• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. SPESIFIKASI PRODUK

3.3. Milk Juice

Produk olahan lainnya yang diproduksi CV Cita Nasional adalah milk juice dimana bahan baku susu segar mengalami proses penambahan asam, aging, pasteurisasi, dan homogenisasi.

Bahan asam yang ditambahkan adalah asam laktat dan asam nitrit. Memiliki varian rasa buah jeruk dan dikemas dengan kemasan cup dengan volume 150 ml.

12

Gambar 6. Produk Susu Milk Juice Sumber: Dokumentasi CV Cita Nasional

13

12 BAB IV

PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR PRODUK OLAHAN SUSU

4.1. Tinjauan Pustaka

4.1.1. Jenis Limbah

Setiap proses produksi akan dihasilkan limbah yaitu produk samping dari hasil produksi itu sendiri. Limbah yang banyak ditemui pada pabrik makanan-minuman adalah limbah padat dan limbah cair. Dimana dalam penanganannya baik limbah padat maupun limbah cair tidak dapat dibuang begitu saja ke lingkungan. Karena dapat menimbulkan efek yang berbahaya bagi lingkungan itu sendiri dalam jangka panjang. Oleh karena itu dibutuhkan pengolahan limbah yang tepat berdasarkan karakteristiknya untuk menghindari tercemarnya lingkungan pabrik dan sekitarnya. Selain itu diharapkan setelah limbah diolah akan menghasilkan produk akhir yang dapat kembali digunakan atau dimanfaatkan kembali.

Ada 2 jenis limbah yang dapat ditemui di CV Cita Nasional yaitu:

1. Limbah padat

Limbah padat yang dapat ditemui pada CV Cita Nasional berupa cup atau botol yang berbentuk tidak sempurna, kardus pembungkus, karton bekas gulungan prepack, packaging prepack tidak sempurna, tutup botol, pennutup cup yang terbuang, plstik kemasan bahan tambahan produk, serta plastik-plastik pembungkus cup. Setiap harinya tentu akan menghasilkan banyak limbah padat. Untuk itu diperlukan tindakan atau proses pengolahan limbah padat agar tidak menumpuk sehingga dapat menyebabkan bau dan menimbulkan pencemaran lingkungan.

Sebelum limbah padat dipilah dan diproses akan ditempatkan pada tempat penampungan terlebih dahulu. Limbah padat yang dihasilkan seperti cup dan botol tidak sempurna serta plastik-plastik hanya akan dibakar dalam tungku pembakaran.

Sementara limbah padat yang masih dapat digunakan seperti kardus akan disimpan terlebih dahulu di gudang kemudian dijual pada pemasok.

2. Limbah cair

Limbah cair merupakkan sisa atau produk buangan dari proses produksi berbentuk cair yang mengandung berbagai macam komponen organik dan anorganik baik itu yang dapat larut maupun tidak dapat larut. Dimana apabila limbah cair tersebut dibuang langsung ke lingkungan tanpa adanya proses lebih lanjut maka dapat menyebabkan pencemaran lingkungan terutama perairan. Limbah yang dihasilkan CV

Cita Nasional antara lain limbah yang berasal dari pencucian serta sanitasi peralatan serta mesin proses produksi, dari susu yang tumpah saat proses produksi dan pengemasan, serta dari hasil pengujian laboratorium saat penerimaan bahan baku susu maupun saat pengujian produk.

4.1.2. Parameter Limbah

Untuk pengujian air limbah, CV Cita Nasional bekerja sama dengan Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang terletak di Semarang. Pengujian oleh BTPPI dilakukan sebulan sekali. Adapun karakteristik yang ditinjau terhadap limbah pada CV Cita Nasional adalah karakteristik kimia dan fisika.

Untuk karakteristik kimia yang ditinjau adalah nilai BOD, COD, dan pH sedangkan untuk karakteristik fisik yang ditinjau adalah suhu, karakteristik fisik, serta Total Suspended Solid (TSS). Parameter pengolahan air limbah pada CV Cita Nasional berdasarkan Baku Mutu Air Limbah Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 5 Tahun 2012 dengan parameter air limbah susu terpadu.

