• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Hukum yang dilakukan terhadap Penolakan Permohonan Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PENOLAKAN TERHADAP PERMOHONAN PATEN TERKAIT DENGAN PENYEMPURNAAN INVENSI DALAM

C. Upaya Hukum yang dilakukan terhadap Penolakan Permohonan Paten Terkait dengan Penyempurnaan Invensi

      

120

Peraturan Pemerintah nomor 34 tahun 1999. 121

Setelah permohonan paten diajukan, diumumkan, diperiksa secara subtantif, maka tahapan selanjutnya adalah pemberian keputusan oleh Ditjend HKI. Putusan tersebut dapat berupa persetujuan atas invensi yang diajukan patennya, atau penolakan terhadap invensi yang diajukan patennya.

Putusan tersebut paling lambat dikeluarkan setelah 36 (tiga puluh enam) bulan terhitung sejak tanggal diterimanya surat permohonan pemeriksaan subtantif pada paten biasa, dan 24 (dua puluh empat) bulan pada paten sederhana.

Apabila paten yang diajukan ditolak maka diberitahukan penolakannya serta surat penolakan dicatat oleh Ditjend HKI. Dalam hal penolakan, bukan berarti pemohon tidak dapat melakukan apa-apa. Pemohon yang merasa tidak puas atas putusan tersebut dapat melakukan upaya hukum.

Upaya hukum yang dapat dilakukan atas penolakan permohonan invensi adalah dengan melakukan permohonan banding terhadap putusan Ditjend HKI ke Komisi Banding Paten sebagaimana diatur pada pasal 60 UU Paten.

Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan yang dasar alasannya adalah dikarenakan hal-hal yang bersifat subtantif, yang diajukan secara tertulis oleh pemohon atau kuasanya ke Komisi Banding Paten, permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan serta alasannya terhadap penolakan permohonan sebagai hasil dari pemeriksaan subtantif.

Adapun pengaturan lebih lanjut mengenai permohonan banding mengenai jangka waktu pengajuan gugatan adalah diatur pada Pasal 61 UU Paten, yaitu:

2. Apabila lewat jangka waktunya maka dianggap pemohon menerima putusan penolakan tersebut.

3. Dalam hal penolakan permohonan telah dianggap diterima sebagaimana dimaksudkan pada poit ke 2.122

Dalam pemeriksaan bandingnya diatur dengan ketentuan bahwa banding diperiksa oleh komisi banding paten satu bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding, keputusan komisi banding ditetapkan paking lama 9 bulan sejak berakirnya jangka waktu, apabila komisi banding menyetujui banding maka Ditjend HKI wajib melaksanakan putusan Komisi banding, apabila putusan ditolak pemohon dapat mengajukan upaya hukum yaitu berupa gugatan terhadap Komisi Banding Paten ke Pengadilan Niaga.123 Yang diatur pada Pasal 63 UU Paten, apabila dalam gugatan pemohon ditolak maka dapat melakukan upaya hukum yang terakhir yaitu kasasi ke Mahkamah Agung.

Adapun komisi banding paten adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan departemen yang membidangi HKI, yang terdiri atas seorang ketua, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang merupakan ahli di bidangnya masing-masing.124

Pengajuan gugatan terhadap Komisi Banding Paten ke Pengadilan Niaga bukanlah upaya hukum terakhir yang bisa ditempuh dalam hal penolakan permohonan atas paten. Apabila gugatan tersebut dinyatakan di tolak oleh hakim dari Pengadilan Niaga yang berwenang, pihak pemohon sekaligus Bajaj Auto Limited masih dapat melakukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung,

      

122

Pasal 61 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten.

123

Pasal 63 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten.

124

sebagai contoh konkretnya, dapat kita lihat pemaparan singkat berikut tentang hal permohonan Pihak Bajaj Auto Limited yang mendapat penolakan oleh Ditjen HKI, hingga mencapai upaya hukum kasasi.

