• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BATASAN INVENSI YANG DAPAT DI MOHONKAN PATENNYA DI INDONESIA

B. Jenis dan Pengertian Paten

Istilah Paten yang dipakai saat ini dalam peraturan hukum di indonesia adalah untuk menggantikan hak octrooi yang berasal dari bahasa Belanda. Istilah Paten diserap dari bahasa Inggris yaitu Patent di Prancis dan Belgia dengan pengertian yang sama Paten dikenal dengan istilah brevet de inventoir36

Dalam bahasa latin Paten (Patent) atau yang terbuka adalah lawan kata dari Laten (Latent) atau yang terselubung, arti kata terbuka dalam paten adalah berkaitan dengan invensi yang dimintakan paten, Semua rahasia yang berkaitan dengan invensi harus diurakan dalam sebuah dkumen yang disebut spesifikasi paten yang dilampirkan bersamaan dengan permohonan paten.37

      

35

Pasal 1 Angka 6 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2002 Tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

36

Drs. Djumhanna,Muhamad, R.Djubaedillah, S.H., Hak Milik Intelektual Sejarah, Teori, Dan prakteknya di Indonesia, Bandung : P.T.Citra Aditya Bakti 2003, Hal 116.

37

Prof. Tim Lindsey, et all, edt., Hak Kekayaan Intelektual Suatu Pengantar, Bandung: PT. Alumni, 2006, Hal 183.

Menurut Sumantoro dengan meningkatnya pembangunan, kebutuhan teknologi makin terasa. Paten merupakan pengakuan atas penemuan yang sangat erat dengan perkembangan teknologi. Meningkatnya hubungan ekonomi melampaui batas-batas Negara membawa aliran modal asing yang membawa pula, meningkatnya aliran teknologi. Teknologi mempunyai nilai, karenanya untuk mendapatkannya diperlukan biaya.38

Menurut Pengertian Pasal 1 Ayat 1 UU Paten, Paten ialah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya di bidang teknologi, yang untuk slama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya.39

Paten adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada inventor atas hasil invensinya dibidang teknologi, yang untuk selama waktu tertentu melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya,

Dengan kata lain paten memiliki 2 unsur yaitu:

1. Hak Khusus yang diberikan Negara kepada penemu ( yaiu pemegang paten).

2. Untuk melaksanakan:

a. (melaksanakan) sendiri penemuan tersebut: dalam literature kegiatan ini, diistilahkan sebagai paten proses’ yaitu berupa hak penemu menggunakan proses produksi (production procces)

      

38

Sumantoro, Hukum Ekonomi, Jakarta: UI Press 1986, Hal 104.

39

b. Atau memberikan persetujuan kepada orang lain untuk melaksanakan; dalam literature kegiatan ini diistilahkan sebagai paten produk yaitu berupa hak penemu misalnya hak menjual, mengimpor, menyewakan, dan sebagainya hasil produksi (product) yang memberi paten.40

Terdapat kesamaan antara hak eksklusif dan hak milik dimana menurut Pasal 570 “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Hak milik adalah hak untuk menikmati kegunaan suatu kebendaandengan leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap kebendaan itu dengan kedaulatan sepenuhnya, asal tidak bersalahan dengan Undang-Undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh suatu kekuasaan yang berhak untuk menetapkannya, dan tidak mengganggu hak-hak orang lain;kesemuanya itu dengan tak mengurangi kemungkinan akan pencabutan hak itu demi kepentingan umum berdasarkan atas ketentuan undang-undang dan dengan pembayaran ganti rugi”.41

Menurut Kartini Muljadi dengan dikuasainya suatu benda berdasarkan hak milik, maka seorang pemegang hak milik diberikan kewenangan untuk menguasainya secara tentram dan untuk mempertahankannya terhadap siapapun yang bermaksud untuk mengganggu ketentramannya dalam menguasai, memanfaatkan, serta mempergunakan hak milik tersebut. 42

Hak esklusif adalah hak yang dipergunakan oleh pemegang paten tersebut untuk melaksanakan serta melarang pihak lain untuk mempergunakan patennya tanpa adanya persetujuan dari pemegang paten. Adapun hak tersebut mengatur mengenai:

1. Pembuatan paten.

      

40

Suyud Margono, Aspek Hukum Komersialisasi Aset Intelektual, Bandung: Nuansa Aulia, 2010.

41

Pasal 570 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

42

Kartini Muljadi Gunawan Widjaja, Kedudukan Berkuasa dan Hak Milik dalam sudut pandang KUHPerdata, Jakarta: Kencana 2004, Hal 131

Pemegang paten berhak atas pembuatan paten, dengan demikian pihak lain dilarang untuk membuat suatu objek yang telah dipatenkan tanpa ada persetujuan oleh pemegang patennya.

