• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KEDUDUKAN ISIS DALAM HUKUM INTERNASIONAL

B. Konsepsi Dasar Subjek Hukum Internasional

2. Jenis-jenis Subjek Hukum Internasional…

Pada awalnya subjek hukum internasional penuh yang diakui adalah negara karena memiliki personalitas hukum (legal personality) dan kapasitas hukum (legal capacity) yang tidak terbatas. Kepribadian hukum dalam pandangan hukum internasional berfungsi untuk menentukan kapasitas dalam mengklaim hak dan kewajiban yang akan dimiliki, dan juga membentuk sifat atau karakter dari hukum yang akan diterapkan sesuai dengan kepribadian intenasional yang berlaku.

Namun seiring dengan berjalannya waktu kemudian diakui pula adanya beberapa entitas non-negara (non-state) sebagai subjek hukum internasional seperti organisasi internasional, Palang Merah Internasional (PMI), dan Tahta Suci Vatikan.

1. Negara (State)

Secara etimologis istilah "negara" merupakan terjemahan dari kata-kata asing, yaitu state (bahasa Inggris), staat (bahasa Jerman dan Belanda), dan etat (bahasa Prancis). Kata state, staat, dan etat itu diambil oleh orang-orang Eropa dari bahasa Latin pada abad ke-15, yaitu dari kata statum atau status yang berarti keadaan yang tegak dan tetap, atau dalam arti lain sesuatu yang bersifat tetap dan tegak. Istilah negara ini muncul bersamaan dengan munculnya istilah Lo Stato yang dipopulerkan Niccolo Machiavelli lewat bukunya II Principe, dimana saat itu Lo Stato didefinisikan sebagai suatu sistem tugas dan fungsi publik dan alat perlengkapan yang teratur dalam wilayah tertentu.83

83 Definisi Pengertian, ”Pengertian Negara Menurut Para Ahli” dalam http://www.definisipengertian.com/2015/10/pengertian-negara-definisi-menurut-ahli.html diakses pada 05 Desember 2020

Berikut ini beberapa pengertian negara menurut pendapat beberapa ahli84 :

Max Weber mengatakan bahwa negara adalah suatu masyarakat yang mempunyai monopoli dalam penggunaan kekerasan fisik secara sah dalam suatu wilayah" (The state is human society that (successfully) claims the monopoly of the legitimate use of physical force within a given territory).

Rober M. Mac Iver menyatakan negara adalah asosiasi yang menyelenggarakan penertiban di dalam suatu masyarakat dalam suatu wilayah dengan berdasarkan system hukum yang diselenggarakan oleh suatu pemerintah yang untuk maksud tersebut diberi kekuasaan memaksa" (The state is an association which, acting through law as promulgated by a government endowed to this end with coercive power, maintains within a community territorially demarcated the external conditions of order).

Harold J. Laski mengemukakan negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan yang secara sah lebih agung daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat itu. Masyarakat adalah suatu kelompok manusia yang hidup dan bekerjasama untuk mencapai terkabulnya keinginan-keinginan mereka bersama.

Masyarakat merupakan negara kalau cara hidup yang harus ditaati baik oleh individu-individu maupun asosiasi-asosiasi ditentukan oleh suatu wewenang yang bersifat memaksa dan mengikat". (The state is society which is integrated by possessing a coercive authority legally supreme over any individual or group which is part of the society. A society is e a group of human beings living together

84 Budi, Mulyana, “Negara” dalam

https://repository.unikom.ac.id/52334/1/Materi%207%20-%20NEGARA.pdf diakses pada 06 Desember 2020

and working together for the satisfactions of their mutual wants. Such a society is a state when the way of life to which both inviduals and associations must conform is difined by coercive authority binding upon them all).

