• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: RIMMA ITASARI NABABAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI. Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum OLEH: RIMMA ITASARI NABABAN"

Copied!
214
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS YURIDIS POLEMIK PEMULANGAN WARGA NEGARA INDONESIA (WNI) EKS KOMBATAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

OLEH:

RIMMA ITASARI NABABAN 170200372

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya :

NAMA : RIMMA ITASARI NABABAN

NIM : 170200372

DEPARTEMEN : HUKUM INTERNASIONAL

JUDUL SKRIPSI : ANALISIS YURIDIS POLEMIK PEMULANGAN WARGA NEGARA INDONESIA (WNI) EKS KOMBATAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Dengan ini menyatakan bahwa:

1. Skripsi yang saya tulis adalah benar dan tidak merupakan ciplakan dari skripsi atau karya ilmiah orang lain.

2. Apabila terbukti di kemudian hari skripsi tersebut adalah ciplakan, maka segala akibat hukum yang timbul menjadi tanggung jawab saya.

Dengan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa adanya paksaan atau tekanan dari pihak manapun.

Medan, Mei 2021

Rimma Itasari Nababan 170200372

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “ANALISIS YURIDIS POLEMIK PEMULANGAN WARGA NEGARA INDONESIA (WNI) EKS KOMBATAN ISLAMIC STATE OF IRAQ AND SYRIA (ISIS) DITINJAU DARI PERSPEKTIF

HUKUM INTERNASIONAL”.

Latar belakang penulisan skripsi ini bukan semata-mata demi kelulusan kegiatan akademik penulis saja, tetapi penulis juga ingin mengkaji dan memberikan sumbangsih pemikiran dan gagasan serta analisis yuridis mengenai polemik pemulangan WNI Eks kombatan ISIS yang menuai banyak pro kontra di berbagai kalangan terkait masalah pertimbangan HAM dan keamanan negara.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih ada banyak kesalahan dan ketidaksempurnaan, baik yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan penulis maupun oleh perkembangan hukum internasional yang dinamis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pihak mana pun sangat diharapkan oleh penulis demi penyempurnaan isi skripsi ini.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak yang telah berjasa, mendukung dan mendorong semangat untuk menyelesaikan karya tulis ini. Terkhusus kepada kedua orangtua penulis yang tersayang yaitu Mama Rista Sihombing, Bapa Pukka Nababan, dan adek-adek penulis Surya Mulyadi Nababan, May Sandi Sastra Nababan, Cindya Ferisha Nababan, Tiara Monalisa Nababan, dan Imanuel Chrisyanto Nababan,

(5)

terima kasih atas cinta kasih, dukungan moril dan materiil yang telah diberikan kepada penulis selama ini. Penulis juga hendak berterima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan selama proses penulisan skripsi dan dalam kehidupan penulis, yakni:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos.,M.Si., selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Budiman Ginting, S.H.,M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum USU, beserta seluruh jajaran pimpinan Fakultas Hukum USU.

3. Bapak Prof. Suhaidi, S.H.,M.Hum. selaku Ketua Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum USU dan Dosen Pembimbing II penulis, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada saya selama ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

4. Bapak Dr. Jelly Leviza, S.H.,M.H. selaku Dosen Pembimbing I penulis, saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas ilmu, arahan, dan bimbingan yang diberikan kepada saya selama ini sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Dr. Sutiarnoto, S.H., M.Hum, selaku Sekretaris Departemen Hukum Internasional Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

6. Bapak Dr. Edy Yunara, S.H.,M.H selaku Dosen Pembimbing Akademik

7. Seluruh civitas Fakultas Hukum USU, jajaran staf administrasi dan seluruh pegawai Fakultas Hukum USU lainnya;

(6)

8. Keluarga besar penulis yang tersebar di mana pun,

9. Pieter Abram yang telah menjadi partner yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

10. Teman-teman Grup G yang sudah menyemangati penulis, terkhusus Cecio, Johar Siregar, Dania Zahra, Sartika Ginting, Ariandi, Satria 11. Teman-teman ILSA 2017 yang turut berkontribusi dan menyemangati

penulis dalam penyelesaian skripsi ini, terkhusus buat Dewi dan Angel 12. Kelompok Kecil penulis di Kebaktian Mahasiswa Kristen (KMK)

untuk doa dan dorongan semangat yang telah diberikan kepada penulis.

13. Teman-teman di Pena Lingkar Toba yang telah menjadi sumber inspirasi menulis, dan semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini membawa manfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Sekian dan Terima Kasih

Medan, 3 April 2021 Hormat Penulis,

RIMMA ITASARI NABABAN NIM. 170200372

(7)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………..……i

DAFTAR ISI………..………iv

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL………..………...vi

ABSTRAK………vii

BAB I PENDAHULUAN………..….1

A. Latar Belakang………..……...1

B. Rumusan Masalah………..……....13

C. Tujuan Penulisan………..……...13

D. Manfaat Penulisan………..……....14

E. Keaslian Penelitian..……….……..………15

F. Tinjauan Pustaka.………..………..……...17

G. Metode Penelitian………..…...22

H. Sistematika Penulisan………..…...28

BAB II KEDUDUKAN ISIS DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Lahirnya ISIS………...………30

B. Konsepsi Dasar Subjek Hukum Internasional 1. Pengertian Hukum Internasional dan Subjek Hukum Internasional…..…...………47

2. Jenis-jenis Subjek Hukum Internasional…...………...55

C. Status dan Kedudukan ISIS dalam Hukum Internasional……….78

(8)

BAB III STATUS KEWARGANEGARAAN DARI WNI YANG BERGABUNG DALAM KOMBATAN ISIS MENURUT HUKUM

INTERNASIONAL HUKUM NASIONAL………..……….97 A. Pengaturan Mengenai Kewarganegaraan dalam Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2006………..…...97 B. Syarat dan Ketentuan Melepaskan Kewarganegaraan………...118 C. Hak-hak Kewarganegaraan serta Dampak Statelessness Atau

Keadaan Tanpa Kewarganegaraan……..………...……….…...123 D. Status Kewarganegaraan dari WNI yang Telah Bergabung dalam

Kombatan ISIS Menurut Hukum Nasional Indonesia………...138 BAB IV ANALISIS YURIDIS POLEMIK PEMULANGAN KOMBATAN ISIS EKS-WNI DITINJAU DARI PERSPEKTIF HUKUM

INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL………...150 A. Pertimbangan HAM Terutama Untuk Anak-anak dan

Perempuan………..150 B. Keputusan Pemerintah Terkait Wacana

Pemulang………164 C. Praktik-praktik Berbagai Negara Menghadapi Warganya Yang

Masuk ISIS………....169 D. Persoalan Tentang Pemulangan ISIS Jika Ditinjau Dari Perspektif

Hukum Internasional dan Hukum Nasional Indonesia………..175 D.1. Persoalan Tentang Pemulangan ISIS Jika Ditinjau Dari

Perspektif Hukum Internasional ………...…175 D.2. Persoalan Tentang Pemulangan ISIS Jika Ditinjau Dari

Perspektif Hukum Nasional……. ………179 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan………186 B. Saran………...188 DAFTAR PUSTAKA……….190

(9)

DAFTAR GAMBAR DAN TABEL

Gambar 1.1 Persentase Negara Yang Mendukung dan Tidak Mendukung Negara Islam (ISIS)………...7 Gambar 2.1 Peta Teritorial ISIS………...38 Gambar 3.1 Tangkapan Layar Berita Berjudul “Jokowi : Mereka

ISIS Eks WNI”………...145

Gambar 3.2 Tangkapan Layar Berita Berjudul “Moeldoko : ISIS Eks WNI Berstatus Tanpa Kewarganegaraan”………...146 Gambar 3.3 Tangkapan Layar Berita Berjudul “Soal Status WNI

Eks, Ma’ruf: Mereka yang Lepas Kewarganegaraan

Sendiri”………147 Gambar 3.4 Tangkapan Layar Berita Berjudul “Mahfud MD:

Pemerintah Tidak Mencabut Status WNI Pendukung ISIS”………148 Tabel 2.1 Unsur-unsur Teroris menurut Konvensi PBB Tahun 1937

dan Ciri-ciri Ciri-ciri yang Terpenuhi dan Tidak Terpenuhi oleh ISIS………...91 Tabel 2.2 Unsur-unsur Teroris menurut Konvensi ASEAN

Mengenai Pemberantasan Terorisme dan Ciri-ciri yang Terpenuhi dan Tidak Terpenuhi oleh ISIS………92 Tabel 3.1 Kriteria Kehilangan Kewarganegaraan Menurut

