BAB II LANDASAN TEORI
A. Pasar Valuta Asing
internasional. (2) Provision of credit, fungsi penyediaan kredit untuk transaksi dagang internasional. (3) Minimizing foreign exchange risk,
minimisasi resiko fluktuasi valuta asing antara lain dalam bentuk hedging.
Peristiwa di bidang ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 di kawasan Asia adalah krisis ekonomi yang terutama sekali "menghantam" nilai tukar mata uang negara-negara di Asia dan mempengaruhi pasar valuta asing. Akibatnya nilai tukar beberapa mata uang di Asia mengalami depresiasi yang sangat tajam terhadap dollar AS.
Menurut Jeff Madura (Arifin,1998:15) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar ada 3 macam, yaitu: a. Faktor Fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi
b. Faktor Teknis, berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran valuta asing
c. Faktor Sentimen Pasar, berkaitan dengan rumor yang bersifat insidentil yang dapat mempengaruhi fluktuasi nilai tukar valuta asing dalam jangka pendek.
Pada kesempatan ini, peneliti hanya menjelaskan hubungan fundamental, berkaitan dengan indikator ekonomi yang berhubungan dengan fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Menurut Mc. Donald dan (Taylor,1992:25), faktor-faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar adalah variable-variabel ekonomi yang mempengaruhi fundamental ekonomi suatu negara. Variabel tersebut meliputi : jumlah uang beredar, suku bunga dan tingkat output riil.
Dampak krisis nilai tukar dirasakan sangat buruk bagi perekonomian Indonesia, pada akhir tahun 1997 nilai tukar rupiah terhadap dollar AS turun sebesar 85,46%. Akibatnya sektor-sektor ekonomi "menjadi lumpuh", hal ini dapat dilihat dari berberapa indikator makro ekonomi seperti inflasi, jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan ekspor netto. Karakteristik negara Indonesia sebagai "small and open economi", menganut system devisa bebas
dan ditambah dengan penerapan sistem nilai tukar mengambang (free floating exchange rate system) menyebabkan pergerakan nilai tukar rupiah di pasar uang menjadi rentan oleh pengaruh faktor ekonomi dan non-ekonomi.
Untuk mengurangi gejolak nilai tukar yang berlebihan, maka pelaksanaan intervensi oleh Bank Indonesia dalam pasar uang menjadi sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Kestabilan nilai tukar akan memberikan kepastian bagi pelaku-pelaku ekonomi dalam melakukan usahanya yang pada akhirnya berdampak pada stabilitas secara makro.
Upaya pengendalian nilai tukar rupiah tidak selalu diartikan pada penekanan "range" fluktuasi dalam interval yang sangat sempit, tetapi upaya stabilisasi nilai tukar rupiah lebih diartikan menjaga nilai tukar rupiah yang bergerak dengan teratur (uncertainly manner). Oleh karena itu, apabila nilai tukar rupiah berfluktuasi sangat tajam karena faktor "uncertainly", maka diperlukan "guidance" dari otoritas moneter dengan melakukan intervensi.
fluktuasi nilai tukar di indonesia berhubungan dengan beberapa faktor ekonomi antara lain pertama, jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) yang terdiri dari uang kartal dan uang giral. Selama periode 1994-2004 triwulanan terjadi tujuh kali penurunan yaitu Rp 466 triliun pada triwulan I 1995 yang merupakan penurunan terendah sepanjang periode tersebut, sedangkan penurunan terbesar terjadi pada triwulan I tahun 2001 sebesar Rp 13.811 triliun. Sebaliknya pada periode 1994-2004 terjadi penambahan uang
beredar yang cukup berarti pada teriwulam I 1998 dan triwulan IV 2003 yang besarnya berturut-turut rp 19.927 triliun, Rp 23.756, Rp 16.212 triliun
Kedua, perkembangangan inflasi selama periode 1995-2004, menunjukan bahwa inflasi tertinggi terjadi pada tahum 1998 sebesar 77,6% dan inflasi terendah terjadi pada tahun 1999 yaitu 2,0%. Tingginya inflasi tahun 1998 disebabkan oleh adanya krisis moneter yang kemudian menjadi krisis ekonomi yang menerpa Indonesia (BPS.2004)
Ketiga, perkembangan ekspor. Sejak awal kemerdekaan sampai tahun 1968, nilai ekspor nonmigas mendominasi ekspor nasional. Namun pada tahun 1973 ekspor migas mulai mengalami kenaikan yang cukup berarti, melampaui ekspor non migas sehingga berubahnya struktur ekspor. Namun pada tahun 1988 perkembangan ekspor nonmigas meningkat pesat menjadi 60.0%. Peranan ekspor nonmigas ini terus meningkat menjadi 78,1 % pada tahun 2004.(BPS.2004)
Uraian di atas menunjukkan menunjukkan fluktuasi dari variabel indikator ekonomi. Bagi peneliti mungkin saja fluktuasi nilai tukar rupiah berhubungan dengan indikator ekonomi seperti: inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI dan eksport netto.. Berikut adalah tabel I.I nilai tukar rupiah terhadap dollar US.