Fenwick mendefinisikan negara sebagai suatu masyarakat politik yang diorganisasi secara tetap, menduduki suatu daerah tertentu, dan hidup dalam batas-batas daerah tersebut, bebas dari pengawasan negara lain, sehingga dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka bumi.85

Menurut Oppenheim-Lauterpacht unsur-unsur yang harus dipenuhi oleh suatu kesatuan masyarakat politik agar dapat dikatakan sebagai negara yaitu :

i. harus ada rakyat;

ii. harus ada daerah (teritorial) dimana rakyat itu menetap;

iii. harus ada pemerintah; dan

iv. pemerintah itu harus berdaulat.86

Charles G. Fenwick memberikan definisi tentang negara, yaitu suatu masyarakat politik yang diorganisir secara tetap, yang menduduki suatu daerah tertentu, dan yang menikmati dalam batas-batas daerah tersebut suatu kemerdekaan dari pengawasan negara lain, sehingga ia dapat bertindak sebagai badan yang merdeka di muka dunia.87

85 S. Tasrif, Hukum Internasional Tentang Pengakuan dalam Teori dan Praktek, Bandung : Abardin, 1987, Hal. 10.

86Abdul Muthalib Tahar, Op.Cit.,., Hal. 46-47.

87 Ibid. Hal. 47.

Dalam Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933 tentang Hak-Hak dan

Kewajiban Negara (Montevideo Convention of 1933 on The Rights and Duties of the State) , dirumuskan mengenai kualifikasi yang harus dimiliki suatu negara, yaitu:

“The State as a person of international law should posses the following qualifications:

a) A permanent population b) A defined territory c) Government

d) Capasity to enter into relations with the other states.88

Secara umum unsur berdirinya suatu negara dibedakan menjadi 2, yakni :

1) Unsur Konstitutif, terdiri dari : penduduk yang tetap, wilayah tertentu dan pemerintahan yang berdaulat.

2) Unsur Deklaratif, yakni pengakuan dari negara lain.

i. Penduduk yang tetap (A permanent population)

Penduduk merupakan unsur pokok bagi pembentukan suatu negara, karena suatu pulau atau wilayah yang tidak ada penduduknya tidak akan dapat dikatakan sebagai negara. Dalam hukum internasional tidak ada pembatasan tentang jumlah penduduk untuk dapat mendirikan suatu negara.89

88ILSA, “Montevideo Convention on The Rights and Duties of the State 1933” dalam https://www.ilsa.org/Jessup/Jessup15/Montevideo%20Convention.pdf diakses pada 05 Desember 2020

89 Huala Adolf, Aspek-Aspek Negara Dalam Hukum Internasional, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 1991, Hal. 68

Penduduk atau rakyat suatu negara adalah sekelompok orang yang secara tetap atau permanen mendiami atau bermukim dalam suatu wilayah yang juga sudah pasti luasnya.90

Rakyat dalam pengertian keberadaan suatu negara adalah sekumpulan manusia yang dipersatukan oleh persamaan dan bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu. Tidak bisa dibayangkan jika ada suatu negara tanpa rakyat. Hal ini mengingat rakyat atau warga negara adalah substratum personel dari negara.91 Agar disebut sebagai rakyat atau penduduk yang tetap mereka harus mendiami wilayah negara secara permanen atau tidak berpindah (nomaden) serta terorganisir, memiliki hak dan kewajiban yang terikat dengan negara.

Untuk menentukan seseorang penduduk adalah warga negara atau bukan, hal tersebut diatur oleh hukum nasional dari masing-masing negara. Dalam hukum nasionalnya akan ditentukan siapa saja termasuk warga negaranya dan yang bukan. Meskipun masing-masing negara berwenang menentukan peraturan kewarganegaraannya yang diberlakukan dalam wilayah negara itu, tetapi negara tersebut juga harus memperhatikan prinsip-prinsip hukum internasional yang terdapat dalam perjanjian internasional, hukum kebiasaan internasional dan azas-azas umum hukum internasional mengenai kewarganegaraan.92 Walau demikian dalam hukum internasional tidak terdapat ketentuan mengenai syarat minimal penduduk untuk mendirikan sebuah negara.

90 David J. Harris, Cases and Material on International Law, London : Sweet and Maxwell, 1983, Hal. 81

91 C.S.T. Kansil, Sistem Pemerintahan Indonesia, Jakarta : Aksara Baru, 1979, Hal. 13

92 Arsensius, “Perlindungan Orang Asing dalam Hukum Internasional”, Jurnal Varia Bina Civika, Nomor 75, 2009, Hal. 1

ii. Wilayah tertentu (A defined territory)

Suatu negara dalam menjalankan pemerintahannya tentu harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan yakni memiliki wilayah tertentu. Wilayah yang menjadi tempat tinggal rakyatnya dan merupakan daerah kedaulatan negara tersebut. Hal ini menunjukkan adanya kesatuan sosial dan kesatuan geografis dalam wilayah (teritori) negara tersebut.

