• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN

3.3. Konsep dan Jenis Modal Kerja

3.3.2. Jenis Modal Kerja

Jenis Modal Kerja perusahaan dibagi dalam 2 jenis menurut Kasmir (2018 : 251) a. Modal kerja kotor (gross woking capital)

Semua komponen yang ada di aktiva lancar secara keseluruhan dan sering disebut modal kerja. Artinya mulai dari kas, bank, surat surat berharga, piutang, persediaan dan aktiva lancar lainnya. Nilai total komponen aktiva lancar tersebut menjadi jumlah modal kerja yang dimiliki perusahaan.

b. Modal kerja bersih (net working capital)

Seluruh komponen aktiva lancar dikurangi dengan seluruh total kewajiban lancar (utang jangka pendek). Utang lancar meliputi utang dagang, utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak, dan utang lancar lainnya. Pengertian ini sejalan dengan konsep modal kerja yang sering digunakan.

3.4. Faktor –faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi modal kerja menurut Jumingan (2014 : 69) adalah sebagai berikut :

a) Sifat umum atau tipe perusahaan

Modal kerja yang dibutuhkan perusahaan jasa (public utility) relatif randah karena investasi dalam persediaan dan piutang pencairannya menjadikan relatif cepat. Untuk beberapa perusahaan jasa tertentu malahan langganan

membayar di muka sebelum jasa dinikmati. Sedangkan perusahaan industri memerlukan modal kerja yang cukup besar, yakni untuk melakukan investasi dalam bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi.

b) Waktu yang diperlukan untuk memproduksi

Jumlah modal kerja berkaitan langsung dengan waktu yang dibutuhkan mulai dari bahan baku atau barang jadi dibeli sampai barang dijual kepada langganan. Makin panjang waktu yang diperlukan untuk memproduksi barang atau untuk memperoleh barang makin besar kebutuhan akan modal kerja.

c) Syarat pembelian dan penjualan

Syarat kecil pembelian barang dagangan atau bahan baku akan mempengaruhi besar-kecilnya modal kerja. Syarat kredit pembelian yang menguntungkan akan memperkecil kebutuhan uang kas yang harus ditanamkan dalam persediaan, sebaliknya bila pembayaran harus dilakukan segera setelah barang diterima maka kebutuhan uang kas untuk membelanjai volume perdagangan menjadi lebih besar.

d) Tingkat perputaran persediaan

Semakin sering persediaan diganti (dibeli dan dijual kembali) maka kebutuhan modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan (barang) akan semakin rendah.

e) Tingkat perputaran piutang

Kebutuhan modal kerja juga tergantung pada periode waktu yang diperlukan untuk mengubah piutang menjadi uang kas. Bila piutang terkumpul dalam

waktu pendek berarti kebutuhan akan modal kerja menjadi semakin rendah/kecil. Untuk mencapai tingkat perputaran piutang yang tinggi diperlukan pengawasan piutang yang efektif dan kebijaksanaan yang tepat sehubungan dengan perluasan kredit, syarat kredit penjualan, maksimum kredit bagi langganan, penagihan piutang.

f) Pengaruh konjungtur (business cycle)

Pada periode makmur aktivitas perusahaan meningkat dan perusahaan cenderung membeli barang-barang lebih banyak dengan memanfaaatkan harga yang masih rendah.

g) Derajat risiko kemungkinan menurunnya harga jual aktiva jangka pendek Menurunnya nilai riil dibandingkan dengan harga buku dari surat-surat berharga, persediaan barang dan piutang akan menurunkan modal kerja. Bila risiko kerugian ini semakin besar berarti diperlukan tambahan modal kerja untuk membayar bunga atau melunasi utang jangka pendek yang sudah jatuh tempo.

h) Pengaruh musim

Banyak perusahaan dimana penjualannya hanya terpusat pada beberapa bulan saja. Perusahaan yang dipengaruhi oleh musim membutuhkan jumlah maksimum modal kerja untuk periode yang relatif pendek. Modal kerja yang ditanamkan dalam bentuk persediaan barang berangsur-angsur meningkat dalam bulan-bulan menjelang puncak penjualan.

i) Credit rating dari perusahaan

Jumlah modal kerja, dalam bentuk kas termasuk surat-surat berharga yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasinya tergantung pada kebijaksanaan penyediaan uang kas.

