• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil penelitian

4.2.1 Jenis obat demam tifoid yang berpotensi

Hal penting yang harus diperhatikan dalam interaksi obat adalah tingkat keparahan interaksi, tingkat keparahan interaksi dapat memberikan pengetahuan tentang prioritas monitoring pasien. Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga tingkatan yaitu ringan, sedang, dan berat. Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan ringan jika interaksi mungkin terjadi tetapi dipertimbangkan signifikan potensial berbahaya terhadap pasien jika terjadi kelalaian (Bailie, 2004), misalnya peningkatan efek hepatoksik Paracetamol oleh ranitidin, manajemen untuk potensi interaksi ini adalah dilakukan pemantuan saat penggunaan bersama obat ini (drugs.com, 2015).

Parasetamol dosis 140 mg/kg pada anak-anak dan 6 gram pada orang dewasa berpotensi hepatotoksik. Dosis 4g pada anak-anak dan 15g pada dewasa dapat menyebabkan hepatotoksitas berat. Ketika paracetamol 1,3 g- 2 g dan ranitidine diberikan secara bersamaan, terdapat perubahan farmakokinetik parasetamol, ditemukan peningkatanjumlah enzim hati (alkali fosfatase708 unit/L

; AST 196 mIU/mL), yang kembali normal pada penghentianranitidin (Stockley, 2008).

Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan sedang jika satu dari bahaya potensial mungkin terjadi pada pasien, dan beberapa tipe intervensi sering diperlukan. Potensi interaksi obat dengan tingkat sedang pada penelitian ini adalah kloramfenikol dan ampicilin, diketahui dapat menurunkan efek terapi ampisilin. Kombinasi ampisilin yang bersifat bakterisid dan kloramfenikol yang bersifat bakteriostatik akan menghasilkan efek antagonis karena antibiotik bakterisid bekerja pada kuman yang sedang tumbuh, sehingga kombinasi dengan jenis bakteriostatik akan memperlemah efek bakterisidnya, manajemen atas potensi interaksi ini adalah sebisa mungkin untuk menghindari kombinasi dari kedua obat ini (drugs.com, 2015).

Berdasarkan penelitian ini ditemukan juga suatu interaksi yang secara klinis sangat signifikan, dan kombinasinya seharusnya dihindari karena manfaat kombinasi tidak lebih besar dari efek buruk kombinasinya (drugs.com, 2015). Interaksi keparahan berat terjadi jika terdapat probabilitas kejadian yang tinggi, membahayakan pasien, menyangkut nyawa pasien dan dapat menyebabkan kerusakan permanen (Bailie, 2004). Oleh karena itu sangat dianjurkan untuk menghindari penggunaan obat-obat yang berinteraksi berat. Kejadian potensi interaksi obat pada penelitian ini adalah kombinasi antara deksametason dan levofloksasin dapat meningkatkan risiko tendonitis dan tendon pecah, meskipun risikonya lebih tinggi pada orang yang lebih tua, manajemen yang dilakukan ialah seharusnya levofloksasin digunakan untuk mengobati kondisi yang diduga

kuat efektif untuk bakteri dan manfaat terapinya lebih besar daripada risiko (drugs.com, 2015).

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat tiga kategori potensi interaksi obat berdasarkan tingkat keparahan yang ditunjukkan pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4 Daftar obat yang berpotensi berinteraksi berdasarkan tingkat keparahan No Obat berinteraksi Tingkat keparahan Jumlah kejadian 1 Ranitidine → paracetamol Ringan 107 2 Paracetamol → kloramfenikol Ringan 88 3 Antasida → ranitidin Ringan 11 4 Albuterol → budesonide Ringan 9

5 Zinc → dexametason Ringan 2

6 Albuterol → deksametason Ringan 2 7 Dexametason→ diazepam Ringan 2 8 Albuterol→ prednisolone Ringan 1 9 Omeprazole→siprofloksasin Ringan 1 10 Ranitidine →asam mefenamat Ringan 1 11 Kloramfenikol→ampicilin Sedang 61 12 Kloramfenikol→cefotaxime Sedang 29 13 Gentamisin→ cefotaxime Sedang 12 14 Levofloksasin↔ondansetron Sedang 9 15 Sucralfat → levofloxasin Sedang 6 16 Antasida→ siprofloksasin Sedang 4 17 Dyphenidramine ↔ diazepam Sedang 3 18 Antasida→ levofloksasin Sedang 3 19 Ondansetron↔siprofloksasin Sedang 3 20 Albuterol → ondansetron Sedang 3 21 Kloramfenikol→ceftriaxone Sedang 3 22 Albuterol→ azitromisin Sedang 2

23 Gentamisin↔ceftriaxon Sedang 2

24 Kloramfenikol→budesonide Sedang 1 25 Kloramfenikol↔metronidazole Sedang 1 26 Antasida→tetrasiklin Sedang 1 27 Albuterol→siprofloksasin Sedang 1 28 Fenitoin →ondansetron Sedang 1 29 Fenitoin →paracetamol Sedang 1