Wilayah adalah batas kewenangan hukum (jurisdiksi) suatu negara terhadap negara lain. Dalam Hukum Internasional, wilayah negara itu dibagi atas wilayah laut, darat, udara dan ruang antariksa.93

Adapun wilayah adalah unsur negara yang harus terpenuhi karena tidak mungkin ada negara tanpa batas-batas teritorial yang jelas. Secara umum, wilayah dalam sebuah negara biasanya mencakup daratan, perairan (samudra, laut, dan sungai), dan udara. Dalam konsep negara modern masing-masing batas wilayah tersebut diatur dalam perjanjian dan perundang-undangan internasional.94 Meskipun demikian, tidak ada persyaratan dalam hukum internasional bahwa semua perbatasan sudah final dan tidak memiliki sengketa perbatasan lagi dengan negara-negara tetangga, baik pada waktu memproklamirkan diri sebagai negara baru ataupun setelahnya.95

93Mirza Satria Buana, ”Hukum Internasional : Teori dan Praktek, Banjarmasin : FH Unslam Press, 2007, Hal. 4

94Kaelani, Pendidikan Pancasila: Yuridis Kenegaraan, Yogyakarta : Paradigma, 1999, Hal. 7 95Sefriani, Hukum Internasional: Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2010, Hal. 104

iii. Pemerintah (Government)

Pemerintah merupakan komponen atau syarat utama dan terpenting untuk esksistensi suatu negara. Pemerintah (Government) menurut W.. Sayre diartikan sebagai suatu organisasi dari negara yang memperlihatkan dan menjalankan kekuasaannya. (Government is best as the organized agency of the state, expressing and exercing its authority). Sementara David Apter mengemukakan bahwa pemerintah merupakan satuan anggota yang paling umum yang memiliki tanggung jawab tertentu untuk mempertahankan sistem yang mencakupnya dan monopoli praktis mengenai pelaksanaan kekuasaan (Government is most generalized membership unit possessing (a) defined responsibilities for maintenance of the system of which it’s a part and (b) a practical monopoly of coercive power).96

Rakyat yang menduduki suatu wilayah hidup dengan mengorganisasikan diri, sehingga sudah pasti ada pemimpin dan ada yang dipimpin. Bagi hukum internasional suatu wilayah yang tidak mempunyai pemerintahan tidak dianggap sebagai suatu negara.97 Pemerintah memiliki kedaulatan terhadap wilayah negaranya, menjalankan pemerintahan dan untuk mengorganisasikan warga negaranya.

96 Mirza Satria Buana, Op. Cit, Hal. 7.

97 Jawahir Thontowi dan Pranoto Iskandar, Hukum Internasional Kontemporer, Bandung : Refika Aditama, 2006, Hal. 108-109.

iv. Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain (Capasity to enter into relations with the other states)

Kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain sejatinya merupakan implementasi atau wujud nyata dari adanya pengakuan di antara kedua negara yang saling mengadakan hubungan dan hal ini tentu merupakan manifestasi dari kedaulatan suatu negara.

Kedaulatan juga mempunyai arti yang sama dengan kemerdekaan.98 Merdeka di sini bahwa negara tersebut terbebas dari kungkungan, pengaruh atau intervensi pihak asing. Bahwa suatu negara yang merdeka juga bebas untuk menegakkan kedaulatan negaranya serta menjalankan kekuasaan dalam pemerintahan.

Suatu negara dapat saja lahir dan hidup tetapi belum berarti bahwa negara tersebut mempunyai kedaulatan. Kedaulatan adalah kekuasaan tertinggi yang dimiliki oleh suatu negara secara bebas melakukan berbagai kegiatan sesuai kepentingannya asal saja kegiatan tersebut tidak bertentangan dengan hukum internasional. Sesuai konsep hukum internasional, kedaulatan memiliki tiga aspek utama yaitu:

1) Aspek ekstern kedaulatan, yaitu hak bagi setiap negara untuk secara bebas menentukan hubungannya dengan berbagai negara atau kelompok-kelompok lain tanpa kekangan, tekanan atau pengawasan dari negara lain.

