• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

B. Kerangka Berpikir

Minat mahasiswa menjadi wirausahawan di tinjau dari jiwa kewirausahaan. Manusia diciptakan untuk mengelola bumi dengan segala isinya untuk kemuliaan Sang Pencipta. Untuk melaksanakan tugas tersebut, kepada manusia diberikan seperangkat anugerah yang luar biasa.

Seperangkat anugerah tersebut antara lain adalah: akal budi, emosi, nurani, kemampuan berkehendak, kemampuan mengelola, kemampuan berkomunikasi, menghendaki kebenaran dan kesempurnaan, kreatif, imajinatif, dan mampu menciptakan sesuatu. Semua ini adalah miniatur yang tidak sempurna dari karakter Sang Pencipta yang sempurna.

Tidakkah karakteristik yang telah dianugerahkan kepada kita tersebut merupakan semua karakteristik seorang entrepreneur? Maka sesungguhnya semua manusia memiliki potensi untuk menjadi seorang entrepreneur dan telah menjadi seorang entrepreneur dalam satu dan lain hal. Semua kita adalah manusia kreatif yang selalu memandang ke depan, selalu mencari jawaban, selalu mencari cara baru untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih benar dan lebih baik.

Seorang entrepreneur adalah seseorang yang bertindak, mengambil tanggung jawab bagi sebuah bisnis dan bersedia menanggung risiko yang timbul karenanya. Dan bukankah semua kita bertindak, mengambil tanggung jawab dan menghadapi risiko dalam hidup? Selalu ada kemungkinan gagal dalam semua hal yang kita lakukan, dalam permainan, dalam pendidikan, dalam persahabatan, dalam pernikahan, dalam pekerjaan, bahkan dalam hidup

itu sendiri. Tidak pernah ada keberhasilan yang pasti dalam bisnis maupun dalam hidup.

Keterampilan seorang wirausahawan untuk mengkoordinasi armada kerja, menyusun berbagai sumber daya dan modal, juga merupakan keterampilan yang hadir dalam dunia kerja.

Perbedaan persepsi akan intensitas risiko yang harus ditanggung antara seorang wirausahawan dan seorang karyawan lebih karena kadar sense of belonging dan sense of ownership yang berbeda.

Sense of belonging, adalah perasaan bahwa seseorang diterima dan

berarti bagi perusahaan, sehingga ia dapat mengidentifikasi dirinya sendiri sebagai bagian dari perusahaan tersebut. Sense ini terbentuk ketika seseorang berbagi sejarah dan nilai-nilai yang sama dengan perusahaannya, serta memiliki ikatan emosi dan pengaruh timbal-balik yang kuat. Sehingga sense of belonging yang kuat membuat seseorang yakin, bahwa apa yang dilakukannya

membawa pengaruh bagi perusahaan, dan apa yang dilakukan atau terjadi pada perusahaan akan mempengaruhi dirinya.

Sense of ownership, terjadi ketika seseorang menolak untuk play safe.

Dengan semangat, antusiasme, dan tanggung-jawab mendedikasikan dirinya pada visi dan tujuan perusahaan. Pekerjaannya adalah hal yang penting baginya,dan merupakan hal yang sungguh-sungguh ingin ia kerjakan. Ia memiliki sikap dan moral kerja seorang pemilik perusahaan, jatuh-bangun perusahaan adalah pedih-bahagia baginya. Ia tidak dikuasai oleh situasi, melainkan menguasai situasi.

Ia terbuka terhadap bantuan orang lain, tidak takut mendelegasikan tugas, bersedia mempelajari hal-hal baru, dan peka terhadap intuisi. Ia menjadi sumber inspirasi yang mempersiapkan orang lain untuk menjadi lebih baik. Ia bersyukur untuk apa yang dimilikinya, dan ini bukan melulu tentang materi, namun mengenai kontribusi, pencapaian, dan kepuasan.

Baik wirausahawan maupun karyawan dapat memiliki kedua unsur di atas dalam derajat yang berbeda-beda. Rendahnya kedua unsur tersebut dalam diri seseorang menjadikan ia wirausahawan atau karyawan yang tanggung. Sebaliknya wirausahawan dan karyawan mencapai aktualisasi diri ketika memiliki kedua unsur ini sepenuhnya. Perusahaan yang tidak memiliki orang-orang dengan derajat yang memadai dari kedua unsur ini hanya akan menjadi perusahaan yang tanggug. Perusahaan mencapai nilai terbaiknya ketika orang-orang didalamnya memiliki sense of belonging dan sense of ownership yang tinggi.

Dari penjelasan di atas, terlihat bahwa jiwa kewirausahaan ternyata sangat mempengaruhi minat seseorang untuk menjadi wirausahawan Tidakkah karakteristik yang telah dianugerahkan kepada kita tersebut merupakan semua karakteristik seorang entrepreneur? Sesungguhnya semua manusia memiliki potensi untuk menjadi seorang entrepreneur dan telah menjadi seorang entrepreneur dalam satu dan lain hal.