4.1.3. Proses Pengolahan Limbah

Proses pengolahan limbah yang dilakukan CV Cita Nasional menggabungkan antara proses biologi, kimia, dan fisika. Limbah industri susu sangat rentan terhadap pertumbuhan mikroba karena karakteristik dari limbah susu itu sendiri yang mudah busuk dan dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dimana hal tersebut dapat membahayakan lingkungan sekitar. Untuk itu pada pengolahannya ditambahkan bakteri untuk mengurangi kadar limbah yang berbahaya.

Adapun diagram Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL) CV Cita Nasional dapat dilihat pada gambar 7. dibawah ini.

17

Gambar 7. Instalasi Pengolahan Limbah Cair CV Cita Nasional Sumber: Dokumentasi CV Cita Nasional

Keterangan Gambar

1. Tangki Penampungan 12. Sedimentation Tank I

2. Flow Control 13. Coagulan

3. Filter kasar 14. Sedimentation Tank I

4. Compressor 15. Filter Tank I

5. Aqualising I 16. Filter Tank II 6. Fat and Oil Filter Tank 17. Filter Tank III 7. Surface Aeration I 18. Filter Tank IV

8. Aerator I 19. Flow Control Pump

9. Aqualising Pump 20. Sand Filter

10. Aeration Tank 21. Carbon Filter

11. Aerator II 22. Product

Dari gambar instalasi pengolahan limbah cair diatas, dapat disimpulkan proses pengolahan limbah cair CV Cita Nasional dapat dibagi menjadi beberapa tahap seperti dapat dilihat pada gambar 8. dibawah ini.

Gambar 8. Tahap Pengolahan Limbah Cair CV Cita Nasional Inlet

Penampungan Awal

Penyaringan Minyak

Equalising

Aerasi I

Aerasi II

Sedimentasi I

Sedimentasi II

Filtering

Penampungan Akhir

Outlet

19

Untuk mengetahui proses yang terjadi pada setiap tahap akan dijelaskan sebagai berikut:

4.1.3.1.Proses penampungan awal

Semua air limbah yang diperoleh dari hasil proses produksi dialirkan menuju bak penampungan awal untuk ditampung sementara. Dari bak penampungan awal dengan menggunakan flow meter dialirkan menuju bak penyaringan minyak dan menuju bak penampungan bakteri. Gambar bak penampungan limbah awal serta flow meter dapat dilihat pada gambar 9 dibawah ini

Gambar 9. Bak penampungan limbah awal dan flow meter Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.3.2.Proses penampungan bakteri dan Penyaringan Minyak

Air limbah dari bak penampungan awal dialirkan menuju bak penampungan bakteri. Pada bak penampungan bakteri air limbah ditambahkan dengan bakteri anaerob yang bertujuan sebagai pengurai air limbah. Bakteri yang digunakan ada yang berbentuk cair dan bubuk namun untuk bakteri bubuk harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu. Limbah cair juga dialirkan menuju penyaringan minyak dan pada proses ini air limbah dikontrol dengan menggunakan flow meter dan setelah itu akan dialirkan menuju bak equalising. Gambar bak penampungan berisi air limbah yang sudah dicampur dengan bakteri dapat dilihat pada gambar 10 dibawah ini.

Bak penampung awal

Flow meter

Gambar 10. Bak penampungan berisi campuran limbah cair dan bakteri Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.3.3.Proses Equalising

Limbah dari proses sebelumnya dan limbah dari bak penampungan bakteri tadi dicampur dalam bak equalising. Selain itu juga ditambahkan limbah recycle dari proses sebelumnya.

Proses equalising ini berfungsi untuk membuat air limbah menjadi homogen sehingga proses selanjutnya dapat berjalan dengan lancar. Adapun proses pemisahan air dan minyak pada air limbah dimana minyak akan membentuk buih dan akan masuk ke dalam tanki penampungan minyak. Hasil proses equalising kemudian akan masuk ke dalam bak aerasi I. Gambar bak equalisasi dapat dilihat pada gambar 11. dibawah ini.

Gambar 11. Bak Equalisasi Sumber: Dokumentasi Pribadi.