2. Penggunaan paten.

Pihak lain tidak diperbolehkan menggunakan paten miilik orang lain, tanpa ada persetujuan dari pemilik paten, sebaliknya pemilik paten juga memiliki hak untuk membirikan izin ataupun melarang orang lain untuk mempergunakan patennya.

3. Penjualan paten

Penjualan paten adalah bukan menjual hakdaripada paten tersebut, tapi menjual suatu objek yang telah dipatenkan orang lain tanpa persetujuan pemegang patennya.

4. Pengimporan paten.

Pengimporan paten adalah khususnya mengenai paten proses, yaitu menggunakan prosses yang di patenkan orang lain ke dalam wilayah pihak yang mempergunakan paten tersebut

5. Penyewaan paten

Pihak pemegang paten berhak untuk melarang dan melaksanakan kegiatan penyewaan objek yang dipatenkannya, sebaliknya pihak lain haruslah memintakan izin untuk melaksanakan penyewaan objek yang telah dipatenkan.

Dikarenakan pada paten umumnya terdapat suatu hal yang dirahasiakan dan dapat dikatakan bagian dari rahasia dagang menurut Ahmad M

Ramli Rahasia dagang didefenisikan sebgai informasi termasuk rumus, pola-pola, kompilasi, program, metoda, teknik, ataupun proses yang menghasilkan nilai ekonomis secara mandiri, nyata dan potensial.43 6. Penyerahan paten.

7. Penyediaan paten untuk di serahkan produk yang diberi paten.44

Terdapat dua macam paten yang terdapat dalam UU Paten yaitu:

1. Paten biasa.

Paten biasa adalah Paten yang diberikan Negara kepada investor atas invensinya dibidang teknologi. Dalam paten biasa objek patennya bukan hanya produk saja, tetapi juga proses. Produk adalah suatu bentuk yang dihasilkan dari suatu proses, sedangkan proses adalah suatu tahapan dalam menghasilkan suatu produk.

2. Paten sederhana

Paten sederhana adalah paten yang diberikan oleh Negara terhadap suatu invensi berupa produk atau alat yang baru dan mempunyai kegunaan praktis disebabkan karena:

1) Bentuk 2) Konfigurasi

3) Konstruksi, Ataupun komponennya dapat memperoleh perlindungan hukum dalam bentuk sederhana.45

      

43

Dr. Ahmad Ramli, Perlindungan Rahasia Dagang dalam UU No. 30/2000 dan Perbandingannya dengan Beberapa Negara, Bandung: Mandar Maju, 2001.

44

Penjelasan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

45

Adapun penggolongan paten lainnya yang semata-mata untuk memudahkan pengaturannya, adapun jenis-jenis paten adalah:

1. Paten yang berdiri sendiri, tidak bergantung pada paten lain.

2. Paten yang terkait dengan paten lainnya ( dependent patent).

Keterkaitan ini bisa terjadi bila ada hubungan lisensi biasa maupun lisensi wajib dengan paten yang lainnya dan paten tersebut dalam bisang yang berlainan. Sedangkan bila kedua paten tersebut dalam bidang yang sama, penyelesaiannya diusahakan dengan saling memberikan lisensi atau lisensi timbale balik (cross lisence)

3. Paten tambahan atau paten perbaikan. Patenini merupakan suatu tambahan atau suatu perbaikan dari paten sebelumnya, atau tambahan dari penemuan yang asli.

4. Paten impor atau paten konfirnmasi atau paten revalidasi paten ini bersifat khusus karena dikenal di luar negeri.46

Indonesia hanya mengenal 2 jenis paten berdasarkan ketentuan perundang-undangannya yaitu:

1. Jenis paten biasa 2. Jenis paten sederhana.47

      

46

Muhamad Djumhana dan, R.Djubaedillah, Hak Milik Intellektual(Sejarah, Teori, Prakteknya di Indonesia), Bandung, PT.Citra Aditya Bakti, 2003, hal.122.

47

Dalam segi permohonannya, terdapat perbedaan dalam segi perolehan paten biasa dan paten sederhana, adapun perbedaan perolehan tersebut antara lain:

1. Permohonan pemeriksaan subtantif atas paten sederhana dapat dilakukan bersamaan pengajuan permohonan atau paling lama enam bulan terhitung sejak tanggal penerimaan.

2. Dalam memeriksa pemeriksaan subtantif Ditjen HKI hanya memeriksa kebaharuan saja, yaitu dengan melihat tanggal penerimaan invensi yang dipatenkan dengan teknologi yang sebelumnya telah dipatenkan. Sesuai dengan Pasal 3 UU Paten.48

C. Invensi yang Dapat Dimohonkan Patennya di Indonesia