98 Ian Brownlie, Principles of Public International Law, Oxfford University Press, Fourth Edition, 1990, Hal. 78.

2) Aspek intern kedaulatan, yaitu hak atau wewenang eksklusif suatu negara untuk menentukan bentuk lembaga-lembaganya, cara kerja lembaga-lembaga tersebut dan hak untuk membuat undang-undang yang diinginkannya serta tindakan-tindakan untuk mematuhi.

3) Aspek teritorial kedaulatan, yaitu kekuasaan penuh dan eksklusif yang dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda-benda yang terdapat di wilayah tersebut.99

b. Organisasi Internasional (International Organisation)

Organisasi internasional atau organisasi antar pemerintah merupakan subjek hukum internasional setelah negara. Negara-negaralah subjek hukum internasional asli yang mendirikan organisasi-organisasi internasional. Walaupun organisasi-organisasi ini baru lahir pada pada akhir abad ke-19, akan tetapi perkembangannya sangat cepat setelah berakhirnya Perang Dunia II.100 Perkembangan itu antara lain didasari pada kenyataan bahwa suatu negara membutuhkan bantuan dari negara lain, sehingga mereka berinteraksi dan bekerjasama di banyak bidang baik itu pendidikan, ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya.

Menurut Pasal 2 ayat 1 Konvensi Wina tentang Hukum Perjanjian 1969, organisasi internasional adalah organisasi antar pemerintah. Definisi organisasi internasional yang diberikan oleh konvensi ini adalah sempit karena membatasi diri hanya pada hubungan antara pemerintah. Penonjolan aspek antar pemerintah

99 Ibid., Hal. 24.

100 Boer Mauna, Op.Cit.,. Hal.52.

ini kiranya dimaksudkan untuk membedakan antara organisasi-organisasi antar pemerintah (intergovernmental organizations, IGO) dan organisasi organisasi nonpemerintah (non-governmental organizations, NGO). Definisi yang sempit ini jugatidak berisikan penjelasan mengenai persyaratan-persayaratan apa saja yang harus dipenuhi oleh suatu organisasi untuk dapat dinamakan organisasi internasional dalam arti kata sebenarnya.101

Organisasi internasional secara sederhanana dapat diartikan sebagai pengaturan bentuk kerjasama internasional yang melembaga antara negara-negara, umumnya berlandaskan suatu persetujuan dasar, untuk melaksanakan fungsi-fungsi yang memberi manfaat timbal balik yang diejawantahkan melalui pertemuan-pertemuan serta kegiatan-kegiatan staf secara berkala (any cooperative arrangement instituted among states, usually by a basic agreement, to perform some mutually adventageous functions implemented through periodic meeting and staff activities).102

Organisasi internasional memiliki dua pengertian yakni, pertama sebagai suatu lembaga atau struktur yang mempunyai serangkaian aturan, anggota, jadwal, tempat, dan waktu pertemuan dan kedua organisasi internasional merupakan pengaturan bagian-bagian menjadi satu kesatuan yang utuh serta tidak ada aspek non-lembaga dalam istilah organisasi internasional itu.103

101 Boer Mauna, Hukum Internasional : Pengertian, Peranan, dan Fungsi Dalam Era Dinamika Global, Bandung : Penerbit Alumni, 2002, Hal. 419.

102 Teuku May Rudy, Hukum Internasional, Bandung : Refika, 2001, Hal. 93.

103 Wagiman dan Anasthasya Saartje Mandagi, Terminologi Hukum Internasional , Jakarta : Sinar Grafika, 2016, Hal. 318.

Menurut Leroy Bennet, organisasi internasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) A permanent organization to carry on a continuing set of function set of functions (organisasi tetap untuk melaksanakan fungsi yang berkelanjutan)

b) Voluntary membersip of eligible parties (keanggotaan yang bersifat sukarela dari peserta yang memenuhi syarat)

c) Basic instrument stating goals, structure and methods of operation (instrumen dasar yang menyatakan tujuan, struktur dan metode operasi)

d) A broadly representative consultative conference organ (badan perwakilan konsultatif yang luas )

e) Permanent secretariat to carry on continuous administrative,and information functions (sekretariat tetap untuk melanjutkan fungsi administrasi dan informasi).104

Guna memenuhi syarat sebagai subjek hukum internasional, organisasi internasional perlu memiliki legal personality atau kepribadian hukum untuk mendapatkan keabsahan (legality) hukum sebagai subjek yang memiliki kapasitas serta hak dan kewajiban dalam hukum internasional internasional.

