• Tidak ada hasil yang ditemukan

Judul : Konseling Humanistik (Berpusat Pada Pribadi) B Indikator:

Dalam dokumen Pendidikan and Latihan Profesi Guru Rayo (Halaman 78-83)

c Kedua hal di atas menunjukkan bahwa pengembangan diri bukan substitusi atau

A. Judul : Konseling Humanistik (Berpusat Pada Pribadi) B Indikator:

1. Menjelaskan konsep kunci dalam konseling humanistik

2. Menyebutkan dengan contoh penyebab individu mengalami problem menurut pandangan humanistik

3. Menjelaskan fokus yang menjadi tujuan utama dalam konseling humanistik 4. Menjelaskan prosedur pokok dalam proses konseling humanistik

5. Menejelaskan peran konselor dalam konseling humanistik C. Waktu : 5 x 50 menit

D. Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Jelaskanlah secara ringkas tujuan yang akan dicapai dalam sesi ini serta ruang lingkup materi yang akan dikaji.

2. Fasilitator mengarahkan peserta untuk membentuk kelompok kecil (5-6 orang). 3. Mintalah setiap kelompok membaca bahan pada Uraian Materi sesi ini dan membuat

rangkuman mengenai karakteristik konseling humanistik, khususnya mengenai:

 Asumsi dasar tentang perilaku bermasalah

 Tujuan konseling

 Proses konseling

 Peran konselor

 Teknik-teknik konseling yang digunakan

4. Bentuk tim perumus yang merupakan wakil dari setiap kelompok. Tim perumus selanjutnya membuat resume hasil diskusi kelas mengenai karakteristik konseling humanistik.

5. Anggota tim perumus dari setiap kelompok kembali ke kelompk masing-masing untuk menjelaskan hasil rumusan Tim Perumus.

6. Fasilitator memberi penjelasan tambahan yang diperlukan, khususnya terkait dengan topik diskusi dan hasil kerja kelompok.

7. Fasilitator mereviu tujuan sesi ini dan meminta peserta menilai sendiri dan mengungkapkan ketercapaiannya.

79 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24

Universitas Negeri Makassar

E. Uraian Materi 1. Konsep Dasar

Konseling humanistik berakar dari aliran pemikiran humanistik dalam psikologi. Pemikiran humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:

a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen. b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.

c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain. d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.

e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas. Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegard, Nierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.

Konseling humanistik seringpula disebut konseling berpusat pada pribadi dikembangkan oleh Carl Rogers. Konseling ini memfokuskan perhatian pada potensi individu untuk secara aktif memilih dan membuat keputusan tentang hal-hal yang berkaitan dengan dirinya sendiri dan lingkungannya. Para konselor yang memakai Konseling berpusat pada pribadi membantu konseli untuk meningkatkan pemahaman diri melalui mengalami perasaan-perasaan mereka.

Pendekatan konseling ini memandang manusia sebagai individu yang unik. Manusia merupakan seseorang yang ada, sadar dan waspada akan keberadaannya sendiri. Setiap orang menciptakan tujuannnya sendiri dengan segala kreatifitasnya, menyempurnakan esensi dan fakta eksistensinya. Manusia sebagai makhluk hidup yang dapat menentukan sendiri apa yang ia kerjakan dan yang tidak dia kerjakan, dan bebas untuk menjadi apa yang ia inginkan. Setiap orang bertanggung jawab atas segala tindakannya. Manusia tidak pernah statis, ia selalu menjadi sesuatu yang berbeda, oleh karena itu manusia mesti berani menghancurkan pola-pola lama dan mandiri menuju aktualisasi diri. Setiap orang memiliki potensi kreatif dan bisa menjadi orang kreatif. Kreatifitas merupakan fungsi universal kemanusiaan yang mengarah pada seluruh bentuk self expression.

Konseling humanistik berpandangan bahwa manusia pada dasarnya adalah baik Karakteristik manusia adalah positif, ingin berkembang kearah yang lebih baik, konstruktif, realistik, and trustworthy (Rogers, 1980). Setiap pribadi adalah orang yang sadar, terarah dari dalam (inner directed) dan bergerak ke arah aktualisasi diri. Menurut Rogers, aktualisasi

80 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24

Universitas Negeri Makassar

diri adalah dorongan yang paling menonjol dan memotivasi eksistensi dan mencakup tindakan yang mempengaruhi keseluruhan kepribadian.

2. Asumsi Dasar mengenati Perilaku Bermasalah

Kemunculan diri (self) yang sehat, memerlukan penghargaan positif, kasih sayang, perhatian, dan penerimaan. Tetapi, pada masa kanak-kanak, orang biasanya menerima

conditional regards dari orangtua dan orang lain. Perasaan berharga berkembang bila seseorang berperilaku dengan cara tertentu sesuai dengan yang dikehendaki oleh orang yang persetujuannya diharapkan, karena akseptansi kondisional mengajarkan orang untuk merasa berharga hanya bila ia konform dengan keinginan orang lain. Kalau orang tidak melakukan seperti yang dikehendaki orang lain, ia tidak akan diterima atau dihargai. Tetapi, bila ia konform, ia akan membuka jurang antara ideal self (apa yang orang inginkan dirinya untuk menjadi) dan real self (apa adanya dirinya). Makin jauh jurang antara keduanya, orang akan menjadi makin maladjusted.