Dalam permohonan dengan pengembangan invensi tentulah sebelumnya dibandingkan dokumennya dengan dokumen yang lama sebagai dasar yang menyatakan bahwasanya paten tersebut mengandung langkah kebaharuan, atau inventif. Apabila terdapat penolakan maka dapat melakukan upaya hukum yang sama dengan permohonan paten yang bukan merupakan pengembangan suatu invensi yaitu mulai dari:

1. Upaya banding ke komisi banding paten

2. Apabila ditolak dapat mengajukan gugatan ke pengadilan niaga atas putusan komisi banding paten

3. Dan apabila ditolak dapat mengajukan banding ke mahkamah agung atau disebut dengan idtilah kasasi, dikarenakan tidak ada banding ke pengadilan tinggi 125

Penolakan Mesin Motor Bajaj di Indonesia merupakan salah satu contoh daripada penolakan permohonan paten. Motor Bajaj merupakan salah satu produk sepeda motor yang dikenal di kalangan masyarakat Indonesia, bahkan desain yang dihasilkan menarik dan terlihat elegan. Namun, tidak disangka hak paten teknologi mesin motor kebanggaan masyarakat India ini menjadi masalah di Indonesia. Bajaj Auto Limited sebagai produsen motor Bajaj menggugat Ditjen HKI, Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM). Sebab, permohonan

      

125

paten untuk sistem mesin pembakaran dalam dengan prinsip empat langkah ditolak dengan alasan sudah dipatenkan terlebih dahulu oleh Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha.126 Kuasa hukum perusahaan Bajaj pun meminta agar hakim pengadilan membatalkan atas penolakan permohonan terhadap kasus tersebut.

Kasus tersebut bermula ketika Ditjen Haki menolak permohonan permohonan paten Bajaj pada 30 Desember 2009 dengan alasan ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif. Atas penolakan tersebut, Bajaj Auto mengajukan banding ke Komisi Banding Paten. Namun Komisi Banding dalam putusannya pada 27 Desember 2010 sependapat dengan Direktorat Paten sehingga kembali menolak banding paten tersebut. Hal tersebut dikarenakan prinsip motor Bajaj merupakan prinsip yang masih baru berkembang. Kesaksian dalam sidang tersebut, satu silinder jelas berbeda dengan dua silinder. Untuk konfigurasi busi tidak menutup kemungkinan ada klaim yang baru terutama dalam silinder dengan karakter lain.

Namun, kebaruannya adalah ukuran ruang yang kecil. Dimana harus ada busi dengan jumlah yang sama. Keunggulan dari Bajaj ini adalah bensin yang irit dan memiliki emisi yang ramah lingkungan. Ditjen HAKI punya catatan tersendiri sehingga menolak permohonan paten ini, yaitu sistem ini telah dipatenkan di Amerika Serikat atas nama Honda Giken Kogyo Kabushiki Kaisha dengan penemu Minoru Matsuda pada 1985. Lantas oleh Honda didaftarkan di Indonesia pada 28 April 2006. Namun dalih ini dimentahkan oleh Bajaj, karena telah mendapatkan Paten sebelumnya dari produsen negara asalnya, yaitu India.

      

126

dengan-mesin-honda-hak-paten-bajaj- ditolak&ei=OOBTUtuEA87trQeK_4H4BA&usg=AFQjCNEUbG7Hph-zsONyYvivFp5dM8HHWw&bvm=bv. 53760139, d. bmk

Walaupun kenyataannya perusahaan Bajaj tersebut menolak dan merasa keberatan atas Putusan Ditjen HAKI. Sebaiknya jika terbukti memiliki kesamaan sistem mesin kiranya sesegera mungkin diberi solusi untuk perbaikan mesin tersebut agar tidak terjadi masalah seperti pencabutan penjualan dan lainnya. Pada kasus ini walaupun sistem mesin dari Honda yang dijadikan pembandingnya, Honda memilih untuk dian dan sama sekali tidak berkomentar.