3.5. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 3.5.1. Pengertian Sumber dan Penggunaan Modal Keja

Menurut Munawir (2014 : 113) laporan keuangan yang biasanya atau pada umumnya dibuat oleh suatu perusahaan adalah neraca, laporan laba rugi dan laporan laba yang ditahan : namun ada pula perusahaan yang menyusun laporan keuangan selain ketiga laporan keuangan tersebut, misalnya laporan sumber dan penggunaan dana. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana merupakan alat analisis keuangan yang sangat penting bagi manager keuangan ataupun calon kreditur atau bank dalam menilai permintaan kredit yang diajukan kepadanya. Dengan analisis sumber dan penggunaan dana akan dapat diketahui bagaimana perusahaan mengelola atau menggunakan dana yang dimilikinya.

Laporan sumber dan penggunaan dana menggambarkan suatu ringkasan sumber dan penguunaan modal kerja dan perubahan unsur - unsur modal kerja selama periode bersangkutan. Dalam praktek konsep yang diikuti dalam melaporkan sumber dan penggunaan dana adalah dana sebagai kas dan dana sebagai modal kerja neto.

3.5.2. Sumber – Sumber Modal Kerja

Suatu perusahaan membutuhkan dana operasional untuk selalu mendanai kebutuhan aktivitas operasional perusahaan seperti membayar gaji karyawan, gaji buruh, membayar listrik dan telepon, pembelian bahan mentah dan lain lain.

Namun dalam pemilihan sumber modal harus memerhatikan untung ruginya pemilihan sumber modal kerja tersebut. Pertimbangan ini perlu dilakukan agar tidak menjadi beban perusahaan ke depan atau akan menimbulkan masalah yang tidak diinginkan. Kebutuhan dana tersebut bersumber dari modal kerja, dan sumber modal kerja berasal dari berbagai sumber.

Sumber-sumber modal kerja bagi perusahaan menurut Munawir (2014 :121) adalah sebagai berikut :

a. Hasil Operasi Perusahaan Jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan laba rugi ditambah dengan depresiasi dan amortisasi, jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan dapat dihitung dengan menganalisa laporan keuangan laba rugi perusahaan tersebut dan apabila laba tersebut tidak diambil oleh perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal perusahaan yang bersangkutan.

b. Keuntungan dari Penjualan Surat-Surat Berharga Surat berharga yang dimiliki perusahaan untuk jangka pendek adalah satu elemen aktiva lancar yang segera dapat dijual akan dapat menimbulkan keuntungan bagi perusahaan.

c. Penjualan Aktiva Tidak Lancar Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan aktiva tetap, investasi jangka panjang dan aktiva

tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan. Perubahan dari aktiva ini menjadi kas atau piutang akan menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.

d. Penjualan Saham atau Obligasi Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan untuk menambah modalnya, disamping itu perusahaan dapat juga mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainnya guna memenuhi modal kerja.

Sumber-sumber modal kerja dilihat dari : a) Berkurangnya aktiva tetap

b) Bertambahnya hutang jangka panjang.

c) Bertambahnya modal

d) Adanya keuntungan dari operasi perusahaan 3.5.3. Penggunaan Modal Kerja

Setelah memperoleh modal kerja yang diinginkan, maka tugas manajer keuangan selanjutnya adalah bagaimana menggunakan modal kerja tersebut.