4.1.3.4. Proses Aerasi 1

Limbah dari bak equalising kemudian dialirkan menuju bak aerasi I. Pada bak aerasi I ini terdapat aerator yang berfungsi untuk menguraikan limbah dan memasukkan oksigen ke dalam limbah cair. Prinsip kerja dari aerator ini adalah aerator akan menyedot air dari bawah

Bak

penampungan berisi

campuran bakteri dengan limbah cair

Limbah cair dalam proses homogenisasi

Bak equalising

21

ke atas dengan begitu limbah dapat menjadi homogen. air limbah dari bak aerasi I kemudian dialirkan menuju bak aerasi II dengan menggunakan pompa. Aerator yang digunakan pada proses aerai I lebih kecil daripada aerator II. Gambar dari bak aerasi I yang berisi limbah cair dengan aerator di dalamnya dapat dilihat pada gambar 12. dibawah ini.

Gambar 12. Bak Aerasi I dengan aerator lebih kecil Sumber: Dokumentasi Pribadi

4.1.3.5.Proses Aerasi 2

Air limbah dari proses aerasi I kemudian dialirkan menuju bak aerasi II. Pada bak aerasi II ukuran bak serta aerator lebih besar. Besarnya ukuran aerator II menyebabkan kemampuan aerator untuk menyedot air limbah lebih besar karena ukuran bak yang juga lebih besar. Pada bak aerasi II berfungsi untuk menyempurnakan proses aerasi I. Gambar dari bak aerasi II dengan ukuran bak dan aerator yang lebih besar dapat dapat dilihat pada gambar 13. dibawah ini.

Gambar 13. Bak Aerasi II dengan aerator lebih besar Sumber: Dokumentasi Pribadi

Aerator

4.1.3.6.Proses Sedimentasi 1

Air limbah dari proses aerasi II kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi I. Pada bak sedimentasi I terjadi proses pemisahan limbah yang berupa padatan dan cairan. Limbah dalam bentuk padat akan masuk ke dalam tanki penampungan sedangkan limbah dalam bentuk cair akan ditambahkan koagulan, dan koagulan yang digunakan adalah PAC atau Poly Amyl-Chloride kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi II. Terdapat pipa untuk menahan air limbah yang keluar dari pipa kecil yang terdapat di dalam bak dnegan tujuan agar air yang keluar dari pipa kecil di dalam bak turun ke dasar bak terlebih dahulu sehingga padatan dapat mengendap di dasar. Gambar dari bak sedimentasi I dapat dilihat pada gambar 14. dibawah ini.

Gambar 14. Bak Sedimentasi I Sumber: Dokumentasi Pribadi 4.1.3.7.Proses Sedimentasi 2

Limbah cair dari proses sedimentasi I masuk ke dalam bak sedimentasi II untuk proses penyaringan lemak dengan menggunakan fat trap. Proses ini menyebabkan kandungan lemak pada air limbah menjadi menurun. Sedangkan endapan berupa lemak dan padatan akan dijadikan pupuk. Terdapat pipa untuk menahan air limbah yang keluar dari pipa kecil yang terdapat di dalam bak dnegan tujuan agar air yang keluar dari pipa kecil di dalam bak turun ke dasar bak terlebih dahulu sehingga padatan dapat mengendap di dasar.Gambar dari bak sedimentasi II dapat dilihat pada gambar 15. dibawah ini.

Bak

23

Gambar 15. Bak Sedimentasi II Sumber: Dokumentasi Pribadi 4.1.3.8.Proses Filtering

Limbah cair dari proses sedimentasi II kemudian dialirkan menuju proses penyaringan limbah melalui 4 tanki berturut-turut agar diperoleh limbah cair yang bersih. Pada tahap akhir proses ini juga dilakukan proses mediasi. Yaitu proses untuk memastikan apakah air limbah masih mengandung bahan-bahan yang berbahaya atau tidak dengan pemberian makhluk hidup seperti ikan. Apabila ikan atau mediator tersebut dapat hidup maka dapat disimpulkan bahwa limbah cair tidak mengandung bahan-bahan yang dapat membahayakan lingkungan.

Setelah proses mediasi, limbah cair dialirkan menuju sand filter dengan menggunakan carbon filter. Pada proses ini bertujuan untuk memastikan kembali kejernihan dari air limbah yang sudah diproses sebelumnya. Gambar dari kolam mediasi yang telah diberi ikan di dalamnya dapat dilihat pada gambar 16. dibawah ini.

Gambar 16. Kolam Mediasi yang diberi ikan di dalamnya sebagai mediator Sumber: Dokumentasi Pribadi

Pipa untuk menahan air limbah yang keluar dari pipa kecil yang ada di dalam

4.1.3.9.Penampungan akhir

Setelah melalui berbagai proses maka diperoleh air limbah yang jernih serta tidak mengandung senyawa berbahaya. Air limbah jernih dari proses sebelumnya kemudian dialirkan menuju tanki penampungan akhir sebelum dibuang ke lingkungan. Air limbah yang sudah aman dapat dibuang ke lingkungan sehingga tidak merugikan serta dapat kembali dimanfaatkan dan umumnya pH air llimbah jernih adalah pH netral 6-7.

Penerapan pengolahan limbah pada CV Cita Nasional menggunakan kombinasi secara fisikokimia dengan penggunaan mikroorganisme pengurai. Penggunaan pengolahan limbah secara kombinasi ini diperoleh hasil limbah cair yang aman untuk digunakan kembali maupun dibuang ke lingkungan. CV Cita Nasional menggunakan hasil olahan limbah iniuntuk keperluan sanitasi serta penyiraman tanaman yang terdapat di sekitar lingkungan pabrik. Sementara untuk limbah padatan digunakan sebagai pupuk untuk tanaman.

4.2. Hasil Pengolahan Limbah

Dari pengolahan limbah tersebut didapatkan hasil pengujian limbah untuk bulan Maret 2018 adalah sebagai berikut.

Tabel 3. Hasil pengujian limbah cair CV Cita Nasional bulan Maret 2018

No Parameter

Hasil Analisa

Baku Mutu Perda Prov. Jateng No. 5 Tahun 2012 Tentang Baku Mutu Air Limbah

Industri Susu Susu Terpadu

Limbah merupakan bagian yang tidak digunakan atau terbuang dalam suatu proses pembuatan produk. Berdasarkan sifat fisiknya, limbah dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu limbah cair, limbah padat, dan limbah gas. Pada limbah cair memiliki kandungan

25

anorganik dan organik sebaanyak 0,1%. Adanya kandungan zat tersebut menyebabkan limbah cair akan rusak dan busuk sehingga dihasilkan bau yang tidak sedap (Mardliyah &

Yayok, 2017).

Untuk limbah padat yang dihasilkan CV Cita Nasional berasal dari kemasan cup maupun botol yang tidak layak digunakan, kardus bekas kemasan cup maupun botol, kardus bekas gulungan dari kemasan prepack maupun penutup untuk kemasan cup,serta karung bekas kemasan untuk bahan tambahan produk. Limbah padat yang dihasilkan oleh CV Cita Nasional setiap harinya tidak sama dikarenakan jumlah produksi setiap harinya yang berbeda-beda. Limbah padat yang dihasilkan akan dikumpulkan sebelum akhirnya disortir untuk dipisahkan antara limbah padat yang masih memiliki nilai ekonomis maupun sudah tidak layak digunakan. Limbah padat yang masih layak digunakan dan memiliki nilai ekonomis seperti karung goni, kardus akan dipisah dan dimanfaatkan kembali. Sedangkan limbah padat yang sudah tidak layak digunakan akan dibuang.

Sedangkan limbah cair yang dihasilkan oleh CV Cita Nasional diperoleh dari limbah hasil produksi yang mengandung zat organik dan anorganik. Komposisi yang terkandung dalam air limbah berbeda-beda tergantung dari mana asal limbah tersebut dihasilkan. Limbah cair yang dihasilkan diperoleh dari proses pengujian di laboratorium, proses pencucian alat, mesin dan sanitasi, serta adanya tumpahan susu yang terbuang baik saat produksi maupun saat pengemasan. Setiap harinya limbah cair yang dihasilkan ±20.000 liter.

4.3.2. Parameter Limbah

Tercemarnya air limbah dapat dilihat dari perubahan warna, bau, suhu, pH (Ikhtiar, 2017).

Untuk memastikan seberapa tingkat pencemaran pada limbah cair maka diperlukan analisa pada limbah cair. Sehingga dapat diketahui komposisi cemaran yang terkandung dalam limbah. Karakteristik yang ditinjau dalam pengujian limbah cair yaitu secara fisik, kimia, dan biologi. Karakteristik secara fisik merupakan perubahan pada limbah cair yang dipengaruhi oleh suhu, pH, kekeruhan, bau, warna dan adanya zat tersuspensi mauoun zat terlarut.