Undang-Undang Kewarganegaraan Nomor 12 Tahun 2006 Yang Terpenuhi dan Tidak Terpenuhi Oleh Warga Negara Indonesia Yang Bergabung

Dengan ISIS...140

(10)

ABSTRAK

Rimma Itasari Nababan*

Dr. Jelly Leviza, S.H., M.Hum**

Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H***

Isu pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) yang bergabung menjadi kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) menuai banyak pro kontra di berbagai kalangan. Sebagian kalangan berpendapat bahwa mereka harus dipulangkan dengan alasan pertimbangan Hak Asasi Manusia (HAM) khususnya terhadap perempuan dan anak-anak sementara sebagian lagi mengatakan untuk menolak pemulangan tersebut dengan alasan keamanan negara dan mencegah penyebaran terorisme di Indonesia. Sebelumnya terdapat perbedaan asumsi terhadap status dan kedudukan ISIS dalam hukum internasional yakni antara sebuah negara, kelompok pemberontak dan teroris.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui status dan kedudukan ISIS dalam hukum internasional, status kewarganegaraan WNI yang bergabung dengan ISIS dan analisis yuridis tentang pemulangan WNI eks kombatan ISIS dari sudut pandang hukum internasional dan hukum nasional Indonesia.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian hukum normatif yakni penelitian yang menggunakan sumber data-data sekunder dengan sumber data yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder dan tersier. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah library research (studi kepustakaan) yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai literatur kepustakaan baik melalui media cetak maupun media online dengan alat pengumpulan data berupa studi dokumen. Teknik analisis data yang dilakukan ialah analisis data kualitatif.

Kata Kunci : Warga Negara Indonesia, Islamic State of Iraq and Syria, Hukum Internasional

__________________________________

* Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

** Dosen Pembimbing I

*** Dosen Pembimbing II

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rencana pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) eks kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) ke Indonesia menuai polemik dan menjadi bahan perbincangan di banyak kalangan baru-baru ini. Banyak pro maupun kontra dari berbagai kalangan. Beberapa pihak yang menolak wacana pemulangan dengan alasan keamanan negara karena ditakutkan mereka akan menyebarkan terorisme atau kekacauan di dalam negeri. Sementara itu sebagian lagi justru menerima dan meminta agar mereka dipulangkan dengan alasan Hak Asasi Manusia (HAM).

Tentu saja diperlukan pertimbangan yang matang oleh pemerintah untuk mengambil keputusan akan memulangkan atau tidak.

Saat ini pemerintah akan mengidentifikasi 689 yang diduga WNI eks ISIS.

Identifikasi secara detail mulai dari nama hingga alamat agar bisa melakukan pencegahan masuknya WNI eks ISIS ke Indonesia.1 Dilansir dari VOA Indonesia, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo berdasarkan pendapat pribadinya mengatakan bahwa anggota ISIS yang berasal dari Indonesia yang sudah membakar paspor Indonesia seharusnya tidak bisa pulang ke Indonesia.

Menurutnya akan berbahaya jika mereka dipulangkan, dan kalau sudah membakar paspor, secara hukum paspornya bisa dicabut. Meski begitu, Presiden Joko

1 Kontan Nasional, “Jokowi : Pemerintah Tidak Punya Rencana Memulangkan ISIS’” dalam https://nasional.kontan.co.id/news/jokowi-pemerintah-tidak-punya-rencana-memulangkan-isis- eks-wni?page=2 diakses pada tanggal 21 Oktober 2020

(12)

Widodo menegaskan hal tersebut masih akan dibahas dalam rapat terbatas bersama kementerian atau lembaga terkait.2

Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa pemerintah masih mengkalkulasi dampak baik maupun buruk akibat pemulangan para mantan anggota ISIS tersebut. Kini, pemerintah sedang menghitung detail lewat berbagai kementerian.

Lalu, keputusan akan diambil saat ratas dalam waktu dekat, meski dalam beberapa kesempatan Jokowi menyiratkan bahwa akan menolak kepulangan mereka. Pro- kontra pemulangan WNI eks ISIS pun mendapat pendapat beragam dari sejumlah mantan napi teroris. Sofyan Tsauri, seorang pemerhati teroris yang juga mantan anggota Jamaah Ansharut Daulah sepakat dengan ide Presiden Jokowi untuk tidak memulangkan kembali ke Indonesia. Ia menilai bahwa Indonesia belum mampu menangani dengan baik masalah para mantan narapidana teroris yang sudah ada selama ini.3

Namun Al Chaidar, yang juga pengamat teroris dan mantan anggota teroris Negara Islam Indonesia (NII) lebih sepakat untuk menerima seluruh WNI tanpa catatan, sebab ia memandang bahwa niatan para mantan kombatan ISIS tersebut untuk kembali ke tanah air ialah karena sudah jengah dengan ideologi ISIS.4

Selain itu juga terdapat perbedaan pendapat di berbagai kalangan terkait status kewarganegaraan para kombatan ISIS yang berasal dari Indonesia serta penggunaan istilah “WNI eks ISIS’ dengan “ISIS eks WNI”. Meski sebenarnya

2 VOA Indonesia, “Jokowi Isyaratkan Tidak Setuju Pulangkan 600 WNI Eks-ISIS ke Indonesia” dalam https://www.voaindonesia.com/a/jokowi-isyaratkan-tidak-setuju-pulangkan-600- wni-eks-isis-ke-indonesia/5274788.html diakses pada tanggal 07 Januari 2021

3 Tirto, “Pro-Kontra Pemulangan WNI Eks-ISIS: Diperlukan Perspektif Humanis” dalam https://tirto.id/pro-kontra-pemulangan-wni-eks-isis-diperlukan-perspektif-humanis-exE7m diakses pada tanggal 07 Januari 2021

4 Ibid.

(13)

kedua istilah ini memiliki perbedaan dimana “WNI eks ISIS” merupakan Warga Negara Indonesia yang pernah bergabung dan menjadi anggota atau kombatan ISIS namun sekarang tidak lagi. Sementara “ISIS eks WNI ” memiliki arti sebagai orang-orang yang berasal dari Indonesia yang sampai saat ini masih bergabung dan menjadi anggota ISIS namun tidak lagi berstatus sebagai WNI.5

Meskipun banyak pihak menilai bahwa status mereka tidak layak lagi disebut sebagai warga negara Indonesia akibat dari aktivitas serta kejahatan-kejahatan yang mereka lakukan serta dengan aksi mereka melakukan pembakaran paspor mendapat kecaman dari masyarakat Indonesia yang dianggap sebagai aksi pelepasan kewarganegaraan. Bahkan Presiden Joko Widodo menyebut mereka dengan sebutan “ISIS eks WNI”. Hal ini menyiratkan bahwa mereka tidak lagi diakui sebagai WNI. Padahal semestinya kehilangan kewarganegaraan dilakukan berdasarkan peraturan perundang-undangan. Seperti diatur dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dimana dalam Pasal 23 disebutkan beberapa kategori kehilangan kewarganegaraan. Diantaranya ialah Warga Negara Indonesia akan kehilangan kewarganegaraan jika yang bersangkutan :

d. masuk dalam dinas tentara asing tanpa izin terlebih dahulu dari Presiden ; f. secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing atau bagian dari negara asing tersebut.

5 Kompas, “Jokowi: Pemerintah Tak Berencana Pulangkan ISIS Eks WNI", dalam https://nasional.kompas.com/read/2020/02/12/17013951/jokowi-pemerintah-tak-berencana- pulangkan-isis-eks-wni diakses pada tanggal 04 Maret 2021

(14)

Sehingga perlu diperhatikan apakah keterlibatan Warga Negara Indonesia dengan ISIS dapat dikatakan memenuhi kriteria masuk dinas asing atau apakah mengangkat sumpah dan menyatakan janji setia dengan ISIS memenuhi kriteria sebagai suatu pernyataan janji setia terhadap negara asing atau bagian dari negara asing.

Direktur Global Indonesia Strategic Studies (GISS) Fajar Shadiq menilai narasi yang digunakan oleh Jokowi kepada para pendukung ISIS yang berada di Suriah sebagai “ISIS eks WNI” merupakan sesuatu yang kontra produktif.

Penyebutan itu merupakan bentuk pengakuan secara tidak langsung bahwa entitas ISIS sejajar dengan negara.6

Padahal semestinya status pelepasan atau kehilangan kewarganegaraan seseorang harus diatur berdasarkan undang-undang dimaksud. Karena meskipun aksi membakar paspor itu dapat dikatakan menyebabkan mereka kehilangan kewarganegaraan secara simbolik tetapi secara yuridis aksi melakukan pembakaran paspor itu tidak dapat serta merta menghilangkan status kewarganegaraan mereka.