TABEL I.I
Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 1995-2007
Tahun 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 US
Dollar
2.308 2.383 4.650 8.025 7.100 9.595 10.400 8.950 8.465 9.290 9.900 9.020 9.414 Sumber : Statistik Indonesia, beberapa tahun penerbitan. BPS
Berdasarkan pada uraian diatas, maka penelti ingin meneliti apakah fluktuasi nilai tukar rupiah berhubungan dengan inflasi, jumlah uang beredar, tingkat suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia) dan ekspor netto. Sehingga peneliti mengambil judul “Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dapat disusun rumusan masalah :
1. Apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar? 2. Apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi
nilai tukar rupiah?
3. Apakah ada hubungan antara suku bunga SBI dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?
4. Apakah ada hubungan antara nilai ekspor netto dengan fluktuasi nilai tukar rupiah?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang peneliti sampaikan, maka dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti dibatasi dalam hal, Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadap Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara inflasi dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara jumlah uang beredar dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara tingkat suku bunga Bank Indonesia dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
4. Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara nilai export netto dengan fluktuasi nilai tukar rupiah.
E. Manfaat Penelitian
Hasil Penelitian ini nantinya dapat memberikan manfaat yang cukup berarti bagi pihak – pihak antara lain:
1. Bagi Pemerintah
Dapat memberikan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat mengambil kebijakan yang tepat ketika akan melakukan kebijakan moneter khususnya kurs nilai tukar rupiah dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat serta tetap menjaga kestabilan ekonomi bangsa.
2. Bagi Peneliti
Sebagai sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuaan yang berhubungan dengan ekonomi khisusnya Hubungan Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Suku Bunga SBI dan Ekspor Netto Terhadp Fluktuasi Nilai Tukar Rupiah Tahun 1995-2007”
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil Penelitian ini dapat menambah referensi koleksi perpustakaan Sanata Dharma Yogyakarta, yang berguna bagi para Mahasiswa/i Sanata Dharma serta pihak-pihak yang membutuhkan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pasar Valuta Asing
1. Pengertian Pasar Valuta Asing.
Nilai tukar adalah harga suatu mata uang terhadap mata uang lainnya atau nilai dari suatu mata uang terhadap mata uang lainnya (Salvatore:1997;19). Nilai tukar valuta asing adalah harga mata uang nagara asing dalam satuan mata uang domestik (Samuelson dan Nordhaus:1998;605). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut appresiasi atas mata uang (mata uang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang dalam negeri meningkat). Penurunan nilai mata uang disebut depresiasi atas mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri relatif merosot)( Salvatore :1997;10).
2. Para Pelaku Pasar Valuta Asing
Pergerakan nilai valuta asing yang selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu karena hukumdemand dan supplyselalu melibatkan berbagai pelaku pasar yang mempunyai berbagai kepentingan. Pelaku pasar tersebut antara lain adalah :
a. Perusahaan
Untuk meningkatkan daya saing dan menekan biaya produksi perusahaan selalu melakukan eksplorasi terhadap berbagai sumber-sumber daya yang baru dan yang lebih murah. Bisanya kita menyebut kegiatan ini dengan kegiatan impor. Dan perusahaan juga akan selalu melakukan kegiatan eksplorasi market untuk memperluas jaringan distribusi barang dan jasa yang telah diproduksi oleh perusahaan tersebut yang pada akhirnya akan timbul pendapatan dalam mata uang lain. Biasanya kita menyebut kegitatan tersebut dengan ekspor. Karena ada kegiatan impor dan ekspor inilah perusahaan kadang memerlukan mata uang negara lain dengan jumlah yang cukup besar.
b. Masyarakat atau Perorangan
Masyarakat atau perorangan dapat melakukan transaksi valuta asing di sebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang pertama adalah kegiatan spekulasi, yaitu dengan memanfaatkan fluktuasi pergerakan nilai valuta asing untuk memperoleh keuntungan. Faktor kedua adalah kebutuhan konsumsi pada saat berada di luar negeri. Contoh saja ada sebuah keluarga yang melakukan perjalanan keluar negeri sebut saja negara Amerika. Pada saat mereka akan melakukan kegiatan konsumsi di Amerika maka mereka tidak bisa membayarnya dengan rupiah karena mata uang yang berlaku di Amerika adalah dolar Amerika, sehingga mereka mau tidak mau harus menukarkan uangnya terlebih dahulu ke dalam dolar Amerika. Contoh lainnya adalah seorang ayah yang akan
membiayai sekolah anaknya di Australia maka sang ayah harus menukarkan uangnya kedalam bentuk Australian dolar terlebih dahulu. c. Bank Umum
Bank umum melakukan transaksi jual beli valas untuk berbagai keperluan antara lain melayani nasabah yang ingin menukarkan uangnya kedalam bentuk mata uang lain. Untuk memenuhi kewajibannya dalam bentuk valuta asing.
d. Broker
Broker adalah perusahaan yang menjadi perantara terjadinya transaksi valuta asing. Mereka membantu kita untuk mencarikan pembeli ataupun penjual.
e. Pemerintah
Pemerintah melakukan transaksi valuta asing untuk berbagai tujuan antara lain membayar hutang luar negeri, menerima pendapatan dari luar negeri yang harus ditukarkan lagi kedalam mata uang lokal.
f. Bank Sentral
Di banyak negara bank sentral adalah lembaga independent yang bertugas menstabilkan mata uangnya. Biasanya bank sentral melakukan jual beli valuta asing dalam rangka menstabilkan nilai tukar mata uangnya yang biasa disebut dengan kegiatan intervensi.
3. Fungsi Pasar Valuta Asing
Pasar valuta asing mempunyai beberapa fungsi pokok dalam membantu kelancaran lalu-lintas pembayaran internasional.
a. Mempermudah penukaran valuta asing serta pemindahan dana dari satu negara ke negara lain. Proses penukaran atau pemindahan dan ini dapat dilakukan dengan system “clearing” seperti halnya yang dilakukan oleh bank-bank serta para pedagang
b. Karena sering terjadi transaksi yang tidak perlu segera diselesaikan pembayaran dan atau penyerahan barangnya, maka pasar valuta asing memberikan kemudahan untuk dilaksanakanya perjanjian/ kontrak jual beli dengan kredit.
c. Memungkinkan dilakukanya “hedging”. Seorang pedagang melakukan headging apabila dia pada saat yang sama melakukan transaksi jual dan beli valuta asing di pasar yang berbeda, untuk menghilangkan atau mengurangi kerugian akibat perubahan kurs.
Headging dapat dilakukan pada pasar jangka (forward market).
Pasar jangka adalah pasar dimana transaksi jual-beli terjadi dengan harga yang disetujui pada saat transaksi dilakukan dikemudian hari. Ini berbeda dengan “spot market” dimana transaksi dan penyerahan barang terjadi pada saat yang bersamaan.. contoh: seorang importir inggris yang mengimpor mobil dari Amerika seharga
US$3000 dengan pembayaran tiga bulan akan datang. Kurs pada saat itu misalnya ₤1 = US$3, sehingga harga mobil tersebut adalah₤1000. apabila kurs (₤) turun menjadi ₤1 = US$2, maka harga mobil tersebut dalam ₤ sebesar ₤1500, dengan demikian importer dapat menderita kerugian.
