• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

D. Jenis Kesalahan

1. Jenis Kesalahan Menurut Hadar

Hadar,dkk (1987) mengklasifikasikan kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika dalam enam tipe kesalahan sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan data.

b. Kesalahan menginterpretasikan bahasa. c. Kesimpulan yang tidak tepat secara logika. d. Penyimpangan teorema atau definisi.

e. Penyelesaian yag tidak diteliti kebenarannya. f. Kesalahan teknis.

Adapun penjelasan dari tiap-tiap kategori kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penyalahgunaan Data

Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan yang dapat dihubungkan dengan ketidaksesuaian antara data yang diberikan dalam soal dengan data yang dikutip oleh siswa yang meliputi kesalahan-kesalahan berikut:

1) Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal. 2) Mengabaikan data penting yang sudah ada dan menggantinya

dengan data yang tidak relevan.

3) Menguraikan syarat-syarat (dalam pembuktian, perhitungan, penemuan) yang sebenarnya tidak dikehendaki soal.

4) Mengartikan sebagian informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya.

5) Menggunakan syarat yang tidak sesuai dengan informasi yang diberikan.

6) Menggunakan angka pengganti suatu variabel untuk variabel yang lain.

7) Kesalahan menyalin soal dari lembar soal ke lembar jawab. b. Kesalahan menginterpretasikan data

Kategori ini meliputi kesalahan matematika yang berkaitan dengan ketidaktepatan menerjemahkan suatu pernyataan matematika yang dideskripsikan dalam suatu bahasa ke bahasa yang lain.

Kategori kesalahan ini meliputi kesalahan-kesalahan sebagai berikut:

1) Menerjemahkan pernyataan dalam bahasa sehari-hari ke dalam bahasa atau persamaan matematika dengan arti yang berbeda.

2) Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya berbeda.

3) Kesalahan mengartikan grafik.

Pada umumnya yang termasuk dalam kategori ini adalah kesalahan-kesalahan dalam menarik kesimpulan dari suatu informasi yang diberikan atau dari kesimpulan sebelumnya, yaitu: 1) Dari pernyataan implikasi p→q, siswa menarik kesimpulan

sebagai berikut:

ο‚· Bila q diketahui terjadi maka p pasti terjadi.

ο‚· Bila p salah maka q juga salah.

2) Mengambil kesimpulan tidak benar, misalnya memberikan q sebagai akibat dari p tanpa dapat menjelaskan urutan pembuktian yang betul.

d. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema

Kesalahan ini merupakan penyimpangan prinsip, aturan, teorema, atau definisi pokok yang khas. Kategori ini meliputi kesalahan-kesalahan sebagai berikut:

1) Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai, misalnya menerapkan aturan sinus, 𝒂

𝐬𝐒𝐧 𝜢= 𝒃 𝐬𝐒𝐧 𝜷;

2) Menerapkan sifat fungsi atau sifat operasi pada kondisi yang tidak sesuai. Misalnya:

ο‚· Sin (Ξ±+Ξ²) = sin Ξ± + sin Ξ²

ο‚· (𝒂 + 𝒃)𝒏 = 𝒂𝒏+ 𝒃𝒏 c

Y

a

Y

b

Y

Ξ²

Y

Ξ±

Y

Ξ³

Y

3) Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau teorema. Misalnya:

ο‚· Fungsi yang grafiknya berbentuk parabola π‘Ώπ’Žπ’Šπ’ = βˆ’π’‚ 𝒃

sebagai pengganti π‘Ώπ’Žπ’Šπ’= βˆ’ 𝒂 πŸπ’ƒ

ο‚· (𝒂 + 𝒃)𝟐= π’‚πŸ+ πŸπ’‚π’ƒ βˆ’ π’ƒπŸ e. Penyelesaian tidak diperiksa kembali

Kesalahan ini terjadi jika setiap langkah yang ditempuh oleh peserta tes benar, akan tetapi hasil akhir yang diberikan bukan penyelesaian dari soal tersebut dan siswa tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan pada soal.

f. Kesalahan teknis

Kategori kesalahan teknis meliputi kesalahan-kesalahan berikut:

1) Kesalahan perhitungan

2) Kesalahan dalam mengutip data dari tabel.

3) Kesalahan dalam memanipulasi simbol-simbol aljabar dasar. 2. Kesalahan-Kesalahan yang Sering dilakukan Siswa dalam

Menyelesaikan Soal-Soal Aljabar

Siswa membutuhkan kemampuan tentang aljabar yang sudah dipelajari sejak SMP dalam mengerjakan soal-soal limit fungsi aljabar,. Maka untuk mendukung penelitian ini, peneliti akan membahas kesalahan yang dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar.

a. Kesalahan-kesalahan berdasarkan Schechter (2002)

Schechter (dalam Nugraheni, 2009; 11-14) pada artikelnya mengemukakan beberapa kesalahan mahasiswa dalam mengerjakan soal-soal sebagai berikut:

1) Kesalahan tanda

Salah satu penyebab kesalahan ini adalah β€œkepercayaan bahwa tanda minus adalah tanda negatif”.

Apakah βˆ’π’™ adalah bilangan negatif? Itu tergantung 𝒙.

ο‚· Ya, jika 𝒙 adalah bilangan positif.

ο‚· Tidak, jika 𝒙 adalah bilangan negatif.