ISIS adalah kelompok ekstremis yang mengikuti ideologi garis keras Al- Qaeda. Seperti Al-Qaeda dan banyak kelompok jihad modern lainnya, ISIS muncul dari ideologi Ikhwanul Muslimin, kelompok Islam pertama di dunia pada tahun 1920-an di Mesir. ISIS mengikuti ekstrim anti barat yang menurutnya sebagai penafsiran Islam, mempromosikan kekerasan agama dan menganggap mereka yang tidak setuju dengan tafsirannya sebagai kafir dan murtad. Secara

6 Warta Ekonomi, “Pakar : Jokowi dan RI Akui ISIS Sebagai Negara Islam Berdaulat” dalam https://www.wartaekonomi.co.id/read271861/pakar-jokowi-ri-akui-isis-sebagai-negara-islam- berdaulat?page=1 diakses pada 14 Februari 2021

(15)

bersamaan, ISIS bertujuan untuk mendirikan negara Islam Salafi yang berorientasi di Iraq, Suriah dan bagian lain dari Syam. Kelompok ini dalam bentuk aslinya terdiri dari dan didukung oleh berbagai kelompok pemberontak Sunni, termasuk organisasi-organisasi pendahulunya seperti Dewan Syura Mujahidin dan Al- Qaeda di Iraq (AQI). ISIS dikenal karena memiliki interpretasi atau tafsir yang keras pada Islam dan kekerasan brutal seperti bom bunuh diri, dan menjarah bank.

Target serangan ISIS diarahkan terutama terhadap Muslim Syiah dan Kristen, serta etnis Yazidi.7

Dalam upaya untuk membentuk negara Islam di Iraq dan Suriah, ISIS mulai menghancurkan berbagai hal yang diangggap menyalahi syariat Islam seperti menghancurkan masjid, maupun berbagai peningggalan sejarah bahkan mereka mengusir kelompok minoritas Kristen yang berada di Iraq Utara. Selain itu ISIS melakukan serangkaian eksekusi terhadap ulama dan masyarakat khususnya kelompok Syiah dan yang menentang keberadaan Negara Islam Iraq dan Suriah serta melakukan eksekusi terhadap pasukan Iraq dan Suriah yang memerangi mereka.

Keberadaan dari ISIS menimbulkan gelombang pengungsi karena ketakutan di kalangan masyarakat di Iraq Utara terhadap ancaman yang setiap hari ditebarkan oleh kelompok ISIS kepada mereka. 8 Sekitar 30.000 hingga 42.000 orang dari lebih dari 110 negara telah datang ke Suriah dan bergabung menjadi pasukan ISIS bahkan sejak sebelum ISIS mendeklarasikan kekhilafahannya pada

7 Junaidi, Mahfud , Pandangan dan Respon Guru Agama Terhadap gerakan Radikalisme ISIS dan implikasinya Dalam Pembentukan Karakter Anak di Sekolah (Studi Kasus Guru PAI Sekolah Dasar di Kecamatan Mijen Kota Semarang), Semarang, 2015, Hal. 37-38.

8 Angga Nurdin Rahmat, Keamanan Global Transformasi Isu Keamanan Pasca Perang Dingin, Bandung : Alfabeta, 2015, Hal. 111.

(16)

tahun 2014. Sementara itu pemerintah Indonesia sendiri mencatat bahwa sejak tahun 2014 hingga sekarang, sebanyak 1.580 WNI telah atau pernah mencoba berangkat ke Suriah dan Iraq dengan tujuan untuk bergabung dengan ISIS.9

Islamic State of Iraq and Syria terkenal dengan perilaku kejamnya. Salah satunya menculik ribuan wanita Yazidi lalu menjadikannya petarung dan budak seks yang diperkosa puluhan kali sehari. Dilansir dari Reuters dan media lokal Kurdi, NRT, Sabtu, tanggal 4 Agustus 2018, dilaporkan bahwa hingga saat ini ada 3.146 warga Yazidi masih dalam penyekapan ISIS. Jumlah itu terdiri atas 1.465 wanita dan 1.685 pria. Menurut laporan jurnal Public Library of Science (PLoS) tahun 2017, seperti dikutip Reuters, ada sekitar 3.100 warga Yazidi yang dibunuh, separuh di antaranya ditembak mati, dipenggal atau dibakar hidup-hidup.

Sementara, ada 6.800 warga Yazidi lainnya yang diculik untuk dijadikan budak seks atau petempur ISIS.10

Dalam sebuah laporan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tercatat bahwa sejak 2014 hingga Oktober 2015 terhitung 18.802 warga sipil tewas dan 36.245 lainnya luka-luka dalam perang tersebut.11 ISIS merupakan ancaman atas keamanan global karena aksi kejahatannya yang masif di banyak negara. Sehingga banyak negara yang mengutuk, melarang warganya bergabung dengan ISIS bahkan hingga menyerukan perang terhadap ISIS. Ada banyak negara yang

9 Tim Peneliti The Habibie Center, Kajian Kontra Terorisme dan Kebijakan : Tantangan dan Solusi Pemulangan Simpatisan ISIS, The Habibie Center, Edisi 05, Agustus 2019

10 Detik News, “Kekejaman ISIS Jadikan Ribuan Wanita Yazidi Budak Seks” dalam https://news.detik.com/internasional/d-4150014/kekejaman-isis-jadikan-ribuan-wanita-yazidi- budak-seks diakses pada tanggal 21 Oktober 2020

11 Republika, Ratna Ajeng Tejomukti, “PBB Ungkap Fakta Mengejutkan Mengenai Korban ISIS”, dalam https://www.republika.co.id/berita/internasional/timur-tengah/16/01/20/o17u4k383-pbb-ungkap- fakta-mengejutkan-mengenai-korban-isis diakses pada tanggal 21 Oktober 2020

(17)

bertempur secara besar-besaran melawan ISIS seperti Suriah, Iran, Turki, Amerika Serikat, Rusia dan Arab Saudi.

Berikut hasil salah satu survey terkait respon beberapa negara terhadap keberadaan ISIS seperti dikutip dari BBC.Com12

Gambar 1.1 Persentase Negara Yang Mendukung dan Tidak Mendukung Negara Islam (ISIS)

Sumber : BBC.Com

Selain itu, Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki Moon, menyerukan kepada masyarakat internasional agar bersatu dan mendukung pemerintah Iraq untuk menghadapi tantangan keamanan dari kelompok ISIS ini. Dewan Keamanan PBB juga menyatakan keprihatinannya terhadap lebih dari 700.000 penduduk yang meninggalkan rumah mereka dan melarikan diri ke kota-kota Kurdi di sebelah utara.

12 BBC. “Bagaimana Dunia Muslim Melihat Kelompok ISIS” dalam https://www.bbc.com/indonesia/dunia/2015/11/151120_dunia_islam_gch diakses pada tanggal 21 Oktober 2020

(18)

Komisaris Tertinggi HAM PBB, Navi Pillay, mengungkapkan bahwa pembunuhan yang dilakukan oleh ISIS di Iraq ini merupakan kejahatan perang.

Kekhawatiran terhadap kondisi anak-anak yang kekurangan air bersih, makanan, dan minimnya perlindungan pun disampaikan Babille. Oleh karena itu, seluruh dunia diharapkan dapat membantu Pemerintah Iraq untuk mengatasinya. Serupa dengan PBB, AS pun mengecam serangan yang dilakukan oleh ISIS. Melihat situasi Iraq yang semakin memburuk, Pemerintah AS pun memutuskan untuk mengerahkan 275 personel militernya.

Keputusan ini wajar dilakukan karena pemerintah AS perlu melindungi warga negara serta properti yang dimilikinya di wilayah Iraq. Bahkan jika dianggap perlu, pasukan militer ini akan diperlengkapi juga dengan peralatan tempur.

Pasukan ini akan tetap berada di Iraq hingga situasi keamanan dianggap kondusif.

Kendati demikian, masuknya pasukan AS ke wilayah Iraq harus sudah dengan persetujuan pemerintah Perdana Menteri Iraq Nouri al-Maliki.13

Penolakan oleh masyarakat terhadap ISIS juga terjadi di Indonesia. Sebagian besar menganggap ISIS sebagai kelompok teroris. Meski demikian tidak dapat diingkari bahwa ada juga rakyat Indonesia yang mendukung bahkan menjadi simpatisan ISIS. Baru-baru ini juga ada beberapa aksi teror yang diklaim ada hubungannya dengan ISIS. Dalam survei yang dilakukan “Saiful Mujani Research and Consulting” (SMRC) atas 1.220 responden di seluruh provinsi di Indonesia pada 10-12 Desember 2015, diketahui bahwa 95,3% mengatakan tahu tentang keberadaan ISIS dan dengan tegas mengatakan organisasi penyebar teror itu tidak

13 Lisbet Sihombing, Respons International Terhadap Serangan The Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) di Irak, Vol. VI, No. 12, 2014, Hal. 7.