Penggunaan dana yang efisien dan efektif juga sangat penting guna mendukung pencapaian tujuan perusahaan. Dalam praktiknya hubungan antara sumber dan penggunaan modal kerja sangat erat. Artinya, penggunaan modal kerja dipilih dari sumber modal tertentu dan sebaliknya. Penggunaan modal kerja akan dapat memengaruhi jumlah modal kerja itu sendiri. Seorang manajer dituntut untuk menggunakan modal kerja secara tepat, sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai

perusahaan. Menurut Kasmir (2019 : 312 – 314) penggunaan modal kerja biasanya dilakukan perusahaan untuk tujuan :

a) Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainnya,artinya perusahaan mengeluarkan sejumlah uang untuk membayar gaji, upah, dan biaya operasi lainnya yang digunakan untuk menunjang penjualan.

b) Pengeluaran untuk membeli bahan baku atau barang dagangan, artinya ada sejumlah bahan baku yang dibeli yang akan digunakan untuk proses produksi dan pembelian barang dagangan yang digunakan untuk dijual kembali.

c) Untuk menutupi kerugian akibat penjualan surat berharga, atau kerugian lainnya, artinya pada saat perusahaan menjual surat berharga namun mengalami kerugian dan ini akan mengurangi modal kerja dan segera ditutupi.

d) Pembentukan dana merupakan pemisahan aktiva lancar untuk tujuan tertentu dalam jangka panjang, misalnya pembentukan dana pensiun, dana ekspansi, atau dana pelunasan obligasi. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aktiva dati aktiva lancar menjadi aktiva tetap.

e) Pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang, seperti pembelian tanah, bangunan, kendaraan, dan mesin. Pembelian ini akan mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar dan timbulnya utang lancar.

f) Pembayaran utang jangka panjang, artinya adanya pembayaran utang jangka panjang yang sudah jatuh tempo seperti pelunasan obligasi, hipotek, dan utang bank jangka panjang.

g) Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar, artinya perusahan menarik kembali saham – saham yang sudah beredar dengan alasan tertentu dengan cara membeli kembali baik untuk sementara wakku maupun selamanya.

h) Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi, artinya pemilik perusahaan mengambil barang atau uang yang digunakan untu kepentingan pribadi, termasuk dalam hal adanya pengambilan keuntungan atau pembayaran dividen oleh perusahan.

Penggunaan modal kerja di atas jelas akan mengakibatkan perubahan modal kerja, namun perubahan modal kerja tergantung dari penggunaan modal kerja itu sendiri. Dalam praktiknya modal kerja suatu perusahaan tidak akan berubah apabila terjadi :

a) Pembelian barang dagangan dan bahan lainnya secara tunai.

b) Pembelian surat berharga secara tunai.

c) Perubahan bentuk piutang misalnya dari piutang dagang ke piutan wesel.

Dikatakan modal kerja tidak mengalami perubahan disebabkan, pembelian barang secara tunai, posisinya tetap berada di aktiva lancar, hanya berubah komponennya saja. Demikian pula dengan pembelian surat berharga secara tua tetap tidak mengubah aktiva lancar. Sedangkan perubahan bentuk piutang, misalnya dari piutang dagang ke piutang wesel juga tidak mengubah posisi utang lancar.

Penggunaan modal kerja dilihat dari : a) Bertambahnya aktiva tetap

b) Berkurangnya hutang Jangka Panjang

c) Berkurangnya modal pembayaran cash deviden d) Berkurangnya modal

e) Adanya kerugian dalam operasi perusahaan.

3.6. Efektivitas Modal Kerja

Efektivitas adalah suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana atau peralatan yang digunakan, disertai tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan. Efektifitas adalah seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Ini berarti bahwa apabila suatu pekerjaan dapat diselesaikan dengan perencanaan, baik dalam waktu, biaya mau pun mutunya, maka dapat dikatakan efektif.

