• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritik 1. Minat

2. Jiwa Berwirausaha

a. Pengertian Jiwa Kewirausahaan

Jiwa kewirausahaan merupakan rasa percaya diri, ulet, disiplin, mandiri, optimis, memiliki jiwa kepemimpinan, antusiasme, berpikir positif, serta berani mengambil resiko dalam menjalankan dan mengelola suatu usaha.

Jiwa kewirausahaan ternyata sangat mempengaruhi minat seseorang untuk menjadi wirausahawan. Karakteristik yang telah dianugerahkan kepada kita tersebut merupakan semua karakteristik seorang entrepreneur.

Sesungguhnya semua manusia memiliki potensi untuk menjadi seorang entrepreneur dan telah menjadi seorang entrepreneur dalam satu dan lain

hal.

Semua kita adalah manusia kreatif yang selalu memandang ke depan, selalu mencari jawaban, selalu mencari cara baru untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih benar dan lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat untuk menjadi wirausahawan ternyata tidak dapat dipisahkan dari ciri-ciri sebagai manusia yang berkemauan keras, berkeyakinan kuat atas kemampuan pribadi, keberanian mengambil resiko, kejujuran dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam berusaha, pemikiran yang kreatif dan inovatif, dan berorientasi masa depan. Dengan kata lain, bahwa ciri-ciri yang terdapat pada manusia sesungguhnya merupakan ciri-ciri manusia atau seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan.

Jiwa adalah roh manusia yang ada di dalam tubuh dan menyebabkan hidup; nyawa, seluruh kehidupan batin manusia yang terjadi dari perasaan, pikiran, angan-angan, sesuatu yang utama dan menjadi sumber tenaga dan semangat, isi maksud yang sebenarnya, arti maksud yang tersirat dalam perkataan, perjanjian, daya hidup orang atau makhluk hidup lainnya.

Membentuk jiwa kewirausahaan dapat dilakukan secara internal maupun eskternal. Jiwa kewirausahaan akan relative lebih mudah dibentuk melalui pribadi masing-masing dari dalam.

Serta lebih efektif bila dilengkapi oleh kegiatan berinteraski dengan berbagai faktor dari luar. (Suherman Eman, 2008:09) Adapun cara membentuk jiwa wirausaha dapat dilakukan melalui ;

1) Mengetahui sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. 2) Memahami sikap dan perilaku yang wajib dimiliki dan dilakukan

bila menjadi entrepreneur.

3) Mengerti apa yang harus dilaksankan untuk sukses dijalur ini. Jiwa kewirausahaan memiliki ciri-ciri adalah sebagai berikut :

1) Percaya diri (Self Confident). Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan keyakinan seseorang dalam menghadapi tugas atau pekerjaan. Dalam praktik, sikap dan kepercayaan ini merupakan sikap dan keyakinan untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu tugas atau pekerjaan yang dihadapi. Oleh karena itu kepercayaan diri memiliki nilai keyakinan, optimisme, individualitas, dan ketidaktergantungan. Seorang yang memiliki kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya untuk mencapai keberhasilan.

2) Berorientasi tugas dan hasil. Seseorang yang selalu mengutamakan tugas dan hasil, adalah orang yang selalu mengutamakan hilai-nilai motif berprestasi, berorientasi pada laba, ketekunan dan ketabahan,

tekad kerja keras, mempunyai dorongan kuat, energik, dan berinisiatif. Berinisiatif artinya selalu ingin mencari dan memulai. Untuk memulai diperlukan niat dan tekad yang kuat, serta karsa yang besar. Sekali sukses atau berprestasi, maka sukses berikutnya akan menyusul, sehingga usahanya semakin maju dan semakin berkembang.

3) Keberanian mengambil risiko. Kemauan dan kemampuan untuk mengambil resiko merupakan salah satu nilai utama dalam kewirausahaan. Tindakan mengambil risiko merupakan bagian hakiki dari seorang wirausaha. Wirausaha yang tidak mau mengambil risiko akan sukar memulai atau berinisiatif. Wirausaha merupakan orang yang lebih menyukai usaha-usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan. Dengan demikian, keberanian untuk menanggung risiko yang menjadi nilai kewirausahaan adalah pengambilan risiko yang penuh dengan perhitungan dan realistik. Kepuasan yang besar diperoleh apabila berhasil dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara realistik. Artinya, wirausaha menyukai tantangan yang sukar namun dapat dicapai. Wirausaha menghindari situasi risiko yang rendah karena tidak ada tantangan, dan menjauhi situasi risiko yang tinggi karena ingin berhasil. Jangan takut gagal. Seperti contohnya Thomas Alfa Edison berani mengambil resiko untuk gagal 9.998 kali dalam membuat lampu pijar.