(19)

boleh ada di Indonesia, meskipun demikian ada 4,4% yang memilih tidak menjawab. Penolakan terhadap ISIS ini lanjutnya tersebar merata di semua kategori gender, desa-kota, umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, wilayah, etnis dan agama.14 Kekhawatiran akan ancaman ISIS memang nyata di Indonesia dan tidak bisa diremehkan mengingat ISIS juga sering melakukan ancaman melalui pernyataan-pernyataan ke media. Mereka lihai untuk mencari, mempengaruhi dan melakukan perekrutan pengikutan di banyak negara.

Pada awalnya ISIS belum memiliki status yang jelas dalam hukum internasional. Meskipun mereka mengklaim dirinya sebagai sebuah negara namun masyarakat internasional menolak klaim tersebut. Selain itu ISIS juga tidak memenuhi unsur-unsur negara yang tercantum dalam Konvensi Montevideo seperti pengakuan dari negara lain sebagai manifestasi astas kedaulatan yang seharusnya dimiliki oleh negara yang merdeka. Secara umum ISIS dikelompokkan ke dalam 3 opsi utama yakni negara, pemberontak dan sebagai teroris.

Pada awalnya kelompok pemberontak muncul sebagai masalah internal dalam suatu negara yang berdaulat dan seharusnya penyelesaiannya dilakukan berdasarkan hukum nasional negara tersebut. Pun sama halnya dengan ISIS, namun aktivitas ISIS semakin meluas bahkan melibatkan negara-negara lain. Namun dalam hal ini juga masih diperdebatkan apakah ISIS masuk kategori belligerent atau insurgent. Meski keduanya sama-sama pemberontak namun memiliki tingkatan yang berbeda.

14 VOA Indonesia, “Survei : 95 % Masyarakat Indonesia Menolak ISIS”, dalam https://www.voaindonesia.com/a/survei-95-persen-masyarakat-indonesia-tolak-isis-/3159461.html diakses pada tanggal 21 Oktober 2020

(20)

Istilah insurgency merujuk pada tindakan-tindakan pemberontakan, kerusuhan, atupun tindakan makar yang dilakukan oleh warga negara suatu negara terhadap pemerintahan negaranya, sementara istilah belligerent lebih mengarah kepada perang sipil dengan kondisi yang hampir sama kuat dan hampir menyerupai perang antar negara. Hukum internasional sangat sedikit mengatur tentang insurgent. Kedua hal ini lebih di pandang murni sebagai masalah internal negara dan negara tersebutlah secara nasional yang berhak menentukan hukum atas hal ini. Terlebih jika pemberontakan mendapatkan status sebagai belligerent maka pemeberontakan akan memiliki hak dan kewajiban karena akan menjadikan statusnya sebagai subyek dari hukum internasional. Pemberontakan yang memperoleh pengakuan tidak lagi dianggap sebagai penjahat oleh negara tetapi merupakan orang yang berperang, dan hukum perang akan berlaku dalam seluruh tindakan setelahnya.15

Pemberontak tidak dapat serta merta disebut sebagai belligerent, karena untuk dapat diakui sebagai belligerent sebagai subjek hukum internasional harus memenuhi syarat-syarat, antara lain memiliki sebuah organisasi pemerintahan sendiri; kekuatan militernya telah menduduki wilayah tertentu; mempunyai kontrol efektif atas wilayah tersebut; dan anggota militernya memiliki seragam dengan tanda-tanda dengan peralatan militer yang cukup. Insurgent merupakan awal mula pemberontakan belligerent. Namun setiap insurgent tidak dapat disebut belligerent jika belum memenuhi unsur-unsur tersebut.16 Selain itu, pengakuannya

15 L., Oppenheim, International Law- A treatise, London : Longmans, Green & Co., 1952, e- book. Vol. I7th, Hlm. 248-253.

16 Wagiman dan Anasthasya Saartje Mandagi, Terminologi Hukum Internasional, Jakarta : Sinar Grafika, 2016, Hal . 331.

(21)

bersifat subyektif karena bergantung pada pengakuan yang diberikan oleh negara dan pengaturannya dilakukan secara internal oleh negara tersebut. Sehingga tidak ada indikator pasti untuk menentukan suatu kelompok pemberontak sebagai kelompok insurgency atau belligerent.

Perlawanan ISIS dilakukan dengan aksi-aksi teror sporadis tapi mematikan.

Indonesia akhir-akhir ini juga menjadi daerah sasaran aksi teror dari kelompok yang berafiliasi dengan ISIS. Aksi bom Thamrin dan Kampung Melayu adalah aksi teror yang diakui oleh ISIS. Aksi lain yang dilakukan oleh pelaku tunggal (lone wolf) ditengarai juga karena pengaruh dari ISIS seperti yang terjadi pada penyerangan polisi di Tangerang, Gereja Katolik Medan, dan Samarinda. Aksi lain seperti yang terjadi pada teror kepada polisi di Jawa Timur dan bom Cicendo dilakukan oleh kelompok radikal, Jamaah Ansharut Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS. ISIS dikategorikan sebagai salah satu ancaman bagi Indonesia. Fakta menunjukkan bahwa terdapat simpatisan ISIS di Suriah yang berasal dari Indonesia, termasuk Bahrun Naim, yang selama ini diduga menjadi aktor intelektual aksi teror di Thamrin dan Kampung Melayu. Selain itu di Indonesia terdapat beberapa kelompok radikal yang menjadi pendukung ISIS. Faktor pendukung ancaman ISIS bagi Indonesia adalah adanya narapidana dan mantan narapidana kasus terorisme yang berpotensi melakukan aksi teror kembali sebagai bentuk dukungan kepada ISIS. 17

17 Detik, “ISIS, Aksi di Marawi, dan Ancaman Bagi Indonesia” dalam https://news.detik.com/kolom/d-3523220/isis-aksi-di-marawi-dan-ancaman-bagi-indonesia diakses pada 21 Oktober 2020

(22)

Hal itulah yang menjadi alasan kenapa mayoritas masyarakat menolak kepulangan para kombatan ISIS ke Indonesia. Apalagi kasus ini terjadi di tengah pandemi global Corona Virus Diseases 2019 (Covid-19). Pemerintah mesti berhati-hati mengeluarkan keputusan dengan mengkaji secara cermat baik dari segi hukum, sosial maupun politik. Karena kepulangan kombatan ISIS menyangkut hajat hidup orang banyak. Jika pemerintah memilih untuk memulangkan maka diperlukan pendekatan yang komprehensif, mulai dari proses verifikasi dan deradikalisasi.

Pemerintah dituntut agar bisa memastikan bahwa proses deradikalisasi berhasil. Tentu hal ini merupakan hal yang sangat sulit. Karena pemerintah tidak akan bisa menjamin bahwa mereka akan bertobat atau sanggup menanggalkan ideologi mereka selamanya. Mengingat sebagian besar para pengikut ISIS sudah terdoktrin dengan kuat. Keselamatan rakyat Indonesia pun harus dijamin jika mereka harus dipulangkan. Selain itu opsi pemulangan ini memerlukan pendanaan yang sangat besar.

Penulisan skripsi ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya status ISIS dalam hukum internasional dan status para kombatan ISIS yang berasal dari Indonesia beserta polemik atas pemulangan ISIS dikaji dari persepektif hukum internasional. Serta melihat bagaimana praktik-praktik yang dilakukan oleh negara lain menghadapi warga negaranya yang masuk ISIS

(23)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang diangkat berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana status dan kedudukan ISIS dalam hukum internasional ?

2. Bagaimana status kewarganegaraan dari warga negara Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS menurut hukum nasional Indonesia ?

3. Bagaimana persoalan tentang pemulangan warga negara Indonesia eks kombatan ISIS jika ditinjau dari perspektif hukum internasional dan hukum nasional Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini antara lain sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis dan mengetahui mengenai status dan kedudukan ISIS dalam hukum internasional internasional,

2. Untuk menganalisis dan mengetahui status kewarganegaraan dari warga negara Indonesia yang telah bergabung dengan ISIS menurut hukum nasional Indonesia,

3. Untuk menganalisis dan mengetahui persoalan tentang pemulangan WNI eks kombatan ISIS jika ditinjau dari perspektif hukum internasional dan hukum nasional Indonesia.

