BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Operasi Mata dengan General Anestesi
2.3.3 Jenis Operasi Mata dengan General Anestesi
Strabismus berarti misalignment okuler atau penyimpangan dari satu mata relatif terhadap sumbu visual yang lain. Etiologinya mungkin berhubungan dengan kelainan penglihatan binokular atau masalah neuromuskular dari motilitas okular (Basta, 2008).
Koreksi bedah strabismus adalah reposisi otot ekstraokular. Koreksi ini memerlukan berbagai macam teknik untuk melemahkan otot ekstraokular dengan memindahkan insersinya pada bola mata atau untuk memperkuat otot ekstraokular dengan mengeliminasi sebuah strip pendek dari tendon atau otot (Barash, et al., 2009). Untuk memperkuat otot, dilakukan reseksi. Untuk melemahkan otot, dilakukan resesi. Pada kasus yang parah, reseksi mungkin dilakukan pada satu otot dan resesi pada otot yang berlawanan. Karena pematangan visual terjadi pada usia 5 tahun, koreksi strabismus biasanya dicoba pada awal masa kanak-kanak. Jika tidak dikoreksi, amblyopia, atau cacat dalam penglihatan sentral, dapat terjadi (Aitkenhead et al., 2013).
Jahitan yang dapat disesuaikan kadang-kadang digunakan untuk meningkatkan peluang alignment dengan sebuah operasi tunggal . Penyesuaian
16
dilakukan langsung dalam periode pasca operasi, ketika pasien sepenuhnya terjaga dan bisa fokus. Pada pasien yang mempunyai riwayat operasi strabismus atau trauma orbital sebelumnya, dokter bedah mungkin perlu untuk membedakan antara pergerakan mata paretik dan restriksi dengan melakukan forced duction test
(Aitkenhead et al., 2013). Pasien anak banyak dan sering menjalani operasi strabismus dan membutuhkan general anesthesia. Beberapa pasien dewasa cukup baik dengan teknik regional dan sedasi secara intravena (Basta, 2008).
Kebanyakan pasien lebih memilih general anesthesia dan memberikan hasil yang sangat memuaskan dengan propofol, remifentanil, antagonis 5HT3, dan/atau deksametason ,dan non-opiat untuk nyeri (Basta, 2008).
2. Penetrating Keratoplasty
Penetrating Keratoplasty mengacu pada bedah penggantian sebagian kornea dengan jaringan donor. Jaringan donor yang berasal dari pasien disebut
autograft. Jaringan yang berasal dari lain orang disebut allograft. Indikasi untukprosedur ini banyak yaitu opasitas kornea, keratokonus, infeksi, dan jaringan parut adalah beberapa diantaranya. Baik regional anesthesia maupun general anesthesia mungkin tepat untuk prosedur ini (Basta, 2008).
3. Katarak
Katarak adalah penyebab umum gangguan penglihatan pada orang tua. Karena tingginya prevalensi katarak, ekstraksi katarak adalah operasi mata yang paling umum(Uhr, 2003). Patogenesis katarak adalah multifaktorial tetapi pada dasarnya menghasilkan opasitas dari lensa. Lensa tertutup dalam lapisan yang disebut kapsul lensa. Operasi katarak memisahkan katarak dari kapsul lensa. Dalam kebanyakan kasus, lensa akan diganti dengan implan lensa intraokular (IOL). Jika IOL tidak dapat digunakan, lensa kontak atau kacamata harus dipakai untuk mengkompensasi kurangnya kemampuan lensa alami (Romito K. dan Karp, 2013).
