• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSAKA

2.4 LIMBAH PERTANIAN

2.4.2 Jeruk Siam ( Citrus nobilis ) dan Jeruk Medan ( Citrus sinensis L.)

Penamaan Siam pada jeruk Siam berasal dari daerah asal jeruk tersebut yaitu Siam (Muangthai, China). Penyebaran jeruk Siam di Indonesia tidak diketahui secara pasti kapan dan dimana dimulai, namun Kalimantan Barat merupakan salah satu daerah di Indonesia yang diketahui membudidayakan jeruk Siam sejak lama yaitu dimulai sekitar tahun 1940 (Tim Penulis PS 1999). Secara sistematis, Tim penulis PS (1999) dan Pracaya (1999) mengklasifikasi jeruk Siam sebagai berikut:

Filum : Spermatophyta (tanaman berbiji) Subfilum : Angiospermae (biji di dalam buah) Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Rutales Famili : Rutaceae Subfamili : Aurantioidae Tribe : Citriae Subtribe : Citrinae Genus : Citrus Subgenus : Eucitrus, Papeda Species : Citrus nobilis

Varietas : Citrus nobilis LOUR var. microcarpa Hassk

Jeruk Siam memiliki ciri khas yaitu kulit buahnya tipis (sekitar 2 mm), permukaannya halus, licin, mengkilap, dan menempel lekat pada daging buahnya (Gambar 4). Dasar buah jeruk Siam berleher pendek dengan puncak berlekuk, tangkai buahnya pendek dengan panjang sekitar 3 cm dan berdiameter 2.6 mm. Biji jeruk Siam berbentuk ovoid, warnanya putih kekuningan dengan ukuran sekitar 0.9 cm x 0.6 cm.

Pemanenan jeruk Siam biasanya dilakukan pada bulan Mei-Agustus dengan rata-rata satu pohon mampu menghasilkan 7.3 kg buah (Tim Penulis PS 1999). Permintaan pasar terhadap jeruk Siam cukup tinggi, terbukti dari penguasaan pasar jeruk sebesar 60% oleh jeruk Siam. Hal ini terjadi karena jeruk Siam memang memiliki kelebihan dibanding jeruk lain sehingga masyarakat lebih menyukai jeruk ini. Kelebihan jeruk Siam dibanding jeruk yang lain adalah memiliki daging buah yang lunak, rasa yang manis, dan aroma yang harum.

Jeruk Medan merupakan salah satu produk agroindustri yang berasal dari Sumatera Utara. Jeruk Medan mempunyai nama ilmiah Citrus sinesis L. Buah jeruk Medan berukuran sedang, berbentuk bulat, bulat lonjong, atau bulat rata (papak) dengan panjang garis tengah sebesar 4-12 cm. Kulit buah yang masak berwarna orange, kuning atau hijau kekuningan, berbau sedikit harum, agak halus, tidak berbulu, kusam, dan sedikit mengkilap. Tebal kulit buah jeruk Medan sebesar 0.3-0.5 cm, dari tepi berwarna kuning atau orange tua dan makin ke dalam berwarna putih kekuningan sampai putih, berdaging, dan kuat melekat pada dinding buah (Purba 2011). Gambar buah Jeruk Medan dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Jeruk Medan (BAPLUH-KP 2012) 

Menurut data Departemen Pertanian (2012), luas panen dan produksi buah jeruk di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup pesat yaitu masing-masing 17.9% dan 22.4% dalam kurun waktu tujuh tahun (1998- 2005). Pada tahun 2005, luas panen jeruk telah mencapai 67,883 ha dengan total produksi sebesar 2,214,019 ton, hal ini sekaligus menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil utama jeruk dunia diperingkat ke-10. Produktivitas usaha tani jeruk cukup tinggi, yaitu berkisar 17-25 ton per ha dari potensi 25-40 ton per ha. Dari data tersebut jika diasumsikan limbah (kulit) jeruk adalah 20% dari setiap buah yang dihasilkan maka jumlah limbah (kulit) Jeruk yang dihasilkan cukup besar per tahunnya yaitu sekitar 5-8 ton per ha, hal ini tentu saja akan menimbulkan masalah jika limbah-limbah tersebut tidak ditangani.

2.4.3 Teh (Camellia sinensis L.)

Tanaman teh (Camellia sinensis L.) umumnya ditanam di perkebunan, dipanen secara manual, dan dapat tumbuh pada ketinggian 200 – 2,300 m dpl. Teh berasal dari kawasan India bagian Utara dan Cina Selatan. Terdapat dua kelompok varietas teh yang terkenal, yaitu varietas assamica yang berasal dari Assam dan varietas sinensis yang berasal dari Cina (Gambar 6). Varietas sinensis memiliki ciri yaitu ukuran daunnya lebih kecil dan ujungnya agak tumpul, sedangkan Varietas assamica ukuran daunnya agak besar dengan ujung yang runcing (Anonim

2005). Ciri lain dari varietas sinensis adalah tumbuhnya lambat, jarak cabang dengan permukaan tanah sangat dekat, daunnya berwarna hijau muda, sedangkan verietas assamica tumbuh cepat, cabang agak jauh dari permukaan tanah, daunnya berwarna hijau mengilap, struktur batang yang lebih kokoh dan kuat (Andrianis 2012). Varietas tanaman teh yang banyak ditanam di Indonesia yaitu C. sinensis var. assamica (PPTK 2011).