Penolakan tersebut dilakukan lembaga itu pada 30 Desember 2009 dengan alasan ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif sebagaimana yang ditentukan dalam Pasal 2 dan 3 Undang-Undang Nomor. 14 Tahun 2001 tentang Paten. Atas penolakan tersebut, Bajaj Auto mengajukan banding ke Komisi Banding Paten. Namun, Komisi Banding dalam putusannya Nomor 02/KBP/XII/2010 pada 27 Desember 2010 sependapat dengan Direktorat Paten sehingga kembali menolak permohonan paten tersebut.

Komisi Banding Paten dalam pertimbangannya menyatakan bahwa paten Nomor W-00200601181 oleh Bajaj Auto masih relevan dengan dokumen pembanding yaitu Paten Mesin Merek Honda (US 4534322)” yang memiliki kesamaan”. Hal tersebut terlihat pada laporan penelusuran internasional PCT/IN2003/000348, Bajaj Auto mengaku sangat ke beratan atas putusan Komisi Banding tersebut, sehingga menunjuk kantor pengacara Amroos dan Partners

untuk mengajukan gugatan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. Persidangan dalam perkara ini seharusnya telah memasuki tahap jawaban dari Komisi Banding Ditjend HKI. Namun, mejelis hakim menunda persidangan karena Komisi Banding Ditjend HKI mengaku belum siap dengan jawabannya. Dalam gugatan

yang terdaftar pada Nomor45/Paten/2011/P. Niaga/ JKT. PST tersebut, Bajaj Auto Limited menilai Komisi Banding (Komisi Banding Ditjend HKI) telah keliru dalam mempertimbangkan unsur ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif terhadap permohonan paten yang diajukan kliennya. 127

Bajaj Auto Limited mengklaim penggunaan metode pengoperasian mesin pembakaran merupakan hasil penemuan (invensi) yang dihasilkan klaennya karena kemampuan intelektualitas yang tinggi dan juga berdasarkan penelitian dan pengembangan sehingga layak diterima permohonannya. Bajaj merupakan perusahaan yang berdiri sejak 1926, bergerak di beberapa cakupan luas industri seperti kendaraan roda dua, kendaraan roda tiga dengan berbasis pada ilmu pengetahuan yang telah beroperasi di lebih dari 50 negara Amerika Latin, Afrika. Menurut Bajaj Auto Limited, penemuan kliennya telah memenuhi unsur kabaruan dan langkah inventif. Kebaruan dan langkah inventif tersebut, lanjutnya sebagaimaman diungkapkan dalam gugatan, telah terbukti dengan dikabulkannya permohonan paten di India dengan Nomor 195904.128 Bahkan, lanjutnya, apabila dibandingkan dengan pembanding yang digunakan Komisi Banding Ditjend HKI terungkap suatu susunan untuk memasukkan busi dalam kepala silinder mesin jenis V. Busi membentang melalui ruang rantai bubungan dan dapat dilepaskan tanpa mengganggu pengoperasian rantai bubungan tak berujung. Referensi pembanding oleh Komisi Banding Ditjen HKI bertujuan menghindari kelemahan yang timbul dari inteferensi busi-busi dengan rantai- rantai bubungan.

      

127

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Putusan Mahkamah Agung Nomor 802K/PDT.Sus/2011,http://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/5ef0bfaa55dd98824f71098f4fe ca0e, diakses. 22-10-2013

128

http://oto. detik. com/read/2011/09/29/150756/1733364/1208/hak-paten-mesin-motor-bajaj-ditolak-di-indonesia diakses tanggal 15 Mei 2013

Kuasa hukum perusahaan bajaj pun meminta agar hakim pengadilan membatalkan atas penolakan permohonan terhadap kasus tersebut. Kasus tersebut bermula ketika Ditjen HKI menolak permohonan permohonan paten Bajaj pada 30 Desember 2009 dengan alasan ketidakbaruan dan tidak mengandung langkah inventif. Atas penolakan tersebut, Bajaj Auto mengajukan banding ke Komisi Banding Paten. Namun Komisi Banding dalam putusannya pada 27 Desember 2010 sependapat dengan Direktorat Paten sehingga kembali menolak permohonan paten tersebut. Hal tersebut dikarenakan prinsip motor Bajaj merupakan prinsip yang masih baru berkembang.