Siswa mengalami kebingungan dalam membaca β€œβˆ’π’™β€ sebagai β€œπ’Žπ’Šπ’π’–π’” 𝒙” atau sebagai β€œπ’π’†π’ˆπ’‚π’•π’Šπ’‡ 𝒙”. Siswa kebanyakan membacanya sebagai negatif 𝒙. Cara membaca β€œβˆ’π’™β€ sebagai β€œπ’π’†π’ˆπ’‚π’•π’Šπ’‡ 𝒙” tentu saja belum tentu benar. Negatif digunakan sebagai suatu tanda sedangkan Minus digunakan sebagai suatu operasi. Cara membaca β€œβˆ’π’™β€ sebaiknya β€œπ’π’†π’ˆπ’‚π’•π’Šπ’‡ 𝒙”.

2) Kesalahan karena siswa memahami semua operasi adalah adititive seperti yang berlaku pada sifat suatu fungsi atau operasi 𝒇.

Suatu fungsi atau operasi 𝒇 disebut adititive jika fungsi atau operasi 𝒇 tersebut memenuhi 𝒇(𝒙 + π’š) = 𝒇(𝒙) + 𝒇(π’š) untuk semua bilangan 𝒓𝒆𝒂𝒍. Hal ini benar untuk operasi-operasi tertentu, berikut contohnya:

ο‚· Limit dari suatu jumlah adalah jumlah dari limit-limitnya.

ο‚· Turunan dari suatu jumlah adalah jumlah dari turunan-turunannya.

ο‚· Integral dari suatu penjumlahan adalah penjumlahan dari integral-integralnya.

Tetapi ini tidak benar untuk operasi yang lain. Namun, siswa sering menggunakan aturan penjumlahan ini.

Contoh: 𝐬𝐒𝐧(𝒙 + π’š) = 𝐬𝐒𝐧 𝒙 + 𝐬𝐒𝐧 π’š , (𝒙 + π’š)𝟐 = π’™πŸ+ π’šπŸ βˆšπ’™ + π’š = βˆšπ’™ + βˆšπ’š

3) Kesalahan dalam menggunakan sifat komutatif

Pada matematika tingkat atas dipelajari bahwa dua operasi bersifat komutatif dapat ditunjukkan jika salah satu dari kedua operasi tersebut dalam bentuk yang berbeda (operasi yang digunakan penjumlahan atau perkalian) akan mendapatkan hasil atau nilai yang sama.

Contoh kesalahan yang dilakukan siswa : π₯𝐨𝐠 βˆšπ’™ = √π₯𝐨𝐠 𝒙 𝒅𝒂𝒏 𝐬𝐒𝐧 πŸ‘π’™ = πŸ‘ 𝐬𝐒𝐧 𝒙

4) Kesalahan dengan menghilangkan/menghapus variabel Diberikan dua fungsi 𝒇(𝒙) dan π’ˆ(𝒙).

ο‚· 𝒇(𝒙) =(πŸ‘π’™+πŸ•)(πŸπ’™βˆ’πŸ—)+(π’™πŸ+𝟏) (πŸ‘π’™+πŸ•)(π’™πŸ‘+πŸ”) =(πŸπ’™βˆ’πŸ—)+(π’™πŸ+𝟏) π’™πŸ‘+πŸ” ο‚· π’ˆ(𝒙) =(πŸ‘π’™+πŸ•)[(πŸπ’™βˆ’πŸ—)+(π’™πŸ+𝟏)] (πŸ‘π’™+πŸ•)(π’™πŸ‘+πŸ”) = (πŸπ’™βˆ’πŸ—)+(π’™πŸ+𝟏) π’™πŸ‘+πŸ”

𝒇(𝒙) dan π’ˆ(𝒙) adalah dua fungsi yang berbeda. Perhitungan pada 𝒇(𝒙) salah. Perhitungan pada π’ˆ(𝒙) tepat. Beberapa siswa berpikir bahwa 𝒇(𝒙) dan π’ˆ(𝒙) adalah fungsi yang sama. Mungkin dalam menyederhanakan mereka tidak cermat melihat pembilang 𝒇(𝒙). Suku-suku pada pembilang 𝒇(𝒙) tidak semuanya memiliki faktor (πŸ‘π’™ + πŸ•). Perhitungan yang tepat untuk 𝒇(𝒙) sebagai berikut:

𝒇(𝒙) =(πŸ‘π’™ + πŸ•)(πŸπ’™ βˆ’ πŸ—) + (π’™πŸ+ 𝟏) (πŸ‘π’™ + πŸ•)(π’™πŸ‘+ πŸ”)

= (πŸπ’™ βˆ’ πŸ—) +(π’™πŸ‘π’™ + πŸ•πŸ+ 𝟏) π’™πŸ‘+ πŸ”

Kesalahan ini sering dilakukan siswa karena mereka tidak paham bahwa penghapusan (hukum kanselasi) hanya dilakukan pada saat pembilang dan penyebut memenuhi faktor yang sama. b. Kesalahan-kesalahan berdasarkan Scofield (2003)

Scofield (dalam Nugraheni,2009;14-17) pada artikelnya mendeskripsikan kesalahan-kesalahan yang paling banyak dilihat pada matematika di Universitas Calvin. Scofield (2003, dalam Nugraheni,2009) mengemukakan beberapa kesalahan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar sebagai berikut:

1) Kesalahan yang berhubungan dengan sifat fungsi

Keanehan ini bermula saat siswa memperoleh sebuah bentuk persamaan 𝒇(𝒙) = π’Žπ’™ dengan π’Ž adalah konstanta (gradien). Bentuk ini memungkinkan siswa mengikuti sifat

β€œadititive”. Meskipun kecenderungan siswa untuk memperlakukan fungsi sebagai penjumlahan, fungsi lain tidak mempunyai sifat ini. Kesalahan yang dilakukan siswa meliputi:

