• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN 1995-2007 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Ekonomi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN 1995-2007 Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Program Studi Pendidikan Ekonomi"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i

SKRIPSI

HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN

1995-2007

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Program Studi Pendidikan Ekonomi

Oleh

Yohanes K. Manggotu Saban

NIM 041324039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

PERSEMBAHAN

Aku persembahkan skripsi ini kepada:

ALLAH Bapa Maha Kuasa Serta Putrannya Tuhan Yesus Kristus

Juru Selamatku.

Kedua orang tuaku Bapak Petrus Ola Saban dan Mama Kathrina

K. Da Silva.

Saudara Kembarku Alm. Yosri.

Kakak dan adikku ( Istien, Kalis, n Ad Fr.Edi).Serta semua keluarga besarku serta semua pihak yang

(7)

vii

MOTTO

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. - Thomas Alva

Edison-Belajarlah dari kesalahan orang lain. Anda tak dapat hidup cukup lama untuk melakukan semua kesalahan itu sendiri. - Martin

Vanbee-Sukses seringkali datang pada mereka yang berani bertindak, dan jarang menghampiri penakut yang tidak berani mengambil konsekuensi. (Jawaharlal Nehru)

(8)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO TERHADAP NILAI TUKAR RUPIAH TAHUN

1995-2007

Yohanes K. Manggotu Saban Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan inflasi dengan nilai tukar rupiah; (2) Hubungan jumlah uang beredar dengan nilai tukar rupiah; (3) Hubungan suku bunga SBI dengan nilai tukar rupiah; dan (4) Hubungan ekspor netto dengan nilai tukar rupiah

Penelitian studiex post faktoini dilaksanakan pada bulan September 2009. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dokumentasi. Data penelitian diambil dari Biro Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI). Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis korelasiproduct momentdariPearson.

(9)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP OF INFLATION, TOTAL OF ACQUIRE CURRENCY, SBI UNPAID INTEREST, AND NET EXPORT TOWARDS

THE RUPIAH EXCHANGE : 1995 – 2007 Yohanes K. Manggotu Saban

Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

This research intends to know: (1) the relationship between inflation and rupiah exchange; (2) the relationship between acquired currency and rupiah exchange; (3) the relationship between SBI unpaid interest and rupiah exchange rate; and (4) the relationship between net export and rupiah exchange rate.

This ex post facto study research was conducted in September 2009. The method of data collection was documentation. The data of research were taken from Center Bureau of Statistics (BPS) and Bank Indonesia (BI). The technique of data analysis was analysis of Pearson’s product moment correlation.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan semua tahap penyusunan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR, SUKU BUNGA SBI, DAN EKSPOR NETTO DENGAN NILAI

TUKAR RUPIAH DI INDONESIA TAHUN 1995-2007”.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi pada Program Studi Pendidikan Ekonomi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Keberhasilan dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung dan dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih serta penghargaan yang sebesarbesarnya kepada :

1. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si. Selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial dan Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi serta sekaligus sebagai dosen pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang dengan sabar membimbing penulis hingga selesainya skripsi ini. 3. Bapak Indra Darmawan, SE.,M.Si. selaku dosen pembimbing II yang

(11)

xi

4. Bapak Ibu Dosen yang telah banyak memberikan dorongan, memotivasi dan membantu penulis selama menempuh proses perkuliahan hingga terselesaikannya penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh Staf Dekanat FKIP ( Mas Antok dkk ) dan Sekretariat Prodi Pendidikan Ekonomi ( Mbak Titin dkk) yang banyak membantu selama proses perkuliahan dan urusan administrasi penulis.

6. Kedua orang tua saya, Bapak Petrus Ola Saban dan Mama Katharina K. Da silva yang telah banyak memotivasi dan memberikan semangat baik berupa doa maupun materi.

7. Saudara kembarku Alm. Yosri ( Doaku selalu bersamamu )

8. Kakak satu Istien dan Kalivo serta Ade Fr. Edi, yang telah memberikan dukungan doa dan semangat.

9. Kekasihku Donata yang selalu setia menemani dan mendukungku

10. Semua teman-teman kuliahku ( baik yang udah lulus maupun belum lulus): Santi, Yanti, Imel, Neny, Ina, Tuti, Puji, Rosa, Ratna, Asteria, Leny, Berhta, Frida, Riri, Kristin, Yogi, Triko, Ica, Itus, Yanu, Rico, Erisius dan lainya yang belum disebutkan. Terima Kasih atas persahabatan, kerja sama, dukungan dan keceriaan.

11. Teman- teman San Juan Community dan Ikatan Mahasiswa Ile Ape “Talaia” terima kasih atas kebersamaan dan dukungan selama ini.

(12)

xii

berkatNya yang limpah. Akhir kata “Tiada gading yang tak retak”, masih banyak kekurangan dalam karya ini. Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran demi kesempurnaan karya ini. Semoga karya ini berguna dan bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Yogyakarta, 10 Desember 2009 Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

HALAMAN MOTO ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Pasar Valuta Asing ... 8

(14)

xiv

2. Pelaku Pasar Valuta Asing ... 8

3. Fungsi Pasar Valuta Asing ... 11

4. Jenis Transaksi Valuta Asing ... 13

5. Sistem Nilai Tukar... 14

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah ... 16

1. Inflasi ... 16

a. Pengertian inflasi ... 16

b. Penyebab inflasi ... 17

c. Penggolongan inflasi... 17

d. Mengukur inflasi ... 19

e. Dampak inflasi ... 20

f. Peran bank sentral ... 22

g. Hubungan inflasi terhadap nilai tukar rupiah... 23

2. Jumlah Uang Beredar ... 24

a. Permintaan uang... 25

b. Penawaran uang ... 28

c. Hubungan jumlah uang beredar terhadap nilai tukar rupiah ... 31

3. Suku Bunga ... 33

a. Pengertian suku bunga ... 33

b. Tipe suku bunga ... 33

(15)

xv

e. Hubungan suku bunga terhadap nilai

tukar rupiah ... 36

4. Ekspor Netto ... 38

a. Kebijakan menekan pengeluaran ... 40

b. Kebijakan memindahkan pengeluaran ... 41

c. Hubungan ekpor netto terhadap nilai nilai tukar rupiah ... 44

C. Penelitian Sebelumnya ... 45

D. Kerangka Pemikiran ... 46

E. Hipotesis... 49

BAB III METODE PENELITIAN... 50

A. Jenis Penelitian... 50

B. Jenis Dan Sumber Data ... 50

C. Data yang diperlukan ... 50

D. Teknik Analisis Data ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN... 59

A. Deskripsi Data ... 59

B. Analisis data ... 60

C. Korelasi product moment ... 62

D. Pembahasan ... 66

1. Hubungan nilai tukar rupiah dengan inflasi ... 69

2. Hubungan nilai tukar rupiah dengan jumlah uang beredar .... 67

(16)

xvi

4. Hubungan nilai tukar rupiah dengan ekspor netto... 73

BAB V PENUTUP... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan penelitian ... 77

DAFTAR PUSTAKA

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika... 5

Tabel IV.1 Data variabel terikat dan variabel bebas ... 59

Tabel IV.2 Uji normalitas... 60

Tabel IV. 3 Koefisien korelasi hipotesis pertama... 62

Tabel IV. 4 Koefisien korelasi hipotesis kedua... 63

Tabel IV. 5 Koefisien korelasi hipotesis ketiga... 64

Tabel IV. 6 Koefisien korelasi hipotesis keempat ... 65

Tabel IV. 7 Data inflasi dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007 ... 66

Tabel IV. 8 Data JUB dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007 ... 68

Tabel IV. 9 Data suku bunga SBI dan nilai tukar rupiah tahun 1995-2007... 72

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan globalisasi perekonomian dunia berlangsung sangat cepat, hal tesebut ditandai dengan semakin terintegrasinya perekonomian. Salah satu dampak yang muncul dari proses globalisasi, yaitu peningkatan arus investasi dalam valuta asing. Berbicara tentang valuta asing tidak terlepas dari pasar valuta asing, yang didefinisikan sebagai suatu bentuk pasar keuangan dimana mata uang asing dipertukarkan satu sama lain (Saimun, 1998).

Ada tiga fungsi utama pasar valuta asing, yaitu : (1) Transfer of purchasing power, fungsi perpindahan daya beli dalam transaksi valuta asing internasional. (2) Provision of credit, fungsi penyediaan kredit untuk transaksi dagang internasional. (3) Minimizing foreign exchange risk,

minimisasi resiko fluktuasi valuta asing antara lain dalam bentuk hedging.

Peristiwa di bidang ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 di kawasan Asia adalah krisis ekonomi yang terutama sekali "menghantam" nilai tukar mata uang negara-negara di Asia dan mempengaruhi pasar valuta asing. Akibatnya nilai tukar beberapa mata uang di Asia mengalami depresiasi yang sangat tajam terhadap dollar AS.

(19)

Menurut Jeff Madura (Arifin,1998:15) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar ada 3 macam, yaitu:

a. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi

b. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran valuta asing

c. Faktor Sentimen Pasar, berkaitan dengan rumor yang bersifat insidentil yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar valuta asing dalam jangka pendek.

Pada kesempatan ini, peneliti hanya menjelaskan hubungan fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi yang berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Menurut Mc. Donald dan (Taylor,1992:25), faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah variable-variabel ekonomi yang mempengaruhi fundamental ekonomi suatu negara. Variabel tersebut meliputi : jumlah uang beredar, suku bunga dan tingkat output riil.

(20)

dan ditambah dengan penerapan sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate system) menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah di pasar uang menjadi rentan oleh pengaruh faktor ekonomi dan non-ekonomi.

Untuk mengurangi gejolak nilai tukar yang berlebihan, maka pelaksanaan intervensi oleh Bank Indonesia dalam pasar uang menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Kestabilan nilai tukar akan memberikan kepastian bagi pelaku-pelaku ekonomi dalam melakukan usahanya yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas secara makro.

Upaya pengendalian nilai tukar rupiah tidak selalu diartikan pada penekanan "range" fluktuasi dalam interval yang sangat sempit, tetapi upaya stabilisasi nilai tukar rupiah lebih diartikan menjaga nilai tukar rupiah yang bergerak dengan teratur (uncertainly manner). Oleh karena itu, apabila nilai tukar rupiah berfluktuasi sangat tajam karena faktor "uncertainly", maka diperlukan "guidance" dari otoritas moneter dengan melakukan intervensi.

(21)

beredar yang cukup berarti pada teriwulam I 1998 dan triwulan IV 2003 yang besarnya berturut-turut rp 19.927 triliun, Rp 23.756, Rp 16.212 triliun

Kedua, perkembangangan inflasi selama periode 1995-2004, menunjukan bahwa inflasi tertinggi terjadi pada tahum 1998 sebesar 77,6% dan inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,0%. Tingginya inflasi tahun 1998 disebabkan oleh adanya krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi yang menerpa Indonesia (BPS.2004)

Ketiga, perkembangan ekspor. Sejak awal kemerdekaan sampai tahun 1968, nilai ekspor nonmigas mendominasi ekspor nasional. Namun pada tahun 1973 ekspor migas mulai mengalami kenaikan yang cukup berarti, melampaui ekspor non migas sehingga berubahnya struktur ekspor. Namun pada tahun 1988 perkembangan ekspor nonmigas meningkat pesat menjadi 60.0%. Peranan ekspor nonmigas ini terus meningkat menjadi 78,1 % pada tahun 2004.(BPS.2004)

(22)

TABEL I.I

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1995-2007

Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007

US Dollar

2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400 8.950 8.465 9.290 9.900 9.020 9.414

Sumber : Statistik Indonesia, beberapa tahun penerbitan. BPS

Berdasarkan pada uraian diatas, maka penelti ingin meneliti apakah fluktuasi nilai tukar rupiah berhubungan dengan inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan ekspor netto. Sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dapat disusun rumusan masalah :

1. Apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar? 2. Apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi

nilai tukar rupiah?

3. Apakah ada hubungan antara suku bunga SBI dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?

(23)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi dalam hal, Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadap Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nilai export netto dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.

E. Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:

1. Bagi Pemerintah

(24)

kesejahteraan masyarakat serta tetap menjaga kestabilan ekonomi bangsa.

2. Bagi Peneliti

Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan yang berhubungan dengan ekonomi khisusnya Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pasar Valuta Asing

1. Pengertian Pasar Valuta Asing.

Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore:1997;19). Nilai tukar valuta asing adalah harga mata uang nagara asing dalam satuan mata uang domestik (Samuelson dan Nordhaus:1998;605). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut appresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang dalam negeri meningkat). Penurunan nilai mata uang disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri relatif merosot)( Salvatore :1997;10).

2. Para Pelaku Pasar Valuta Asing

Pergerakan nilai valuta asing yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu karena hukumdemand dan supplyselalu melibatkan berbagai pelaku pasar yang mempunyai berbagai kepentingan. Pelaku pasar tersebut antara lain adalah :

(26)

a. Perusahaan

Untuk meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi perusahaan selalu melakukan eksplorasi terhadap berbagai sumber-sumber daya yang baru dan yang lebih murah. Bisanya kita menyebut kegiatan ini dengan kegiatan impor. Dan perusahaan juga akan selalu melakukan kegiatan eksplorasi market untuk memperluas jaringan distribusi barang dan jasa yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan timbul pendapatan dalam mata uang lain. Biasanya kita menyebut kegitatan tersebut dengan ekspor. Karena ada kegiatan impor dan ekspor inilah perusahaan kadang memerlukan mata uang negara lain dengan jumlah yang cukup besar.

b. Masyarakat atau Perorangan

(27)

membiayai sekolah anaknya di Australia maka sang ayah harus menukarkan uangnya kedalam bentuk Australian dolar terlebih dahulu.

c. Bank Umum

Bank umum melakukan transaksi jual beli valas untuk berbagai keperluan antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya kedalam bentuk mata uang lain. Untuk memenuhi kewajibannya dalam bentuk valuta asing.

d. Broker

Broker adalah perusahaan yang menjadi perantara terjadinya transaksi valuta asing. Mereka membantu kita untuk mencarikan pembeli ataupun penjual.

e. Pemerintah

Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara lain membayar hutang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri yang harus ditukarkan lagi kedalam mata uang lokal.

f. Bank Sentral

(28)

3. Fungsi Pasar Valuta Asing

Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran internasional.

a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dan ini dapat dilakukan dengan system “clearing” seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang

b. Karena sering terjadi transaksi yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakanya perjanjian/ kontrak jual beli dengan kredit.

c. Memungkinkan dilakukanya “hedging”. Seorang pedagang melakukan headging apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian akibat perubahan kurs.

Headging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market).

(29)

US$3000 dengan pembayaran tiga bulan akan datang. Kurs pada saat itu misalnya ₤1 = US$3, sehingga harga mobil tersebut adalah₤1000. apabila kurs (₤) turun menjadi ₤1 = US$2, maka harga mobil tersebut dalam ₤ sebesar ₤1500, dengan demikian importer dapat menderita kerugian.

Untuk menghindari kerugian tersebut dia dapat melakukan

headging di pasar jangka. Caranya, importer tersebut menghubungi bank dari Inggris untuk membeli US$3000 dengan penyerahan 3 bulan yang akan datang dengan harga atau kurs yang di setujui saat itu kurs ini disebut dengan kurs jangka (forward exchange rate) yang berbeda dengan kurs spot(spot exchange rate).

Perbedaan kurs forward dengan kurs spot menggambarkan adanya perbedaan tingkat bunga di Inggris dan Amerika. Untuk menjelaskan hal ini baiklah diteruskan cerita importir tersebut di atas. Bank Inggris yang dihubungi importir tersebut berusaha mencarikan US$ seharga US$3000. bank tersebut dapat membeli US$ pada pasar spot dan kemudian menyimpannya selama tiga bulan di New York.

(30)

maka perbedaannya oleh bank tersebut diberikan kepada importir. Dalam hal ini forward US$ dijual dengan diskon di bandingkan dengan spot₤.

Contoh dengan angka mungkin akan membantu memperjelas hal di atas. Misalnya importer tersebut memerlukan US$2000 untuk tiga bulan dan kurs spot ₤1 = $2. jika tingkat bunga untuk simpanan tiga bulan di Amerika sebesar 4% dan di Inggris 5%, maka bank Inggris yang akan menjual 2000 forward dolar kepada importer akan meminta ₤1000 (kurs spot) ditambah dengan 1% kerugian tingkat bunga karena uang dolar di simpan di Amerika. Total harga 2000 dolar adalah ₤1000 + ₤10 = ₤1010. Kurs forwardnya menjadi ₤1 = (2000 / 1010) = $1,98, yakni 1% discount terhadap kurs spot (₤1=$2). Sebaliknya apabila tingkat bunga di Amerika 4% dan di Inggris 3%, maka harga total 2000 forward dolar akan =₤1000 -₤10 = ₤990. kurs forwardnya menjadi ₤1 = 2000 / 990 = $2,02, yakni 1% premium terhadap kurs spot (₤1=$2). Rasio antara kurs forward dan kurs spot menggambarkan perbedaan dalam tingkat bunga.

4. Jenis Transaksi Valuta Asing

(31)

tersebut terdapat 3 jenis transaksi valuta asing, yaitu : (Mudrajat Kuntjoro, 1966:34).

Spot Transaction, transaksi dalam valuta asing yang penyerahannya dilakukan dengan segera dengan jangka waktu maksimal 2 hari setelah tanggal transaksi. Pada transaksi jenis ini, nilai kurs ditentukan pada saat terjadinya kontrak

Forward Transaction, transaksi valuta asing dimana penyerahannya dilakukan pada tanggal tertentu yang telah disetujui, dengan nilai kurs ditentukan pada saat kontrak.

Future Transaction, transaksi valuta asing yang mirip dengan forward transaction, tetapi dalam masa "maturity" terjadi penyesuaian nilai kurs yang disesuaikan dengan kurs pasar.

Pemahaman mengenai tinggi rendahnya nilai tukar akan mempengaruhi tindakan yang akan diambil oleh pelaku-pelaku ekonomi dalam pasar valuta asing, apakah akan membeli, menjual atau menahan sementara waktu untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi nilai tukar. Dalam berbagai literatur dijelaskan banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.

5. Sistem Nilai Tukar

(32)

suatu negara terhadap perekonomian dunia; tingkat kemandirian kebijakan ekonomi suatu negara dan aktivitas perekonomian suatu negara. Pada dasarnya sistem penentuan nilai tukar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ( Camarazza dan Aziz, 1997;41).

a. Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate)

Dalam sistem ini, nilai tukar suatu valuta terhadap valuta yang lain ditentukan/ "dipatok" oleh Bank Sentral. Nilai tukar suatu valuta di pasar valuta asing sama dengan nilai tukar yang ditentukan oleh Bank Sentral. Sehingga untuk menjaga agar nilainya tetap, maka Bank Sentral melakukan intervensi ( membeli/ menjual valuta ) di pasar valuta asing. Hal yang perlu diperhatikan adalah kecukupan cadangan devisa yang dimiliki.

(33)

bila nilai tukar berada di bawah rentang intervensi, maka Bank Sentral akan menambah demand valuta.

c. Sistem Kurs Bebas (free exchange rate)

Istilah lain yang digunakan adalah floating exchange rate, yaitu nilai tukar valuta asing ditentukan oleh pasar berdasarkan kekuatan tarik menarik antara supply dan demand valuta asing. Pada sistem ini Bank Sentral tidak melakukan campur tangan dalam mempengaruhi nilai tukar (pada kenyataannya sangat sulit ). Ada dua pengertian dalam floating exchange rate, yaitu : (1) clean float : nilai tukar sepenuhnya dibiarkan bebas tanpa campur tangan dari Bank Sentral, (2) dirty float : pemerintah ikut serta (relatif kecil ) dalam pasar valuta asing, misalnya dengan mengurangi distorsi.

B. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah

1. Inflasi

a. Pegertian Inflasi

(34)

pengaruh-mempengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

b. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu tarikan permintaan dan desakan biaya produksi. Inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan sehingga terjadi perubahan pada tingkat harga. Bertambahnya permintaan terhadap barang dan jasa mengakibatkan bertambahnya permintaan terhadap faktor-faktor produksi. Meningkatnya permintaan terhadap faktor produksi itu kemudian menyebabkan harga faktor produksi meningkat. Jadi, inflasi ini terjadi karena suatu kenaikan dalam permintaan total sewaktu perekonomian yang bersangkutan dalam situasifull employment.

Inflasi desakan biaya (cost push inflation) terjadi akibat meningkatnya biaya produksi (input) sehingga mengakibatkan harga produk-produk (output) yang dihasilkan ikut naik.

c. Penggolongan Inflasi

(35)

defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan cara mencetak uang baru dan gagalnya pasar yang berakibat harga bahan makanan menjadi mahal. Sementara itu, inflasi dari luar negeri adalah inflasi yang terjadi sebagai akibat naiknya harga barang impor. Hal ini bisa terjadi akibat biaya produksi barang di luar negeri tinggi atau adanya kenaikan tarif impor barang.

Inflasi juga dapat dibagi berdasarkan besarnya cakupan pengaruh terhadap harga. Jika kenaikan harga yang terjadi hanya berkaitan dengan satu atau dua barang tertentu, inflasi itu disebut inflasi tertutup (Closed Inflation). Namun, apabila kenaikan harga terjadi pada semua barang secara umum, maka inflasi itu disebut sebagai inflasi terbuka (Open Inflation). Sedangkan apabila serangan inflasi demikian hebatnya sehingga setiap saat harga-harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang terus merosot disebut inflasi yang tidak terkendali(Hiperinflasi).

Berdasarkan keparahannya inflasi juga dapat dibedakan :

1) Inflasi ringan (kurang dari 10% / tahun)

2) Inflasi sedang (antara 10% sampai 30% / tahun)

3) Inflasi berat (antara 30% sampai 100% / tahun)

(36)

d. Mengukur Inflasi

Inflasi diukur dengan menghitung perubahan tingkat persentase perubahan sebuah indeks harga. Indeks harga tersebut di antaranya:

1) Indeks harga konsumen (IHK) atau consumer price index (CPI), adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang tertentu yang dibeli oleh konsumen.

2) Indeks biaya hidup atau cost-of-living index (COLI), adalah indeks yang mengukur biaya rata-rata yang diperlukan orang untuk bisa hidup layak.

3) Indeks harga produsen adalah indeks yang mengukur harga rata-rata dari barang-barang yang dibutuhkan produsen untuk melakukan proses produksi. IHP sering digunakan untuk meramalkan tingkat IHK di masa depan karena perubahan harga bahan baku meningkatkan biaya produksi, yang kemudian akan meningkatkan harga barang-barang konsumsi.

4) Indeks harga komoditas adalah indeks yang mengukur harga dari komoditas-komoditas tertentu.

5) Indeks harga barang-barang modal adalah indeks yang mengukur harga dari barang-barang modal.

(37)

e. Dampak Inflasi

Pekerja dengan gaji tetap sangat dirugikan dengan adanya Inflasi. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.

(38)

daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.

Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana dari bank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.

Bagi orang yang meminjam uang kepada bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.

(39)

enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).

Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakat.

f. Peran Bank Sentral

Bank sentral memainkan peranan penting dalam mengendalikan inflasi. Bank sentral suatu negara pada umumnya berusaha mengendalikan tingkat inflasi pada tingkat yang wajar. Beberapa bank sentral bahkan memiliki kewenangan yang independen dalam artian bahwa kebijakannya tidak boleh diintervensi oleh pihak di luar bank sentral termasuk pemerintah. Hal ini disebabkan karena sejumlah studi menunjukkan bahwa bank sentral yang kurang independen salah satunya disebabkan intervensi pemerintah yang bertujuan menggunakan kebijakan moneter untuk mendorong perekonomian akan mendorong tingkat inflasi yang lebih tinggi.

(40)

nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs).

g. Hubungan Inflasi dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Sebuah perekonomian mengalami inflasi (inflation) apabila tingkat harganya meningkat dan ia disebut mengalami deflasi apabila (deflation)

jika tingkat harganya menurun. Melalui penelahaan terhadap inflasi kita akan lebih memahami bagaimana kurs bergerak menyusaikan diri terhadap berbagai gangguan moneter dalam perekonomian.

Anailisis kita disini mengenai dampak-dampak jangka pendek yang ditimbulkan oleh perubahan moneter yang bertumpu pada asumsi bahwa tingkat harga suatu negara, berbeda dengan kursnya, tidak bisa meningkat secara seketika. Asumsi ini tidak sepenuhnya benar, mengingat banyak komoditi, misalnya produk-produk pertanian yang mengalami perubahan harga secara tajam dari hari ke hari sehubungan dengan terjadinya pergeseran tingkat penawaran dan permintaannya. Selain itu perubahan kurs itu sendiri bisa mempengaruhi harga barang dan jasa tertentu secara relative terhadap barang dan jasa lainnya yang secara bersama membentuk harga.

(41)

seperti ini yang paling penting adalah harga tenaga kerja (tingkat upah) yang biasanya, diberbagai sector industri dirundingkan hanya sekali (katakanlah satu tahun sekali). Upah tidak secara langsung mengindikasikan tingkat harga secara keseluruan, melainkan menunjukan biaya produksi barang dan jasa. Mengingat harga output sangat dipengaruhi oleh gejolak tingkat upah.

Dalam jangka pendek gerak kurs lebih lincah ( lebih sering berubah-ubah) dari pada tingkat harga relative. Namun asumsi ini tidak selamanya berlaku dan tidak bisa diterapkan untuk semua Negara.

2. Jumlah Uang Beredar

Di dalam membahas mengenai uang yang beredar di perekonomian, adalah penting untuk membedakan diantara uang dalam peredaran dan uang beredar. Mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis yaitu uang logam dan uang kertas. Dengan demikian uang dalam peredaran adalah sama dengan uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang berada dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum.

(42)

badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas uang beredar meliputi: (i) mata uang dalam peredaran, (ii) uang giral, (iii) uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar dalam pengertian luas ini dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian atau M2. pengertian yang sempit dari uang beredar selalu disingkat dengan M1.

Sekarang kita mencoba mengenai pasar uang. Seperti halnya dengan kebanyakan pasar lainnya, pasar uang ditinjau dari segi permintaan dan penawaran, pasar uang di sini adalah jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, yaitu yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Sedangkan yang dimaksud dengan permintaan akan uang, di lain pihak, ialah kebutuhan masyarakat akan uang tunai.

a. Permintaan Uang

Keynes memiliki pandangan bahwa permintaan uang ditentukan oleh tiga tujuan yaitu (i) Untuk membiayai transaksi, (ii) untuk berjaga-jaga, dan (iii) untuk spekulasi. Dua tujuan yang utama ditentukan oleh tingkat pendapatan, sedangkan tujuan yang ketiga ditentukan oleh tingkat suku bunga, yang merupakan pendapatan yang diperoleh apabila uang yang tersedia untuk spekulasi dengan menabungkan di bank atau membeli obligasi.

1) Permintaan uang untuk transaksi.

(43)

sama dengan jumlah dan saat terjadinya pengeluaran mereka, maka mereka tidak perlu memiliki uang tunai untuk bertransaksi yang mereka adakan. Kenyataan menunjukan bahwa keadaannya tidak demikian. Karyawan menerima gaji seminggu sekali atau sebulan sekali akan tetapi pengelauaran mereka, yaitu misalnya pengeluaran untuk konsumsi, mereka lakukan tiap hari. Demikian halnya dengan rumah-rumah tangga perusahaan, dapat dikatakan tidak pernah jumlah penerimaan dalam satu hari persis sama dengan jumlah pengeluaran pada hari yang sama. Sekalipun misalnya setiap hari mereka menerima pembayaran hasil penjualan barang dagangan mereka, akan tetapi tidak seluruh uang hasil penerimaan tersebut hari itu juga mereka keluarkan.

2) Permintaan Uang Untuk Berjaga-jaga

(44)

untuk perjalanan dan makan. Tetapi dia akan membawa uang yang lebih untuk berjaga-jaga jika ia kecopetan dan lainnya. Seperti halnya dalam mengunakan uang untuk transaksi, dana yang digunakan untuk berjaga-jaga ini akan selalu digunakan secara efisien. Artinya orang akan rasional untuk mendapatan bunga dari uang yang tidak digunakan. Dengan demikian analisis An Inventory Theoretic Approach bisa diaplikasikan kepada cara penggunaan untuk kebutuhan berjaga-jaga.

3) Permintaan Uang Untuk Spekulasi

Seseorang akan selalu memikirkan memperoleh pendapatan dari kelebihan uang yang dimiliki.Hal tersebut memungkinkan seseorang untuk melakukan spekulasi. Dalam pandangan Keynes menjelaskan bahwa hubungan antara suku bunga dan permintaan uang akan bersifat negatif. Yaitu pada saat suku bunga tinggi permintaan uang semakin kecil dan pada saat suku bunga rendah permintaan uang semakin meningkat. Sifat yang demikian disebabkan oleh sifat permintaan uang untuk spekulasi yang sangat dipengaruhi oleh suku bunga.

(45)

uang yang dispekulasikan dengan obligasi. Atau sebaliknya. Namun secara umum dapat dikatakan semakin tinggi suku bunga semakin banyak investor yang membeli obligasi dengan mengunakan uang yang disisihkan untuk spekulasi. Seseorang akan membeli obligasi apabila suku bunga yang berlaku sama dengan suku bunga normal.

Apabila suku bunga normal berbeda dengan suku bunga yang berlaku individu tersebut akan melihat jika lebih tinggi ia akan tetap memegang obligasi. Dengan anggapan pada saat suku bunga kembali normal harga obligasi akan naik. Dan sebaliknya jika lebih rendah ia akan segera menjual obligasinya karena ia akan mendapat keuntungan yang lebih cepat.

b. Penawaran Uang

(46)

masyarakat dalam mengadakan transaksi perbankan dan transaksi surat-surat berharga. Keempat cara tersebut ialah :

1) Rediscount policy. Apabila bank sentral menaikkan tingkat diskontonya maka jumlah uang nominal yang beredar bertendensi untuk berkurang. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki jumlah uang yang beredar bertambah suku diskonto bank sentral perlu diturunkan.

2) Open market operation atau operasi pasar terbuka. Apabila pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang yang beredar pemerintah harus menjual surat oligasi di pasar bebas. Tindakan ini disebut open market selling. Sebaliknya apabila pemerintah menghendaki bertambahnya jumlah uang yang beredar, maka pemerintah perlu melakukan open market buying, yaitu membeli surat-surat berharga, khususnya surat obligasi, di pasar bebas.

3) Manipulasi legal reserve ratio. Bank sentral pada umumnya menentukan angka banding minimum antara uang tunai dengan kewajiban giral bank. Angka banding mana biasa disebut

(47)

sering juga disebut pemerintah melakukan kebijakan uang ketat atau tight money policy, dapat dicapai dengan jalan menaikkan

minimum legal reserve ratiobank.

4) Selective credit control. Salah satu bentuk pengawasan kredit secara selektif ialah dengan menggunakan cara yang biasa disebut moral suation, di mana bank sentral secara informal mempengaruhi kebijakan-kebijakan bank-bank umum, khususnya mengenai kebijakan-kebijakan dalam perkreditan.

Kebijakan (1), (2), dan (3) biasa disebut sebagai quantitative credit control,sedangkan cara (4) biasa juga disebutqualitative credit control.

Jumlah uang yang beredar dalam masyarakat, di samping dipengaruhi oleh kejadian-kejadian atau kebijakan-kebijakan di atas, juga dapat dipengaruhi oleh neraca pembayaran luar negeri Negara tersebut. Surplusnya neraca pembayaran bertendensi mengakibatkan meningkatnya penawaran akan uang, defisitnya neraca pembayaran, di lain pihak, bertendensi menurunkan jumlah uang yang beredar.

(48)

tingkat harga, berubahnya jumlah uang nominal yang beredar identik dengan berubahnya jumlah uang riil yang beredar.

c. Hubungan Jumlah Uang Beredar dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Kenaikan penawaran uang suatu negara akan mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi dalam pasar valuta asing . sedangkan penurunan penawaran uang akan mendorong mata uangnya mengalami

apresiasi. Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar berikut:

Gambar 2.1 Dampak Kenaikan Penawaran Uang Di Amerika Serikatterhadap Kurs Dollar/Euro Dan Suku Bunga Dollar

Sumber: Krugman.2005:95

Perkiraan hasil simpanan Euro

Tingkat Inmbalan Dalam Satuan Dolar

(49)

Pada tingkat penawaran uang awal M1uspasar uang Amerika Serikat berada dalam keseinbangan pada titik 1 derngan suku bunga R$1. Bila suku bunga euro dan perkiraan kursnya di masa mendatang diabaikan, maka suku bunga dolar . atau 1

$

R mengharuskan keseimbangan pasar valuta asing berada di titik 1’ dengan kurs sama dengan Es1/c. Apa yang terjadi jika

federal Reserve meningkatkan penawaran uang Amerika Serikat yakni

1 us

M ? Kenaikan ini menimbulkan serentetan peristiwa sebagai berikut; akibatnya, suku bunga dolar turun menjadi 2

$

R dan pasar uang mencapai ekuilibrium yang baru di titik 2; (2) terlepas dari kurs awal E1s/c dengan

adanya suku bunga dolar yang baru yang lebih rendah , maka perkiraan imbalan yang dijanjikan oleh simpanan dolar menjadi lebih rendah daripada imbalan yang dijanjikan oleh simpanan euro, sehingga para pemilik simpanan dolar segara terdorong menjualnya dan menggantinya dengan simpana euro yang pada saat itu lebih menarik; (3) karena para pemilik simpanan dolar berlomba-lomba menukarnya dengan simpanan Euro maka dolar kemudian menngalami depresi sehingga kursnya menjadi

E

s2/c. Pasar

valuta asing akhirnya kembali ke posisi keseimbangan di titik 2’ karena

pergeseran kurs ke

E

s2/cmengakibatkan penurunan perkiraan tingkat

(50)

Sampai di sini kita bisa menyimpulkan bahwa, kenaikan penawaran uang di suatu negara mengakibatkan mata uangnya mengalami depresiasi di pasar valuta asing dan pengurangan penawaran uang dari suatu Negara menyebabkan mata uangnya mengalami apresiasi di pasar valuta asing.

3. Suku Bunga

a. Pengertian Suku Bunga

Pengertian suku bunga (interest rate) menurut Samuelson dan Nordhaus (1998;252) adalah:

1) Interest adalah pembayaran yang dilakukan oleh penggunaan sejumlah uang.

2) Interest rateadalah jumlahinterestyang dibayarkan per unit waktu satu orang harus membayar untuk kesempatan meminjam uang. b. Tipe Suku Bunga

Ada dua tipe suku bunga yaitu: a) suku bunga riil ( real interest rate) koreksi atas tingkat inflasi dan didefinisikan sebagai suku bunga nominal dikurangi laju inflasi. b) suku bunga nominal (nominal interest rate) tingkat suku bunga yang biasanya tertera di rekening koran, dimana mereka memberikan tingkat pengembalian untuk setiap investasi dilakukan.

c. Fungsi Suku Bunga

Fungsi suku bunga atauinterest rateyaitu:

(51)

berlebihan yang ada di tangan masyarakat tersebut pada gilirannya akan mempengaruhi pertumbuhan suatu perekonomian.

2) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat kontrol bagi pemerintah terhadap investasi pada sector-sektor ekonomi. Dalam hal pemerintah memberikan dukungan kepada sektor-sektor ekonomi, pemerintah membuat suatu kebijakan tingkat bunga yang rendah untuk sector ekonomi tersebut dengan tujuan mempercepat pertumbuhan sektor ekonomi tersebut.

3) Tingkat bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Misalnya, pemerintah mendukung pertumbuhan suatu sektor industri maka perusahan-perusahan dari industri tersebut yang akan meminjam dana diberi fasilitas. Maksudnya pemerintah memberi suku bunga yang lebih rendah dibandingkan dengan sektor lain.

(52)

Pemerintah dapat mengendalikan permintaan dan penawaran dengan menetapkan bunga dari bank (melalui BI). Dalam hal ini bunga dapat disesuaikan oleh pemerintah. Pada saat permintaan uang terlalu tinggi, sirkulasi uang dimasyarakat terlalu besar, maka pemerintah dapat menaikan tingkat bunga agar penawaran uang meningkat dan permintaan uang menurun.

d. Peranan Pemerintah Dalam Pengendalian Suku Bunga

Semenjak 1 Juni 1983 pemerintah tidak lagi ikut campur secara langsung dalam penetapan tingkat bunga. Mengingat pentingnya tingkat bunga dalm perekonomian nasional, secara tidak langsung otoritas moneter teteap mengendalikannya. Otoritas moneter menciptakan berbagai instrument moneter dan kebijakan moneter untuk mengerakan tingkat bunga agar dapat mendukung perekonomian yang diinginkan. (Darmawi:2006;187). Terdapat tiga kebijakan moneter yang dapat dipakai, yaitu:

1) Kebijakan besarnya cadangan wajib bank (reserve requirement policy),

2) Kebijakan dikonto(discount window policy),dan

(53)

wajib berarti mengurangi kewajiban bank untuk menyimpan dana dalam bentuk kas sehingga menambahkan dana yang dapat dioperasikan. Dampaknya adalah turunya biaya dana sehingga memperoleh kesempatan menurunkan tingkat bunga kredit. Apabila cadangan wajib dinaikan, kumlah dana yangdapat dipinjamkan oleh bank akan berkurang.

Penurunan bunga diskonto tentu saja akan menurunkan biaya dana bagi bank yang memanfaatkan dicount window. Di samping itu tujuan utama bank sentral adalah menurunkan tingkat bunga bank. Oleh karena itu, penurunan diskonto merupakan sinyal bagi perbankan untuk ikut menurunkan tingkat bunga.

Opersai pasar terbuka dilaksanakan melalui instrumen SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan SBPU (Surat Berharga Pasar Uang) penurunan bunga SBI oleh bank sentral merupakan sinyal bagi bank agar mengikuti penurunan tersebut. Demkian sebaliknya apabila bank sentral menaikan bunga SBI, berarti perbankan diharapkan dapat mengikuti kenaikan tersebut.

e. Hubungan Suku Bunga dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

(54)

perkiraan inflasi di luar negeri, tentu saja prediksi ini tidak berlaku untuk jangka pendek ; karena dalam jangka pendek tingkat bunga selalu kaku atau ketat (sulit berubah) suku bunga dalam jangka pendek hanya dapat meningkat apabila penawaran uang dumestik turun atau berkurang dengan berkurangnya penawaran uang, akibat kekakuan tingkat harga domestic, permintaan akan uang riil pada suku bunga semula (sebelum terrjadi penurunan penawaran uang) akan meningkat dan ini akan mendorong (menaikkan )suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi.

Turunnya penawaran uang dalam suatu lingkungan ekonomi yang harga begitu kaku, suku bunga itu harus naik demi terjaganya keseimbangan pasar uang karena tingkat harga tidak dapat segera turun untuk menyusaikan diri terhadap penurunan penawaran uang.tersebut. Dalam kasus tingkat harga uang kaku, kenaikan suku bunga selalu disertai dengan penurunan perkiraan inflasi dan apresiasi mata uang dalam jangka panjang, sehingga jika suku bunga meningkat, mata uang yang bersangkutan mengalami apresiasi. Namun dalam kasus kenaikan pertumbuhan suplay uang dalam pendekatan moneter, kenaikan suku bunga ternyata dibarengi dengan perkiraan inflasi yang lebih tinggi dan nilai mata uang yang lebih lemah di masa mendatang. Akibatnya, segera terjadideppresiasimata uang.

(55)

mengenai kurs pada suku bunga harus melibatkan pula perhitungan yang cermat atas berbagi factor penyebab bergeraknya suku bunga.

4. Eksport Netto

Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkanya ke negara lain apabila barang-barang tersebut diperlukan di negara-negara lain dan mereka tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang tersebut. Misalnya ekspor karet, timah, minyak kelapa sawit dan kayu hutan dari Indonesia ke Jepang dan negar-nagara maju lainnya disebabkan karena barang-barang tersebut mereka butuhkan, dan negera-negara tersebut tidak dapat menghasilkan sendiri barang-barang seperti itu. Sebaliknya pula, Indonesia mengimpor barang-barang modal dan berbagai jenis barang untuk keperluan pengembangan berbagai jenis industri karena ia belum sanggup memproduksikan barang-barang tersebut dengan mutu yang sebaik seperti yang dapat diperoleh dari negara-negara yang lebih maju.

(56)

Eksport adalah salah satu komponen pengeluaran agregat, oleh sebab itu ekspor dapat mempengaruhi tingkat pendapatan nasional yang dapat di capai. Apabila ekspor bertambah, pengeluaran agregat bertambah tinggi dan selanjutnya akan menaikan pendapatan nasional. Akan tetapi sebaliknya pendapatan nasional tidak dapat mempengaruhi ekspor. Ekspor belum tentu bertambah apabila pendapatan nasional bertambah, atau ekspor dapat mengalami perubahan walaupun pendapatan nasional tetap

Di dalam analisis makro ekonomi dianggap bahwa sesuatu perekonomian berusaha untuk mencapai tingkat kegiatan ekonomi yang tinggi (dan kalau mungkin mencapai penggunaan tenaga kerja penuh) tanpa inflasi. Di dalam perekonomian terbuka tujuan itu berarti bahwa untuk mencapai kegiatan ekonomi yang tinggi tersebut harus diikuti oleh keadaan neraca pembayaran yang menguntungkan. Neraca pembayaran yang mengalami defisit dapat mempengaruhi kestabilan harga-harga, menimbulkan pelarian modal dan mengurangi investasi, yang pada akhirnya akan menimbulkan kemunduran dalam tingkat kegiatan ekonomi negara.

(57)

a. Kebijakan Menekan Pengeluaran

Yang dimaksud kebijakan pengeluaran adalah langkah-langkah pemerintah untuk menstabilkan neraca pembayaran yang sedang dalam keadaan defisit dengan melakukan tindakan-tindakan yang akan mengurangi pengeluaran agregat. Dengan tindakan itu pemerintah berharap impor dapat diturunkan tanpa mengurangi ekspor. Kebijakan menekan pembelanjaan dilandaskan kepada keyakinan bahwa ekspor tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional, sedangkan impor mempunyai perkaitan yang positif dengan pendapatan nasional, makin tinggi pendapatan nasional makin tinggi impor. Maka kebijakan mengurangi pengeluaran agregat yang pada mulanya akan menurunkan tingkat pendapatan nasional dan pada akhirnya akan mengurangi impor. Sebaliknya ekspor tidak akan mengalami perubahan

Kebijakan menekan pengeluaran sangat sesuai dijalankan pada waktu perekonomian menghadapi masalah inflasi dan tingkat kegiatan ekonomi yang terlalu tinggi.Dalam keadaan pengangguran yang cukup tinggi, kebijakan tersebut akan memperburuk masalah yang dihadapi. Apabila pembelanjaan agregat dikurangi, tingkat kegiatan ekonomi akan semakin menurun dan masaalah pengangguran semakin memburuk. Ini merupakan pengorbanan yag terlalu besar untuk menyeimbangkan neraca pembayaran.

(58)

1) Menaikan pajak pendapatan. Pajak pendapatan yang bertambah tinggi akan mengurangi pendapatan disposibel, dan pengurangan tersebut selanjutnya akan menurunkan konsumsi ke atas barang-barang buatan dalam negeri dan barang impor.

2) Menaikan tingkat bunga. Tingkat bunga yang bertambah tinggi menyebabkan beberapa kegiatan tidak memberikan keuntungan yang memuaskan lagi. Ini akan membatalkan niat para pengusaha untuk menanam modal di sektor tersebut. Investasi akan berkurang dan ini selanjutnya akan mengurangi pengeluaran agregat.

3) Mengurangi pengeluaran pemerintah. Tindakan pemerintah ini bukan saja penting untuk mengatasi masalah defisit dalam neraca pembayaran, tetapi juga inflasi yang sedang dihadapi. Pengurangan dalam pajak pendapatan dan kenaikan dalam tingkat bunga tidak akan mencapai tujuannya apabila harga-harga terus meningkat. Untuk mengekang kenaikan harga-harga, pengurangan dalam penbelanjaan pemerintah adalah sangat penting peranannya. Pada waktu yang sama tujuan untuk menyeimbangkan neraca pembayaran akan lebih mudah mencapainya.

b. Kebijakan Memindahkan Pengeluaran

(59)

lebih banyak pada barang-barang buatan dalam negeri, dan meningkatkan ekspor.

Ketika perekonomian sedang menghadapi masalah defisit dalam neraca pembayaran, dan pada waktu yang sama menghadapi masalah pengangguran yang tinggi, kebijakan memindahkan pengeluaran merupakan tindakan pemerintah yang paling sesuai. Kebijakan memindahkan pengeluaran dapat dibedakan menjadi dua golongan:

1) Memindahkan Pengeluaran Secara Paksa

Langkah ini bertujuan untuk mengurangi impor di satu pihak dan menambah pengeluaran ke atas barang-barang buatan dalam negeri di lain pihak. Kebijakan pemerintah tersebut dapat meliputi salah satu atau gabungan langkah-langkah berikut:

a) Memperkenalkan atau mengurangi pajak impor. Pajak impor adalah pungutan yang dikenakan pemerintah ke atas barang-barang yang diimpor. Pungutan yang utama adalah tarif. Salah satu tujuan pemerintah untuk mengenakan tarif adalah memperoleh pendapatan.

(60)

tingkat maksimum dari impor yang boleh dilakukan dalam jangka waktu tertentu.

c) Mengawasi penggunaan valuta asing yang dimiliki. Dalam kebijakan ini pemerintah secara cermat mengawasi cara-cara masyarakat mengunakan valuta asing yang dimilikinya. Biasanya praturan-praturan akan dibuat yang tujuannya adalah untuk menjamin agar devisa yang dimiliki yang biasanya sangat tidak mencukupi jumlahnya dapat digunakan dengan sebaik-baiknya sehingga pengunaannya mencapai efisinsi yang tinggi.

2) Insentif Untuk Mengekspor

Langkah ini akan lebih mencapai tujuannya apabila usaha memindahkan pengeluaran secara paksa di atas diikuti pula dengan kegiatan meningkatkan ekspor. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara memberi beberapa gelakan kepada pengusaha-pengusaha yang melakukan kegiatan-kegiatan dibidang ekspor, yaitu:

(61)

Keadaan ini dapat diciptakan apabila terdapat kestabilan harga-harga dan upah.

b) Melakukan devaluasi. Maksud dari tindakan ini untuk meningkatkan daya persaingan barang dalam negeri. Devaluasi menyebabkan harga ekspor bertambah murah dan impor bertambah mahal. Oleh sebab itu devaluasi akan menambah ekspor dan mengurangi impor.

c. Hubungan Ekspor Netto dengan Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Cadangan devisa merupakan stok mata uang asing yang dimiliki yang sewaktu-waktu dapat digunakan untuk transaksi atau pembayaran internasional. Posisi cadangan devisa suatu negara biasanya dinyatakan aman apabila mencukupi kebutuhan impor untuk jangka waktu setidak-tidaknya tiga bulan. Jika cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi kebutuhan untuk tiga bulan impor, maka hal itu dianggap rawan. Tipisnya persediaan valuta asing suatu negara dapat menimbulkan kesulitan ekonomi bagi negara yang bersangkutan. Bukan saja negara tersebut akan kesulitan mengimpor barang-barang yang dibutuhkannya dari luar negeri, tetapi juga memerosotkan kredibilitas mata uangnya. Kurs mata uangnya di pasar valuta asing akan mengalami depresiasi.

(62)

yang bersangkutan akhirnya terpaksa melakukan devaluasi (Dumairy, 1996:107). (Menurut Nosihin,1983:56), dikatakan bahwa penerimaan yang diterima pemerintah dalam bentuk valuta asing yang kemudian ditukarkan dengan rupiah, maka dalam proses pertukaran ini, akan meningkatkan cadangan aktiva Bank Indonesia dan jumlah uang beredar bertambah dengan jumlah uang yang sama. Jadi antara cadangan devisa dan jumlah uang beredar hubungannya cukup erat, dimana jumlah cadangan devisa yang ditukarkan menambah jumlah uang beredar dalam jumlah yang sama .

C. Penelitian Sebelumnya

Judul penelitian “Analisis Pengaruh Faktof-Faktor Ekonomi Terhadap Fluktuasi Kurs Rupiah 2000-2002”. Data yang digunakan dakam penelitian ini adalah data sekunder selama 36 bulan januari 2000 s/d 2002, mengunakan analisis metode ordinary least square (OLS) dengan alat bantu pengolahan data program Eview 3.0. disusun oleh Anwar Sanusi, Universitas Sumatera Utara, Medan 2004.

(63)

D. Kerangkan Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah pola pikir yang menunjukan hubungan antar variabel yang diteliti. Kerangka penelitian akan membantu peneliti dalam menjalankan penelitian. (Sugiyono, 2004;5).

Di Indonesia , ada tiga sistem yang digunakan dalam kebijakan nilai tukar rupiah sejak tahun 1971 hingga sekarang. Antara tahun 1971 hingga 1978 dianut sistem tukar tetap ( fixed exchange rate) dimana nilai rupiah secara langsung dikaitkan dengan dollar Amerika Serikat ( USD). Sejak 15 November 1978 sistem nilai tukar diubah menjadi mengambang terkendali ( managed floating exchange rate) dimana nilai rupiah tidak lagi semata-mata dikaitkan dengan USD, namun terhadap sekeranjang valuta partner dagang utama. Maksud dari sistem nilai tukar tersebut adalah bahwa meskipun diarahkan ke sistem nilai tukar mengambang namun tetap menitikberatkan unsur pengendalian.

(64)

tetap mempertahankan managed floating dengan melakukan intervensi secara berkala, selektif , dan padatimingyang tepat.

Dengan melemahnya nilai tukar mata uang Indonesia menandakan lemahnya kondisi untuk melakukan transaksi luar negeri baik itu untuk ekspor-impor maupun hutang luar negeri. Terdepresiasinya mata uang Indonesia menyebabkan perekonomian Indonesia menjadi goyah dan dilanda krisis ekonomi dan krisis kepercayaan terhadap mata uang domestik.

Pembicaraan mengenai penentuan kurs valuta asing sekarang ini semakin banyak diperdebatkan. Jika dilihat dari sudut pandang pendekatan moneter, para ekonom pada umumnya melihat kurs valuta asing dipengaruhi oleh variabel fundamental ekonomi , antara lain jumlah uang beredar, tingkat output riil dan tingkat suku bunga ( Mac Donald daan Taylor, 1992:4) .Sementara itu (Tucker etal,1991:56) menambahkan variabel inflasi dalam model tersebut. Selain itu ada pula ekonom yang mempertimbangkan asa pasar ( market sentiment) sebagai faktor yang menentukan tinggi rendahnya kurs valuta asing. Pendekatan moneter merupakan pengembangan konsep paritas daya beli dan teori kuantitas uang. Pendekatan ini menekankan bahwa ketidakseimbangan kurs valuta asing terjadi karena ketidakseimbangan di sektor moneter yaitu terjadinya perbedaan antara permintaan uang dengan penawaran uang ( jumlah uang beredar).

(65)

hubungan variabel jumlah uang beredar dalam arti sempit, tingkat suku bunga, tingkat pendapatan, dan variabel perubahan harga. Selain itu dengan mempertimbangkan pelepasan band intervensi oleh Bank Indonesia, sehingga menyebabkan kurs menjadi free floating ,maka dipakai variable dummy untuk mengetahui pengaruh pelepasan band intervensi terhadap kurs.

Ada dua variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang mempengaruhi variabel-variabel lain. Sedangkan variabel bebas adalah variabel yang dipengaruhi oleh varibel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI dan ekspor netto. Sedangkan variabel terikatnya adalah nilai tukar rupiah.

Dengan variabel ini akan mempermudah peneliti untuk mengetahui hubungan inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI dan ekspor netto terhadap fluktuasi nilai tukar rupiah. Dua variabel ini diharapkan dapat diperoleh suatu hubungan. Jika varibel-variabel didesain dalam bentuk bagan maka kerangka pemikiranya adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran

Inflasi

Jumlah Uang Beredar

Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah

Tingkat Suku Bunga SBI

(66)

E. Hipotesis

1. Inflasi di indonesia berhubungan positif terhadap nilai tukar rupiah tahun 1995-2007

2. Jumlah uang beredar di indonesia berhubungan positif terhadap nilai tukar rupiah tahun 1995-2007

3. Suku bunga SBI di indonesia berhubunga positif terhadap nilai tukar rupiah tahun 1995-2007

(67)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah studie expost facto yaitu studi yang menunjukan bahwa penelitian tersebut dilakukan sesudah perbedaan-perbedaan dalam variabel bebas tersebut terjadi karena perbedaan tersebut dikarenakan perkembangan kejadian itu secara alami. (furchat 1982: 382). Jenis penelitian ini dianggap sangat mendukung untuk memecahkan dan menggambarkan persoalan yang telah disampaikan terlebih dahulu.

B. Sumber dan waktu penelitian 1. Sumber penelitian

Peneliti mengambil sumber data penelitian dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Bank Indonesia (BI)

2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan september 2009 C. Data yang diperlukan

Dalam menyelesaikan penelitian ini data yang diperlukan adalah berupa data sekunder. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan dan dilaporkan oleh orang lain di luar peneliti sendiri yaitu berupa data-data:

1. Nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika dari tahun 1995 sanpai tahun 2007 dalam satuan rupiah per satu dollar AS

(68)

2. Inflasi nasional berdasarkan IHK dari tahun 1995 sampai tahun 2007 dalam satuan persen per tahun

3. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) dari tahun 1995 sampai tahun 2007 dalam satuan miliar rupiah.

4. Suku bunga SBI tiga bulan dari tahun 1995 sampai tahun 2007 dalam satuan persen.

5. Ekspor netto dari tahun 1995 sampai tahun 2007 dalam satuan juta US $

D. Teknik analisis data

Analisis data dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kondisi nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika selama tahun 1995 sampai tahun 2007. pada tahap ini diketahui apakah ada hubungan yang signifikan dan positif antara inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI, ekspor netto terhadap nilai tukar rupiah.

1. Identifikasi variabel

a. Variabel Bebas

(69)

b. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independent. Variabel dependent dari penelitian ini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar US dalam rupiah (Y).

2. Analisis data

a. Prasyarat uji analisis

Untuk menjawab masalah dalam penelitian ini dilakukan analisis data sebagai berikut:

1. Uji normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Normalitas data dapat dilihat dengan menggunakan cara nilai skewness, nilai ini digunakan untuk mengetahui bagaimana distribusi normal data dalam variabel dengan menilai kemiringan kurva. Nilai baik apabila mendekati angka nol, Uji normalitas yaitu:

Sn1(X) Sn2(X)

maksimum

d  

Keterangan:

D =Deviasi atau penyimpangan

(70)

Sn2 = Distribusi komulatif dukomentasi

X = Jumlah Variabel

Uji normalitas data pada penelitian ini menggunakan hipotesis sebagai berikut:

Ho:  data normal

Ha:  data tidak normal

Kriteria yang digunakan dalam mengetahui normal atau tidaknya data tersebut sebagai berikut: apabila perhitungan Kolmogorov-Smirnov lebih besar dari probabilitas (:0,05), maka Ho diterima atau data normal. Apabila Kolmogorov-Smirnov lebih kecil dari probabilitas (:0,05), maka Ha diterima atau data tidak normal.

b. Pengujian hipotesis

(71)

1) Inflasi

Ho : Tidak ada hubungan antara inflasi dengan nilai tukar Rupiah.

Ha : Ada hubungan antara inflasi dengan nilaitukar rupiah. 2) Jumlah uang beredar

Ho : Tidak ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan nilai tukar rupiah.

Ha : Ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan nilai tukar rupiah

3) Suku bunga SBI

Ho : Tidak ada hubungan antara suku bunga SBI dengan nilai tukar rupiah

Ha : Ada hubungan antara suku bunga SBI dengan nilai tukar rupiah

4) Ekspor netto

Ho : Tidak ada hubungan antara ekspor netto dengan nilai tukar rupiah

Ha : Ada hubungan antara ekspor netto dengan nilai tukar Rupiah

(72)

metode korelasi yang digunakan adalah Korelasi Pearson. Korelasi Pearson banyak dilakukan untuk mengukur korelasi dengan data interval atau rasio.

Korelasi merupakan teknik analisis yang termasuk dalam salah satu teknik pengukuran asosiasi atau hubungan (measures of association). Korelasi bermanfaat untuk mengukur derajat keeratan hubungan antara dua variabel atau lebih, juga untuk memepelajari apakah ada hubungan dua variabel atau lebih dan jika ada, bagaimana arah hubungan dan seberapa besar hubungan tersebut. Hal ini berbeda dengan analisis regresi yang memprediksi seberapa jauh pengaruh suatu variabel (Sarwono, 2009:56). Berikut ini adalah rumus korelasi Product Moment:

Keterangan:

r : koefisien korelasi

Y : nilai variabel Y (nilai tukar rupiah)

X : nilai variabel X (Inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI, Ekspor netto)

N : jumlah sampel

Korelasi Pearson dikembangkan oleh Karl Pearson, sehingga dinamakan

Pearson Product Moment Coefficient Of Correlation. Koefisien korelasi dapat bernilai positif atau negatif, tetapi tanda positif dan negatif tersebut khusus menunjukan arah atau hubungan, bukan kekuatan hubungan. Arah dan hubungan dua variabel atau lebih dilihat dari nilai Korelasi Pearson (r) yang berkisar antara

(73)

0 sampai ± 1 atau dapat dinotasikan -1 ≤ r ≤ 1, untuk memudahkan melakukan interpretasi mengenai kekuatan hubungan antara dua variabel penulis memberikan kriteria sebagai berikut::

 0 : tidak ada korelasi antara dua variabel  >0 – 0,25 : korelasi sangat lemah  >0,25 – 0,5 : korelasi cukup  >0,5 – 0,75 : korelasi kuat

 >0,75 – 0,99 : korelasi sangat kuat  1 : korelasi sempurna

Jika koefisien korelasi ditemukan tanda positif (+) dan (-) memberi pengertian tentang arah pola hubungan yang terjadi. Tanda positif (+) artinya hubungan antara dua variabel atau lebih searah, maksudnya jika satu variabel naik maka variabel lainnya juga naik. Sebaliknya jika r bertanda negatif(-) artinya hubungan dua varibel atau lebih berlawanan. (Sarwono, 2009:56)

Nilai r atau koefisien korelasi yang telah diperoleh pada analisis korelasi masih perlu diuji signifikansinya. Pengujian koefisien korelasi ini dapat dilakukan dengan dua cara:

1. Nilai probabilitas. Apabila suatu korelasi memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05 atau p < 0,05; maka hubungan korelasi tersebut adalah signifikan. Atau

(74)

2. Nilai t. Mengonsultasikan nilai t hitung dengan t tabel, dengan prosedur sebagai berikut:

a. Menentukan tingkat signifikansi (α)nyang digunakan b. Menetukan derajat kebebasan (degree of freedom)atau df

berdasarkan jumlah sampel (n), dengan rumus df = n – 2. c. Menentukan nilai t tabel berdasarkan nilai df yang

diperoleh.

d. Menentukan nilai t hitung dengan rumus :

e. Apabila nilai t hitung < t tabel, maka keputusan pengujian adalah nilai r hasil analisis korelasi tidak signifikan, dan apabila nilai t hitung > t tabel, maka nilai r hasil analisis korelasi signifikian. Atau

Ho diterima jika : rhitung < rtabel Ho ditolak jika : rhitung> rtabel

Dengan level of signifikan (a=5%) dan degree of freedom (df) = n-k

Hasil analisis korelasi dengan bantuan perhitungan oleh software SPSS 14.0 pada outputnya secara otomatis sudah menampilkan nilai probabilitas. Hal tersebut menyebabkan kegiatan pengambilan keputusan mengenai signifikansi hubungan

(75)
(76)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan pada laporan tahunan BPS dan BI tahun 1995 sampai dengan tahun 2007. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kurs rupiah. Variabel bebas yang digunakan yaitu inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI, dan ekspor netto. Berikut ini adalah data dari variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini:

Tabel IV.1

Data varibel terikat dan variabel bebas

Tahun Kurs

1995 2.308 8.60 52.667 14.38 4.789,3

1996 2.383 6.50 64.089 14.13 6.886,2

1997 4.650 11.10 78.343 11.94 11.763,8

1998 8.025 77.60 101.197 50.33 21.510,8

1999 7.100 2.00 124.633 23.68 24.662,2

2000 9.595 9.40 162.186 24.68 28.609,2

2001 10.400 12.60 177.731 16.41 25.358,8

2002 8.950 10.00 191.939 15.20 25.869,9

2003 8.465 5.10 223.795 10.17 28.507,5

2004 9.290 6.40 253.818 7.39 25.060,1

2005 9.900 17.11 281.905 9.09 27.959,0

2006 9.020 6.60 361.073 12.03 39.732,7

2007 9.419 6.59 460.842 7.97 39.627,5

Sumber : Diolah dari data statistik BPS dan BI tahun 1995-2007

(77)

Dari data di atas dapat diketahui bahwa terjadi peningkatan nilai tukar rupiah. Demikian juga dengan keempat variabel lainnya mangalami peningkatan seperti inflasi nasional, jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan ekspor netto

B. Analisis data

1. Prasyarat uji analisis

Uji prasyarat analisis harus dilakukan akan digunakan sebagai alat untuk menentukan langkah selanjutnya yaitu melakukan analisis data, selain itu juga dimaksudkan sebagai dasar dalam mangambil keputusan agar tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya ditarik.

a) Uji normalitas

Uji normalitas dimaksudkan untuk mengetahui kenormalan distribusi data. Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik one sampel kolmogorov smirnov dengan bantuan program SPSS versi 14.0. berikut disajikan rangkuman hasil pengujian.

Tabel IV.2

Pengujian Normalitas Masing-Masing Variabel Penelitian

No Variabel Kolmogorov

Smirnov

Asymp Sig2-Tailed

α Kesimpulan

1 Inflasi 1.215 0.104 0.05 Normal

2 Jumlah uang beredar

0.452 0.987 0.05 Normal

3 Suku bunga SBI 1.010 0.256 0.05 Normal

4 Ekspor netto 0.800 0.545 0.05 Normal

(78)

Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai-nilai probabilitas inflasi nasional = 0.104 dan nilai Kolmogorow Smirnov = 1.215 nilai probablilitas dan Kolmogorow Smirnov tersebut lebih besar dari nilai α = 0.05. Hal tersebut berarti distribusi data inflasi (x1) adalah normal.

Nilai probabilitas jumlah uang beredar = 0.987 dan nilai Kolmogorow Smirnov = 0.452. Nilai probablilitas dan Kolmogorow Smirnov tersebut lebih besar dari nilai α = 0.05. Hal tersebut berarti distribusi data jumlah uang beredar (X2) adalah normal.

Nilai probabilitas suku bunga SBI = 0.259 dan Kolmogorow Smirnov = 1.010. Nilai probablilitas dan kolmogow Smirnov tersebut lebih besar dari nilai α = 0.05. Hal tersebut berarti distribusi data suku bunga SBI adalah normal.

Nilai probabilitas ekspor netto = 0.545 dan Kolmogorow Smirnov = 0.800. Nilai probablilitas dan Kolmogorow Smirnov tersebut lebih besar dari nilai α = 0.05. Hal tersebut berarti distribusi data ekspor netto adalah normal.

Nilai probabilitas nilai tukar rupiah = 0.413 dan nilai Kolmogorow Smirnov = 0.885 nilai probablilitas dan Kolmogorow Smirnov tersebut lebih besar dari nilai α= 0.05. Hal tersebut berarti distribusi data nilai tukar rupiah adalah normal.

Gambar

TABEL I.I
Gambar 2.1Kerangka Pemikiran
Tabel IV.1Data varibel terikat dan variabel bebas
Tabel IV.2Pengujian Normalitas Masing-Masing Variabel Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun melihat bagaimana peran IAEA dalam krisis nuklir Korea Utara dapat disimpulkan bahwa setiap organisasi internasional memiliki sumber power yang berbeda, seperti

2.9.5 Jika ruang lingkup yang ditambahkan mempunyai metoda atau sistem yang sama dengan ruang lingkup yang telah diakreditasi, Sekretariat KAN hanya akan melakukan

Supervision - To increase the efforts of supervision in the operation of government and the implementation of development by involving the private sector and the general

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik dan berkeinginan untuk melakukan penelitian tentang “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata

tari dalam kemampuan motorik melalui stimulus gerak binatang, untukd. melihat dampak yang ditimbulkan selama proses

Orang Boti Dalam melihat kosmos sebagai bagian dari diri mereka, “manusia bersama dengan alam.” Pandangan ini, menggambarkan sikap orang Boti terhadap alam, yang

dalam melaksanakan fungsi pengawasan dan penasihatan, dewan komisaris selama tahun 2015 ini didukung oleh tiga komite sebagai organ pendukung dewan komisaris yaitu: (i) komite

Strategi Food &amp; Baverage Product Departement Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Di Chrystal Sapphire Restaurant Best Western Premier Solo Baru.Program Studi