Gambar 6. (a) Camellia sinensis var. sinensis (Anonim 2009); (b) Camellia sinensis var. assamica (Anonim 2011)

Perbanyakan tanaman teh adalah dengan biji, setek, sambungan atau cangkokan.Tanaman teh biasanya tumbuh berupa pohon kecil yang tampak seperti perdu akibat seringnya pemangkasan. Tanaman teh yang tidak dipangkas akan tumbuh kecil dan ramping setinggi 5 - 10 m dengan bentuk tajuk seperti kerucut.

Ciri umum tanaman teh adalah memiliki batang tegak, berkayu, bercabang-cabang, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Ciri lainnya adalah memiliki daun tunggal, bertangkai pendek, letak berseling, helai daun kaku seperti kulit tipis, bentuknya elips memanjang, ujung dan pangkal runcing, tepi bergerigi halus, pertulangan menyirip, panjang 6 - 18 cm, lebar 2 - 6 cm, berwarna hijau, dan permukaannya mengilap. Bagian tanaman teh yang lain yaitu bunga, terletak di ketiak daun, tunggal atau beberapa bunga bergabung menjadi satu, berkelamin dua, garis tengah 3 - 4 cm, warnanya putih cerah dengan kepala sari berwarna kuning, dan berbau harum. Ciri terakhir adalah buah berbentuk kotak, berdinding tebal, buah muda berwarna hijau sedangkan buah tua berwarna cokelat kehitaman, memiliki biji yang keras sejumlah 1 - 3 biji (Anonim 2005). Tjitrosoepomo (1989) menggolongkan tanaman teh sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Familia : Camelliaceae (Theaceae) Genus : Camellia

Spesies : Camellia sinensis Varietas : assamica, sinensis

Menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian (2012), luas area tanaman teh di Indonesia pada tahun 2010 adalah 124,573 ha dengan total produksi 150,342 ton.

Tingkat produktivitas teh di Indonesia saat ini sebesar 1,516 kg per ha per tahun. Seperti yang diketahui, produk minuman teh hanya menggunakan pucuk tanaman teh atau daun muda untuk produksinya sehingga daun teh tua masih kurang pemanfaataannya. Dengan produktivitas tanaman teh di Indonesia yang cukup besar tersebut maka pemanfaatan daun teh tua juga perlu ditingkatkan.

2.4.4 Durian (Durio zibethinus Murr)

Tanaman durian berasal dari hutan Malaysia , Sumatera, dan Kalimantan yang berupa tanaman liar. Penyebaran durian ke arah Barat adalah ke Thailand, Birma, India, dan Pakistan. Buah durian sudah dikenal di Asia Tenggara sejak abad 7 M. Nama lain durian adalah Duren (Jawa, Gayo), Duriang (Manado), Dulian (Toraja), Rulen (Seram Timur) (Wijaya 2012). Plantamor (2012) menggolongkan durian sebagai berikut :

Kindom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/ dikotil) Sub Kelas : Dilleniidae

Ordo : Malvales Famili : Bombaceae Genus : Durio

Species : Durio zibethinus Murr

Durian merupakan tanaman pohon asli nusantara. Pusat keragaman durian yaitu di Pulau Kalimantan. Kata “Durian” mengacu pada kulit buahnya yang berduri sehingga diberi nama duri dengan akhiran-an. Di Indonesia (Gambar 7), durian pada awalnya merupakan tanaman hutan, namun karena rasanya yang disukai kemudian durian dikembangkan menjadi tanaman pekarangan, selanjutnya dikebunkan. Seiring dengan perkembangan teknologi dan budi daya pertanian, durian di Indonesia mulai dibudidayakan secara intensif sehingga kualitasnya meningkat. Hal ini menjadi penting karena Indonesia memiliki varietas durian yang sangat beragam (Sobir & Napitupulu 2012).

Ciri-ciri tanaman durian adalah berbentuk pohon, berumur panjang, tinggi 27 - 40 m. Akar tunggang. Batang berkayu, silindris, tegak, kulit pecah-pecah, permukaan kasar, percabangan simpodial, bercabang banyak, dan arah mendatar. Daun tunggal, bertangkai pendek, tersusun berseling (alternate), permukaan atas berwarna hijau tua - bawah cokelat kekuningan, bentuk jorong hingga lanset, panjang 6.5 - 25 cm, lebar 3 - 5 cm, ujung runcing, pangkal membulat (rotundatus), tepi rata, pertulangan menyirip (pinnate), permukaan atas mengkilat (nitidus), permukaan bawah buram (opacus), tidak pernah meluruh, dan bagian bawah berlapis bulu halus

berwarna cokelat kemerahan. Bunga muncul di batang atau cabang yang sudah besar, bertangkai, kelopak berbentuk lonceng (campanulatus) - berwarna putih hingga cokelat keemasan, berbunga sekitar bulan Januari. Buah bulat atau lonjong, panjang 15 - 30 cm, kulit dipenuhi duri-duri tajam, warna coklat keemasan atau kuning, bentuk biji lonjong, 2 - 6 cm - berwarna cokelat, berbuah setelah berumur 5 - 12 tahun. Perbanyakannya secara generatif (biji) (Plantamor 2012).

Gambar 7. Durian (MNN 2012)

Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian, yaitu daging buah sebesar 20-35%, biji sebesar 5-15%, dan kulit sebesar 60-75% dari bobot total buah. Bagian dari durian yang banyak dimanfaatkan terutama untuk konsumsi masyarakat adalah daging buah. Hal ini berarti, bagian durian lainnya yang memiliki persentasi bobot yang sangat besar (kulit buah) terbuang sia-sia begitu saja sebagai limbah. Limbah durian yang jumlahnya sangat besar dan tidak termanfaatkan ini akan menimbulkan masalah bagi manusia, terutama masalah lingkungan (Hutapea 2010).

Dokumen terkait