(24)

D. Manfaat Penulisan

Penulisan penelitian ini diharapkan dapat memperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini bermanfaat untuk menambah bahan literatur yang membahas tentang ISIS, kewarganegaraan serta polemik pemulangannya dari sudut pandang hukum nasional pada umumnya dan hukum internasional pada khususnya serta sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya pada bidang yang sama serta untuk memperkaya kazhanah tulisan yang dapat berguna sebagai sumber bacaan mahasiswa fakultas hukum.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan sumbangsih ide dan pemikiran pada pemerintah terkait untuk mempersiapkan regulasi yang lebih memadai dalam menghadapi WNI yang sudah ataupun hendak bergabung dengan jaringan ISIS.

b. Memberikan pemahaman atau wawasan kepada masyarakat mengenai pengaturan dalam hukum nasional Republik Indonesia terkait warga negara yang memilih bergabung menjadi anggota ISIS. Sehingga masyarakat lebih paham bagaimana ISIS yang sebenarnya dan dapat lebih bijak untuk menghindari ajaran-ajaran radikal.

(25)

E. Keaslian Penelitian

Skripsi dengan judul “Analisis Yuridis Polemik Pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) Eks Kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Ditinjau Dari Perspektif Hukum Internasional” ini telah diperiksa melalui penelusuran dan uji bersih di Departemen Hukum Internasional dan kepustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara dan diketahui bahwa judul serupa dengan objek pembahasan yang sama belum pernah di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Sehingga skripsi ini murni merupakan hasil karya tulis penulis sendiri dan data-data, ide atau pendapat yang diambil dari berbagai referensi yang digunakan dalam penulisan skripsi ini seperti buku, jurnal, media cetak maupun media online telah dicantumkan sesuai kaidah penulisan pada umumnya.

Namun terdapat beberapa penelitian dari universitas lain yang memiliki beberapa topik bahasan yang berkaitan dengan judul yang diangkat, antara lain :

1. El Renova Ed Siregar, NIM.12012011108/Fakultas Hukum Universitas Lampung, dengan judul skripsi “Kedudukan Islamic State Of Iraq And Syria (ISIS) dalam Hukum Internasional”.

Rumusan masalah yang dibahas yaitu ;

a) Bagaimanakah perkembangan dan aktifitas Islamic State Of Iraq And Suriah (ISIS)?

b) Bagaimana kedudukan ISIS dalam hukum internasional?

(26)

2. Muhammad Dzar Azhari Muthahhar, NIM 12410011/Fakultas Hukum Universitas Islam Indonesia, dengan judul skripsi ”Status Hukum ISIS dalam Hukum Internasional”.

Rumusan masalah yang dibahas yaitu :

a) Apakah ISIS merupakan bagian subyek hukum internasional?

b) Apakah konsekuensi dari status hukum tersebut?

Yang membedakan topik penelitian yang diangkat dengan literatur yang telah disebutkan di atas adalah kedua penelitian tersebut hanya membahas soal status dan kedudukan ISIS menurut hukum internasional sementara bahasan mengenai polemik pemulangan eks kombatan ISIS yang berasal dari Indonesia belum ditemukan dalam karya ilmiah atau skripsi yang telah ada sebelumnya.

(27)

F. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka (literature review) dapat diartikan sebagai ulasan singkat yang menginformasikan tentang adanya penelitan atau kepustakaan yang telah ada sebelumnya dan relevan dengan topik yang sedang dibahas.

Tinjauan pustaka atau disebut juga dengan tinjauan literatur adalah ringkasan komprehensif dari penelitian sebelumnya tentang suatu topik. Dimana iteratur dapat bersumber dari artikel ilmiah, buku, dajn sumber-sumber lain yang relevan dengan bidang penelitian tertentu dan dalam tinjauan tersebut menyebutkan, menjelaskan, merangkum, mengevaluasi secara objektif, dan memperjelas penelitian sebelumnya.18 Leedy mengartikan tinjauan pustaka sebagai uraian yang harus berisi tentang ungkapan-ungkapan peneliti sebelumnya yang serupa dengan penelitian yang akan dilakukan.19 Menurut Eki Meliansyah, tinjauan pustaka dapat didefinisikan sebagi sebuah kegiatan yang meliputi mencari, membaca dan menelaah laporan-laporan penelitian dan bahan pustaka yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan pada sebelumnya di atas rencana penelitian.20

Penelitian ini dilakukan dengan studi kepustakaan yang menggunakan sumber data sekunder sehingga untuk menghindari penafsiran ganda atau perbedaan persepsi mengenai batasan pengertian dalam penelitian ini, akan dipaparkan batasan pengertian dasar.

18 Penelitian Ilmiah, “Pengertian Tinjauan Pustaka, Manfaat, dan Cara Membuatnya https://penelitianilmiah.com/tinjauan-pustaka diakses pada 07 Januari 2021

19 Ibid.

20 Dosen Sosiologi, ”Contoh Tinjauan Pustaka dan Cara Membuatnya” dalam https://dosensosiologi.com/tinjauan-pustaka diakses pada 07 Januari 2021.

(28)

Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) atau Negara Islam Iraq dan Suriah merupakan kelompok ekstremis yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi yang mendeklarasikan berdirinya sebuah negara kekhalifahan Islam. ISIS adalah kelompok jihadis Sunni dengan ideologi kekerasan yang mengklaim otoritas agama atas semua Muslim.21 ISIS dikenal juga dengan nama-nama lain seperti IS (Islamic State), ISIL (Islamic State of Iraq and the Levant) dan Daesh. Di Barat kebanyakan media sebelumnya menggunakan nama ISIL, namun sejak serangan Paris, saat Presiden Francois Hollande menyebut ISIS dengan nama Daesh , pemimpin dunia lainnya, seperti Menlu John Kerry, Angela Merkel, PM Australia Malcolm Turnbull kini menggunakan kata "Daesh" untuk menyebut ISIS. 22

Daesh adalah singkatan dari kalimat bahasa Arab yang berbunyi "Al- Dawla Al-Islamiya Al-Iraq Al-Sham". Pada dasarnya, "Daesh" adalah kata lain untuk ISIS, tapi kelompok ISIS sendiri sangat tidak suka jika mereka dipanggil dengan kata tersebut karena kata tersebut mirip dengan kata "Daes" dalam bahasa Arab yang artinya "orang yang menghancurkan sesuatu di bawah kakinya", dan "Dahes" yang artinya "orang yang menabur perpecahan." 23

Berdasarkan keterlibatannya dengan ISIS, terdapat beberapa kategori yang diberikan terhadap orang-orang yang menaruh simpati ataupun

21 Rand, “The Islamic State Terrorist Organization” dalam https://www.rand.org/topics/the- islamic-state-terrorist-organization.html diakses pada 24 November 2020

22 Pikiran Rakyat, “Media Arab Enggan Pakai Nama ISIS” dalam https://www.pikiran- rakyat.com/internasional/pr-01270129/media-arab-enggan-pakai-nama-isis-388064 diakses pada 17 Februari 2021

23 Tempo, “Inilah Satu Kata yang Sangat Dibenci ISIS” dalam https://dunia.tempo.co/read/719816/inilah-satu-kata-yang-sangat-dibenci-oleh-isis-

kenapa/full&view=ok diakses pada 24 November 2020

(29)

berpartisipasi langsung kepada ISIS seperti simpatisan, pendukung, deportan, returness dan kombatan.