Agar suatu perusahaan dikatakan dalam kondisi aman perusahaan harus menunjukkan :

a. Tingkat pengembalian yang rendah b. Dasar modal yang besar

c. Pertumbuhan yang lambat

d. Utang dan aktiva jangka pendek sedikit

Persyaratan agar suatu perusahaan dikatakan dalam kondisi tidak aman adalah : a. Tingkat pencairan aktiva yang tinggi (aktiva sulit dicairkan nilainya) b. Aktiva jangka panjang tinggi

c. Dana dari luar lebih dari 50% bisnis d. Dasar modal kecil

e. Pertumbuhan yang tinggi f. Pendapatan sangat fluktuatif

Apapun penyebab kelebihan dan kekurangan modal kerja menurut Jumingan (2018 : 68), yaitu sebagai berikut :

Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut :

a) Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan.

b) Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.

c) Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen, membeli aktiva tetap, atau maksud – maksud lainnya.

d) Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan.

e) tetapi tidak diikuti dengan penempatan kembali.

Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut : a) Adanya kerugian usaha.

b) Adanya kerugian insidentil seperti turunya harga pasar dan persediaan barang,karena pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.

c) Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan metode produksi baru, strategi penjualan baru dan sebagainya.

d) Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar

3.7. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan kewajiban setiap perusahaan untuk membuat dan melaporkannya pada suatu periode tertentu sehingga dapat diketahui kondisi dan posisi perusahaan terkini. Laporan keuangan juga akan menentukan langkah apa yang dilakukan perusahaan sekarang dan ke depan, dengan melihat berbagai persoalan yang ada, baik kelemahan maupun kekuatan yang dimilikinya.

Disamping itu, juga untuk memanfaatkan peluang yang ada dan menghadapi atau menghindari ancaran yang mungkin timbul sekarang dan di masa yang akan datang. Adapun kondisi kegiatan, perkembangan dan kemerosotan pada PT.

Charoen Pokphand Indonesia Tbk dilihat dari laporan keuangan selama tiga tahun berturut-turut yang meliputi Laporan Neraca, Laporan Penerimaan Dana dan Laporan Pengeluaran Dana 2017 hingga 2019. Adapun Laporan Neraca dan Laporan Laba Rugi pada tahun 2017 hingga 2019 dilihat sebagai berikut:

Tabel 3.1

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Laporan Posisi KeuanganUntuk Tahun Berakhir

Per 31 Desember 2017 – 2019 (Dalam Rupiah)

2019 2018 2017

ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas 1.961.373.000.000 2.803.131.000.000 1.793.454 .000.000 Investasi jangka Piutang lain-lain 195.374.000.000 242.740.000.0000 208.420.000.000 Persediaan – neto 5.718.089.000.000 5.835.077.000.000 5.696.815.000.000 Aset biologis 2.020.368.000.000 1.911.700.000.000 1.352.252.000.000 Uang muka 210.109.000.000 373.132.000.000 200.382.000.000

Biaya dibayar di

muka 45.893.000.000 58.034.000.000 52.316.000.000

Pajak dibayar di

muka 11.770.000.000 7.824.000.000 6.794.000.000

Bagian lancar sewa jangka panjang

dibayar di muka 91.251.000.000 88.671.000.000 58.367.000.000 Jumlah Aset

Lancar 13.297.718.000.000 14.097.959.000.000 11.730.468.000.000 ASET TIDAK

LANCAR Uang muka pembelian

aset tetap 93.148.000.000 97.731.000.000 164.677.000.000 Piutang pihak

berelasi

non-usaha-neto 82.675.000.0000 53.429.000.000 59.570.000.000 Piutang peternak –

neto 647.793.000.000 500.654.000.000 347.445.000.000

Aset pajak tangguhan 328.052.000.000 32.295.000.000 97.734.000.000 Aset keuangan tidak

lancar 56.000.000.000 56.000.000.000 56.000.000.000

Aset tetap – neto 13.521.979.000.000 11.685.261.000.000 11.009.361.000.000 Tagihan pajak

penghasilan 500.281.000.000 384.083.000.000 333.359.000.000 Sewa jangka panjang

dibayar di muka setelah dikurangi

bagian lancar 186.894.000.000 74.541.000.000 72.888.000.000 Goodwill 444.803.000.000 444.803.000.000 444.803.000.000 Aset takberwujud –

neto

27.763.000.000

41.461.000.000 55.159.000.000 Aset dikurangi

bagian lancar 165.935.000.000 176.901.000.000 160.867.000.000 Total Aset Tidak

Lancar

16.055.323.000.000

13.547.159.000.000 12.801.863.000.000 TOTAL ASET 29.353.041.000.000 27.645.118.000.000 24.532.331.000.000 Sumber:https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-

2018.pdfhttps://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2019.pdf.