ο‚· βˆšπŸ‘π’™πŸ+ πŸπ’™ = βˆšπŸ‘π’™πŸ+ βˆšπŸπ’™. ο‚· (𝒙 + 𝟐)πŸ‘= π’™πŸ‘+ πŸ–. ο‚· π₯𝐧(πŸπ’™ βˆ’ 𝟏) = π₯𝐧(πŸπ’™) βˆ’ π₯𝐧 𝟏. ο‚· 𝟏 𝒙+πŸ“ =𝟏 𝒙+𝟏 πŸ“

2) Kesalahan dalam menghapuskan variabel dan koefisien saat menyederhanakan pecahan bentuk aljabar

Hal ini berawal saat siswa di tingkat sekolah dasar menyederhanakan pecahan, seperti πŸ“πŸ

πŸ‘πŸŽ=𝟐.πŸπŸ” 𝟐.πŸπŸ“=πŸπŸ”

πŸπŸ“. Tingkat sekolah menengah mengajarkan siswa untuk menghapus bentuk aljabar yang melibatkan variabel seperti dalam (𝒙+𝟐)(𝒙+πŸ’)

(πŸπ’™βˆ’πŸ)(𝒙+𝟐)= (𝒙+𝟐)(𝒙+πŸ’)

(πŸπ’™βˆ’πŸ)(𝒙+𝟐)= (𝒙+πŸ’)

(πŸπ’™βˆ’πŸ). Kesalahan siswa karena menghapuskan variabel dan koefisien saat menyederhanakan pecahan bentuk aljabar dapat dilihat dalam contoh sebagai berikut:

πŸ‘π’™πŸ+ πŸπ’™ βˆ’ 𝟏 πŸπ’™ βˆ’ π’™πŸ = πŸ‘π’™ 𝟐+ πŸπ’™ βˆ’ 𝟏 πŸπ’™ βˆ’ π’™πŸ = 𝟐 + πŸπ’™ πŸπ’™ βˆ’ 𝟏= 𝟐 βˆ’πŸ = βˆ’πŸ Siswa menghapuskan sembarang unsur pada pembilang dan penyebut. Kesalahan ini dilakukan oleh beberapa siswa yang tidak memahami bahwa penghapusan hanya dilakukan pada saat pembilang dan penyebut difaktorkan.

3) Kesalahan pada perkalian bentuk aljabar dengan mengabaikan sifat pemangkatan.

Pemangkatan merupakan perkalian berulang untuk bilangan yang sama. Sifat pemangkatan yang paling sering tidak dipahami siswa, yaitu (𝒂)π’Ž(𝒃)π’Ž= (𝒂𝒃)π’Ž. Sifat ini dapat berlaku pada contoh berikut: πŸ’π’™πŸ= πŸπŸπ’™πŸ = (πŸπ’™)𝟐 dan πŸ‘βˆšπ’™ =

πŸ— 𝟏 πŸπ’™ 𝟏 𝟐 = (πŸ—π’™) 𝟏

𝟐 = βˆšπŸ—π’™ tetapi beberapa siswa mengabaikan sifat pemangkatan pada perkalian. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam pemangkatan dapat dilihat dalam contoh berikut;

ο‚· πŸπ’™πŸπŸ = βˆšπŸπ’™

ο‚· βˆ’(πŸ‘π’™)𝟐= πŸ—π’™πŸ

ο‚· πŸ‘(𝒙 + 𝟏)𝟐= (πŸ‘π’™ + πŸ‘)𝟐

ο‚· πŸ‘

πŸπ’™πŸ = πŸ‘(πŸπ’™)βˆ’πŸ

4) Kesalahan dengan menuliskan perkalian tanpa tanda kurung Saat menjumpai sebuah pernyataan yang mengandung penjumlahan dan perkalian di dalamnya, maka perkalian akan dikerjakan terlebih dulu, berikut contohnya:𝟐 + πŸ‘ Γ— πŸ“ adalah 17 bukan 30. Sesuatu yang terdapat dalam tanda kurung akan dikerjakan terlebih dulu sebelum mengerjakan yang di luar tanda kurung maka 2-(3-(2-6))=-5 sedangkan 2-(3-2-6)=7 dan 2-3-2-6=-13. Hal ini juga akan berlaku untuk pernyataan yang mengandung variabel, berikut contohnya: 𝒙 Γ— πŸπ’™ βˆ’ πŸ• tidak

sama dengan 𝒙(πŸπ’™ βˆ’ πŸ•). Dalam perkalian (πŸ‘) dan (βˆ’πŸ“π’™)𝟐 tanda kurung juga digunakan (πŸ‘)(βˆ’πŸ“π’™)𝟐 atau lebih sederhana βˆ’πŸπŸ“π’™πŸ namun siswa kebanyakan melakukan kesalahan dengan menuliskannya dalam πŸ‘ Γ— βˆ’πŸ“π’™πŸ sehingga dapat menimbulkan kesalahan.

5) Kesalahan karena penggunaan tanda kurung berlebihan

Menurut Scofield (2003), sebenarnya ini bukan kesalahan yang fatal namun siswa yang tetap menggunakan tanda kurung lebih banyak daripada yang dibutuhkan menunjukkan bahwa mereka kurang memahami aturan pada operasi aljabar. Berikut contoh penggunaan tanda kurung yang berlebihan.

