• Tidak ada hasil yang ditemukan

I.8 DEFENISI OPERASIONAL

IV.1. Analisis Data Berita Surat Kabar Kompas

7. Judul : Pedagang Borong Minyak Tanah Memanfaatkan Operas

Pasar di Beberapa Lokasi. Edisi : 11 Januari 2008.

Narasumbernya yakni warga-warga di Kabupaten dan Kota serang, Banten dan di Kota Bogor, yang kesulitan untuk mendapatkan minyak tanah, para pemilik pangkalan di daerah tersebut, Sekretaris Hiswana Migas Banten Hermansyah serta Ketua Hiswana Migas Bogor Hedy. S. Hedian.

Berita berisi tentang para pedagang eceran di Kabupaten dan di Kota Serang yang memborong minyak tanah dalam operasi pasar sehingga dapat menjual lebih mahal di tempat mereka. Akibat aksi pedagang tersebut, terdapat warga yang tidak kebagian. Terdapat juga keluhan-keluhan masyarakat mengenai antrean yang harus mereka lewati ketika ingin membeli minyak tanah. Begitu juga di daerah Bogor. Mengantre juga merupakan kegiatan yang mereka lakukan jika ingin membeli minyak tanah namun stok minyak tanah ternyata habis, sehingga mereka membawa dengan tangan hampa.

Menurut Ketua Hiswana Migas Bogor, membenarkan bahwa mereka membatasi penjualan minyak tanah ke pangkalan agar tidak digunakan oleh para spekulan. Dari berita tersebut, terdapat pendapat masyarakat dan para instansi yang berkepentingan seperti Hiswana Migas, yang secara sama mengeluarkan pernyataan untuk menanggapi kelangkaan minyak tanah yang terjadi di daerah mereka dan berita ini sebenarnya lebih menuliskan kejadian-kejadian di lapangan mengenai kelangkaan minyak tanah tersebut.

Proses Inklusi

1. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi 30 Pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah.

Abstraksi Puluhan pedagang eceran turut mengantre bersama dengan warga sekitar untuk memborong minyak tanah.

Dengan abstraksi, tidak terdapat kejelasan dalam berapa pedagang yang ikut mengantre. Kata puluhan bisa berarti dari 10 - 90an. Tidak diketahui jumlah yang pasti, sehingga masih terkesan abstrak. Wartawan secara sengaja atau tidak telah melakukan abstraksi terhadap jumlah para pedagang, sehingga tidak diketahui apakah para pedagang yang mempunyai jumlah yang lebih besar daripada para warga. Menurut para rechecker, hasilnya sama dengan analisis mereka.

2. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Akibatnya, 100 warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp 2.300 per liter.

Abstraksi Akibatnya, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah dengan harga Rp 2.300 per liter.

Kata banyak mengaburkan jumlah yang sebenarnya. Seharusnya terdapat petunjuk yang konkret karena makna yang diterima khalayak akan berbeda. Wartawan dengan sengaja atau tidak tidak menuliskan dengan jelas berapa jumlah warga yang tidak kebagian. Banyak bisa berarti puluhan ataupun ratusan, dan hal itupun juga belum terlalu konkret.

Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Hal ini disebabkan karena ketidakmungkinan wartawan untuk dapat mengetahui dengan tepat jumlah yang dapat menggambarkan warga yang tidak kebagian minyak tanah sehingga kata banyak dapat dipakai atau dengan kata lain tidak terdapat proses abstraksi.

3. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Bahkan, 300 warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran.

Abstraksi Bahkan, banyak warga tidak kebagian jatah minyak tanah karena habis diborong pedagang eceran.

Dengan abstraksi, tidak terdapat jumlah warga yang tidak kebagian minyak tanah, sehingga tidak ada kejelasan. Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan hasil mereka. Tidak terdapat abstraksi dalam teks tersebut, kata banyak dapat mewakili informasi warga yang tidak mendapatkan jatah minyak tanah.

4. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Akibatnya, 100 warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang.

Abstraksi Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang.

Dengan abstraksi, tidak dapat diketahui kejelasan mengenai berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah. Masih abstrak, apakah jumlahnya besar atau tidak.

Menurut para recheker, tidak terdapat abstraksi dalam pemberitaan tersebut. Wartawan dapat menggunakan kata banyak untuk mewakili berapa jumlah warga yang gagal memperoleh minyak tanah, yang tidak diketahui tersebut.

5. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Sekitar tengah hari, 70 warga yang sudah berjam-jam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari.

Abstraksi Sekitar tengah hari, puluhan warga yang sudah berjam- jam mengantre terpaksa pulang dengan tangan hampa karena habisnya stok minyak tanah di pangkalan di belakang Pasar Purbasari.