Atas keberhasilan itu.“Apa kunci kesuksesan itu ? Ia menjawab ; Saya sukses karena kehabisan apa yang disebut kegagalan.” Penemuan yang dipatenkan tercatat sebanyak 1.093 buah. (Agung K.2010 ;76)

4) Kepemimpinan. Seorang wirausaha yang berhasil selalu memiliki sifat kepemimpinan, kepeloporan, keteladanan. Ia selalu ingin tampil berbeda lebih dulu lebih menonjol. Dengan menggunakan kemampuan kreativitas dan keinovasiannya,ia selalu menampilkan barang dan jasa-jasa yang dihasilkannya dengan lebih cepat, lebih dulu dan segera berada di pasar. Seorang wirausaha yang memiliki usaha, perlu juga membutuhkan orang lain dalam pelaksanaannya. Karena itu dibutuhkan kepemimpinan yang baik. Hal ini berfungsi untuk mengarahkan orang yang dipimpin agar mau mewujudkan keinginannya. Maka belajarlah berpikir seperti seorang pemimpin yang baik. (Setya Wira 2010;55).

5) Berorientasi ke masa depan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang yang memiliki perspektif dan pandangan ke masa depan. Karena ia memiliki pandangan yang jauh ke masa depan, maka selalu berusaha untuk berkarsa dan berkaya. Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda dengan yang sudah ada sekarang. Meskipun dengan risiko yang mungkin terjadi, ia tetap tabah untuk mencari peluang dan tantangan demi pembaharuan masa depan.

Pandangan yang jauh ke depan, membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah ada sekarang. Oleh sebab itu, ia selalu mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang. 6) Kreativitas dan inovasi. Kreativitas adalah berpikir sesuatu yang

baru (thinking new things) dan keinovasian adalah melakukan sesuatu yang baru (doing new things).

Kreativitas diartikan sebagai kemampuan mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan mencari peluang. Orang yang berpikir besar dan mempunyai kekayaan yang besar, biasanya mempunyai cara berpikir yang kreatif. Karena dengan kreatifitaslah, permasalahan dapat diatasi dengan lebih baik. Kreatif dapat dilakukan dengan cara mengembangkan hal yang sudah ada menjadi lebih baik, lebih cepat, lebih nyaman. Hal-hal yang masuk dalam criteria kreatif biasanya mengandung hal-hal seperti kebaruan, keorisinalan, keunikan, hal-hal di luar kebiasaan, dll. Atas jasa dan kontribusi dari orang-orang yang kreatif di berbagai bidanglah yang membuat orang banyak mau memberikan uangnya kepada orang-orang tersebut sehingga menjadikannya kaya. Contohnya adalah Bill Gates yang menemukan hal-hal baru dalam dunia computer. Kolonel Sanders denga resep ayam goring Kentucky-nya yang dianggap orisinal. (Setya Wira 2010;51). Tips terbaik agar kreatif adalah yakin bahwa sesuatu dapat dilakukan.

Jika yakin dengan sesuatu dilakukan maka pikiran akan membantu dan melapangkan jalan cara mendapatkannya. Buanglah kata “tidak munngkin” tidak akan berhasil, pokoknya segala sesuatu yang yang berkonotasi destruktif harus dibunuh. (Agung K. 2010 ;76). Dalam dunia kewirausahaan, kreatifitas sangatlah penting untuk dimiliki agar tetap bisa bertahan dan maju dalam usaha dan pekerjaan. Keinovasian diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan-persoalan dan peluang untuk mempertinggi dan meningkatkan taraf hidup. Oleh karena itu, kewirausahaan adalah “thinking and doing new things or old thinks in new ways” kewirausahaan adalah berpikir dan

bertindak sesuatu yang baru atau berpikir sesuatu yang lama dengan cara-cara baru.

7) Memiliki tenaga dalam. Memiliki tenaga dalam artinya bahwa seorang wirausaha harus memiliki keuletan, ketabahan, ketekunan, kejujuran, kedisiplinan, ketulusan, keikhlasan dan kesopanan, serta keramahan.