ο‚· ((πŸπ’™πŸ+πŸ‘π’™)

(π’™βˆ’πŸ) ) akan lebih sederhana jika ditulis (πŸπ’™πŸ+πŸ‘π’™) (π’™βˆ’πŸ) .

c. Kesalahan-kesalahan berdasarkan Dawkins

Dawkins (2006, dalam Nugraheni,2009) menelusuri kesalahan – kesalahan yang sering dilakukan siswa berdasarkan artikel dari Schechter (2002) dan berdasarkan pengamatan atas kesalahan-kesalahan yang dilakukan para siswanya. Dawkins (2006, dalam Nugraheni,2009;17-22) mengemukakan beberapa kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam mengerjakan soal-soal aljabar sebagai berikut:

Kesalahan yang sering dilakukan siswa dalam pembagian dengan bilangan nol yaitu menghitung 𝟐

𝟎= 𝟎 atau 𝟐

𝟎= 𝟐. Pembagian dengan bilangan nol yang benar, yaitu 𝟐 𝟎= π’•π’Šπ’…π’‚π’Œ π’•π’†π’“π’…π’†π’‡π’Šπ’π’Šπ’”π’Šπ’Œπ’‚π’.

2) Kesalahan dalam penggunaan tanda kurung

Kesalahan ini disebabkan karena siswa tidak paham pentingnya penggunaan tanda kurung atau siswa menganggap tanda kurung tidak diperlukan dalam langka-langkah tertentu. Contohnya:

a) Menguadratkan πŸ’π’™

Benar Tidak benar

(πŸ’π’™)𝟐 = (πŸ’)𝟐(𝒙)𝟐= πŸπŸ”π’™πŸ (πŸ’π’™)𝟐 = πŸ’π’™πŸ

Dalam kasus ini tanda kurung digunakan untuk meyakinkan bahwa yang dikuadratkan adalah πŸ’π’™ bukan hanya 𝒙 saja. b) Menguadratkan -3

Benar

(βˆ’πŸ‘)𝟐= (βˆ’πŸ‘)(βˆ’πŸ‘) = πŸ— Tidak benar

(βˆ’πŸ‘)𝟐= βˆ’(πŸ‘)(πŸ‘) = βˆ’πŸ—

Banyak siswa sebenarnya tahu bahwa secara teknik mereka harus menguadratkan -3, tetapi tanda kurung seakan terlupakan sehingga hasil pengerjaan menjadi -9.

Benar

π’™πŸ+ πŸ‘π’™ βˆ’ πŸ“ βˆ’ (πŸ’π’™ βˆ’ πŸ“) = π’™πŸ+ πŸ‘π’™ βˆ’ πŸ“ βˆ’ πŸ’π’™ + πŸ“ = π’™πŸβˆ’ 𝒙

Tidak benar

π’™πŸ+ πŸ‘π’™ βˆ’ πŸ“ βˆ’ πŸ’π’™ βˆ’ πŸ“ = π’™πŸβˆ’ 𝒙 βˆ’ 𝟏𝟎

Kebanyakan siswa tidak memberikan tanda kurung pada πŸ’π’™ βˆ’ πŸ“ karena ketidaktahuan siswa bahwa tanda kurung diperlukan, sehingga hasil pada pengurangan ini menjadi tidak benar.

3) Kesalahan dalam mendistribusikan Contoh: a) Mengalikan πŸ’(πŸπ’™πŸβˆ’ 𝟏𝟎) Benar πŸ’(πŸπ’™πŸβˆ’ 𝟏𝟎) = πŸ–π’™πŸβˆ’ πŸ’πŸŽ Tidak benar πŸ’(πŸπ’™πŸβˆ’ 𝟏𝟎) = πŸ–π’™πŸβˆ’ 𝟏𝟎

Kesalahan yang dilakukan siswa karena hanya mengalikan 4 dengan πŸπ’™πŸ saja.

b) Mengalikan βˆ’π’‚(𝒙 βˆ’ 𝟏)

Benar Tidak benar

βˆ’π’‚(𝒙 βˆ’ 𝟏) = βˆ’π’‚π’™ + 𝟏 βˆ’π’‚(𝒙 βˆ’ 𝟏) = βˆ’π’‚π’™ + 𝟏 c) Mengalikan πŸ‘(πŸπ’™ βˆ’ πŸ“)𝟐

πŸ‘(πŸπ’™ βˆ’ πŸ“)𝟐 = πŸ‘(πŸ’π’™πŸβˆ’ πŸπŸŽπ’™ + πŸπŸ“) = πŸπŸπ’™πŸβˆ’ πŸ”πŸŽπ’™ + πŸ•πŸ“ Tidak benar

πŸ‘(πŸπ’™ βˆ’ πŸ“)𝟐 = (πŸ”π’™ βˆ’ πŸπŸ“)𝟐 = πŸ‘πŸ”π’™πŸβˆ’ πŸπŸ–πŸŽπ’™ + πŸπŸπŸ“ d) Kesalahan dalam mengasumsikan penjumlahan

Kesalahan ini terjadi saat siswa mengansumsikan bahwa sifat pada 𝟐(𝒙 + π’š) = πŸπ’™ + πŸπ’š akan berlaku untuk semua bentuk aljabar yang mirip dengan bentuk tersebut. Berikut ini bentuk aljabar yang dianggap mempunyai sifat yang sama 𝟐(𝒙 + π’š) = πŸπ’™ + πŸπ’š oleh siswa:

(𝒙 + π’š)𝟐= π’™πŸ+ π’šπŸ, 𝟏 𝒙 + π’š= 𝟏 𝒙+ 𝟏 π’š, 𝒅𝒂𝒏 βˆšπ’™ 𝟐+ π’šπŸ = 𝒙 + π’š

Pekerjaan di atas salah, karena:

(𝒙 + π’š)πŸβ‰  π’™πŸ+ π’šπŸ, 𝟏 𝒙 + π’šβ‰  𝟏 𝒙+ 𝟏 π’š, 𝒅𝒂𝒏 βˆšπ’™ 𝟐+ π’šπŸ β‰  𝒙 + π’š

e) Kesalahan dalam mengerjakan soal dengan menghilangkan/menghapus variabel, koefisien, atau konstanta.