Tabel 3.2

PT. Charoen Pokpand Indonesia Tbk Laporan Posisi Keuangan (Lanjutan) Untuk Tahun

Berakhir Per 31 Desember 2017 – 2019 (Dalam Rupiah) Lain – lain 741.576.000.000 749.512.000.000 768.027.000.000 Beban akrual 351.606.000.000 169.587.000.000 168.054.000.000 Liabilitas imbalan

kerja

jangka pendek 7.801.000.000 4.359.000.000 4.431.000.000 Utang pajak 260.477.000.000 643.613.000.000 200.800.000.000 Uang muka

pelanggan 18.994.000.000 20.484.000.000 14.184.000.000 Total Liabilitas

Jangka Pendek 5.188.281.000.000 4.732.868.000.000 5.059.551.000.000 LIABILITAS

JANGKA PANJANG

Utang pihak berelasi

non – usaha 98.695.000.000 112.316.000.000 91.872.000.000 Liabilitas pajak

tangguhan 83.768.000.000 88.240.000.000 75.548.000.000 Liabilitas imbalan

kerja

jangka panjang 632.659.000.000 570.691.000.000 590.059.000.000 Utang bank jangka

panjang 2.278.038.000.000 2.749.829.000.000 3.005.172.000.000 Total Liabilitas

Jangka Panjang 3.093.160.000.000 3.521.076.000.000 3.762.651.000.000 Total Liabilitas 8.281.441.000.000 8.253.944.000.000 8.822.202.000.000

Sumber:https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2018.pdfhttps://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2019.pdf 2019.

Tabel 3.3

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Laporan Posisi Keuangan (Lanjutan)Untuk Tahun

Berakhir Per 31 Desember 2017 – 2019 (Dalam Rupiah)

disetor (43.385.000.000) (43.385.000.000) (43.385.000.000) Komponen lainnya

dari ekuitas 18.276.000.000 18.276.000.000 18.276.000.000 Saldo laba

Entitas Induk 21.058.649.000.000 19.375.720.000.000 15.691.937.000.000 Kepentingan Non

pengendali 12.951.000.000 15.454.000.000 18.192.000.000 Total Ekuitas 21.071.600.000.000 19.391.174.000.000 15.710.129.000.000 Total Liabilitas dan

Ekuitas 29.353.041.000.000 27.645.118.000.000 24.532.331.000.000

Sumber:https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2018.pdf.https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2019.pdf.

Tabel 3.4

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Laporan Laba Rugi Untuk Tahun Berakhir

Per 31 Desember 2017-2019 (Dalam Rupiah)

2019 2018 2017

Penjualan – neto 58.634.502.000.000 53.957.604.000.000 49.367.386.000.000 Beban pokok

penjualan (50.538.498.000.000) (44.822.755.000.000) (43.118.45.000.000) Laba Bruto 8.096.004.000.000 9.134.849.000.000 6.248.935.000.000 Keuntungan yang

timbul dari perubahan niali

wajar aset biologis 3.663.000.000 10.583.000.000 6.470.000.000 Beban penjualan (1.239.395.000.000) (1.184.085.000.000)

(1.175.052.000.000) Beban umum dan

administrasi (1.608.896.000.000) (1.556.530.000.000) (1.421.698.000.000) Penghasilan operasi

lain 262.179.000.000 207.117.000.000 175.300.000.000

Beban operasi lain (580.636.000.000) (123.728.000.000) (113.564.000.000) Laba usaha 4.932.919.000.000 6.488.206.000.000 3.720.391.000.000 Laba (rugi) selisih

kurs 60.239.000.000 (144.780.000.000) (13.776.000.000)