Kata puluhan dapat mempunyai makna yang berbeda bagi setiap khalayak. Puluhan dapat dikisarkan antara 10 sampai dengan 90-an sehingga teks di atas jelas tidak memiliki suatu ketepatan jumlah yang dapat diartikan sama untuk semua orang. Terdapat strategi abstraksi di teks tersebut. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka.

6. Objektivasi-Abstraksi

Objektivasi Terdapat 50 warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu.

Abstraksi Terdapat banyak warung pengecer minyak tanah di Bogor juga tidak punya persediaan bahan bakar yang masih jadi kebutuhan pokok warga itu.

Dengan abstraksi, tidak diketahui secara tepat jumlah warung pengecer minyak tanah di Bogor yang tidak mempunyai persediaan minyak tanah sehingga masih terkesan abstrak. Kata banyak dapat diartikan secara berbeda oleh setiap khalayak.

Menurut para rechecker, hasilnya tidak sesuai dengan analisis mereka. Recheker berpendapat bahwa wartawan tidak mempunyai kemampuan untuk mendata warung pengecer yang banyak tersebut, sehingga digunakanlah kata banyak.

7. Diferensiasi-Indiferensiasi

Indiferensiasi Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter.

Diferensiasi Pedagang eceran diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter, warga justru dibatasi membeli minyak tanah maksimal 10 liter.

Dengan diferensiasi, peristiwa mengenai pedagang yang diperbolehkan membeli lebih dari 20 liter tidak ditampilkan secara mandiri dalam teks, namun dibuat kontras dengan menampilkan peristiwa lain dalam teks yakni bahwa warga justru dibatasi untuk membeli minyak tanah maksimal 10 liter. Dalam pemberitaan di atas, terlihat kalimat yang berbeda sehingga terdapat warga sebagai suatu kelompok yang dimarjinalkan. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka.

8. Diferensiasi-Indiferensiasi

Indiferensiasi Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran. Diferensiasi Akibatnya, banyak warga gagal memperoleh minyak

tanah murah karena sudah diborong pedagang eceran. Bahkan, sebelum habis, minyak tanah operasi pasar dibawa ke pangkalan milik Suhaemi.

Tanpa terdapat kalimat ke-2, pada intinya warga tetap tidak mendapatkan minyak tanah. Dengan adanya kalimat ke-2 maka terlihat adanya penegasan yang menimbulkan permarjinalan warga karena diberitakan bahwa terdapat peristiwa lain yang menyebabkan mengapa warga tidak mendapatkan minyak tanah. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan hasil analisis mereka.

9. Diferensiasi-Indiferensiasi

Indiferensiasi “Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat pangkalan dan berusaha menyetop pendistribusian sampai ke tingkat pengecer.”, kata Hedy, kemarin.

Diferensiasi Kami sengaja membatasi penjualan minyak tanah di tingkat pangkalan dan berusaha menyetop pendistribusian sampai ke tingkat pengecer.”, kata Hedy, kemarin. Akan tetapi, hingga kemarin minyak tanah belum tersedia di semua pangkalan.

Dengan adanya diferensiasi, maka terdapat dua kalimat yang berbeda. Pada kalimat ke-1, ditegaskan oleh Hiswana Migas bahwa pihak mereka sengaja membatasi minyak di pangkalan, namun pada kalimat ke-2 terdapat peristiwa lain yang berbeda dari yang disampaikan yakni tidak tersedia minyak tanah di semua pangkalan. Meskipun dibatasi, seharusnya terdapat minyak tanah walaupun dalam jumlah kecil namun, pada kenyataannya, tidak terdapat. Secara tidak langsung, pihak Hiswana Migas telah dimarjinalkan, karena Hiswana Migas telah mengingkari janji. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis rechecker.

10. Determinasi-Indeterminasi

Indeterminasi Menurut X warga, sebagian pengantre bahkan berasal dari kelurahan-kelurahan lain, seperti Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan.

Determinasi Menurut seorang warga, sebagian pengantre bahkan berasal dari kelurahan-kelurahan lain, seperti Ciheleut, Tegalmangga, dan Babakan.

Dengan adanya determinasi, maka identitas seorang warga tersebut tidak diketahui secara jelas (anonim). Secara sengaja atau tidak, wartawan telah menghilangkan nama dari warga tersebut padahal informasi yang diberikannya dapat sangat bermakna ataupun tidak. Khalayak tidak mengetahui informasi

tersebut berasal dari siapa dan dari daerah mana. Menurut para rechecker, hasilnya sesuai dengan analisis mereka.

8. Judul : Gas Rp.120.000 Per Tabung. Antrean Minyak Tanah