Kesalahan ini sering dilakukan siswa dalam menyederhanakan pecahan bentuk aljabar.

Contoh:

Menyederhanakan πŸ‘π’™ πŸ‘βˆ’π’™πŸ

πŸ‘π’™πŸ‘βˆ’π’™πŸ

𝒙 = π’™πŸ(πŸ‘π’™βˆ’πŸ)

𝒙 = 𝒙(πŸ‘π’™ βˆ’ 𝟏)(benar) πŸ‘π’™πŸ‘βˆ’π’™πŸ

𝒙 = πŸ‘π’™πŸβˆ’ 𝟏(tidak benar)

f) Kesalahan dalam menggunakan notasi pecahan

Kesalahan yang sering terjadi yaitu dalam menggunakan notasi β€˜/’ untuk menunjukkan pecahan, contohnya 2/3. Notasi ini tidak masalah digunakan dalam menotasikan 2/3, tetapi akan menjadi masalah jika digunakan dalam menuliskan 𝟐/πŸ‘π’™ karena 𝟐/πŸ‘π’™ mempunyai dua makna yang berbeda, yaitu 𝟐

πŸ‘π’™ atau 𝟐 πŸ‘π’™, dalam hal ini siswa belum tentu mengerti pecahan mana yang dimaksud.

Kesalahan yang lain adalah menuliskan pecahan contohnya dalam bentuk berikut 𝟐

πŸ‘π’™. Siswa sering menuliskan pecahan seperti ini dengan maksud 𝒙 tidak termasuk sebagai penyebut.

Kesalahan yang terakhir dalam menggunakan notasi pecahan yaitu berkaitan kembali dengan penggunaan notasi β€˜/’ untuk menunjukkan pecahan. Tetapi masalah yang ada berkaitan dengan masalah penggunaan tanda kurung. Pecahan yang dimaksud yaitu, 𝒂+𝒃

𝒄+𝒅. Siswa sering menuliskan pecahan tersebut dengan menggunakan notasi β€˜/’ dalam bentuk a+b/c+d. Siswa melihat pecahan yang dituliskannya

bermakna sama dengan pecahan 𝒂+𝒃

𝒄+𝒅. Tetapi orang lain akan melihat berbeda, yaitu 𝒂 +𝒃

𝒄+ 𝒅. Tentu bentuk ini berbeda dengan 𝒂+𝒃

𝒄+𝒅. Jika akan menuliskan pecahan menggunakan notasi β€˜/’ sebaiknya diberikan tanda kurung untuk pembilang dan penyebutnya. Pecahan yang dimaksud ditulis menjadi bentuk (a+b)/(c+d).

3. Kesalahan-Kesalahan yang Sering dilakukan Siswa dalam Menyelesaikan Soal-Soal Limit Fungsi Aljabar

Pratini (1991;55-67) mengklarifikasi kesalahan dalam mengerjakan soal Limit Fungsi Aljabar sebagai berikut:

a. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi konstan untuk sembarang titik limit

Kesalahan terdiri dari 3 macam:

1) Nilai limit fungsi konstan dianggap sama dengan titik limit itu sendiri. Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽπŸ• = 𝟎 ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆžπŸ“ = ∞

2) Nilai limit fungsi konstan dianggap sama dengan hasil kali nilai fungsi konstan dengan titik limitnya.

Contoh: i. π₯𝐒𝐦

ii. π₯𝐒𝐦

π’™β†’βˆžπŸ“ = πŸ“. ∞ = ∞

3) Nilai limit fungsi konstan dianggap sama dengan jumlah nilai fungsi konstan dengan titik limitnya.

Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸπŸ— = πŸ— + 𝟏 = 𝟏𝟎 ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’πŸπŸπŸŽ = 𝟏𝟎 + (βˆ’πŸ) = 𝟏𝟎 βˆ’ 𝟏 = πŸ— iii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’πŸ(βˆ’πŸπŸ) = βˆ’πŸπŸ + (βˆ’πŸ) = βˆ’πŸπŸ‘

b. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi monomial 𝑐π‘₯𝑛, 𝑛 = 1 untuk titik limit tak berhingga.

Kesalahan terdiri dari 2 macam:

1) Nilai limit fungsi monomial 𝑐π‘₯𝑛, 𝑛 = 1 dianggap sama dengan hasil kali nilai fungsi tersebut dengan titik limitnya.

Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆžπŸπ’™ = π₯𝐒𝐦 πŸπ’™. ∞ = ∞ ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’βˆžπŸ‘π’™ = π₯𝐒𝐦 πŸ‘π’™. (βˆ’βˆž) = βˆ’βˆž iii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž(βˆ’πŸ’π’™) = π₯𝐒𝐦(βˆ’πŸ’π’™). ∞ = βˆ’βˆž

2) Nilai limit fungsi monomial 𝑐π‘₯𝑛, 𝑛 = 1 dianggap sama dengan hasil bagi fungsi tersebut dengan variabel fungsi.

Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆžπŸπ’™ = 𝟎 = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸπ’™ 𝒙 = 𝟐 ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’βˆžπŸ‘π’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ‘π’™ 𝒙 = πŸ‘

c. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi pecah untuk titik limit tak berhingga.

