• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah Anggota Keluarga Peserta Kurban

PROFIL PESERTA KURBAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN ANGKOLA SELATAN

7. Jumlah Anggota Keluarga Peserta Kurban

Berdasarkan data yang didapat dari hasil penelitian bahwa jumlah anggota keluarga yang ikut berkurban terbanyak 1-2 orang dalam keluarga yaitu 136 peserta atau sekitar 90.07 persen. Anggota keluarga peserta kurban yang turut berkurban sebayak 7 orang atau 4.64% diikuti oleh 7 orang peserta kurban yang berasal dari satu keluarga.

Tabel 8. Profil Peserta Kurban Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga Yang Ikut Berkurban Jumlah Anggota Keluarga

Yang ikut kurban

Jumlah Persentase 1 – 2 3 - 4 5 - 6 7 – 8 136 6 2 7 90.07 3.97 1.32 4.64 Jumlah 151 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anggota keluarga peserta kurban, dimana ada 7 orang yang berasal dari satu keluarga dan berasal dari negeri tetangga Malaysia namun melakukan kurban di kecamatan Angkola Selatan, hal ini bertentangan dengan syarat berkurban yang dikemukakan Arifin (2010) bahwa syarat berkurban salah satunya adalah penduduk tetap suatu wilayah.

5239 Tingkat pengetahuan masyarakat peserta kurban tentang hewan kurban juga cukup memadai, artinya peserta kurban cukup mengerti tentang syarat dan ketentuan hewan yang boleh dijadikan sebagai kurban. Begitu juga dengan cara penyembelihan hewan kurban. Proses dihasilkan daging diawali dengan penyembelihan dan penyembelihan dianjurkan dengan cara yang religius (Parry, 1989). Cara-cara penyembelihan di Indonesia telah ditetapkan dengan metode Islam (Manual Kesmavet, 1992).Penyembelihan pada hewan biasa disebut dzakah yang secara lutghoh berarti membaikkan (membaikkan dalam memakannya), secara syari‟ah (istilah) diartikan memotong bagian tertentu (Nuhriawangsa, 1999). Jenis hewan kurban didominasi oleh sapi berumur 2 tahun yaitu 21 ekor dengan peserta 144 orang atau 95.36 persen dan kambing sebanyak 7 ekor dengan peserta kurban sebanyak 7 orang yaitu 4.64 persen.

Tabel 9. Pengetahuan Tentang Hewan Kurban

Pengetahuan Tentang hewan Kurban Jumlah Peserta (Orang) Persentas e Jumlah ternak (ekor) Persentase Jenis Kurban : 1. Sapi 2. Kambing 144 7 95.36 4.64 21 7 Umur Ternak 1.Sapi : 2 tahun 2.Kambing : 2 tahun 144 7 95.36 4.64 21 7 100 100 Asal Ternak : Kambing 1.Sibulu Soma Sapi 1.Padangbolak 2.Sigalangan 3.Batangtoru 4.PuloBauk 5.Sabungan Jae 7 25 35 28 42 14 4.64 16.56 23.18 18.54 27.81 9.27 7 4 5 4 6 2 100 19.05 23.81 19.05 28.57 9.52 Sampai Dilokasi

1.Sehari sebelum Kurban 2.Dua hari sebelum kurban

3.Empat hari sebelum Kurban 89 58 4 58.94 38.41 2.65 Jumlah 151 100

Hal ini sejalan dengan syarat-syarat hewan kurban yang dikemukakan oleh (Fiqhus Sunnah) bahwa usia hewan kurban yang berupa domba yang dianggap layak adalah yang berumur setengah tahun, kambing berumur satu tahun, sapi berumur dua tahun, dan unta berumur lima tahun.