Menurut John J. Kao, (Suhardi Yusuf 2011;11) kewirausahaan dipandangnya sebagai sebuah usaha untuk menciptakan nilai tambah melalui pengenalan terhadap peluang bisnis, manajemen pengambilan resiko dan komunikasi. Sedangkan menurut Robert D. Hisrich, wirausaha adalah seseorang yang membawa sumber daya, pekerja, material dan asset lain menjadi suatu kombinasi yang membuat mereka memiliki nilai

yang lebih tinggi daripada sebelumnya, seorang wirausaha juga memperkenalkan perubahan dan inovasi.

b. Pengaruh Jiwa Kewirausahan Terhadap Minat Berwirausaha

Manusia diciptakan untuk mengelola bumi dengan segala isinya untuk kemuliaan Sang Pencipta. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kepada manusia diberikan seperangkat anugerah yang luar biasa. Seperangkat anugerah tersebut antara lain adalah: akal budi, emosi, nurani, kemampuan berkehendak, kemampuan mengelola, kemampuan berkomunikasi, menghendaki kebenaran dan kesempurnaan, kreatif, imajinatif, dan mampu menciptakan sesuatu. Semua ini adalah miniatur

yang tidak sempurna dari karakter Sang Pencipta yang sempurna.

Tidakkah karakteristik yang telah dianugerahkan kepada kita tersebut merupakan semua karakteristik seorang entrepreneur? Maka sesungguhnya semua manusia memiliki potensi untuk menjadi seorang entrepreneur dan telah menjadi seorang entrepreneur dalam satu dan lain

hal. Semua kita adalah manusia kreatif yang selalu memandang ke depan, selalu mencari jawaban, selalu mencari cara baru untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih benar dan lebih baik. Dalam bisnis, apapun bisa dibeli, kecuali semangat dan cita-cita yang kuat untuk memulai dan mengembangkan usaha.

Jika ingin sukses, maka tanamkan mentalitas wirausaha dalam kiwa, dan milikilah cita-cita yang kuat menjadi wirausahawan yang ulung dan tahan banting.

Seorang entrepreneur adalah seseorang yang bertindak, mengambil tanggung jawab bagi sebuah bisnis dan bersedia menanggung risiko yang timbul karenanya.

Dan bukankah semua kita bertindak, mengambil tanggung jawab dan menghadapi risiko dalam hidup? Selalu ada kemungkinan gagal dalam semua hal yang kita lakukan, dalam permainan, dalam pendidikan, dalam persahabatan, dalam pernikahan, dalam pekerjaan, bahkan dalam hidup itu sendiri.

Tidak pernah ada keberhasilan yang pasti dalam bisnis maupun dalam hidup. Keterampilan seorang wirausahawan untuk mengkoordinasi armada kerja, menyusun berbagai sumber daya dan modal, juga merupakan keterampilan yang hadir dalam dunia kerja. Perbedaan persepsi akan intensitas risiko yang harus ditanggung antara seorang wirausahawan dan seorang karyawan lebih karena kadar sense of belonging dan sense of ownership yang berbeda. Sense of belonging,

adalah perasaan bahwa seseorang diterima dan berarti bagi perusahaan, sehingga ia dapat mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Sense ini terbentuk ketika seseorang berbagi sejarah dan nilai-nilai yang sama dengan perusahaannya, serta memiliki ikatan emosi dan pengaruh timbal-balik yang kuat.

Sehingga sense of belonging yang kuat membuat seseorang yakin, bahwa apa yang dilakukannya membawa pengaruh bagi perusahaan, dan apa yang dilakukan atau terjadi pada perusahaan akan mempengaruhi dirinya. Sense of ownership, terjadi ketika seseorang menolak untuk play safe.

Dengan semangat, antusiasme, dan tanggung-jawab mendedikasikan dirinya pada visi dan tujuan perusahaan. Pekerjaannya adalah hal yang penting baginya, dan merupakan hal yang sungguh-sungguh ingin ia kerjakan. Ia memiliki sikap dan moral kerja seorang pemilik perusahaan, jatuh-bangun perusahaan adalah pedih bahagia baginya. Ia tidak dikuasai oleh situasi, melainkan menguasai situasi.

Ia terbuka terhadap bantuan orang lain, tidak takut mendelegasikan tugas, bersedia mempelajari hal-hal baru, dan peka terhadap intuisi. Ia menjadi sumber inspirasi yang mempersiapkan orang lain untuk menjadi lebih baik. Ia bersyukur untuk apa yang dimilikinya, dan ini bukan melulu tentang materi, namun mengenai kontribusi, pencapaian, dan kepuasan.