Kesalahan yang dilakukan dengan membagi setiap suku pada pembilang dan penyebut dengan variabel berpangkat tertinggi kemudian mensubstitusikan titik limit ke variabel fungsi dan memberikan tak berhingga sebagai hasilnya.

Contoh: 1) π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ”+πŸ‘π’™ πŸ•βˆ’πŸπ’™= π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ” 𝒙+πŸ‘π’™π’™ πŸ• π’™βˆ’πŸπ’™π’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ” ∞+πŸ‘ πŸ• βˆžβˆ’πŸ= ∞ 2) π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’π’™+𝟐 π’™πŸ+π’™βˆ’πŸ= π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸ π’™πŸβˆ’π’™ π’™πŸ+𝟐 π’™πŸ π’™πŸ π’™πŸ+𝒙 π’™πŸβˆ’πŸ π’™πŸ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸβˆ’πŸ 𝒙+𝟐 π’™πŸ 𝟏+πŸπ’™βˆ’πŸ π’™πŸ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸβˆ’βˆžπŸ+∞𝟐 𝟏+βˆžπŸβˆ’βˆžπŸ = ∞ d. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi pecah untuk

sembarang titik limit.

Kesalahan yang dilakukan siswa dengan mensubsitusikan titik limit ke variabel fungsi padahal dengan substitusi tersebut mengakibatkan terjadinya bentuk tak tentu (𝟎

𝟎 𝒂𝒕𝒂𝒖 ∞ ∞). Contoh: 1) π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ”+πŸ‘π’™ πŸ•βˆ’πŸπ’™= π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž πŸ”+πŸ‘.∞ πŸ•βˆ’πŸ.∞=∞ ∞= ∞ 2) π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’π’™+𝟐 π’™πŸ+π’™βˆ’πŸ= π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’π’™+𝟐 π’™πŸ+π’™βˆ’πŸ= π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž βˆ’π’™+𝟐 π’™βˆ’πŸ = βˆ’βˆž+𝟐 βˆžβˆ’πŸ = ∞ 3) π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ’ π’™πŸβˆ’πŸπŸ” π’™βˆ’πŸ’ = π₯π’π¦πŸ’πŸβˆ’πŸπŸ” 𝟎 = πŸπŸ”βˆ’πŸπŸ” 𝟎 =𝟎 𝟎= 𝟎 4) π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ πŸπ’™πŸ‘+πŸ‘π’™πŸ π’™πŸβˆ’π’™πŸ‘ = π₯𝐒𝐦𝟐.πŸŽπŸ‘+πŸ‘.𝟎𝟐 πŸŽπŸβˆ’πŸŽπŸ‘ = 𝟎 𝟎= 𝟎

e. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi pecah untuk titik limit bilangan tertentu.

Kesalahan yang dilakukan siswa dengan menyederhanakan secara salah, kemudia mensubstitusikan titik limit ke variabel fungsi.

Ada 2 macam kesalahan, yaitu:

1) Membagi pembilang dan penyebut dengan variabel yang sama tetapi ada suku pada pembilang atau penyebut yang tidak dibagi dengan variabel tersebut.

Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’πŸ’ πŸπ’™βˆ’π’™πŸ 𝒙+πŸ– =𝒙(πŸβˆ’π’™) 𝒙+πŸ– = πŸβˆ’π’™ πŸ– =πŸβˆ’πŸ’ πŸ– =βˆ’πŸ πŸ– ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ‘ πŸ“π’™πŸβˆ’πŸπ’™ 𝟏𝟎+𝟏𝟎 =𝒙(πŸ“π’™βˆ’πŸ) 𝟏𝟎+𝒙 =πŸ“π’™βˆ’πŸ 𝟏𝟎 =πŸ“.πŸ‘βˆ’πŸ 𝟏𝟎 = πŸπŸ“βˆ’πŸ 𝟏𝟎 =πŸπŸ‘ 𝟏𝟎 iii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ πŸ”π’™βˆ’πŸ“π’™πŸ π’™βˆ’πŸ” = 𝒙(πŸ”βˆ’πŸ“π’™) π’™βˆ’πŸ” =πŸ”βˆ’πŸ“π’™ βˆ’πŸ” =πŸ”βˆ’πŸ“.𝟐 βˆ’πŸ” =βˆ’πŸ βˆ’πŸ‘

2) Membagi setiap suku pada pembilang dan penyebut dengan variabel berpangkat tertinggi padahal titik limitnya berhingga. Contoh: i. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ πŸπ’™πŸ‘+πŸ‘π’™πŸ π’™πŸβˆ’π’™πŸ‘ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ πŸπ’™πŸ‘ π’™πŸ‘+πŸ‘π’™πŸ π’™πŸ‘ π’™πŸ π’™πŸ‘βˆ’π’™πŸ‘ π’™πŸ‘ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ 𝒙+πŸ‘π’™ π’™βˆ’πŸ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ 𝟏 + πŸ‘π’™ βˆ’πŸ = π₯π’π¦π’™β†’πŸŽπŸ‘π’™ = πŸ‘. 𝟎 = 𝟎

ii. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ π’™πŸβˆ’πŸπŸŽπ’™ π’™πŸ‘+πŸπ’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ π’™πŸ π’™πŸ‘βˆ’πŸπŸŽπ’™ π’™πŸ‘ π’™πŸ‘ π’™πŸ‘+πŸπ’™ π’™πŸ‘ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ π’™βˆ’πŸπŸŽπ’™ π’™πŸ‘ πŸβˆ’π’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ π’™βˆ’πŸπŸŽ π’™πŸ πŸβˆ’π’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ πŸβˆ’πŸπŸŽ πŸβˆ’π’™ = βˆ’πŸπŸŽ βˆ’π’™ = βˆ’πŸπŸŽ βˆ’πŸŽ = 𝟏𝟎

f. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi rasional untuk titik limit tak berhingga.