Simpatisan merupakan kategori terhadap orang-orang yang menaruh simpati positif terhadap propaganda dan ideologi ISIS. Simpati atau keterikatan ini muncul karena mereka merasa bahwa ISIS telah mempraktekan syariat namun orang-orang ini tidak pernah memberikan kontribusi atau partisipasi apapun terhadap gerakan ISIS.24

Pendukung adalah orang-orang yang selain bersimpati juga sudah pernah berkontribusi terhadap ISIS misalnya dengan memberikan bantuan kepada pergerakan ISIS, melalui pemberian sumbangan baik yang dilakukan secara langsung ataupun melalui badan pengumpul dana yang akan disalurkan ke ISIS.25 Para pendukung ini yang biasanya berkembang menjadi anggota aktif termasuk orang-orang yang telah bergabung dengan ISIS melalui kelompok-kelompok teror yang berafiliasi atau berbaiat dengan ISIS yang terdapat di Indonesia.26

Deportan merupakan pendukung ISIS yang berniat tinggal di wilayah yang dikuasai oleh ISIS, tapi kemudian ditangkap dan dipulangkan dari negara transit kembali ke Indonesia.27 Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komisaris Jenderal Polisi, Suhardi Alius menuturkan, bahwa Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius menuturkan bahwa deportan merupakan WNI merupakan WNI yang berusaha

24 Islami, “Ini Perbedaan Simpatisan, Returness, Deportan dan Anggota ISIS”, https://islami.co/ini-perbedaan-simpatisan-returnees-deportan-dan-anggota-isis/ diakses pada 20 April 2021

25 Ibid.

26 Ibid.

27 Ibid.

(30)

berangkat ke Suriah namun tertangkap saat sedang transit di Turki yang akhirnya dipulangkan ke Indonesia.28

Returnist merupakan WNI yang berhasil berangkat dan masuk ke wilayah yang dikuasai ISIS. Returnist ini dibedakan jadi dua yakni kombatan dan non- kombatan. Yang termasuk dalam golongan kombatan ialah orang-orang yang ikut serta dalam peperangan sementara non-kombatan ataupun penduduk sipil ialah orang-orang yang tidak terlibat secara langsung dalam pertempuran.29

Kombatan juga diatur pada Pasal 4 paragraf A Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlakuan terhadap Tawanan Perang.30 Berdasarkan Pasal 4 paragraf A Konvensi Jenewa 1949 Bagian III tentang tawanan perang, dapat ketahui bahwa kombatan adalah orang yang memenuhi kriteria sebagai berikut :31

i. Anggota angkatan bersenjata regular yang aktif dalam dinas kemiliteran dalam negara yang terlibat konflik

ii. Anggota milisi, sukarelawan dan gerakan perlawanan yang teroganisir, yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

a) Dipimpin oleh komandan yang bertanggung jawab pada bawahannya.

b) Memiliki simbol tetap yang dapat dikenali.

c) Secara terbuka mengunakan senjata.

d) Beroperasi dan tunduk pada hukum dan kebiasaan perang

28 Kompas, “BNPT Pantau Ratusan WNI yang Pulang dari Suriah dan Terpapar Radikalisme”, dalam https://nasional.kompas.com/read/2018/05/30/19103831/bnpt-pantau-ratusan-wni-yang- pulang-dari-suriah-dan-terpapar-radikalisme diakses pada 20 April 2021

29 Ibid.

30 Ivan Fatoni Purnomo dan Sri Lestari Rahayu, “Status Teroris Dalam War On Terror (Kajian Berdasarkan Hukum Humaniter Internasional)”, Belli ac Pacis, 2016, Volume 2, Nomor 1, Hal.27 31 Ibid., Hal.28

(31)

iii. Orang sipil yang mendampingi anggota angkatan bersenjata dalam bertugas. Termasuk di dalamnya orang sipil yang bertugas untuk kepentingan militer, contohnya wartawan perang, kru sipil dalam kapal perang, dan sebagainya.

iv. Kru dari kapal dan pesawat sipil dari negara yang terlibat dalam konflik bilamana tidak ada hukum lain yang melindungi mereka.

v. Massa/penduduk suatu wilayah yang mengangkat senjata untuk membela diri dari serbuan musuh tanpa sempat membentuk unit militer yang teroganisir.

(32)

G. Metode Penelitian

1. Jenis Metode Penelitian

Jenis metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian hukum normatif. Nama lain dari penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum doktrinal, juga disebut sebagai penelitian kepustakaan atau studi dokumen.32 Penelitian hukum normatif atau yuridis normatif merupakan penelitian yang dilakukan dengan mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan tertulis dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada pada masyarakat.33

Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan di dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada.34

Penelitian hukum normatif merupakan metode penelitian yang mengkaji studi berbagai dokumen kepustakaan dan menganalisis norma-norma hukum nasional misalnya yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan serta norma-norma hukum internasional seperti deklarasi, konvensi dan sebagainya.

2. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data melalui metode penelitian pustaka library research, yaitu penelitian yang dilaksanakan dengan mengumpulkan berbagai literature kepustakaan baik melalui media cetak

32 Bambang Soegono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, Edisi 8, 2006, Hal. 42.

33 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2005, Hal. 44.

34 Soerjono Soekanto & Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan Singkat, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2009, Hal. 13-14.

(33)

maupun media online. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumen.

3. Sumber Data

Sumber data dapat diartikan sebagai subjek atau tempat menemukan data-data yang diperlukan baik berupa data dalam bentuk tulisan maupun lisan.

Sumber data yang dipakai dalam penelitian ini merupakan data sekunder ini terdiri dari :35

i) Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan maupun konvensi-konvensi internasional, dalam hal ini seperti :

a. Konvensi Montevideo 1933 tentang Hak-Hak dan Kewajiban Negara (Montevideo Convention of 1933 on The Rights and Duties of the State)

b. Draft Deklarasi Hak dan Kewajiban Negara 1949 (Draft Declaration on Rights and Duties of States 1949

c. Piagam PBB ( Charter of the United Nations)

d. Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2178 Tahun 2014 e. Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2249 Tahun 2015 f. Konvensi Melawan Bom Teroris 1997 (Convention Againts

Terrorist Bombing 1997)

35 Bambang Sunggono, Op.cit., Hal. 113-114.

(34)

g. Konvensi Pemberantasan Pendanaan Teroris (Convention for the Supression of the Financing of Terrorism 1999) h. Konvensi ASEAN Mengenai Pemberantasan Terorisme

(ASEAN Convention on Counter Terrorism) i. Konvensi PBB Tahun 1937 (UN Convention 1937)

j. Konvensi Jenewa 1949 tentang Perlakuan terhadap Tawanan Perang

k. Convention on the Elimination of All Form of Dicrimination against Women

l. Convention on the Rights of the Child 1989

m. International Convention on Civil and Political Rights 1966 n. Statuta Roma

o. Statute of the International Court of Justice p. Universal Declaration of Human Rights 1948

q. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

r. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia

s. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia

t. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Keimigrasian

(35)

ii) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah bahan acuan yang bersumber dari buku-buku, surat kabar, media internet serta media massa lainnya yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

Contoh bahan hukum sekunder : a. Skripsi-skripsi b. Jurnal-jurnal hukum c. Hasil penelitian.

iii) Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum tersier yakni bahan-bahan yang memberi petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti;

a. Kamus-kamus b. Ensiklopedia.

4. Analisis Data

Menurut Taylor (1975) analisis data diartikan sebagai proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan hipotesis (ide) seperti yang disarankan dan sebagai usaha untuk memberikan bantuan dan tema pada hipotesis. 36

36Maxmanroe, “Pengertian Analisis Data, Tujuan, Jenis, dan Prosedur Analisis Data” dalam https://www.maxmanroe.com/vid/manajemen/analisis-data.html diakses pada 22 Oktober 2020

(36)

Sementara menurut John Tukey (1961) analisis data adalah prosedur untuk menganalisis data, teknik untuk menafsirkan hasil dari prosedur tersebut, cara merencanakan teknik pengumpulan data untuk membuat analisisnya lebih mudah, lebih tepat atau lebih akurat, dan semua mesin dan hasil statistik (matematika) yang berlaku untuk menganalisis data. 37

Teknik analisis data secara umum dibedakan menjadi dua bagian, yakni :

a. Teknik analisis data kuantitatif yaitu teknik atau prosedur analisa data atas data-data yang bersifat numerik atau mengandung angka- angka matematis misalnya data statistik.

Teknik analisis data kuantitatif dibedakan lagi menjadi dua jenis yakni yakni analisis data kuantitatif deskriptif dan analisis data kuantitatif inferensial.

b. Teknik analisis data kualitatif yaitu teknik atau prosedur analisa data atas data-data yang bersifat non-numerik atau mengandung kata-kata.

Data kualitatif merupakan data yang mengacu pada informasi non-numerik seperti transkrip wawancara, catatan, rekaman video dan audio, gambar dan dokumen teks. Analisis data penelitian kualitatif dapat dibagi menjadi 5 kategori analisis konten, analisis naratif, analisis wacana, analisis kerangka kerja, serta teori beralas.38

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data kualitatif dengan analisis konten (content analysis), yakni dengan

37Penelitian Ilmiah, “Pengertian Teknik Analisis Data, Jenis, dan Cara Menulisnya”, dalam https://penelitianilmiah.com/teknik-analisis-data/ diakses pada 22 Oktober 2020

38 Loc.cit.

(37)

mengkaji data-data dan fakta-fakta lalu mengaitkan berbagai data tersebut guna menarik kesimpulan dengan pendekatan yuridis.

Analisis isi (content analysis) adalah penelitian yang bersifat pembahasan mendalam terhadap isi suatu informasi tertulis atau tercetak dalam media massa.