Baik wirausahawan maupun karyawan dapat memiliki kedua unsur di atas dalam derajat yang berbeda-beda. Rendahnya kedua unsur tersebut dalam diri seseorang menjadikan ia wirausahawan atau karyawan yang tanggung. Sebaliknya wirausahawan dan karyawan mencapai aktualisasi diri ketika memiliki kedua unsur ini sepenuhnya. Perusahaan yang tidak memiliki orang-orang dengan derajat yang memadai dari kedua unsur ini hanya akan menjadi perusahaan yang tanggung.

Perusahaan mencapai nilai terbaiknya ketika orang-orang didalamnya memiliki sense of belonging dan sense of ownership yang tinggi.

Seorang wirausaha adalah individu yang memiliki ciri dan watak serta jiwa untuk berprestasi lebih tinggi dari kebanyakan individu-individu yang lainnya. Setiap individu-individu mempunyai jiwa dan kepribadian. Bagi seorang entrepreneur, tentu harus berkepribadian dan mentalitas “entrepreneur” ini perlu dikembangkan dalam setiap individu. Minat berwirausaha tumbuh dari dalam jiwa orang-orang yang mempunyai mental entrepreneur. Perlu disadari bahwa setiap kesempatan bisa diraih oleh individu yang sudah punya ancang-ancang.

Dalam jiwa seorang entrepeneur ditanamkan sikap kerja keras dan berlatih untuk selalu siap menerima ketika kesempatan itu datang.

Membentuk jiwa wirausaha dapat dilakukan secara internal maupun eksternal. Jiwa entrepreneur akan relative lebih mudah dibentuk melalui pribadi masing-masing dari dalam. Lebih efektif bila dilengkapi oleh kegiatan berinteraksi dengan berbagai faktor dari luar. Adapun cara membentuk jiwa kewirausaha dapat dilakukan melalui ; mengetahui sifat yang harus dimiliki oleh seorang wirausaha. Memahami sikap dan perilaku yang wajib dimiliki dan dilakukan bila menajdi entrepreneur. Mengerti apa yang harus dilaksanakan untuk sukses. Maka latihan melalui olah jiwa dalam setiap individu dengan berdoa dan bersyukur kepada Sang Maha Pencipta. Sehingga mempunyai persaan senang dan mencintai profesi tersebut terutama jika berminat menjadi wirausaha.

Dengan demikian entrepreneur menjadi panggilan jiwanya, yang dapat menyemangati dirinya dalam kondisi apapun dan situasi bagaimanapun.

Aspek mental berpengaruh langsung kepada prestasi seorang wirausahawan, karena yang menjadi pemicu pada umumnya adalah tantangan-tantangan yang harus dihadapi dalam bidang usaha itu sendiri. Kegagalan-kegagalan, kerugian-kerugian, tekanan dari pihak luar dan sebagaimananya merupakan sebagian kecil yang menjadi penyebab seorang wirausaha mengalami jatuh mental (mental break down).

Sekalipun seorang wirausahawan jatuh mentalnya secara penuh, ada harapan ia mengalami trauma, dan kemungkinan bisa saja ia tidak berkeinginan menjadi wirausaha. Hal ini perlu diwaspadai oleh seorang wirausahawan. Karena mental, adalah sesuatu yang kasat mata, abstrak dan terletak di dalam diri pribadi. Aspek ini agak lebih sulit di deteksi kapan terjadi degradasi (keburukan), rongrongan, pengikisan, dan lain sebagainya. Untuk mengantisipasi hal sedemikian, para wirausahawan perlu membekali diri dengan nilai-nilai sikap mental yang kuat yaitu ;

1) Untuk mempersiapkan diri menjadi figur usahawan ulet, adalah dengan jalan belajar dan membuka wawasan tentang nilai-nilai yang dibutuhkan.

2) Melatih dan membiasakan diri untuk mempraktekkan apa yang sudah dipelajari.

3) Berusaha mempertahankan sikap mental yang sudah baik itu, melalui kebiasaan-kebiasaan hidup yang menunjang dan selaras.

Dalam diri seorang wirausahawan ada banyak sifat-sifat yang menjiwai dirinya menjadi seorang usahawan seperti ; pemberani, pembuka jalan, pengambil resiko,dll. Untuk menjadi model baru bagi seorang wirausahawan sejati, perlu memiliki kekuatan batin untuk menempuh tujuan hidup dan menciptakan hidup yang penuh makna, bukan sekedar bisnis belaka. Adapun sifat-sifat yang menjiwai seorang wirausahwan sejati yaitu ;

1) Visioner; seorang wirausahawan yang sejati lebih merupakan seorang yang visioner. Mempunyai wawasan yang luas akan hidup dan usaha yang ingin diciptakan dan dikembangkan.