Ekstraksi katarak ekstrakapsular (ECCE) adalah metode yang paling disukai dari ekstraksi katarak rutin. Prosedur dilakukan melalui insisi yang lebih kecil dan kurang traumatis bagi endothelium kornea. Pengangkatan lensa dengan kapsul posterior utuh memberikan posisi yang lebih baik dari implan lensa
17
intraokular. Fakoemulsifikasi adalah teknik ECCE yang dilakukan melalui insisi 3-4mm. Inti katarak terfragmentasi dengan jarum ultrasonik dan kemudian diaspirasi. Ekstraksi katarak intrakapsular (ICCE) adalah teknik yang secara komplit menghilangkan lensa dengan kapsul melalui insisi yang jauh lebih besar. ICCE dilakukan pada kasus tertentu dan di lokasi di mana peralatan canggih tidak tersedia. Ekstraksi katarak biasanya dilakukan dengan injeksi retrobulbar atau peribulbar dan, jika diperlukan, blok saraf wajah. Sedasi intravena dan analgesia harus diberikan untuk menetapkan blok tersebut. Prosedur tersebut dapat dilakukan di bawah topical anestesi pada pasien tertentu (Basta, 2008). Walau demikian, saat ini pada pasien katarak pediatrik dan beberapa orang dewasa (misalnya, retardasi mental), general anestesi masih berperan dan digunakan (Shah, 2010).
4. Glaukoma
Glaukoma adalah istilah umum untuk kelompok penyakit mata yang ditandai dengan peningkatan tekanan intraokular. Goniotomi adalah prosedur dilakukan untuk mengobati glaukoma infantil. Sebuah sayatan dangkal dibuat di
trabecular meshwork untuk meningkatkan aliran aqueous humor dari ruang anterior. Bayi dan anak-anak memerlukan general anestesi untuk prosedur ini. Trabekulektomi adalah paling umum dilakukan pada orang dewasa. Sebuah blok jaringan limbal akan diangkat di bawah scleral flap, memungkinkan aliran aqueous. Antimetabolit, seperti di mitomisin, dapat disuntikkan intraoperatif untuk membantu mencegah kegagalan bedah sekunder terhadap jaringan paru. Iridektomi biasanya dilakukan dengan sebuah laser yttrium - aluminium garnet – (YAG)namun, sebuah iridektomi insisional kadang-kadang diperlukan. Iridektomi adalah pengobatan definitif untuk glaukoma sudut tertutup. Anestesi untuk operasi glaukoma pada orang dewasa biasanya dilakukan dengan injeksi retrobulbar atau peribulbar dan , jika diperlukan , blok saraf wajah (Basta, 2008).
5. Bedah Vitreoretinal
Vitrektomi mengacu pada pembedahan ekstraksi isi ruang vitreous dan penggantian mereka dengan larutan fisiologis. Vitrektomi segmen anterior dilakukan untuk kehilangan vitreous selama operasi katarak. Vitrektomi segmen
18
posterior diindikasikan untuk pengangkatan badan asing di intraokular, manajemen dari retinal detachment yang sulit dengan membran intraokular, penghapusan kekeruhan media, dan pengentasan traksi vitreous pada retina. Karena operasi dapat diperpanjang dan banyak pasien memiliki kondisi medis yang menyertai (misalnya, diabetes, penyakit ginjal, atau penyakit jantung), vitrektomi dapat memberikan tantangan yang sulit untuk para anestesiologis (Basta, 2008).
General anestesi telah secara tradisional digunakan untuk operasi vitreoretinal. Namun, dengan menggunakan regional anestesi dengan MAC telah menjadi alternatif yang menarik. General anestesi sesuai untuk kasus operasi dengan jangka yang lebih lama (Basta, 2008).
6. Bedah Orbital
Kebanyakan operasi orbital membutuhkan general anestesi kecuali prosedur terbatas pada anterior bola mata dan tidak melibatkan tulang orbita .
a) Orbitotomi
Orbitotomi dilakukan untuk mendapatkan akses bedah ke bola mata. Pendekatan yang dilakukan termasuk transkonjungtival, transseptal, dan transperiosteal. Indikasi untuk orbitotomi termasuk tumor, abses, benda asing, dan patah tulang orbital (Basta, 2008).
b) Dekompresi Orbital
Dekompresi orbital diindikasikan untuk koreksi eksoftalmus yang dihasilkan penyakit Graves. Akses ke orbita diperoleh dengan pendekatan transkonjungtival atau transperiosteal. Beberapa ahli bedah menggunakan sayatan koronal dengan refleksi dari kulit kepala secara anterior ke tingkat se-level orbita. Kasus bisa panjang (4+ jam), dan kehilangan darah bisa cukup besar untuk memerlukan transfusi (Basta, 2008).
2.4 Konsep General Anestesi