Semua kita adalah manusia kreatif yang selalu memandang kedepan, selalu mencari jawaban, selalu mencari cara baru untuk melakukan segala sesuatu dengan lebih benar dan lebih baik.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa minat untuk menjadi wirausahawan ternyata tidak dapat dipisahkan dari ciri-ciri sebagai manusia. Yaitu yang berkemauan keras, berkeyakinan kuat atas kemampuan pribadi, keberanian mengambil resiko, kejujuran dan tanggung jawab, ketahanan fisik dan mental, ketekunan dan keuletan dalam berusaha, pemikiran yang kreatif dan inovatif, dan berorientasi masa depan. Dengan kata lain, bahwa cirri-ciri yang terdapat pada manusia sesungguhnya merupakan ciri-ciri manusia atau seseorang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Minat Mahasiswa menjadi Wirausahawan di tinjau dari Pemahaman Konsep Kewirausahaan.

Konsep perusahaan (the firm) yang dijelaskan dalam Neo Klasik masih mengakui juga keberadaan pihak manajemen atau individu-individu. Dan individu inilah yang nantinya berperan sebagai entrepreneur atau intrapreneur, yang akan dijelaskan pada teori-teori selanjutnya.

Ada pula yang mengkaji dari sisi teori keseimbangan (equilibrium theory). Menurut teori ini, untuk mencapai keseimbangan diperlukan tindakan

dan keputusan aktor (pelaku) ekonomi yang harus berulang-ulang dengan “cara yang sama” sampai mencapai keseimbangan.

Jadi kata kuncinya “berulang dengan cara yang sama”, yang disebut “situasi statis”, dan situasi tersebut tidak akan membawa perubahan.

Artinya, orang-orang yang statis atau bertindak seperti kebanyakan orang tidak akan membawa perubahan. Schumpeter berupaya melakukan investigasi terhadap dinamika di balik perubahan ekonomi yang diamatinya secara empiris. Singkat cerita, akhirnya beliau menemukan unsur eksplanatory-nya

yang disebut “inovasi“. Dan aktor ekonomi yang membawa inovasi tersebut disebut entrepeneur. Jadi entrepreneur adalah pelaku ekonomi yang akan membuat perubahan.

Masalah ekonomi sebetulnya mencakup mobilisasi sosial dari pengetahuan yang tersembunyi atau belum diketahui umum yang terfragmentasi dan tersebar melalui interaksi dari kegiatan para entrepreneur

yang bersiang. Ada dua konsep utama yang perlu kita perhatikan, yaitu pengetahuan tersembunyi (orang lain belum tahu), dan kewirausahaan. Intinya mobilisasi sosial dari pengetahuan tersebut terjadi melalui tindakan entrepreneural.

Seorang entrepreneur akan mengarahkan usahanya untuk mencapai potensi keuntungan dan dengan demikian mereka mengetahui apa yang mungkin atau tidak mungkin mereka lakukan. Jadi artinya seorang entrepreneur itu harus selalu mengetahui pengetahuan (atau informasi) baru

(dimana orang banyak belum mengetahuinya). Pengetahuan atau informasi baru tersebut dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungan. Bukankah dengan inovasi juga kita bisa mendapatkan pengetahuan, informasi, bahkan teknologi

baru?

Penemuan pengetahuan tersembunyi merupakan proses perubahan yang berkelanjutan. Dan proses inilah yang merupakan titik awal dari pendekatan Austrian terhadap kewirausahaan. Ketika dunia dipenuhi ketidakpastian, proses tersebut kadang mengalami sukses dan gagal. Namunseorang entrepreneur selalu berusaha memperbaiki kesalahannya.

Jadi, jangan heran kalau orang tua kita atau guru-guru kita selalu mengatakan bahwa ”kegagalan itu adalah sukses yang tertunda”, “Belajarlah dari kesalahan”, atau “Hanya keledai lah yang terperosok dua kali”

Kirzerian Entrepreneur, memakai pandangannya “human action”

dalam menganalisis peranan entrepreneural.

Sama halnya dengan prinsip “the man behind the gun”, mengandung makna yang sama dengan “knowing where to look knowledge”.

Dan dengan memanfaatkan pengetahuan yang superior inilah seorang entrepreneur bisa menghasilkan keuntungan. Minat mahasiswa menjadi

wirausahawan di tinjau dari pandangan terhadap kesempatan kerja.

C. Hipotesis

Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian ini. Dalam hal ini penulis mengajukan hipotesis tersebut sebagai berikut :

1. Jiwa kewirausahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap minat mahasiswa menjadi wirausahawan.

2. Pemahaman Konsep Kewirausahaan memiliki pengaruh yang positif terhadap minat mahasiswa menjadi wirausahawan.

3. Pandangan Terhadap Kesempatan Kerja memiliki pengaruh yang positif terhadap minat mahasisawa menjadi wirausahawan.

BAB III

Dokumen terkait