Kesaksian dalam sidang tersebut, satu silinder jelas berbeda dengan dua silinder. Untuk konfigurasi busi tidak menutup kemungkinan ada klaim yang baru terutama dalam silinder dengan karakter lain. Namun, kebaruannya adalah ukuran ruang yang kecil. Dimana harus ada busi dengan jumlah yang sama. Keunggulan dari bajaj ini adalah bensin yang irit dan memiliki emisi yang ramah lingkungan.

Ditjen HAKI punya catatan tersendiri sehingga menolak permohonan paten ini, yaitu sistem ini telah dipatenkan di Amerika Serikat atas nama Honda

Giken Kogyo Kabushiki Kaisha dengan penemu Minoru Matsuda pada 1985. Lantas oleh Honda didaftarkan di Indonesia pada 28 April 2006. Namun dalih ini dimentahkan oleh Bajaj, karena telah mendapatkan hak paten sebelumnya dari produsen negara asalnya, yaitu India. 129

      

129

Sama seperti putusan sebelumnya komisi tersebut menyatakan menolak permohonana permohonan paten tersebut, dikarenakan bahwa paten tersebut sudah terlebih dahulu dipatenkan oleh pihak Honda, lalu pihak Bajaj Auto model pun masih berkeras dengan invensinya tersebut dan yakin bahwa memang merekalah yang menemukan pertamakali dan bukan tiruan dari Paten milik Honda, maka mereka menggugat Komisi Banding Paten Ditjen HKI ke Pengadilan Niaga Jakarta, dan Pengadilah Niaga Jakarta memutuskan untuk menolak gugatan tersebut dikarenakan gugatan tersebut telah diluar batas waktu/daluarsa karena pada UU Paten jelas menyatakan bahwa gugatan atas paten hanya dapat dilakukan dalam masa waktu 3 bulan setelah putusan tersebut dikeluarkan, namun pihak Bajaj mengajukan gugatan selisih satu hari diluar batas masa gugatan-nya yaitu pada tepatnya tanggal 19 April yang putusannya dikeluarkan yaitu pada tanggal 18 Juni 2009.130

Namun pihak Bajaj berkeras bahwa mereka baru menerima surat putusan pada tanggal 19 bukan 18, maka merekapun mengajukan kasasi ke Mahkamah Agung, setelah diperiksa oleh Mahkamah Agung maka keluarlah keputusan Mahkamah Agung Nomor 802 K /Pdt. Sus/2011 yang menyatakan bahwa memang benar bahwa gugatan tersebut telah daluarsa/diluar dari masa waktunya yaitu 3 bulah, oleh sebab itu putusan tersebut memperkuat keputusan dari Pengadilan Niaga Jakarta.131

Pada dasarnya keputusan yang dikeuarkan oleh Mahkamah agung sudah tepat mengenai tanggal batas untuk melakukan gugatan, dikarenakan apabila

      

130

http://oto. detik. com/read/2011/09/29/150756/1733364/1208/hak-paten-mesin-motor-bajaj-ditolak-di-indonesia diakses tanggal 15 Mei 2013

131

gugatan dilayangkan diluar dari waktu yang telah ditentukan maka gugata tersebut tidaklah berkekuatan hukum, sesuai dengan putusan yang di keluarkan oleh pengadilan niaga di Jakarta, diamana memutuskan untuk menolak gugatan dari pihak bajaj dikarenakan teleh lewat batas waktunya.

