BAB II LANDASAN TEORI
B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah
2. Jumlah Uang Beredar
Di dalam membahas mengenai uang yang beredar di perekonomian, adalah penting untuk membedakan diantara uang dalam peredaran dan uang beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian uang dalam peredaran adalah sama dengan uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang berada dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum.
Pengetian uang beredar telah dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu pengertian terbatas dan pengertian luas. Dalam pengertian terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan, perusahan-perusahan, dan
badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas uang beredar meliputi: (i) mata uang dalam peredaran, (ii) uang giral, (iii) uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar dalam pengertian luas ini dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian atau M2. pengertian yang sempit dari uang beredar selalu disingkat dengan M1.
Sekarang kita mencoba mengenai pasar uang. Seperti halnya dengan kebanyakan pasar lainnya, pasar uang ditinjau dari segi permintaan dan penawaran, pasar uang di sini adalah jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, yaitu yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Sedangkan yang dimaksud dengan permintaan akan uang, di lain pihak, ialah kebutuhan masyarakat akan uang tunai.
a. Permintaan Uang
Keynes memiliki pandangan bahwa permintaan uang ditentukan oleh tiga tujuan yaitu (i) Untuk membiayai transaksi, (ii) untuk berjaga-jaga, dan (iii) untuk spekulasi. Dua tujuan yang utama ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan tujuan yang ketiga ditentukan oleh tingkat suku bunga, yang merupakan pendapatan yang diperoleh apabila uang yang tersedia untuk spekulasi dengan menabungkan di bank atau membeli obligasi.
1) Permintaan uang untuk transaksi.
Apabila penerimaan uang tunai oleh seseorang atau oleh sebuah perusahaan baik jumlahnya maupun saat terjadinya selalu
sama dengan jumlah dan saat terjadinya pengeluaran mereka, maka mereka tidak perlu memiliki uang tunai untuk bertransaksi yang mereka adakan. Kenyataan menunjukan bahwa keadaannya tidak demikian. Karyawan menerima gaji seminggu sekali atau sebulan sekali akan tetapi pengelauaran mereka, yaitu misalnya pengeluaran untuk konsumsi, mereka lakukan tiap hari. Demikian halnya dengan rumah-rumah tangga perusahaan, dapat dikatakan tidak pernah jumlah penerimaan dalam satu hari persis sama dengan jumlah pengeluaran pada hari yang sama. Sekalipun misalnya setiap hari mereka menerima pembayaran hasil penjualan barang dagangan mereka, akan tetapi tidak seluruh uang hasil penerimaan tersebut hari itu juga mereka keluarkan.
2) Permintaan Uang Untuk Berjaga-jaga
Dalam jangka pendek dan jangka panjang seseorang perlu menyisihkan dana untuk berjaga -jaga. Dalam jangka panjang uang digunakan untuk membiayai hari tua dan biaya anak tidak akan disimpan dalam bentuk uang giral. Biasanya dana tersebut dalam bentuk investasi misalkan saham atau obligasi atau harta benda yang memiliki nilai lebih tinggi dimasa depan. Hal itu akan dilakukan untuk berjaga-jaga dalam jangka panjang.Dalam jangka pendek fungsi uang untuk berjaga -jaga digunakan seseoarang dalam kondisi di luar biasanya. Misal seseorang yang berpergian dengan naik bis, dia akan membawa uang yang lebih tidak sekedar
untuk perjalanan dan makan. Tetapi dia akan membawa uang yang lebih untuk berjaga-jaga jika ia kecopetan dan lainnya. Seperti halnya dalam mengunakan uang untuk transaksi, dana yang digunakan untuk berjaga-jaga ini akan selalu digunakan secara efisien. Artinya orang akan rasional untuk mendapatan bunga dari uang yang tidak digunakan. Dengan demikian analisis An Inventory Theoretic Approach bisa diaplikasikan kepada cara penggunaan untuk kebutuhan berjaga-jaga.
3) Permintaan Uang Untuk Spekulasi
Seseorang akan selalu memikirkan memperoleh pendapatan dari kelebihan uang yang dimiliki.Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk melakukan spekulasi. Dalam pandangan Keynes menjelaskan bahwa hubungan antara suku bunga dan permintaan uang akan bersifat negatif. Yaitu pada saat suku bunga tinggi permintaan uang semakin kecil dan pada saat suku bunga rendah permintaan uang semakin meningkat. Sifat yang demikian disebabkan oleh sifat permintaan uang untuk spekulasi yang sangat dipengaruhi oleh suku bunga.
Keynes dalam analisisnya memisalkan perekonomian hanya terdiri dari dua bentuk asset keuangan yaitu uang tunai dan obligasi. Karena orang memiliki persepsi yang berbeda tentang suku bunga normal, maka individu akan menentukan suku bunga yang relatif. Dengan demikian setiap individu akan menggantikan
uang yang dispekulasikan dengan obligasi. Atau sebaliknya. Namun secara umum dapat dikatakan semakin tinggi suku bunga semakin banyak investor yang membeli obligasi dengan mengunakan uang yang disisihkan untuk spekulasi. Seseorang akan membeli obligasi apabila suku bunga yang berlaku sama dengan suku bunga normal.
Apabila suku bunga normal berbeda dengan suku bunga yang berlaku individu tersebut akan melihat jika lebih tinggi ia akan tetap memegang obligasi. Dengan anggapan pada saat suku bunga kembali normal harga obligasi akan naik. Dan sebaliknya jika lebih rendah ia akan segera menjual obligasinya karena ia akan mendapat keuntungan yang lebih cepat.
b. Penawaran Uang
Yang dimaksud dengan penawaran uang di sini ialah jumlah uang kartal dan uang giral yang beredar dalam masyarakat. Melalui kebijakan-kebijakan moneter pemerintah diasumsikan mampu untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar dalam masyarakat. Ada empat cara untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, yang biasa juga disebut penawaran uang atau money supply, sangat popular. Dari keempat cara tersebut yang dapat dipakai oleh suatu perekonomian sangat tergantung kepada antara lain perundang-undangan yang berlaku dan kebiasaan
masyarakat dalam mengadakan transaksi perbankan dan transaksi surat-surat berharga. Keempat cara tersebut ialah :
1) Rediscount policy. Apabila bank sentral menaikkan tingkat diskontonya maka jumlah uang nominal yang beredar bertendensi untuk berkurang. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki jumlah uang yang beredar bertambah suku diskonto bank sentral perlu diturunkan.
2) Open market operation atau operasi pasar terbuka. Apabila pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang yang beredar pemerintah harus menjual surat oligasi di pasar bebas. Tindakan ini disebut open market selling. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki bertambahnya jumlah uang yang beredar, maka pemerintah perlu melakukan open market buying, yaitu membeli surat-surat berharga, khususnya surat obligasi, di pasar bebas.
3) Manipulasi legal reserve ratio. Bank sentral pada umumnya menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding mana biasa disebut
minimum legal reserve ratio. Apabila pemerintah menurunkan minimum legal ratio, maka dengan uang tunai yang sama bank dapat menciptakan uang dengan jumlah yang lebih banyak daripada sebelumnya. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki berkurangnya jumlah uang yang beredar, yang
sering juga disebut pemerintah melakukan kebijakan uang ketat atau tight money policy, dapat dicapai dengan jalan menaikkan
minimum legal reserve ratiobank.
4) Selective credit control. Salah satu bentuk pengawasan kredit secara selektif ialah dengan menggunakan cara yang biasa disebut moral suation, di mana bank sentral secara informal mempengaruhi kebijakan-kebijakan bank-bank umum, khususnya mengenai kebijakan-kebijakan dalam perkreditan.
Kebijakan (1), (2), dan (3) biasa disebut sebagai quantitative credit control,sedangkan cara (4) biasa juga disebutqualitative credit control.
Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, di samping dipengaruhi oleh kejadian-kejadian atau kebijakan-kebijakan di atas, juga dapat dipengaruhi oleh neraca pembayaran luar negeri Negara tersebut. Surplusnya neraca pembayaran bertendensi mengakibatkan meningkatnya penawaran akan uang, defisitnya neraca pembayaran, di lain pihak, bertendensi menurunkan jumlah uang yang beredar.
Sekalipun yang dapat dipengaruhi oleh pemerintah sebenarnya hanyalah jumlah uang nominal, dan bukannya jumlah uang riil, namun penerapannya pada model analisis IS-LM, di mana diasumsikan tidak adanya perubahan tingkat harga, secara implisit berarti kita menggunakan asumsi bahwa pemerintah di samping mampu mempengaruhi jumlah uang nominal juga mampu mempengaruhi jumlah uang riil. Sebab dengan tidak berubahnya
tingkat harga, berubahnya jumlah uang nominal yang beredar identik dengan berubahnya jumlah uang riil yang beredar.
c. Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Kenaikan penawaran uang suatu negara akan mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing . sedangkan penurunan penawaran uang akan mendorong mata uangnya mengalami
apresiasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:
Gambar 2.1 Dampak Kenaikan Penawaran Uang Di Amerika Serikatterhadap Kurs Dollar/Euro Dan Suku Bunga Dollar
Sumber: Krugman.2005:95
Perkiraan hasil simpanan Euro
Tingkat Inmbalan Dalam Satuan Dolar
Kenaikan penawaran uang riil AS
Kepemilikan uang AS Secara riil
Hasil simpanan dolar
2 1 $ R 1 2’ 1’ 2 $ R 1 us M us P 1 us M us P 0 1 /c s E 2 /c s
E
Kurs Dolar/Euro c s E / L(R$, Yus)Pada tingkat penawaran uang awal M1uspasar uang Amerika Serikat berada dalam keseinbangan pada titik 1 derngan suku bunga R$1. Bila suku bunga euro dan perkiraan kursnya di masa mendatang diabaikan, maka suku bunga dolar . atau 1
$
R mengharuskan keseimbangan pasar valuta asing berada di titik 1’ dengan kurs sama dengan Es1/c. Apa yang terjadi jika
federal Reserve meningkatkan penawaran uang Amerika Serikat yakni
1 us
M ? Kenaikan ini menimbulkan serentetan peristiwa sebagai berikut; akibatnya, suku bunga dolar turun menjadi 2
$
R dan pasar uang mencapai ekuilibrium yang baru di titik 2; (2) terlepas dari kurs awal E1s/c dengan adanya suku bunga dolar yang baru yang lebih rendah , maka perkiraan imbalan yang dijanjikan oleh simpanan dolar menjadi lebih rendah daripada imbalan yang dijanjikan oleh simpanan euro, sehingga para pemilik simpanan dolar segara terdorong menjualnya dan menggantinya dengan simpana euro yang pada saat itu lebih menarik; (3) karena para pemilik simpanan dolar berlomba-lomba menukarnya dengan simpanan Euro maka dolar kemudian menngalami depresi sehingga kursnya menjadi
E
s2/c. Pasar valuta asing akhirnya kembali ke posisi keseimbangan di titik 2’ karena pergeseran kurs keE
s2/cmengakibatkan penurunan perkiraan tingkat depresiasi dolar di masa mendatang yang sama besarnya ( sehingga mengimbangi) kemerosotan suku bunga dolar.Sampai di sini kita bisa menyimpulkan bahwa, kenaikan penawaran uang di suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi di pasar valuta asing dan pengurangan penawaran uang dari suatu Negara menyebabkan mata uangnya mengalami apresiasi di pasar valuta asing. 3. Suku Bunga
a. Pengertian Suku Bunga
Pengertian suku bunga (interest rate) menurut Samuelson dan Nordhaus (1998;252) adalah:
1) Interest adalah pembayaran yang dilakukan oleh penggunaan sejumlah uang.
2) Interest rateadalah jumlahinterestyang dibayarkan per unit waktu satu orang harus membayar untuk kesempatan meminjam uang. b. Tipe Suku Bunga
Ada dua tipe suku bunga yaitu: a) suku bunga riil ( real interest rate) koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. b) suku bunga nominal (nominal interest rate) tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran, dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi dilakukan.
c. Fungsi Suku Bunga
Fungsi suku bunga atauinterest rateyaitu:
1) Sebagai daya tarik bagi para penabung baik individu, intitusi atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. Dana
berlebihan yang ada di tangan masyarakat tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan suatu perekonomian.
2) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap investasi pada sector-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah memberikan dukungan kepada sektor-sektor ekonomi, pemerintah membuat suatu kebijakan tingkat bunga yang rendah untuk sector ekonomi tersebut dengan tujuan mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi tersebut.
3) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri maka perusahan-perusahan dari industri tersebut yang akan meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya pemerintah memberi suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain.
4) Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan produksi sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi, ini berarti pemerintah dapat mengatur sirkulasi uang dalam suatu perekonomian. Misalnya kebijakan politik menegaskan pemerintah diharuskan mendukung sektor indutri dalam negeri , maka pemerintah memberlakukan kebijakan tingkat suku bunga yang lebih rendah. Kebijakan ini akan mendorong produksi menjadi lebih tinggi.
Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan penawaran dengan menetapkan bunga dari bank (melalui BI). Dalam hal ini bunga dapat disesuaikan oleh pemerintah. Pada saat permintaan uang terlalu tinggi, sirkulasi uang dimasyarakat terlalu besar, maka pemerintah dapat menaikan tingkat bunga agar penawaran uang meningkat dan permintaan uang menurun.
d. Peranan Pemerintah Dalam Pengendalian Suku Bunga
Semenjak 1 Juni 1983 pemerintah tidak lagi ikut campur secara langsung dalam penetapan tingkat bunga. Mengingat pentingnya tingkat bunga dalm perekonomian nasional, secara tidak langsung otoritas moneter teteap mengendalikannya. Otoritas moneter menciptakan berbagai instrument moneter dan kebijakan moneter untuk mengerakan tingkat bunga agar dapat mendukung perekonomian yang diinginkan. (Darmawi:2006;187). Terdapat tiga kebijakan moneter yang dapat dipakai, yaitu:
1) Kebijakan besarnya cadangan wajib bank (reserve requirement policy),
2) Kebijakan dikonto(discount window policy),dan
3) Kebijakan operasi pasar terbuka (open market operation policy). Selain dari ketiga instrument di atas, pemerintah juga dapat melaksanakan imbauan (moral suasion policy). Besarnya cadangan wajib bank bisa ditentukan dan dinaikan oleh bank sentral. Penurunan cadangan
wajib berarti mengurangi kewajiban bank untuk menyimpan dana dalam bentuk kas sehingga menambahkan dana yang dapat dioperasikan. Dampaknya adalah turunya biaya dana sehingga memperoleh kesempatan menurunkan tingkat bunga kredit. Apabila cadangan wajib dinaikan, kumlah dana yangdapat dipinjamkan oleh bank akan berkurang.
Penurunan bunga diskonto tentu saja akan menurunkan biaya dana bagi bank yang memanfaatkan dicount window. Di samping itu tujuan utama bank sentral adalah menurunkan tingkat bunga bank. Oleh karena itu, penurunan diskonto merupakan sinyal bagi perbankan untuk ikut menurunkan tingkat bunga.
Opersai pasar terbuka dilaksanakan melalui instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) penurunan bunga SBI oleh bank sentral merupakan sinyal bagi bank agar mengikuti penurunan tersebut. Demkian sebaliknya apabila bank sentral menaikan bunga SBI, berarti perbankan diharapkan dapat mengikuti kenaikan tersebut.
e. Hubungan Suku Bunga dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah
Efek Fisher mangatakan bahwasanya suatu mata uang mengalami depresiasi di pasar valuta asing manakala suku bunganya meningkat apabila dibandingkan dengan suku bunga mata uang lain. pendekatan moneter berasumsi bahwa dalam keseimbangan jangka panjang, kenaikan nilai selisih antara suku bunga domestik dan luar negeri hanya tercipta apabila perkiraan inflasi domestic meningkat secara relative terhadap
perkiraan inflasi di luar negeri, tentu saja prediksi ini tidak berlaku untuk jangka pendek ; karena dalam jangka pendek tingkat bunga selalu kaku atau ketat (sulit berubah) suku bunga dalam jangka pendek hanya dapat meningkat apabila penawaran uang dumestik turun atau berkurang dengan berkurangnya penawaran uang, akibat kekakuan tingkat harga domestic, permintaan akan uang riil pada suku bunga semula (sebelum terrjadi penurunan penawaran uang) akan meningkat dan ini akan mendorong (menaikkan )suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi.
Turunnya penawaran uang dalam suatu lingkungan ekonomi yang harga begitu kaku, suku bunga itu harus naik demi terjaganya keseimbangan pasar uang karena tingkat harga tidak dapat segera turun untuk menyusaikan diri terhadap penurunan penawaran uang.tersebut. Dalam kasus tingkat harga uang kaku, kenaikan suku bunga selalu disertai dengan penurunan perkiraan inflasi dan apresiasi mata uang dalam jangka panjang, sehingga jika suku bunga meningkat, mata uang yang bersangkutan mengalami apresiasi. Namun dalam kasus kenaikan pertumbuhan suplay uang dalam pendekatan moneter, kenaikan suku bunga ternyata dibarengi dengan perkiraan inflasi yang lebih tinggi dan nilai mata uang yang lebih lemah di masa mendatang. Akibatnya, segera terjadideppresiasimata uang.
Dampak-dampak yang begitu kontras dari perubahan kurs tersebut merupakan alasan mengapa tadi ada peringatan bahwa penjelasan
mengenai kurs pada suku bunga harus melibatkan pula perhitungan yang cermat atas berbagi factor penyebab bergeraknya suku bunga.
4. Eksport Netto
Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkanya ke negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut. Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan dari Indonesia ke Jepang dan negar-nagara maju lainnya disebabkan karena barang-barang tersebut mereka butuhkan, dan negera-negara tersebut tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang seperti itu. Sebaliknya pula, Indonesia mengimpor barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan pengembangan berbagai jenis industri karena ia belum sanggup memproduksikan barang-barang tersebut dengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju.
Walau bagaimanapun faktor di atas bukanlah faktor yang terpenting yang menentukan besarnya ekspor suatu negara. Faktor yang lebih penting lagi adalah kemampuan dari negara tersebut untuk memproduksikan barang-barang yang dapat bersaing di pasar luar negeri. Maksudnya, mutu dan harga barang produksi dalam negeri itu haruslah paling sedikit sama baiknyan dengan yang diperjualbelikan dalam pasaran luar negeri. Makin banyak jenis barang yang mempunyai keistimewaan yang demikian yang dihasilkan oleh suatu negara, makin besar ekspor yang dilakukan.
Eksport adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang dapat di capai. Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap
Di dalam analisis makro ekonomi dianggap bahwa sesuatu perekonomian berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi (dan kalau mungkin mencapai penggunaan tenaga kerja penuh) tanpa inflasi. Di dalam perekonomian terbuka tujuan itu berarti bahwa untuk mencapai kegiatan ekonomi yang tinggi tersebut harus diikuti oleh keadaan neraca pembayaran yang menguntungkan. Neraca pembayaran yang mengalami defisit dapat mempengaruhi kestabilan harga-harga, menimbulkan pelarian modal dan mengurangi investasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan kemunduran dalam tingkat kegiatan ekonomi negara.
Berdasarkan kepada sifatnya dalam mempengaruhi perbelanjaan agregat, langkah-langkah yang dapat dilaksanakan pemerintah dapat dibedakan dalam dua golongan: (a) kebijakan menekan pengeluaran (expenditure dampening policy), (b) kebijakan memindahkan pengeluaran (expenditure switchching policy). Arti dan bentuk kebijakntersebut dapat dijelaskan dari uraian berikut:
a. Kebijakan Menekan Pengeluaran
Yang dimaksud kebijakan pengeluaran adalah langkah-langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan defisit dengan melakukan tindakan-tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat. Dengan tindakan itu pemerintah berharap impor dapat diturunkan tanpa mengurangi ekspor. Kebijakan menekan pembelanjaan dilandaskan kepada keyakinan bahwa ekspor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional, sedangkan impor mempunyai perkaitan yang positif dengan pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional makin tinggi impor. Maka kebijakan mengurangi pengeluaran agregat yang pada mulanya akan menurunkan tingkat pendapatan nasional dan pada akhirnya akan mengurangi impor. Sebaliknya ekspor tidak akan mengalami perubahan
Kebijakan menekan pengeluaran sangat sesuai dijalankan pada waktu perekonomian menghadapi masalah inflasi dan tingkat kegiatan ekonomi yang terlalu tinggi.Dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, kebijakan tersebut akan memperburuk masalah yang dihadapi. Apabila pembelanjaan agregat dikurangi, tingkat kegiatan ekonomi akan semakin menurun dan masaalah pengangguran semakin memburuk. Ini merupakan pengorbanan yag terlalu besar untuk menyeimbangkan neraca pembayaran.
Kebijakan menekan pengeluaran dapat dilaksanakan dengan mengambil salah satu atau gabungan langkah-langkah dibawah ini:
1) Menaikan pajak pendapatan. Pajak pendapatan yang bertambah tinggi akan mengurangi pendapatan disposibel, dan pengurangan tersebut selanjutnya akan menurunkan konsumsi ke atas barang-barang buatan dalam negeri dan barang impor.
2) Menaikan tingkat bunga. Tingkat bunga yang bertambah tinggi menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan keuntungan yang memuaskan lagi. Ini akan membatalkan niat para pengusaha untuk menanam modal di sektor tersebut. Investasi akan berkurang dan ini selanjutnya akan mengurangi pengeluaran agregat.
3) Mengurangi pengeluaran pemerintah. Tindakan pemerintah ini bukan saja penting untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran, tetapi juga inflasi yang sedang dihadapi. Pengurangan dalam pajak pendapatan dan kenaikan dalam tingkat bunga tidak akan mencapai tujuannya apabila harga-harga terus meningkat. Untuk mengekang kenaikan harga-harga, pengurangan dalam penbelanjaan pemerintah adalah sangat penting peranannya. Pada waktu yang sama tujuan untuk menyeimbangkan neraca pembayaran akan lebih mudah mencapainya.
b. Kebijakan Memindahkan Pengeluaran
Yang dimaksudkan kebijakan pengeluaran adalah tindakan-tindakan pemerintah untuk menstabilkan sektor luar negeri yang sifatnya mendorong masyarakat mengurangi impor, melakukan konsumsi yang