Dalam pandangan pendekatan humanistik, gangguan jiwa disebabkan karena individu yang bersangkutan tidak dapat mengembangkan potensinya. Dengan perkataan lain, pengalamannya tertekan.

3. Tujuan Konseling

Konseling humanistik mengarahkan proses konseling pada pencapaian tujuan-tujuan berikut:

a. Mengoptimalkan kesadaran individu akan keberadaannya dan menerima keadaannya menurut apa adanya—―Saya adalah saya‖.

b. Memperbaiki dan mengubah sikap, persepsi cara berfikir, keyakinan serta pandangan-pandangan individu, yang unik, yang tidak atau kurang sesuai dengan dirinya agar individu dapat mengembangkan diri dan meningkatkan self actualization

seoptimal mungkin.

c. Menghilangkan hambatan-hambatan yang dirasakan dan dihayati oleh individu dalam proses aktualisasi dirinya.

d. Membantu individu dalam menemukan pilihan-pilihan bebas yang mungkin dapat dijangkau menurut kondisi dirinya.

4. Deskripsi Proses Konseling

Proses konseling humanistik ditandai beberapa karakteristik, antara lain: a. Adanya hubungan yang akrab antara konselor dan konseli.

b. Adanya kebebasan secara penuh bagi individu untuk mengemukakan problem dan apa yang diinginkannya.

81 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24

Universitas Negeri Makassar

c. Konselor berusaha sebaik mungkin menerima sikap dan keluhan serta perilaku individu dengan tanpa memberikan sanggahan.

d. Unsur menghargai dan menghormati keadaan diri individu dan keyakinan akan kemampuan individu merupakan kunci atau dasar yang paling menentukan dalam hubungan konseling.

e. Pengenalan tentang keadaan individu sebelumnya beserta lingkungannya sangat diperlukan oleh konselor.

5. Peran Konselor

Peran konselor bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap-sikap mereka, tidak pada teknik-teknik yang dirancang agar konseli melakukan sesuatu. Konselor menggunakan dirinya sendiri, sebagai instrumen perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu konseli untuk tumbuh. (Rogers,1980). Konselor menyadari bahasa verbal dan nonverbal konseli dan merefleksikannya kembali. Konselor dan konseli tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan dicapai. Konselor percaya bahwa konseli akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin dicapainya. Konselor hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.

6. Teknik Konseling

Pendekatan ini menganggap kualitas hubungan konseling jauh lebih penting daripada teknik. Ada tiga kondisi yang dibutuhkan dalam konseling, yaitu 1) empathy; (2) positive regard (acceptance), dan (3) congruence genuineness. Empati adalah kemampuan konselor untuk merasakan bersama dengan konseli dan menyampaikan pemahaman ini kembali kepada mereka. Empati dalam hubungan konseling adalah faktor yang paling berpengaruh dan membawa perubahan dan pembelajaran. Positive regard atau akseptansi adalah penerimaan yang tulus dan penghargaan yang mendalam terhadap konseli. Kongruensi adalah kondisi transparan dalam hubungan terapeutik dengan tidak memakai topeng.

Teknik yang dianggap tepat untuk diterapkan dalam pendekatan ini yaitu teknik client centered counseling, sebagaimana dikembangkan oleh Carl R. Rogers. meliputi:

a. acceptance (penerimaan); b. respect (rasa hormat);

c. understanding (pemahaman); d. reassurance (menentramkan hati); e. encouragement (memberi dorongan);

f. limitedquestioning (pertanyaan terbatas; dan g. reflection (memantulkan pernyataan dan perasaan).

82 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24

Universitas Negeri Makassar

Teknik-teknik tersebut sesungguhnya mendasari dan diterapkan pada pelaksanaan proses konseling pada hampir semua pendekatan konseling. Melalui penggunaan teknik- teknik tersebut diharapkan konseli dapat:

a. memahami dan menerima diri dan lingkungannya dengan baik; b. mengambil keputusan yang tepat;

c. mengarahkan diri; dan d. mewujudkan dirinya. F. Tugas Latihan

1. Tetapkan satu kasus dan deskripsikan kasus tersebut menggambarkan permasalahan konseli dari sudut pandang konseling humanistik (Berpusat pada Pribadi).

2. Buat rencana tindakan dalam bentuk satuan layanan Konseling Berpusat pada Pribadi.

3. Lakukan wawancara konseling secara tertulis yang menggambarkan proses pelaksanakan Konseling Berpusat pada Pribadi.

4. Buat laporan program pelaksanaan konseling dengan melampirkan skenario wawancara Konseling Berpusat pada Pribadi.

83 Pendidikan & Latihan Profesi Guru Rayon 24

Universitas Negeri Makassar

KEGIATAN BELAJAR 8

A. Judul : Keterampilan Dasar dalam Konseling

Dalam dokumen Pendidikan and Latihan Profesi Guru Rayo (Halaman 78-83)

Dokumen terkait