Pelopor analisis isi adalah Harold D. Lasswell, yang memelopori teknik symbol coding, yaitu mencatat lambang atau pesan secara sistematis, kemudian diberi interpretasi. Analisis isi dapat digunakan untuk menganalisis semua bentuk komunikasi baik surat kabar, berita radio, iklan televisi maupun semua bahan- bahan dokumentasi yang lain.39

39Dosen Pendidikan, ”Pengertian Analisis Isi”, dalam https://www.dosenpendidikan.co.id/analisis-isi/ diakses pada 22 Oktober 2020

(38)

H. Sistematika Penelitian

Sebuah tulisan yang baik adalah tulisan yang dapat dipahami pembacanya. Guna mempermudah dalam memahami tulisan ini, dibuat sistematika dari pembahasan hingga penutup secara sistematis. Adapun penulisan skripsi dibagi menjadi 5 bab yang disusun dengan sistematika sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan

Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang mengangkat judul skripsi, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penulisan, manfaat penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian, keaslian penelitian dan juga gambaran tentang sistematika penulisan tentang bab maupun subbab yang dibahas.

Bab II Kedudukan ISIS dalam Hukum Internasional

Pada bab ini berisi pembahasan mengenai sejarah lahirnya ISIS untuk pertama kalinya beserta perkembangannya dan aktivitas-aktivitasnya.

Kemudian dijelaskan konsepsi awal atau dasar tentang subjek hukum internasional, pengertian beserta jenis-jenis subjek hukum internasional lalu menjabarkan tentang status dan kedudukan ISIS dalam hukum internasional.

Bab III Status Kewarganegaraan dari WNI yang Bergabung dalam Kombatan ISIS Menurut Hukum Nasional dan Hukum Internasional

Pada bab ini dipaparkan tentang pengaturan mengenai kewarganegaraan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 seperti syarat dan tata cara memperoleh kewarganegaraan serta ketentuan kehilangan

(39)

kewarganegaraan Republik Indonesia. Kemudian dijabarkan tentang statelessness atau keadaan tanpa kewarganegaraan dan dampak atau pengaruhnya. Lalu dipaparkan mengenai status kewarganegaraan dari warga negara Indonesia yang telah bergabung menjadi kombatan ISIS menurut hukum nasional Indonesia.

Bab IV Analisis Yuridis Polemik Pemulangan Warga Negara Indonesia (WNI) Eks Kombatan Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) Ditinjau Dari Perspektif Hukum Nasional dan Hukum Internasional

Pada bab ini memuat pembahasan tentang pertimbangan alasan di balik polemik pemulangan seperti pertimbangan Hak Asasi Manusia (HAM) terutama untuk anak-anak dan perempuan, lalu membahas tentang keputusan yang akhirnya diambil oleh pemerintah terkait wacana pemulangan, kebijakan ataupun praktik-praktik berbagai negara dalam merespon atau menghadapi warganya yang masuk ISIS, kemudian membahas persoalan tentang pemulangan ISIS jika ditinjau dari perspektif hukum internasional dan hukum nasional Indonesia.

Bab V Penutup

Pada bab ini berisi kesimpulan atas semua pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan memberikan beberapa opsi saran baik terhadap kalangan masyarakat maupun pemerintah atau pihak-pihak yang berkaitan dengan permasalahan.

(40)

BAB II

KEDUDUKAN ISIS DALAM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah Lahirnya ISIS

Kemunculan ISIS dan aktivitas-aktivitasnya menjadi sebuah ancaman baru atas keamanan dunia global, kemunculannya merupakan bagian dari efek domino krisis politik di Timur Tengah atau yang dikenal dengan istilah Arab Spring yang mengakibatkan banyaknya kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah. Banyak konflik dan pemberontakan terjadi dimana-mana. Baik konflik antara kelompok Sunni dengan keompok Syiah. Hal serupa juga terjadi di Iraq, pemerintahan Saddam Hussein yang dijalankan secara otoriter turut memicu munculnya kelompok oposisi yang berusaha menggulingkan rezimnya. Kondisi sosial dan politik yang terus berkepanjangan di Timur Tengah memberi kontribusi secara tidak langsung bagi muncul dan berkembangnya ISIS. Semakin lemah atau bahkan hilangnya nilai berbangsa dan bernegara (nation-state) masyarakat di Timur Tengah menyebabkan beberapa negara di kawasan itu terperosok sebagai negara yang gagal (failed state). Pemerintah gagal memberikan layanan umum dasar pada warganya, khususnya keamanan dan kekuatan kedaulatan seluruh wilayah.

Di samping itu, agama pada awalnya berfungsi sebagai perekat sosial telah mulai pudar dan masyarakat mulai disibukkan dengan munculnya sektarianisme yang lebih kuat. Khusus untuk wilayah Suriah dan Iraq, masyarakat setempat telah kehilangan kemampuan untuk mengidentifikasi dan memiliki afiliasi diri sebagai bangsa Iraq atau Suriah, mereka lebih memilih pada sudut sekterianisme masing-

(41)

masing. Hilangnya nasionalisme kebangsaan di beberapa negara yang mengalami krisis politik dalam negeri seperti Iraq dan Suriah tidak bisa dipandang sebagai kejadian yang lepas dari konteks yang kosong. Puluhan tahun pelanggaran HAM, intoleransi, hate speech terhadap lawan politik, dan kekejaman rezim menjadi landasan munculnya krisis politik di wilayah tersebut. Kekejaman dan kebrutalan ISIS dalam konteks ini juga tidak bisa dilepas dari perlakuan serupa rezim pemerintah seperti kepemimpinan Saddam Husein, Gaddafi, Assad dan lainnya dalam memperlakukan warga negaranya. Hal ini masih diperparah pula dengan rendahnya keadilan sosial dan maraknya crony capitalism serta korupsi yang marajela di berbagai pemerintahan menjadi bibit-bibit lahirnya gejolak politik di Timur Tengah.40

Konflik pun bertambah dengan adanya benturan antara kelompok Sunni dan Syiah yang memicu perang sektarian yang semakin meluas dan menimbulkan pemberontakan dimana-mana. Faktor geopolitik pun turut menjadi faktor pendukung kelompok-kelompok radikal seperti ISIS di Iraq dan Suriah semakin berkembang. Seperti diketahui Iraq dan Suriah merupakan negara yang terletak di jalur sutra dan memiliki peran strategis dalam perekonomian dunia. Jalur sutra merupakan jalur perdagangan internasional yang menghubungkan negara-negara Barat dengan negara-negara Timur. Suriah menjadi penyedia infrastruktur yang mendukung alu lintas ekspor minyak internasional. Sementara itu Iraq seperti diketahui merupakan salah satu negara penghasil minyak.

40 Damailah Indonesiaku, “Sejarah ISIS” dalam https://damailahindonesiaku.com/isis/sejarah- isis diakses pada 25 November 2020

(42)

Kelompok sempalan Al Qaeda ini menebar teror di dua “negara gagal,”

yaitu Suriah dan Iraq, dan telah memproklamirkan berdirinya “negara Islam”. Hal ini merupakan sebuah keputusan berani yang bahkan jauh melampaui Al Qaeda.

Sebelum menjelma menjadi perang asimetris, pola konflik yang berkembang mengikuti pola konflik sektarian yang dipicu oleh aksi balas dendam ISIS kepada kelompok minoritas Syiah yang mengontrol Iraq.41

Pembentukan ISIS pertama kali dilakukan oleh Abu Musab al-Zarqawi seorang jihadis salafi yang berasal dari Yordania dan merupakan pemimpin kelompok militan Al Qaeda di Iraq. Ia awalnya mendirikan kelompok bernama Jama'at al-Tawhid wal-Jihad pada tahun 1999. Abu Musab al-Zarqawi masuk dalam daftar orang yang sangat dicari di Yordania dan Iraq karena keterlibatannya dalam serangkaian serangan, termasuk pembunuhan tentara dan polisi serta penduduk sipil.42

Awal pertemuan Zarqawi dengan Al Qaeda terjadi pada tahun 2000 ketika ia bertemu Osama di Afganistan untuk meminta bantuan bagi jaringannya. Tujuan dari jaringan tersebut adalah untuk menggulingkan pemerintah Yordania. Dalam perjalanannya setelah keluar dari Afganistan, Zarqawi berpindah-pindah lokasi mulai dari Iran hingga Iraq pada tahun 2002. Di persinggahan yang terakhir ini Zarqawi mulai melakukan pembinaan dan fasilitasi gerakan militant di Iraq.