Penghasilan

keuangan 49.965.000.000 77.164.000.000 49.294.000.000

Beban keuangan (447.885.000.000) (513.239.000.000) (496.087.000.000) Laba sebelum

pajak penghasilan 4.595.238.000.000 5.907.351.000.000 3.259.822.000.000 Beban pajak

penghasilan – neto (963.064.000.000) (1.355.866.000.000) (759.947.000.000) Laba tahun

berjalan 3.632.174.000.000 4.551.485.000.000 2.499.875.000.000 Penghasilan

kerja – neto pajak (16.784.000.000) 47.848.000.000 (33.159.000.000) Total penghasilan

komprehensif

tahun berjalan 3.615.390.000.000 4.599.333.000.000 2.466.716.000.000

Sumber:https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2018.pdf,https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2019.

Tabel 3.5

PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk Laporan Penghasilan Komperhensif Lain Konsolidasian (Lanjutan) Untuk

Tahun Berakhir Per 31 Desember 2017-2019 (Dalam Rupiah) Total 3.632.174.000.000 4.551.485.000.000 2.499.875.000.000 Total penghasilan Total 3.615.390.000.000 4.599.333.000.000 2.466.716.000.000 Laba per saham dasar

penuh) 222.000.000 278.000.000 153.000.000

Sumber:https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2018.pdf,https://cp.co.id/wp-content/uploads/2020/05/Annual-Report-CPIN-2019.pdf

3.8. Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Aktivitas perolehan modal kerja dan penggunaan modal kerja selama operasi perusahaan, perlu dibuatkan dalam bentuk laporan sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan perubahan modal kerja sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer keuangan kepada direksi perusahaan. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja menggambarkan bagaimana perputaran modal kerja selama periode

tertentu. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen dalam mengelola modal kerjanya. Dalam laporan penggunaan dan sumber modal kerja akan terlihat perubahan modal kerja yang dimiliki perusahaan. Laporan perubahan modal kerja menggambarkan posisi modal kerja per periode, perubahan modal kerja, komposisi modal kerja,jumlah modal kerja yang berasal dari penjualan saham, jumlah modal kerja yang berasal dari utang jangka panjang, jumlah modal kerja yang digunakan untuk aktiva tetap, jumlah aktiva tetap yang telah dijual.

Berikut Laporan perubahan modal kerja pada PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk,Tahun 2017 – 2019 :

(Dalam Rupiah)

2017 2018 2019

Perubahan 2017 – 2018 Perubahan 2018 - 2019

Naik Turun Naik Turun

ASET

ASET LANCAR

Kas dan setara kas 1.793.454.000.000 2.803.131.000.000 1.961.373.000.000 1.009.677.000.000 841.758.000.000

Investasi jangka pendek 1.990.000.000 - - 1.990.000.000

Piutang usaha Piutang ketiga - neto

Pihak berelasi

2.239.906.000.000 2.771.333.000.000 3.041.361.000.000 531.427.000.000 270.028.000.000

119.772.000.000 6.317.000.000 2.130.000.000 113.455.000.000 4.187.000.000

Piutang lain-lain 208.420.000.000 242.740.000.000 195.374.000.000 34.320.000.000 47.366.000.000

Persediaan – neto 5.696.815.000.000 5.835.077.000.000 5.718.089.000.000 138.262.000.000 116.988.000.000

Aset biologis 1.352.252.000.000 1.911.700.000.000 2.020.368.000.000 559.448.000.000 108.668.000.000 Uang muka 200.382.000.000 373.132.000.000 210.109.000.000

172.750.000.000 163.023.000.000

Biaya dibayar di muka 52.316.000.000 58.034.000.000 45.893.000.000 5.718.000.000 12.141.000.000

Pajak dibayar di muka 6.794.000.000 7.824.000.000 11.770.000.000 1.030.000.000 3.946.000.000

Bagian lancar sewa jangka panjang

dibayar di muka 58.367.000.000 88.671.000.000 91.251.000.000 30.304.000.000 2.580.000.000