Karakteristik kimia merupakan perubahan pada limbah yang dipengaruhi unsur sifat kimia seperti oH, alkalinitas, BOD, COD, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk karakteristik biologi merupakan perubahan pada limbah cair yang dipengaruhi oleh mikroorganisme yang terkandung (Wagini, 2002)

Adapun masalah yang sering muncul pada limbah industri pangan dikarenakan limbah mengandung komponen kimia seperti karbohidrat, protein, lemak, sisa bahan kimia, serta garam mineral yang ikut terkandung. Untuk pH pada limbah cair umumnya cenderung mendekati netral dan pada saat proses penyimpanan pH limbah akan menurun. Maka dari itu dibutuhkan proses untuk menghilangkan komponen berbahaya pada limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan maupun digunakan kembali. Karena selain mengandung senyawa beracun, juga mengandung mikroorganisme seperti bakteri dan virus karena limbah cair merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan mikroorganisme yang dikarenakan adanya pasokan makanan untuk pertumbuhan mikroba yang berasal dari kandungan organik yang terkandung dalam limbah (Jenie & Rahayu, 1993).

Pengujian air limbah pada tidak dilakukan oleh CV Cita Nasional sendiri. Melainkan bekerja sama dengan Balai Besar Teknologi Pencegahan Pencemaran Industri dari Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang terletak di Semarang. Pengujian oleh BTPPI dilakukan sebulan sekali. Parameter limbah yang diuji pada CV Cita Nasional meliputi karakteristik fisik dan kimia. Karakteristik fisik yang ditinjau adalah suhu, Total Suspended Solid (TSS), serta karakteristik fisik limbah itu sendiri. Sedangkan karakteristik kimia yang ditinjau adalah nilai BOD, COD, dan pH.

4.3.3. Proses Pengolahan Limbah

Pengolahan limbah yang dilakukan oleh industri pada umumnya adalah pengolahan secara biologi, fisika, dan fisikokimia. Pada pengolahan limbah organik lebih disarankan untuk menggunakan pengolahan secara biologis yaitu dengan menggunakan penambahan dekomposer atau pengurai baik yang secara alami maupun yang segaja ditambahkan ke dalam limbah cair. Untuk karakteristik fisik yang ditinjau pada pengolahan limbah meliputi bau warna, kekeruhan, serta ada tidaknya padatan yang terkandung di dalamnya. Padatan yang terkandung dalam limbah cair dinyatakan sebagai padatan yang mengendap/tersuspensi (total suspended solid), padatan terlarut (total dissolved solid) serta padatan total/yang tercampur (total solid) (Sugiharto, 2008). Sedangkan karakteristik kimia meliputi nilai BOD, COD, pH, kadar lemak dan minyak, dan lain sebagainya. CV Cita Nasional menggunakan pengujian limbah secara kombinasi antara Fisika, kimia, dan biologi karena karakteristik dari limbah industri susu sendiri lebih cocok jika diolah menggunakan kombinasi dari ketiga cara tersebut (Wagini, 2002).

27

Limbah cair yang dihasilkan oleh CV Cita Nasional ±20.000 liter setiap harinya dimana limbah cair tersebut dihasilkan dari sisa proses produksi, proses cuci mesin, cairan dari laboratorium, tumpahan susu, serta susu yang tidak lolos pengujian kemasan. Untuk mengolah limbah cair, pertama-tama limbah cair yang diperoleh dari sisa hasil produksi ditampung dalam bak penampungan awal untuk ditampung sementara. Dari bak penampungan awal dengan menggunakan flow meter dialirkan menuju bak penyaringan minyak dan menuju bak penampungan bakteri dan tanki penyaringan minyak. Pada bak penampungan bakteri air limbah ditambahkan dengan bakteri anaerob yang bertujuan sebagai pengurai air limbah. Bakteri yang digunakan ada yang berbentuk cair dan bubuk namun untuk bakteri bubuk harus dilarutkan dalam air terlebih dahulu. Limbah cair juga dialirkan menuju penyaringan minyak dimana pada proses ini air limbah dikontrol dengan menggunakan flow meter dan setelah itu akan dialirkan menuju bak equalising.

Limbah dari proses sebelumnya dan limbah dari bak penampungan bakteri tadi dicampur dalam bak equalising. Selain itu juga ditambahkan limbah recycle dari proses sebelumnya.