Sebelum tahun 2004, Zarqawi belum menampakkan keterkaitan kesetian jaringan dengan Al Qaeda. Walaupun membutuhkan negosisasi selama 8 bulan, Zarqawi

41 Mohamad Rosyidin, “Konflik Internasional Abad ke-21? Benturan Antarnegara Demokrasi dan Masa Depan Politik Dunia”, Jurnal Ilmu Sosial dan Politik, Volume 18, Nomor 3, Maret 2015, Hal.247

42 Damailah Indonesiaku,. Loc.cit.

(43)

akhirnya mengucap janji kesetian dengan Al Qaeda dengan mendirikan jaringan yang dinamainya Tanzim Qaidat al-Jihad fi Bilad al-Rafidyan atau umumnya disebut dengan Al Qaeda in Iraq (AQI). Jaringan ini telah secara eksplisit menampakkan suatu keterkaitan gerakan Zarqawi dengan Al Qaeda. Penerimaan Al Qaeda terhadap permintaan Zarqawi didorong oleh kesamaan target yakni menguasai Iraq dengan target musuh AS . Sementara dengan berafiliasi dengan Al Qaeda keuntungan langsung yang dimiliki Zarqawi adalah persoalan bantuan dana, rekruitmen, logistik, dan fasilitas jaringan. Dengan bekal sebagai cabang Al Qaeda di Iraq, AQI semakin mempunyai kekuasaan mengontrol sumber kekuatan dari pejuang asing.43

Lalu pada bulan Oktober 2004, Abu Musab al-Zarqawi resmi bergabug dengan Al Qaeda Osama bin Laden dan mendeklarasikan berdirinya negara Islam di Iraq pada tanggal 13 Oktober 2006. Al Qaeda in Iraq yang dipimpin oleh Abu Musab al-Zarqawi menjadi kelompok yang punya kekuatan militer yang kuat dan kerap melancarkan banyak pemberontakan, melancarkan serangan terhadap pasukan pemerintah, diplomat, tentara asing, memancing serta menebar perang antar sekte di Iraq.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh badan intelijen Amerika Serikat pada awal 2007, NII dikenal dengan nama AQI berencana menggulingkan pemerintahan di Iraq bagian tengah dan barat, lalu mengubahnya menjadi kekhalifahan Sunni.44 AQI juga semakin dikenal dengan aksi kejamnya

43Ibid.

44Times Online, ”The Iraq Commision Report dalam http://www.timesonline.co.uk/tol/news/world/iraq/article1782088.ece diakses pada 02 Desember 2020

(44)

tidak hanya kepada pihak musuh saat berperang namun juga sering melakukan tidakan kekerasan, tindakan –tindakan keji dan keji bahkan pembunuhan terhadap masyarakat sipil. Mereka juga tidak segan memamerkan kejahatan dan tindakan biadabnya untuk dipertontonkan melalui media sosial guna menebar teror kepada masyarakat. Hal ini mengakibatkan Abu Musab al-Zarqawi mendapat peringatan dari para pimpinan AQC (Al Qaeda Central) di Pakistan, Ayman al-Zawahiri dan Syekh Atiyah yang menasihatinya untuk meredakan kekerasan dan melandasi operasi dengan syaria.

Zarqawi tidak menggubris peringatan itu, pada tahun 2006 ia membentuk Mujahidin Shura Council (MSC) atau Majilis Shura Mujahidin (MSM) yang selanjutnya menjadi Islamic State of Iraq (ISI). Namun sayang, di tahun yang sama pula Zarqawi meninggal dunia, tongkat kepemimpinan dipegang oleh Abu Umar al-Baghdadi. Di bawah kepemimpinan al-Baghdadi ISI semakin menampakkan gerakan ekstrim dan radikalnya. Baghdadi sendiri bukan orang baru dalam dunia gerakan militan dan ekstrimis Islam. Sebelum bergabung di MSC, Baghdadi dan beberapa rekannya mendirikan Jamaat Jaysh Ahl al-Sunnah wa-al-Jamaah (JJASJ), sebuah angkatan Bersenjata Kelompok Warga Sunni yang beroperasi dari Samarra, Diyala, dan Baghdad.45

Pada bulan Januari 2006, AQI bergabung dengan beberapa kelompok pemberontak Iraq kecil di bawah organisasi bernama Dewan Syura Mujahidin (DSM). Menurut Brian Fishman, aksi al-Qaeda merupakan pencitraan semata sekaligus upaya untuk memasukkan unsur-unsur Iraq dan mungkin menjauhkan

45 Ibid.

(45)

al-Qaeda dari kekacauan taktik al-Zarqawi, khususnya pengeboman tiga hotel di Amman oleh AQI di tahun sebelumnya.46

Setelah al-Zarqawi meninggal pada tanggal 7 Juni 2006 akibat serangan udara Amerika Serikat. Posisinya sementara digantikan oleh Abu Ayyub al-Masri.

Pada tahun 2011 saat perang saudara pecah di Suriah, Abu Bakar al-Baghdadi mengirim pasukan operasi di Suriah untuk membentuk organisasi jihad yang dikepalai oleh Abu Muhammad al-Jawlani. Kelompok tersebut dinamai Jahbat an-Nusrah li-Ahli asy-Syam (JN) atau Front al-Nusra. Pada tahun 2012 Abu Muhammad al-Jawlani menjadi pemimpin JN. Setelah melihat kekuatan dan keberhasilan pasukan JN, Abu Bakar al-Baghdadi berniat menggabungkan atau menyatukan ISI dengan JN. Lalu pada tanggal 13 April 2013 al-Baghdadi mendeklarasikan berdirinya ISIS. Namun ternyata penyatuan ini mendapat penolakan dari Abu Muhammad al-Jawlani yang lebih memilih untuk setia dan bergabung dengan AQC.

Al-Zawahiri sebagai pemimpin tertinggi Al-Qaeda juga menyatakan menentang klaim Abu Bakar Al-Baghdadi itu. Dua bulan setelah deklarasi ISIS Al-Zawahiri menyurati Abu Bakar Al-Baghdadi dan juga Al- Golani. Dalam surat itu, Al-Zawahiri menyatakan bahwa Abu Bakar Al-Baghdadi bersalah karena telah mengklaim Al-Nusra tanpa konsultasi dengan pimpinan Al- Qaeda. Dia juga menyatakan bahwa Suriah adalah medan jihad khusus bagi Al- Nusra yang dipimpin oleh Al-Golani, sementara otoritas Abu Bakar Al-Baghdadi

46 Brian Fishman, "Using the Mistakes of al Qaeda's Franchises to Undermine Its Strategies". Annals of the American Academy of Political and Social Science, Juli 2018, Nomor 618, Hal. 46.

Gambar

Gambar 1.1 Persentase Negara Yang Mendukung dan Tidak Mendukung  Negara Islam (ISIS)
Gambar 2.1 Peta Teritorial ISIS
Tabel 2.1 Unsur-unsur Teroris menurut Konvensi PBB Tahun 1937 dan  Ciri-ciri yang Terpenuhi dan Tidak Terpenuhi oleh ISIS
Tabel 2.2 Unsur-unsur Teroris menurut Konvensi ASEAN Mengenai  Pemberantasan Terorisme dan Ciri-ciri yang Terpenuhi dan Tidak
+6

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun Koperasi Kredit Harapan Kita Kota Medan adalah Koperasi yang masih menimbulkan faktor kekeluargaan, Koperasi Harapan Kita Kota Medan lebih ,mengambil

Adapun yang menjadi rumusan masalah penulisan ini adalah bagaimana pengetahuan tradisional dalam pengaturan Hak Kekayaan Intelektual, bagaimana pengaturan mengenai

Dakwaan tesebut merupakan rujukan majelis hakim dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa yang menyatakan tindak pidana pencurian dengan kekerasan “(2) Diancam dengan

Meskipun hak ulayat diatur dalam UUPA, pihak Keraton tidak memilih status hak ulayat sebab melalui hak ulayat Keraton hanya bisa memberikan tanah dalam jangka waktu tertentu

memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita maka konsumen dapat menuntut pertanggungjawaban secara perdata kepada pelaku usaha. Terdapat dua bentuk pertanggungjawaban

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penyelesaian kredit yang mengalami kemacetan pada Kredit Usaha Rakyat di PT.Bank Rakyat Indonesia Cabang Kota Binjai

Dalam UU Nomor 5 Tahun 1999, kartel adalah apabila pelaku usaha membuat perjanjian dengan pelaku usaha lainnya yang bermaksud untuk mempengaruhi harga dengan

Menimbang, bahwa terhadap pembelaan yang disampaikan oleh Terdakwa dan Penasehat Hukumnya, yang mana sebagimana pertimbangan Majelis Hakim tersebut di atas dimana