Jumlah Aset Lancar 11.730.468.000.000 14.097.959.000.000 13.297.718.000.000 LIABILITAS JANGKA

PENDEK

Utang bank jangka

pendek 1.749.689.000.000 1.700.000.000.000 2.770.000.000.000 49.689.000.000 1.070.000.000.000

Utang usaha

Pihak ketiga 864.644.000.000 1.273.298.000.000 896.525.000.000 376.773.000.000

Sumber : Data Diolah

Sumber : Data diolah

Pihak berelasi 158.636.000.000 172.015.000.000 141.302.000.000 13.379.000.000 30.713.000.000

Lain – lain 768.027.000.000 749.512.000.000 741.576.000.000 18.515.000.000 7.936.000.000

Beban akrual 168.054.000.000 169.587.000.000 351.606.000.000 1.533.000.000 182.019.000.000

Liabilitas imbalan kerja

jangka pendek 4.431.000.000 4.359.000.000 7.801.000.000 72.000.000 3.442.000.000

Utang pajak 200.800.000.000 643.613.000.000 260.477.000.000 442.813.000.000 383.136.000.000

Uang muka pelanggan 14.184.000.000 20.484.000.000 18.994.000.000 6.300.000.000 1.490.000.000

Bagian lancar utang bank

jangka panjang 1.131.086.000.000 - - 1.131.086.000.000

Total Liabilitas Jangka

Pendek 5.059.551.000.000 4.732.868.000.000 5.188.281.000.000

Jumlah 3.682.298.000.000 988.124.000.000 1.185.270.000.000 2.440.924.000.000

Bertambah dan Berkurangnya Modal

Kerja 2017 – 2019 2.694.174.000.000 (1.255.654.000.000)

3.680.308.000.000 3.680.308.000.000 2.440.924.000.000 2.440.924.000.000

Pada periode 2017 – 2018 perubahan modal kerja dapat dilihat pada pos bertambah ataupun berkurang dalam Aset Lancar dan Liabilitas Jangka Pendek baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. Dari tabel diatas dapat dilihat bertambahnya modal kerja sebesar Rp. 2.694.174.000.000. Melalui tabel perubahan modal kerja, terlihat adanya penambahan atau pengurangan dalam Aset Lancar maupun Liabilitas Jangka Pendek. Terlihat dimana berkurangnya dan bertambahnya aset lancar dan hutang lancar merupakan penyebab bertambah dan berkurangnya modal kerja perusahaan. Modal kerja yang bertambah sebesar Rp.

2.694.174.000.000 bertambahnya modal kerja di atas disebabkan oleh sumber modal kerja lebih besar jika dibandingkan dengan penggunaan modal kerja.

Pada periode 2018 -2019 terlihat dimana berkurangnya dan bertambahnya aktiva lancar dan hutang lancar merupakan penyebab bertambah dan berkurangnya modal kerja perusahaan. Modal kerja yang berkurang adalah sebesar Rp. 1.255.654.000.000, berkurangnya modal kerja di atas disebabkan oleh penggunaan modal kerja lebih besar jika dibandingkan dengan sumber penggunaan modal kerja.

Berikut ini Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk , Tahun 2017 – 2018 dan Tahun 2018 - 2019

Laporan Sumber dan Penggunaan Modal KerjaUntuk

tetap 66.946.000.000 Aset tetap – neto 675.900.000.000

Uang muka pembelian aset

tetap 4.583.000.000 Aset tetap – neto 1.836.718.000.000 Piutang pihak

berelasi non –

usaha – neto 6.141.000.000

Piutang peternak –

neto 153.209.000.000 Aset takberwujud 13.698.000.000

Piutang peternak –

pengendali 2.738.000.000 usaha 13.621.000.000 Total 3.869.143.000.000

1.174.969.000.000

Liabilitas pajak

tangguhan 4.472.000.000

Utang bank jangka

panjang setelah dikurangi bagian

lancar 471.791.000.000

Total 1.774.144.000.000 3.029.798.000.000

Kenaikan Modal Kerja 2017 - 2018

2.694.174.000.000

Penurunan Modal Kerja

2018 – 2019 (1.255.654.000.000)