Terkait legal personality, dalam Piagam PBB Pasal 104105 ditentukan bahwa “organisasi ini dalam wilayah anggota-anggotanya masing-masing akan

104 A Lerroy Bennet dalam Ade Maman Suharman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, Hal. 52.

memperoleh kedudukan hukum yang sah apabila diperlukan untuk pelaksanaan fungsi dan perwujudan tujuan-tujuannya” (the organization shall enjoy in the territory of each members such legal capacity as may be necessary for the exercise of it’s function and the fulfillment of its process).

Legal Personality suatu negara terpisah dari legal personality masing-masing negara anggotanya. Syarat-syarat bagi suatu organisasi internasional untuk memiliki legal personality sendiri, adalah bahwa organisasi tersebut :106

i. Merupakan himpunan (keanggotaan) negara-negara, yang bersifat tetap (permanen), serta dilengkapi dengan struktur organisasi yang lengkap.

Dengan kata lain, bukan sekedar komite ad-hoc yang biasanya berfungsi sementara atau jangka-jangka waktu tertentu.

ii. Memiliki perbedaan, dalam hal kewenangan hukum dan tujuan organisasi, antar organisasi itu dengan negara anggota.

iii. Adanya kewenangan hukum organisasi itu yang dapat diterima (oleh pihak lain) serta diterapkan dalam melaksanakan kegiatan pada ruang lingkup internasional bukan sekedar kegiatan di dalam ruang lingkup nasional salah satu atau masing-masing anggotanya.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi internasional yang paling besar selama ini dalam sejarah pertumbuhan kerjasama semua bangsa di dunia di dalam berbagai sektor kehidupan internasional.107

105 UN, “Charter of the United Nations” dalam https://www.un.org/en/sections/un-charter/un-charter-full-text/ diakses pada 07 Februari 2021.

106 Teuku May Rudy, Op.Cit.,. Hal. 93.

107 Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional, Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI Press), 1987, Hal.1.

c. Palang Merah Internasional (International Committee of the Red Cross)

Palang Merah Internasional merupakan organisasi non pemerintah yang anggotanya palang merah-palang merah nasional negara-negara dan berkedudukan di Swiss. Kedudukan Non Government Organization ini sebagai subjek hukum internasional tidak lepas dari perannya yang besar dalam memberikan pertolongan pada korban perang khususnya di Perang Dunia I dan II.

Di samping itu, NGO ini juga turut memberi kontribusi yang besar pada pembentukan Konvensi-konvensi Jenewa 1949 yang mengatur tentang hukum perang atau hukum humaniter internasional.108

Pembentukan Palang Merah Internasional awalnya bermula pada tanggal 24 Juni 1859 terjadi pertempuran mengerikan antara pasukan Austria melawan pasukan Italia di kota Solferino, Italia Utara, pada hari yang sama Henry Dunant seorang pemuda Swiss tiba di sana untuk menemui Kaisar Prancis, Napoleon III.

Terdapat 40.000 orang korban pertempuran sementara bantuan medis militer tidak cukup sehingga Henry Dunant tergerak menolong, dia bekerja sama dengan penduduk setempat. Sesudah kembali ke Swiss dia menulis pengalamannya dalam buku berjudul “Kenangan dari Solferino” dimana dalam uku tersebut Henry Dunant mengajukan dua gagasan yakni untuk membentuk organisasi sukarelawan yang disiapkan di masa damai untuk menolong prajurit yang cedera di medan perang dan mengajukan perjanjian internasional guna melindungi prajurit yang

108 Sefriani, Hukum Internasional : Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Press, 2017, Hal. 149.

cedera di medan perang serta sukarelawan dari organisasi tersebut pada waktu memberikan perawatan.109