Jenis sapi kurban berasal dari daerah Pulau Bauk, sapi Bali sebanyak 6 ekor atau 28.57% dari jumlah kurban, 5 ekor sapi Peranakan Ongole atau 23.81% berasal dari Sigalangan, sapi Bali dari Batangtoru dan sapi Bali dari Padang Bolak sekitar 19.05% atau sebanyak 4 ekor dan 7 ekor kambing kesemuanya berasal dari daerah Sibulusoma atau dari kecamatan Angkola selatan. Jika dilihat dari asal hewan kurban dapat dikatakan bahwa daerah kecamatan Angkola Selatan belum bisa memenuhi kebutuhan hewan kurban pada saat Idul Adha.Hal ini terbukti dengan hasil penelitian diatas bahwa semua hewan kurban didatangkan dari luar kecamatan Angkola Selatan bahkan dari luar kabupaten seperti dari Padangbolak. Hewan kurban didatangkan sehari sampai empat hari sebelum pelaksanaan kurban dengan harga sapi Rp 9.000.000 – Rp 9.800.000 per ekor. Dipandang dari tingkat kesejahteraan hewan, dikatakan bahwa hewan kurban yang didatangkan dari luar kecamatan Angkola Selatan ini cukup mendapatkan masa istirahat yaitu sekitar 1- 4 hari.Hal ini cukup penting bagi penanganan hewan ternak sebelum pemotongan. Terlebih karena hewan setelah mengalami pengangkutan atau transportasi yang memulai perlakuan yang menyebabkan penderitaan hewan, cara menaikkan kekendaraan, lamanya berdiri, tidak makan dan minum, lantai licin dan tidak istirahat yang menyebabkan hewan stress, kelelahan dan tidak nyaman (Soeparno,1998). Keadaan ketidaknyamanan ini akan mempengaruhi terhadap hasil perdagingan atau karkas setelah pemotongan hewan. Pada hewan yang kandungan glikogennya sudah sangat rendah pada awal pemotongan (karena stress, kelaparan atau lelah), hanya terjadi sedikit penurunan pH akhir daging. Daging dengan pH akhir yang tinggi akan berwarna gelap dengan daya ikat air yang baik. Tetapi, pH yang tinggi akan menyebabkan daging sangat mudah dirusak oleh mikroba sehingga umur simpan menjadi pendek.

Menurut Suparno (1992), bila ternak telah melakukan perjalanan yang panjang dan ternak terlihat lelah, segera setelah diturunkan dari truk atau alat angkut lainnya, ternak ternak ini digiring ketempat yang sudah tersedia air untuk minum dan dilakukan penyemprotan dengan air dingin, hal ini bukan saja agar ternak menjadi bersih namun juga akan dapat mengu-rangi stress serta menekan adanya bilur-bilur darah pada bagian dibawah kulit (sub-cutan). Lama waktu istirahat dianjurkan selama 2 hari, meskipun kadang-kadang istirahat selama 2 hari ini belum mencukupi. Pada saat istirahat semua ternak harus diberi makan dan minum yang baik dan cukup meskipun beberapa ternak mungkin tidak mau makan.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah keadaan dari tempat penampungan ternak yang kadang-kadang merupakan sumber kontaminasi bakteri pathogen (penyebab penyakit). Karena ada kemungkinan ternak yang pernah datang berasal dari suatu daerah, sedang ada dalam keadaan infeksi subklinis dan hal ini akan sangat berpengaruh terhadap kualitas daging.

Lantai tempat penampungan ternak harus dibuat sedemikian rupa sehingga mudah dibersihkan, karena jika diantara ternak yang sehat terdapat ternak yang menderita penyakit

5241 Salmonelosis, maka besar kemungkinan akan terjadi penularan yang cepat yang dapat menimbulkan resiko dimana dalam tempat pemotongan hewan itu timbul pencemaran. Kandang untuk peristirahatan ternak harus cukup luasnya serta menyenangkan bagi ternaknya dan lebih baik lagi bila kandang disekat sekat menjadi unit-unit yang lebih kecil, guna mencegah gerombolan yang terlalu banyak. Jalan menuju ruang penyembelihan harus mudah dan apabila ternak yang akan dipotong itu adalah ternak besar yang dipelihara di padang penggembalaan maka pada sisi lorong harus dipagari dengan menggunakan tiang-tiang yang kuat.

Pada saat ternak beristirahat pemeriksaan ante-mortem (sebelum ternak disembelih) sudah mulai dijalankan. Pemeriksaan ante-mortem ini sangat penting dilakukan karena merupakan salah satu proses pencegahan penyakit terhadap konsumen. Dalam hal ini "pemeriksa" harus memiliki pengetahuan mengenai kesehatan masyarakat dan juga cukup berpengalaman dalam menangani ternak-ternak yang akan dipotong. Hal lain yang juga penting yaitu perlakuan terhadap ternak itu sendiri. Perlakuan yang kasar pada ternak sebelum dipotong akan menyebabkan memar pada daging sehingga akan menurunkan kualitas dari pada karkas. Oleh karena itu untuk mengurangi penurunan kualitas karkas, stres lingkungan harus dihindari dan ternak harus diperlakukan dengan baik (Suparno, 1994).

Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang diperoleh dari penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Profil Peserta Kurban di Kecamatan Angkola Selatan :

Usia dari peserta kurban berada pada kisaran 31 – 45 tahun sebanyak 43 orang (28.48%), jenis kelamin adalah laki-laki yaitu 81 orang (54%), tingkat pendapatan antara Rp 1.000.000 – Rp 3.000.000 yaitu 65 orang (43.04%), jumlah anggota keluarga yang ditanggung peserta kurban antara 3 – 5 orang yaitu 69 orang (45.69%), menurut tingkat pendidikan yaitu SD sebanyak 69 orang (45.69%), jumlah anggota keluarga yang ikut berkurban antara 1 – 2 orang yaitu 136 orang (90.07%), dan kepesertaan ikut berkurban terbanyak adalah antara 1- 2 kali yaitu sebanyak 136 peserta (90.07%).

2. Jenis hewan kurban :

a. Sapi Bali yang asalnya dari Pulau Bauk sebanyak 6 ekor atau 28.57%, dengan kisaran umur 2 tahun (100%), harga sapi Rp 9.100.000 – Rp 9.800.000 (100%).

b. Hewan kurban berupa kambing lokal, asalnya dari Sibulusoma 7 ekor (100%), dengan harga Rp 1.300.000 per ekor.

1. Kecamatan Angkola Selatan perlu mengembangkan usaha peternakan sapi potong untuk mengurangi ketergantungan yang sangat besar dari luar daerah.

2. Perlu diteliti lebih lanjut kenapa peserta kurban umumnya penduduk berpendidikan SD.

Daftar Pustaka

Arifin, 2010.Hukum Fiqih mengenai Penyembelihan hewan Kurban.

Arikunto,S. 1998. Prosedur Penelitian. Rikena Cipta. Jakarta.

Arikunto,S. 2003. Manajemen Penelitian. Rikena Cipta. Jakarta.

BP 7 pusat, 1990.GBHN : Pengertian pendidikan.Jakarta.

Departemen Agama RI, 2004. Al-Qur‟an Dan terjemahnya. CV.Naladana. Jakarta. Hernanto,F. 1996. Ilmu Usaha Tani. Penebar Swadaya. Jakarta.

Lawrie, R.A, 1995. Ilmu Daging. Diterjemahkan oleh Aminudin Parakasi.Edisi V Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Lembaga Demografi Fak.Ekonomi UI. 2000. Dasar demografi. Lembaga penerbit FEVI. Jakarta.

Lukman. 2009. Daging Dan Produk Olahannya. IPB. Bogor.

Mujieb,A. 1986. Fiqih Islam. Bintang Pelajar. Surabaya.

Musthafa.2011. Fiqih Islam Lengkap Madzhab Syafii.Media Zikir. Jakarta.

Notoatmodjo,S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta.Jakarta.

Ressang, Abdul Aziz. 1962. Ilmu Kesehatan Daging (Meat Hygiene). Edisi Pertama. Fak. Kedokteran Hewan. IPB. Bogor.

Safir senduk, 2007.Pendapatan dan Faktor Pendukungnya.detik com.

Samuelson. 1995. Journal of Economic Perspectives.

Sastroasmoro,S.1995. Dasar Dasar Metodologi Klinis. Binarupa Aksara. Jakarta.

Singarimbun,M.1989. Metode Dan Proses Penelitian Dalam M.Singarimbun Dan S.Effendi(editor). Metode Penelitian Survai. LP3ES. Jakarta.

Soeparno. 1992. Ilmu dan Teknologi Daging. Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.

Soeparno, 1994.Ilmu dan Teknologi Daging.UGM Press.Yogyakarta.

Sugiyono. 2002. Statistik Untuk Penelitian. CV Alfabeta. Bandung.

5243 Sunarwan. 2004. Skripsi Pendidikan. USU . Medan.

Suratiyah.2006.Ilmu Usaha Tani.Penebar Swadaya.Jakarta.

Tim IAIN Syarif Hidayahtullah. 1992.Ensiklopedi Islam Indonesia.Djambatan.Jakarta.