30 Fenitoin→ diazepam Sedang 1

31 Kloramfenikol→cefadroxil Sedang 1 32 Fenobarbital →paracetamol Sedang 1 33 Fenobarbital →diazepam Sedang 1 34 Fenobarbital →dexametason Sedang 1 35 Deksametason↔levofloksasin Berat 1 36 Dekstrometorphan↔ Ondansetron Berat 1

Jenis interaksi berdasarkan tingkat keparahan ditunjukkan pada Tabel 4.5 Tabel 4.5Tingkat keparahan potensi interaksi obat pada subjek penelitian

4.2.2 Jenis obat demam tifoid yang berpotensi berinteraksi berdasarkan mekanisme interaksi

Jenis potensi interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksinya pada subjek penelitian pada Tabel 4.6. Mekanisme interaksi obat secara umum dibagi menjadi interaksi farmakokinetika dan interaksi farakodinamika. Beberapa jenis obat yang belum diketahui mekanisme interaksinya secara tepat disebut unknown. Tabel 4.6 Jenis potensi interaksi obat berdasarkan mekanisme interaksinya pada

subjek penelitian

No Obat berinteraksi Mekanisme Jumlah kejadian 1 Ranitidine → paracetamol Unknown 107 2 Paracetamol→kloramfenikol Unknown 88

3 Antasida→ranitidin Unknown 11

4 Albuterol↔budesonide Farmakodinamika 9

5 Zinc→dexametason Unknown 2

6 Albuterol→deksametason Farmakodinamika 2 7 Dexametason → diazepam Farmakokinetika 2 8 Albuterol → prednisolone Farmakodinamika 1 9 Siprofloksasin→ omeprazole Unknown 1 10 Ranitidine →asam mefenamat Farmakokinetika 1 11 Kloramfenikol→ampicilin Farmakodinamika 61 12 Kloramfenikol→cefotaxime Farmakodinamika 29 13 Gentamisin→cefotaxime Unknown 12 14 Levofloxasin↔ondansetron Farmakodinamika 9 15 Sucralfat→ levofloxasin Farmakokinetik 6 16 Antasida→siprofloksasin Farmakokinetika 4 17 Dyphenidramine ↔diazepam Unknown 3 18 Antasida → levofloksasin Farmakokinetika 3 19 Siprofloksasin↔ondansetron Farmakodinamika 3 20 Kloramfenikol→ceftriaxone Farmakodinamik 3 21 Albuterol→ ondansetron Farmakodinamika 3 No Tingkat keparahan Jumlah kejadian Persentase 1 2 3 Berat Sedang Ringan 2 151 224 0,53 40,05 59,42 Total 377 100

Tabel 4.6 (lanjutan)

25 Kloramfenikol↔metronidazole Unknown 1 26 Antasida →tetrasiklin Farmakokinetika 1 27 Albuterol →siprofloksasin Farmakodinamika 1 28 Fenitoin →ondansetron Farmakokinetika 1 29 Fenitoin →paracetamol Farmakokinetika 1 30 Fenitoin → diazepam Farmakokinetika 1 31 Kloramfenikol→cefadroxil Farmakodinamika 1 32 Fenobarbital → paracetamol Farmakokinetika 1 33 Fenobarbital →diazepam Farmakokinetika 1 34 Fenobarbital →dexametason Farmakokinetika 1 35 Deksametason↔levofloksasin Farmakokinetika 1 36 Dekstrometorfan ↔ Ondansetron Farmakokinetika 1

Berdasarkan hasil penelitian pada pasien pediatrik dengan diagnosis demam tifoid di RSU Sari Mutiara diperoleh interaksi farmakokinetika sebanyak 6,90%, interaksi farmakodinamik sebanyak 32,89% dan interaksi Unknownsebanyak 60,21% (Tabel 4.7).Pada interaksi unknown jenis kejadian potensi interaksi obat paling banyak adalah Paracetamol - Ranitidin dan Kloramfenikol- paracetamol, pada interaksi farmakodinamik jenis kejadian potensi interaksi obat paling banyak adalah Kloramfenikol- Ampicilin dan Kloramfenikol– Cefotaxime dan pada interaksi farmakokinetika jenis kejadian potensi interaksi obat yang paling banyak adalah Levofloksasin- Sucralfat.

Tabel 4.7 Jenis mekanisme interaksi obat pada subjek penelitian

Hasil dari penelitian ini tidak jauh berbeda dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Sulistiati mengenai potensial interaksi obat pada pasien demam tifoid di instalasi rawat inap RSUD “X” tahun 2011 bahwa terdapat potensi

No Mekanisme interaksi Jumlah kejadian Persentase 1 2 3 Interaksi farmakokinetika Interaksi farmakodinamika Interaksi unknown 26 124 227 6,90% 32,89% 60,21% Total 377 100%

farmakodinamik 7 kasus (15,23%) dan tidak diketahui 1 kasus (1,64%). Berdasarkan level signifikansi, yang tidak diketahui sebanyak 33 kasus (54,10%), signifikansi 3 sebanyak 2 kasus (4,35%) dan signifikansi 5 sebanyak 2 kasus (4,35%) (Sulistiati, 2013).

4.3 Pengaruh karakteristik subjek penelitian terhadap kejadian potensi

Dokumen terkait