Kesalahan yang dilakukan siswa dengan mensubstitukan titik limit ke variabel fungsi, tetapi kemudian menganggap tak berhingga sama dengan nol.

Contoh: 1) π₯𝐒𝐦

π’™β†’βˆžπŸπ’™ = 𝟐. ∞ = 𝟐. 𝟎 = 𝟎 2) π₯𝐒𝐦

π’™β†’βˆ’βˆžπŸ‘π’™ = πŸ‘(βˆ’βˆž) = πŸ‘. 𝟎 = 𝟎

Berikut ini adalah contoh kategori kesalahan dalam mengerjakan soal Limit Fungsi Aljabar.

Tabel 2.1 Contoh kategori jenis kesalahan dalam mengerjakan soal-soal Limit Fungsi Aljabar.

No Jenis Kesalahan Contoh kesalahan

1. Penyalahgunaan Data

a. Menambahkan data yang tidak ada hubungannya dengan soal.

b. Mengabaikan data penting yang sudah ada dan menggantinya dengan data yang tidak relevan. c. Menguraikan syarat-syarat (dalam

pembuktian, perhitungan, penemuan) yang sebenarnya tidak dikehendaki soal.

d. Mengartikan sebagian informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya.

e. Menggunakan syarat yang tidak sesuai dengan informasi yang diberikan.

Soal: tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸπŸπ’™

Akan tetapi siswa menuliskan soal seperti berikut:

π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸπŸπ’™ Kategori kesalahan:

Mengartikan sebagian informasi tidak sesuai dengan teks yang sebenarnya.

No Jenis Kesalahan Contoh kesalahan f. Menggunakan angka pengganti

suatu variabel untuk variabel yang lain.

g. Kesalahan menyalin soal dari lembar soal ke lembar jawab. 2. Kesalahan menginterpretasikan data

a. Menerjemahkan pernyataan dalam bahasa sehari-hari ke dalam bahasa atau persamaan matematika dengan arti yang berbeda.

b. Menuliskan simbol dari suatu konsep dengan simbol lain yang artinya berbeda.

c. Kesalahan mengartikan grafik.

-

3. Kesalahan menggunakan logika dalam menarik kesimpulan

a. Mengambil kesimpulan tidak benar, misalnya memberikan q sebagai akibat dari p tanpa dapat menjelaskan urutan pembuktian yang betul.

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ 𝒙 𝒙 βˆ’ 𝟐= 𝟐

Kategori : siswa mengambil kesimpulan yang tidak benar dan tidak dapat menjelaskan urutan pembuktian yang betul.

4. Kesalahan menggunakan definisi atau teorema

a. Menerapkan suatu teorema pada kondisi yang tidak sesuai.

b. Menerapkan sifat distributif untuk fungsi atau operasi yang bukan distributif.

c. Tidak teliti atau tidak tepat dalam mengutip definisi, rumus, atau teorema.

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ(𝒙 + 𝟐)𝟐 = π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸπ’™πŸ+ 𝟐𝟐 Kategori :

Menerapkan sifat distributif untuk fungsi atau operasi yang bukan distributif.

5. Penyelesaian tidak diperiksa kembali Soal: tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ(π’™πŸ+ πŸπ’™ βˆ’ πŸ‘) = π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸπ’™ + 𝟐. 𝒙 βˆ’ πŸ‘ = 𝟏 + 𝟐. 𝟏 βˆ’ πŸ‘ = 𝟎 15. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam

penggunaan tanda kurung(Ashlock)

Soal: tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ(πŸπ’™πŸ‘)𝟐= π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸπŸπ’™πŸ“

Siswa salah mengubah (πŸπ’™πŸ‘)𝟐 menjadi πŸπ’™πŸ“. 16. Kesalahan tanda (Schechter) -

17. Kesalahan karena siswa memahami semua operasi adalah adititive seperti yang berlaku pada sifat suatu fungsi atau operasi 𝒇. (Schechter)

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ•(π’™πŸ+ 𝒙)𝟐= π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ•π’™πŸ’+ π’™πŸ Siswa salah dalam mengubah (π’™πŸ+ 𝒙)𝟐 menjadi π’™πŸ’+ π’™πŸ

18. Kesalahan dalam menggunakan sifat komutatif.

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸŽβˆšπ’™πŸβˆ’ πŸ’ = π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸŽπ’™βˆšπŸ βˆ’ πŸ’ Siswa salah dalam mengubah βˆšπ’™πŸβˆ’ πŸ’ menjadi π’™βˆšπŸ βˆ’ πŸ’

19. Kesalahan dengan

menghilangkan/menghapus variabel

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ (πŸ‘π’™ + πŸ•)(πŸπ’™ βˆ’ πŸ—) + (π’™πŸ+ 𝟏) (πŸ‘π’™ + πŸ•)(π’™πŸ+ πŸ”) = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ (πŸπ’™ βˆ’ πŸ—) + (π’™πŸ+ 𝟏) (π’™πŸ+ πŸ”)

No Jenis Kesalahan Contoh kesalahan

Siswa salah dalam menghapus (πŸ‘π’™ + πŸ•) 20. Kesalahan yang berhubungan dengan

sifat fungsi ( Scofield)

Contoh kesalahan sama dengan contoh kesalahan nomor 4.