2) Pencipta nasibnya sendiri; seorang wirausahawan mendapat inspirasi dari sesuatu yang lebih luas daripada sekedar apa yang bisa ia usahakan. Menggali kekuatan batin yang terdalam (jiwanya sendiri) dan melangkah penuh percaya diri. Tetap bisa melangkah meski hambatan tampaknya mustahil dilalui. Dengan demikian, orang-orang yang tepat, tempat yang tepat dan kesempatan yang tepat bermunculan untuk menolong wirausahawan sejati meraih kesuksesannya.

3) Menarik perhatian; seorang wirausahawan memiliki impian. Mempunyai keinginan dan tujuan yang jelas. Mendorong ide dan bisnis untuk melakukan sesuatu yang mungkin dan menarik perhatian. Setiap langkahnya mampu menjadi inspirasi bagi orang lain.

4) Meraih tujuan; seorang wirausahawan menciptakan usaha dari dalam diri sebagai perwujudan kesadaran jiwa. Mengerti apa yang penting untuk menyelaraskan keyakinan dari impian-impian untuk memenuhi tujuan hidup.

5) Inspirasional; seorang wirausahawan mengetahui pentingnya spirit team dan bagaimana membangkitkan inspirasi orang lain agar menjadi kreatif dan mampu mengekspresikan hidup yang penuh makna. Sikap melangkah maju dan berikrar untuk meraih apa yang diinginkan yaitu hidup penuh makna dan sejahtera.

Dari sifat inilah munculah kualitas-kualitas diri pribadi seorang wirausahawan. Kualitas ini hendaknya mampu menjiwa seorang wirausaha sehingga ia mempunyai minat untuk tetap berwirausaha. Kualitas itu antara lain sebagai berikut ;

1) Memiliki kemauan yang kuat untuk sukses; seorang wirausahawan memiliki keinginan untuk sukses dalam mengembangkan usahanya. Menetapkan tujuan yang jelas dan selalu berkomitmen untuk mencapai tujuan tersebut meskipun ada rintangan menghadang.

2) Pandangan yang positif; seorang wirausana memiliki pandangan yang positif terhadap diri orang lain dan memiliki kepribadian yang kuat dan tegas. Fokus dalam mencapai tujuan dan sangat percaya diri pada kemampuannya untuk mencapai tujuan usahanya.

3) Selalu memiliki ide dan inovasi baru; seorang wirausaha selalu memiliki keinginan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik. Selalu berpikir untuk menciptakan produk-produk baru atau meningkatkan layanan. Berpikir kreatif dan inovatif.

4) Terbuka terhadap perubahan (open mind); jika sesuatu berjalan dengan baik, seorang wirausaha cukup mudah untuk berubah. Bukan berarti tidak konsisten, tapi terbuka dengan ide-ide atau hal-hal baru. Seorang wirausaha paham bahwa untuk menjaga agar selalu unggul dalam usahanya. Maka hal yang dilakukan adalah terus berkembang dan berubah lebih baik seiring waktu. Selalu up to date terhadap teknologi terbaru atau metode baru serta selalu

siap untuk berubah jika melihat kesempatan baru muncul.

5) Sikap Bersaing atau kompetisi; seorang wirausaha yang sukses tidak takut menghadapi persaingan. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan dan agar unggul dalam sebuah usaha adalah siap bersaing dengan perusahaan yang lainnya.

6) Memiliki motivasi yang tinggi; seorang wirausahawan selalu bergerak (take action) selalu berenergi, dan memiliki motivasi diri yang sangat tinggi.

7) Terbuka terhadap kritik; para wirausahawan adalah pioner dalam usahanya, sehingga banyak orang mencibir bahwa mereka tidak bisa melakukan,saat mereka mengawali usahanya.

Wirausahawan akan menerima kritik yang konstruktif dan berguna untuk rencananya. Sebaliknya ia akan mengabaikan komentar-komentar yang pesimis. Jiwa seorang wirausahawan yang sejati adalah seorang yang memiliki “passion” (keinginan yang besar) dan memiliki dorongan yang kuat untuk sukses dan berhasil. Ia adalah pioner-pioner yang siap bersaing digaris terdepan. Siap ditertawakan, diejek, dikritik, diawal karena mereka dapat melihat jalan kesuksesan didepan mereka dan selalu berusaha untuk mencapai apa yang diimpikan. Dalam pengaruh jiwa kewirausahan terhadap minat berwirausaha, seorang wirausahawan hendaknya memiliki prinsip; berani mencoba, berani gagal, berani sukses, dan berani berbeda.

Dokumen terkait