• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang difokuskan pada situasi kelas atau sering disebut classroom action research. Penelitian tindakan kelas adalah satu jenis penelitian tindakan yang dilakukan guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya (Pardjono, 2007:12). Menurut Basuki Wibawa (2003:9), penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan oleh guru/pelaku, mulai dari perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata didalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk memperbaiki kondisi pembelajaran yang dilakukan. Metode ini dipilih berdasarkan pertimbangan sebagai berikut: 1) Masalah dan tujuan penelitian menuntut sejumlah informasi dan tindak lanjut berdasarkan prinsip daur ulang. 2) Masalah dan tujuan penelitian menuntut tindakan reflektif, kolaboratif dan partisipatif berdasarkan situasi kelas dalam pelaksanaan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan sampai penilaian terhadap tindakan nyata di dalam kelas yang berupa kegiatan belajar mengajar untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dikelasnya.

81 B. Desain Penelitian

Rancangan atau desain penelitian tindakan kelas ini digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model dari kemmis dan McTaggart, karena dengan menggunakan model ini apabila dalam awal pelaksanaan tindakan ada kekurangan, maka perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai. Adapun desain penelitian ini adalah berdasarkan model kemmis dan McTaggart.

Gambar 19. Gambar kemmis dan McTaggart

Model penelitian tindakan kelas ini menggunakan empat komponen penelitian. Keempat komponen tersebut dipandang sebagai sebagai proses daur ulang atau suatu siklus. Oleh karena itu, pada konteks ini proses daur ulang atau siklus diartikan sebagai suatu putaran kegiatan yang diawali dengan perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan (action),

82

mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), serta melakukan refleksi (reflection) (Sa’dun Akbar dan Luluk faridatuz Z, 2010:65-66).

1. Perencanaan (planning)

Menurut Pardjono dkk (2007:28) perencanaan merupakan tindakan yang dibangun dan akan dilaksanakan, sehingga harus mampu melihat sejauh kedepan. Tahap perencanaan dimulai dari refleksi awal yaitu merencanakan pelaksanaan tindakan dalam penelitian. Perencanaan ini meliputi :

a. Mengidentifikasi masalah yang ada di lapangan. Pada fase ini dilakukan melalui diskusi dengan guru kelas, kepala sekolah maupun observasi di dalam kelas.

b. Merencanakan pelaksanaan tindakan kelas dalam pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery) melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT). Rencana tindakan tersebut meliputi persiapan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian tindakan yaitu menyiapkan silabus mata pelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery), membuat rencana pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan lembar observasi, menyiapkan angket, menyiapkan lembar wawancara, dan menyiapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT).

83 2. Pelaksanaan tindakan (Action)

Pelaksanaan tindakan adalah Implementasi tindakan ke dalam konteks proses belajar mengajar yang sebenarnya. Pelaksanaan tindakan ini dilakukan dengan menggunakan panduan perencanaan tindakan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam pelaksanaannya bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.

Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery) melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT). Pelaksanaan tindakan harus secara kritis dilaporkan hasilnya. Peneliti bersama kolaborator, berperan untuk melakukan pengamatan pada jalannya pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.

3. Observasi (observation)

Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Menurut Pardjono dkk (2007:29) pengamatan perfungsi sebagai proses pendokumentasian dampak dari tindakan dan menyediakan informasi untuk tahap refleksi. Observasi pada penelitian tindakan mempunyai fungsi mendokumentasikan implikasi tindakan yang diberikan kepada subyek. Dalam perencanaan observasi yang baik adalah observasi yang fleksibel dan terbuka untuk dapat mencatat gejala yang muncul baik yang diharapkan atau yang tidak diharapkan (Sukardi, 2004:2113). Adapun pengamatan dilakukan dengan menggunakan lembar observasi dan catatan lapangan.

84 4. Refleksi (reflection)

Refleksi adalah upaya evaluasi diri secara kritis dilakukan oleh tim peneliti, kolaborator, outsider dan orang-orang yang terlibat didalam penelitian (Pardjono dkk, 2007:30). Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan, disebabkan dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan atau tindakan untuk mengatasi permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang dihadapi dilapangan. Peneliti melakukan refleksi setelah pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery) atau setelah observasi selesai dilakukan. Refleksi ini penting untuk melakukan retrospeksi (kaji ulang) terhadap tindakan yang telah diberikan dan implikasi yang muncul pada subjek yang diteliti sebagai akibat adanya penelitian tindakan.

Pada penelitian ini refleksi dilakukan pada tiga tahap, yaitu a) tahap penemuan masalah, b) tahap merancang tindakan, dan c) tahap pelaksanaan. Pada tahap penemuan dan identifikasi masalah peneliti dan guru mata diklat membuat hiasan pada busana (embroidery) membahas masalah-masalah apa yang dialami dikelas dalam pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery), dan merumuskan permasalahan tersebut secara operasional, serta merumuskan solusi apa yang digunakan untuk perbaikan dalam pembelajaran tersebut. Hasil refleksi awal ini dituangkan dalam perumusan masalah yang lebih operasional.

85

Tahap merancang tindakan yaitu meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery) melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT). Dari hasil refleksi pada tahap tindakan diikuti dengan perbaikan rancangan tindakan yang dibuat dan dapat digunakan untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

Refleksi berikutnya adalah tahap pelaksanaan dimana peneliti dan guru kelas mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan untuk menyimpulkan data dan informasi yang berhasil dikumpulkan. Hasil yang diperoleh berupa temuan tingkat minat belajar siswa pada pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery) melalui model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) yang dirancang dari daftar permasalahan yang muncul dilapangan, yang selanjutnya dapat dipakai sebagai dasar untuk melakukan perencanaan ulang.

Dengan langkah-langkah tersebut terjadi suatu siklus, perencanaan, tindakan, pemantauan, dan refleksi, dapat merevisi atau menyusun kembali perencanaan baru untuk menyempurnakan perencanaan sebelumnya, dan perencanaan baru dapat disusun sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dilapangan. Hal itu harus dilakukan sampai dihasilkan tingkat optimalisasi yang lebih tinggi sesuai kriteria keberhasilan.

86 C. Subjek dan Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, subyek penelitiannya adalah siswa kelas XI SMK Karya Rini YHI Kowani yang berjumlah 32 siswa. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan proses dan hasil yang diperoleh dari model pembelajaran kooperatif tipe numbered head together (NHT) pada pembelajaran membuat hiasan pada busana (embroidery). Penelitian ini diterapkan dalam pokok bahasan meningkatkan minat belajar siswa dalam membuat hiasan pada busana (embroidery).

D. Tempat dan waktu penelitian