Mengenai keputusan yang dikeluarkan oleh Ditjend dan Komisi Banding Paten tentulah tidak sembarangan, namun memiliki alasan hukum yang kuat, dimana bahwasanya dilakukan terlebih dahulu pembandingan dokumen pihak bajaj dengan dokumen pembandingnya yaitu dokumen dari pihak Honda.

Pihak daripada pihak Bajaj Auto Design menyatakan bahwa paten ini telah didaftarkan di India sebelumnya, maka mereka sangat yakin bahwa Bajajlah yang pertama kali menemukan invensi ini dan sudah didaftarkan patennya di India, namun keputusan oleh ditjend HKI berbeda, dan menganggap bahwasanya pihak bajaj memohonkan pendaftaran paten yang tidak mengandung langkah inventif, maka haruslah ditolak permohonan pendaftaran patennya.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan permasalahan pada bab-bab pembahasan diperoleh kesimpulan yaitu:

1. Batasan invensi yang dapat didaftarkan di Indonesia adalah batasan yang terdapat dalam UU Paten Pasal 2 sampai dengan Pasal 7 yang secara umum invensi dapat didaftarkan jika invensi itu baru dan mengandung langkah inventif serta dapat dapat diterapkan di bidang industri. Suatu invensi dianggap baru jika pada tanggal penerimaan, invensi tersebut tidak sama dengan teknologi yang diungkapkan sebelumnya dan invensi mengandung langkah inventif jika invensi tersebut bagi seseorang yang mempunyai keahlian tertentu di bidang teknik merupakan hal yang tidak dapat diduga sebelumnya.

2. Keterkaitan antar inventor dalam suatu temuan dalam UU Paten tidak ada ketentuan yang jelas mengatur secara langsung, pengaturan mengenai antar inventor tersebut umumnya diperjanjikan secara tertentu oleh pihak-pihak tersebut. Pada dasarnya tiap inventor memiliki keterkaitan dengan invensi yang dipatenkan karena yang berhak memperoleh paten adalah inventor atau yang menerima lebih lanjut hak inventor yang bersangkutan sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 10 ayat 1 UU Paten, kecuali jika terbukti lain, yang dianggap sebagai inventor adalah seorang atau beberapa orang yang untuk

pertama kali dinyatakan sebagai Inventor dalam Permohonan, seperti yang dimaksud dalam Pasal 11 UU Paten. Sedangkan jika suatu invensi dihasilkan oleh beberapa orang secara bersama-sama, menurut Pasal 10 ayat 2 UU Paten, hak atas invensi tersebut dimiliki secara bersama-sama oleh para inventor yang bersangkutan.

3. Penolakan pendaftaran paten terkait dengan penyempurnaan invensi pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 802 K/PDT. SUS/2011 tidaklah berdasarkan pada pertimbangan substansi, dalam penolakannya. Pengajuan gugatan paten yang diajukan sebagai salah satu upaya hukum, selain mengajukan keberatan kepada komisi banding paten danpenuhinya syarat formil dalam pengajuab gugatan, oleh pemohon paten, putusan penolakan permohonan paten memiliki akibat paten.

B. Saran

Terdapat beberapa saran terkait dengan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Perlu adanya pengaturan yang lebih khusus yang mengatur serta memberi kekuasaan kepada Ditjen HKI sehingga dapat lebih berperan aktif terhadap pengeksekusian terhadap paten yang dilanggar.

2. Hendaknya Kantor Paten yang telah ditunjuk atau diberi kuasa oleh inventor sebagai pihak yang mengajukan permohonan paten lebih profesional dan lebih

memperhatikan syarat formil secara seksama yang sudah diatur dalam UU Paten sehingga tidak ada inventor lagi yang dirugikan.

3. Sebaiknya inventor lebih berhati-hati dan teliti dalam menunjuk pihak yang akan diberi kuasa untuk melakukan permohonan pendaftaran paten sehingga terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan.