dipenuhi dengan kas dan surat berharga dalam perusahaan yang dapat segera diuangkan. Kegunaan dari rasio ini adalah untuk mengetahui bahwa setiap hutang lancar Rp. 1,00 di jaminkan oleh kas dan efek sebesar hasil yang diperoleh dari cash rationya, tidak terdapat standar khusus pada cash ratio sehingga penilaiannya tergantung kebijakan perusahaan.

2. Rasio Solvabilitas

Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan hutang jangka panjang. Besarnya ukuran umum yang dipakai adalah 200% atau 2:1 yang berarti dua kali dari total hutang perusahaan dikatakan solvable bila rasionya kurang dari 200%.

Yang termasuk rasio solvabilitas antara lain : 1. Total Debt to Total Equity Ratio

Rasio ini membandingkan total utang dengan modal pemilik (ekuitas). Rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa bagian setiap rupiah dari modal pemilik yang digunakan untuk menjamin utang. Semakin besar

rasio ini semakin tidak menguntungkan bagi para kreditur, karena jaminan modal pemilik terhadap utang semakin kecil. Rasio diatas 100% sangat berbahaya bagi kreditur karena jumlah utang lebih besar dari pada modal pemilik.

2. Total Debt to Total Asset Ratio

Rasio ini membandingkan jumlah total utang dengan aktiva total yang dimiliki perusahaan. Dari rasio ini, dapat diketahui beberapa bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin utang. Biasanya, para kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah, sebab semakin rendah rasio utang perusahaan yang diberi kredit akan semakin besar tingkat keamanan yang didapat kreditur pada waktu likuidasi

3. Long term Debt to Equity Ratio

Rasio ini membandingkan antara utang jangka panjang dan modal pemilik. Rasio ini menunjukan berapa bagian modal pemilik yang menjadi jaminan utang jangka panjang. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal pemilik untuk menutup utang jangka panjang. Semakin rendah rasio ini akan semakin aman bagi kreditur jangka panjang.

3. Rasio Rentabilitas

Rasio rentabilitas atau disebut juga profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan,dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. Rasio ini menggambarkan kemampuan

perusahaan menghasilkan laba disebut juga Operating Ratio. Beberapa jenis rasio rentabilitas adalah sebagai berikut:

a. Net Profit Margin

Net profit margin adalah rasio yang membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak dan penjualan bersih untuk menunjukan berapa bagian dari penjualan bersih yang menjadi laba setelah bunga dan pajak. Semakin tinggi rasio ini semakin menguntungkan karena laba bersih perusahaan semakin besar.

b. Return On Investment

Return on investment adalah salah satu bentuk dari rasio rentabilitas yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan. Dengan demikian rasio ini menghubungkan keuntungan yang diperoleh dari operasinya perusahaan dengan jumlah investasi atau aktiva yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan operasi tersebut.

c. Operating Income Rastio

Rasio ini membandingkan antara laba sebelum bunga dan pajak (laba operasi) dan penjualan bersih. Rasio ini menunjukkan berapa bagian penjualan netto yang merupakan laba usaha. Semakin tinggi rasio ini menunjukan semakin tinggi keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan. d. Return On Equity

Rasio ini membandingkan antara laba bersih (laba setelah bunga dan pajak) dan jumlah modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan

modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya. Dengan demikian, rasio ini sangat mendapat perhatian para investor.

Rasio profitabilitas/rentabilitas adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan dari modal sendiri dan modal pinjaman. Profitabilitas merupakan salah satu bagian dari analisa rasio keuangan yang mana analisa rasio keuangan adalah salah satu cara untuk menghitung dan menginterpretasikan rasio keuangan untuk menganalisa dan melihat kinerja perusahaan.

Menurut Weston dan Copeland (2002:232) bahwa profitabilitas (kemampulabaan) adalah merupakan hasil akhir bersih dari berbagai kebijaksanaan dan keputusan. Selanjutnya, Munawir (2004:86) mengatakan profitabilitas adalah sebagai perbandingan keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau asset yang dipergunakan untuk menghasilkan keuntungan. Sedangkan menurut Kartadinata (2000:66), profitabilitas adalah merupakan perbandingan laba terhadap penjualan atau perbandingan laba terhadap aktiva.

Analisa rasio ini mempunyai keunggulan dibanding dengan teknik analisa lainnya. Keunggulan tersebut adalah:

1. Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan .

2. Merupakan pengganti yang lebih sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

3. Mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

4. Sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi.

5. Menstandarisasi perusahaan.

6. Lebih mudah membandingkan perusahaan dengan perusahaan yang lainnya secara periodik.

7. Lebih mudah melihat trend perusahaan serta melakukan prediksi dimasa yang akan datang.

Disamping keunggulan dari teknik ini, teknik ini juga mempunyai beberapa keterbatasan sebagai berikut:

a. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yang dapat digunakan untuk kepentingan pemakai.

b. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjadi keterbatasan teknik ini seperti:

1) Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu banyak mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.

2) Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dan rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar.

3) Klasifikasi dalam laporan keuangan bias berdampak pada angka rasio. c. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan

kesulitan menghitung rasio.

e. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik standar akuntansi yang dipakai tidak sama.

Dokumen terkait