Proses equalising ini berfungsi untuk membuat air limbah menjadi homogen sehingga proses selanjutnya dapat berjalan dengan lancar (Wagini, 2002). Adapun proses pemisahan air dan minyak pada air limbah dimana minyak akan membentuk buih dan akan masuk ke dalam tanki penampungan minyak. Hasil proses equalising kemudian akan masuk ke dalam bak aerasi I. Penyaringan dan equalising ini merupakan proses fisika yang digunakan dalam pengolahan limbah cair.

Limbah dari bak equalising kemudian dialirkan menuju bak aerasi I. Pada bak aerasi I ini terdapat aerator yang berfungsi untuk menguraikan limbah. Prinsip kerja dari aerator ini adalah aerator akan menyedot air dari bawah ke atas dengan begitu limbah dapat menjadi homogen dan juga untuk memasukkan oksigen ke dalam air limbah. Selain itu proses aerasi juga bertujuan untuk menurunkan kandungan senyawa dan bahan organik yang terkandung dalam air limbah (Wagini, 2002). Air limbah dari bak aerasi I kemudian dialirkan menuju bak aerasi II dengan menggunakan pompa.

Pada bak aerasi II ukuran bak serta aerator lebih besar. Besarnya ukuran aerator II menyebabkan kemampuan aerator untuk menyedot air limbah lebih besar karena ukuran bak yang juga lebih besar. Pada bak aerasi II berfungsi untuk menyempurnakan proses aerasi I.

Air limbah dari proses aerasi II kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi I. Pada bak

sedimentasi I terjadi proses pemisahan limbah yang berupa padatan dan cairan. Lumpur yang dihasilkan pada proses aerasi sebelumnya akan mengendap (Wagini, 2002). Limbah dalam bentuk padat akan masuk ke dalam tanki penampungan sedangkan limbah dalam bentuk cair akan ditambahkan koagulan, dan koagulan yang digunakan adalah PAC atau Poly Alumunium Chloride. Penambahan PAC pada proses penngolahan limbah cair berfungsi sebagai penjernih air (Eckenfelder (2002) dalam Budiman (2008)) . Adapun keunggulan dari PAC sendiri antara lain:

 pH dari hasil pengolahan tidak terlalu rendah.

 Flok yang dihasilkan lebih mudah dipisahkan.

 Memiliki tingkat korosivitas yang rendah (Budiman et al, 2008).

 Dapat menurunkan nilai TSS cukup signifikan dibandingkan koagulan lain seperti Alumunium Sulfat. Sebuah penelitian menunjukkan 100 ppm PAC dapat menurunkan TSS 60% dibandingkan Alumunium Sulfat yang hanya 20% (Indriyati, 2008).

 Mereduksi ammonia lebih baik daripada Alumunium Sulfat yakni sebanyak 62%

sedangkan Alumunium Sulfat hanya sebesar 25% (Said, 2009).

Namun PAC juga memiliki kekurangan yakni dalam mereduksi padatan terlarut atau TDS tidak sebaik Alumunium Sulfat. Jika kemampuan PAC untuk mereduksi TDS sebanyak 20-60%

maka Alumunium Sulfat mampu diatas 60% (Said, 2009). Proses pengendapan pada bak sedimentasi I ini merupakan salah satu proses kimia dalam pengolahan limbah cair. Limbah yang sudah diperoleh dari proses sedimentasi I kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi II.

Limbah cair dari proses sedimentasi I masuk ke dalam bak sedimentasi II tempat untuk proses penyaringan lemak dengan menggunakan fat trap. Proses ini menyebabkan kandungan lemak pada air limbah menjadi menurun. Selain itu flokulan yang terbentuk dari proses sebelumnya juga akan mengendap (Wagini, 2002). Endapan berupa lemak dan padatan flokulan akan dijadikan pupuk. Proses pengendapan yang terjadi ini dapat berpengaruh pada pengujian limbah yaitu pada hasil uji total padatan tersuspensi atau TSS (Rahmawati 2005).

Limbah cair dari proses sedimentasi II kemudian dialirkan menuju proses penyaringan. Pada proses ini limbah akan melalui 4 tanki berturut-turut agar diperoleh limbah cair yang bersih.

Pada tahap akhir proses ini juga dilakukan proses mediasi. Yaitu proses untuk memastikan apakah air limbah masih mengandung bahan-bahan yang berbahaya atau tidak dengan

Dokumen terkait