Total 3.869.123.000.000 3.869.123.000.000 Total 1.774.144.000.000 1.774.144.000.000

Sumber : Data diolah

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa pada tahun 2017 – 2018 perusahaan mengalami kenaikan modal kerja sebesar Rp. 2.694.740.000.000 . Kenaikan modal kerja ini dikarenakan sumber modal kerja lebih besar daripada penggunaannya. Sumber modal kerja PT. Charoen Pokphand Indonesia Tbk paling besar bersumber dari saldo laba belum ditentukan penggunaannya sebesar Rp. 3.869.123.000.000. Pada tahun ini dapat dilihat bahwa perusahaan melakukan pembelian aset tetap sebesar Rp. 675.900.000.000.

Pada tahun 2018 - 2019 dapat diketahui bahwa perusahaan mengalami penurunan modal kerja sebesar Rp. 1.255.654.000.000 penurunan modal kerja ini dikarenakan sumber modal kerja lebih kecil daripada penggunaannya. Pada tahun ini saldo laba belum ditentukan penggunaannya berkurang menjadi Rp.

1.682.929.000.000, dapat dilihat bahwa saldo laba belum ditentukan penggunaannya menjadi sumber modal terbesar pada tahun 2018 – 2019.

Sedangkan penggunaan modal kerja perusahaan digunakan membeli aset tetap sebesar Rp.1.836.718.000.000. Dapat kita lihat dari sini bahwa penggunaan modal kerja lebih besar dari sumber modal kerja. Kebijakan yang diambil pada tahun ini kurang tepat karena akibat penggunaan modal kerja yang lebih besar daripada sumber modal kerja, maka perusahaan mengalami kekurangan modal kerja yang tentu berdampak kurang baik bagi operasional perusahaan.

3.9. Rasio Kebutuhan Modal Kerja

Modal kerja sangat penting bagi perusahaan. Apabila perusahaan sudah menetukan berapa besar jumlah modal kerja yang dibutuhkan, berarti perusahaan telah mengetahui jumlah dana yang akan dikeluarkan untuk membiayai kegiatan rutin perusahaan pada tahun selanjutnya, sehingga modal kerja perusahaan dapat digunakan secara efektif. Setiap kegiatan perusahaan akan mengalami perubahan terhadap kebutuhan modal kerjanya. Jika kegiatan perusahaan meningkat maka modal kerja yang dibutuhkan juga akan lebih besar.

Dengan mengetahui kebutuhan modal kerja, maka perusahaan dapat merencanakan dana dan mengendalikan beberapa modal kerja yang dibutuhkan sehingga dapat mencegah adanya pemborosan ataupun kelebihan dana serta dapat mengetahui apakah perusahaan kekurangan modal kerja atau tidak.

Dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan biasanya menggunakan rasio – rasio keuangan. Rasio Likuiditas dan Rasio aktivitas dapat membantu dalam menganalisis kebutuhan modal kerja.

3.9.1. Rasio Likuiditas

Menurut Kasmir (2019 : 110) rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban (utang) jangka pendek. Artinya apabila perusahaan ditagih,maka akan mampu untuk memenuhi utang (membayar) tersebut terutama utang yang sudah jatuh tempo.

Jenis – jenis rasio likuiditas yang dapat digunakan terdiri dari :

a. Rasio Lancar (Current ratio)

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin

Merupakan rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar kewajiban jangka pendek atau utang yang segera jatuh tempo pada saat ditagih secara keseluruhan. Dengan kata lain, seberapa banyak aktiva lancar yang tersedia untuk menutupi kewajiban jangka pendek yang segera jatuh tempo. Rasio lancar dapat pula dikatakan sebagai bentuk untuk mengukur tingkat keamanan (margin

Dokumen terkait