21. Kesalahan dalam menghapuskan variabel dan koefisien saat menyederhanakan pecahan bentuk aljabar

Contoh kesalahan sama dengan contoh kesalahan nomor 19

22. Kesalahan pada perkalian bentuk aljabar dengan mengabaikan sifat pemangkatan

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’πŸ‘βˆšπŸπ’™ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ‘πŸπ’™πŸπŸ

Siswa salah dalam mengubah βˆšπŸπ’™ menjadi πŸπ’™πŸπŸ.

23. Kesalahan dengan menuliskan perkalian tanpa tanda kurung

Contoh kesalahan sama dengan contoh kesalahan nomor 5

24. Kesalahan karena penggunaan tanda kurung berlebihan

- 25. Kesalahan dalam pembagian dengan

bilangan nol (Dawkins)

Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽ 𝟐 𝒙= 𝟐 𝟎= 𝟐 26. Kesalahan dalam penggunaan tanda

kurung

Contoh kesalahan sama dengan contoh kesalahan nomor 15

27. Kesalahan dalam mendistribusikan Soal : tentukan nilai limit berikut. π₯𝐒𝐦

π’™β†’βˆ’πŸ‘π’™πŸ= (βˆ’πŸ‘)𝟐= βˆ’(βˆ’πŸ‘)(βˆ’πŸ‘) = βˆ’πŸ— 28. Kesalahan dalam mengasumsikan

penjumlahan

- 29. Kesalahan dalam mengerjakan soal

dengan menghilangkan/menghapus variabel, koefisien, atau konstanta

Contoh kesalahan sama dengan contoh kesalahan nomor 19

30. Kesalahan dalam menggunakan notasi pecahan

- 31. Kesalahan dalam menghitung nilai limit

fungsi konstan untuk sembarang titik limit (haniek)

a. Nilai limit fungsi konstan dianggap sama dengan titik limit itu sendiri. b. Nilai limit fungsi konstan dianggap

sama dengan hasil kali nilai fungsi konstan dengan titik limitnya. c. Nilai limit fungsi konstan dianggap

sama dengan jumlah nilai fungsi konstan dengan titik limitnya.

Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸŽπŸ• = 𝟎 π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆžπŸ“ = ∞

32. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi monom berpangkat satu untuk titik limit tak berhingga

a. Nilai limit fungsi monom berpangkat satu dianggap sama dengan hasil kali nilai fungsi tersebut dengan titik limitnya.

b. Nilai limit fungsi monom berpangkat satu dianggap sama dengan hasil bagi fungsi tersebut dengan variabel fungsi. Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆžπŸπ’™ = π₯𝐒𝐦 πŸπ’™. ∞ = ∞ π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆ’βˆžπŸ‘π’™ = π₯𝐒𝐦 πŸ‘π’™. (βˆ’βˆž) = βˆ’βˆž π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž(βˆ’πŸ’π’™) = π₯𝐒𝐦(βˆ’πŸ’π’™). ∞ = βˆ’βˆž

No Jenis Kesalahan Contoh kesalahan 33. Kesalahan dalam menghitung nilai limit

fungsi pecah untuk titik limit tak berhingga Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’ 𝒙 + 𝟐 π’™πŸ+ 𝒙 βˆ’ 𝟏 = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸ π’™πŸβˆ’π’™π’™πŸ+π’™πŸπŸ π’™πŸ π’™πŸ+π’™π’™πŸβˆ’π’™πŸπŸ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž 𝟏 βˆ’πŸπ’™+π’™πŸπŸ 𝟏 +πŸπ’™βˆ’ 𝟏 π’™πŸ = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž 𝟏 βˆ’βˆžπŸ+∞𝟐 𝟏 +βˆžπŸβˆ’βˆžπŸ = ∞

34. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi pecah untuk sembarang titik limit

Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’ 𝒙 + 𝟐 π’™πŸ+ 𝒙 βˆ’ 𝟏= π₯π’π¦π’™β†’βˆž π’™πŸβˆ’ 𝒙 + 𝟐 π’™πŸ+ 𝒙 βˆ’ 𝟏 = π₯𝐒𝐦 π’™β†’βˆž βˆ’π’™ + 𝟐 𝒙 βˆ’ 𝟏 = βˆ’βˆž + 𝟐 ∞ βˆ’ 𝟏 = ∞

35. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi pecah untuk titik limit bilangan tertentu

a. Membagi pembilang dan penyebut dengan variabel yang sama tetapi ada suku pada pembilang atau penyebut yang tidak dibagi dengan variabel tersebut.

b. Membagi setiap suku pada pembilang dan penyebut dengan variabel berpangkat tertinggi padahal titik limitnya berhingga.

Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦 π’™β†’πŸ‘ πŸ“π’™πŸβˆ’ πŸπ’™ 𝟏𝟎 + 𝟏𝟎 = 𝒙(πŸ“π’™ βˆ’ 𝟐) 𝟏𝟎 + 𝒙 = πŸ“π’™ βˆ’ 𝟐 𝟏𝟎 =πŸ“. πŸ‘ βˆ’ 𝟐 𝟏𝟎 = πŸπŸ“ βˆ’ 𝟐 𝟏𝟎 =πŸπŸ‘ 𝟏𝟎

36. Kesalahan dalam menghitung nilai limit fungsi rasional untuk titik limit tak berhingga

Contoh kesalahan : π₯𝐒𝐦

π’™β†’βˆ’βˆžπŸ‘π’™ = πŸ‘(βˆ’βˆž) = πŸ‘. 𝟎 = 𝟎

Dokumen terkait