Pada tahun 1863, empat orang warga kota Jenewa bersama-sama dengan dengan Henry Dunant mengembangkan kedua gagasan tersebut dengan membentuk komite internasional untuk bantuan para tentara yang cedera yang sekarang disebut Komite Internasional Palang Merah atau International Committee of the Red Cross. Berdasarkan gagasan pertama, didirikanlah sebuah organisasi sukarelawan di setiap negara yang bertugas untuk membantu bagian medis angkatan darat pada waktu perang. Organisasi tersebut sekarang dikenal dengan Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional. Dan berdasarkan gagasan kedua, diadakanlah konferensi internasional yang menyetujui “konvensi untuk perbaikan kondisi prajurit yang cedera di medan perang”. Konvensi ini disempurnakan menjadi empat Konvensi Jenewa taggal 12 Agustus 1949 yang disebut juga Hukum Humaniter Internasional (HHI).110

Organisasi ini sebagai suatu subjek hukum (yang terbatas) lahir karena sejarah namun kedudukannya diperkuat dalam perjanjian. Sekarag Palang Merah Internasional secara umum diakui sebagai organisasi internasional yang memiliki kedudukan sebagai subjek hukum internasional tersendiri walaupun dengan ruang lingkup yang sangat terbatas.111

109 Ade Maman Suharman, Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, Jakarta : Ghalia Indonesia, 2003, Hal. 210-211.

110Ade Maman Suharman, Ibid.

111 Teuku May Rudy, Hukum Internasional 1, Bandung : Refika Aditama, 2001, Hal.3.

Meskipun mendapat status sebagai subjek hukum internasional, tetapi dalam ruang lingkup yang sangat terbatas dimana ICRC hanya bergerak di bidang kemanusiaan, memberikan perlindungan terhadap korban perang baik skala domestik maupun internasional.112

Anggaran Dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Nasional menjamin bahwa struktur organisasinya bersifat sah di tingkat internasional.

Untuk meningkatkan kesatuan di antara berbagai lembaga yang dicakup oleh gerakan ini, empat tahun sekali diselenggarakan Konferensi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah. Konferensi ini dihadiri oleh Komite Palang Merah, perhimpunan-perhimpunan nasional, federasinya serta wakil dari penandatangan Konvensi Jenewa.113

d. Takhta Suci Vatikan (The Holy See)

Takhta Suci Vatikan merupakan salah satu subjek hukum internasional yang telah ada di samping negara. Pun Takhta Suci merupakan suatu subjek hukum yang memiliki kedudukan sejajar dengan negara. Hal ini merupakan peninggalan (atau kelanjutan) sejarah jaman dahulu yakni ketika Paus bukan hanya merupakan kepala gereja Roma tetapi juga memiliki kekuasaan duniawi.114

Takhta Suci Vatikan menjadi salah satu subjek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal 11 Februari 1929 antara pemerintah Italia dan Takhta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di Roma. Perjanjian Lateran tersebut di sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi Takhta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri,

112 Sefriani, Loc.Cit.

113 Ade Maman Suharman, Op.Cit.,, Hal. 212.

114 Teuku May Rudy, Op.Cit.,, Hal.2-3

walaupun tugas dan kewenangannya tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Takhta Suci dan umat Katolik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia.

Oleh karena itu, banyak negara membuka hubungan diplomatik dengan Takhta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di Vatikan, dan demikian juga sebaliknya Takhta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara, Kewenangan Takhta Suci hanya terbatas pada masalah kemanusiaan dan perdamaian umat sehingga tampak sebagai kekuatan moral belaka Namun pengaruh dan wibawa Paus sebagai Kepala Takhta Suci atau pemimpin Gereja Katolik diakui di seluruh penjuru dunia. Takhta Suci bagaimanapun telah menjadi negara peserta terhadap berbagai macam perjanjian internasional, seperti Universal Postal Union dan International Telecommunications Union (ITU). Hal yang menarik adalah ketika Takhta Suci menyerahkan laporan kepada Komite Penghapusan Diskriminasi Rasial.115

e. Individu (Natural Person)

Pengakuan hukum internasional terhadap individu sebagai subjek hukum internasional terbatas pada dimungkinkannya individu dituntut di depan pengadilan internasional untuk bertanggungjawab secara pribadi atas namanya sendiri terhadap kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya. Sebaliknya masih

Pengakuan hukum internasional terhadap individu sebagai subjek hukum internasional terbatas pada dimungkinkannya individu dituntut di depan pengadilan internasional untuk bertanggungjawab secara pribadi atas namanya sendiri terhadap kejahatan-kejahatan yang telah dilakukannya. Sebaliknya masih

Dokumen terkait