Untuk menghindari kerugian tersebut dia dapat melakukan
headging di pasar jangka. Caranya, importer tersebut menghubungi bank dari Inggris untuk membeli US$3000 dengan penyerahan 3 bulan yang akan datang dengan harga atau kurs yang di setujui saat itu kurs ini disebut dengan kurs jangka (forward exchange rate) yang berbeda dengan kurs spot(spot exchange rate).
Perbedaan kurs forward dengan kurs spot menggambarkan adanya perbedaan tingkat bunga di Inggris dan Amerika. Untuk menjelaskan hal ini baiklah diteruskan cerita importir tersebut di atas. Bank Inggris yang dihubungi importir tersebut berusaha mencarikan US$ seharga US$3000. bank tersebut dapat membeli US$ pada pasar spot dan kemudian menyimpannya selama tiga bulan di New York.
Dengan tindakan ini bank Inggris tersebut memperoleh bunga dari bank Amerika. Apabila tingkat bunga di Amerika lebih rendah daripada di Inggris, importir harus membayar perbedaannya. Dalam hal ini forward US$ di jual dengan premium dibandingkan dengan spot US$. Sebaliknya apabila tingkat bunga di Amerika lebih tinggi,
maka perbedaannya oleh bank tersebut diberikan kepada importir. Dalam hal ini forward US$ dijual dengan diskon di bandingkan dengan spot₤.
Contoh dengan angka mungkin akan membantu memperjelas hal di atas. Misalnya importer tersebut memerlukan US$2000 untuk tiga bulan dan kurs spot ₤1 = $2. jika tingkat bunga untuk simpanan tiga bulan di Amerika sebesar 4% dan di Inggris 5%, maka bank Inggris yang akan menjual 2000 forward dolar kepada importer akan meminta ₤1000 (kurs spot) ditambah dengan 1% kerugian tingkat bunga karena uang dolar di simpan di Amerika. Total harga 2000 dolar adalah ₤1000 + ₤10 = ₤1010. Kurs forwardnya menjadi ₤1 = (2000 / 1010) = $1,98, yakni 1% discount terhadap kurs spot (₤1=$2). Sebaliknya apabila tingkat bunga di Amerika 4% dan di Inggris 3%, maka harga total 2000 forward dolar akan =₤1000 -₤10 = ₤990. kurs forwardnya menjadi ₤1 = 2000 / 990 = $2,02, yakni 1% premium terhadap kurs spot (₤1=$2). Rasio antara kurs forward dan kurs spot menggambarkan perbedaan dalam tingkat bunga.
4. Jenis Transaksi Valuta Asing
Pasar valuta asing merupakan suatu bentuk pasar keuangan dimana valuta asing dipertukarkan satu dengan lainnya, yang dikenal dengan transaksi valuta asing (foreign exchange transaction ). Dalam pasar
tersebut terdapat 3 jenis transaksi valuta asing, yaitu : (Mudrajat Kuntjoro, 1966:34).
Spot Transaction, transaksi dalam valuta asing yang penyerahannya dilakukan dengan segera dengan jangka waktu maksimal 2 hari setelah tanggal transaksi. Pada transaksi jenis ini, nilai kurs ditentukan pada saat terjadinya kontrak
Forward Transaction, transaksi valuta asing dimana penyerahannya dilakukan pada tanggal tertentu yang telah disetujui, dengan nilai kurs ditentukan pada saat kontrak.
Future Transaction, transaksi valuta asing yang mirip dengan forward transaction, tetapi dalam masa "maturity" terjadi penyesuaian nilai kurs yang disesuaikan dengan kurs pasar.
Pemahaman mengenai tinggi rendahnya nilai tukar akan mempengaruhi tindakan yang akan diambil oleh pelaku-pelaku ekonomi dalam pasar valuta asing, apakah akan membeli, menjual atau menahan sementara waktu untuk mendapatkan keuntungan dari fluktuasi nilai tukar. Dalam berbagai literatur dijelaskan banyak faktor yang mempengaruhi fluktuasi nilai tukar.
5. Sistem Nilai Tukar
Pemilihan sistem nilai tukar pada dasarnya didasarkan pada beberapa pertimbangan, diantaranya : tingkat keterbukaan perekonomian
suatu negara terhadap perekonomian dunia; tingkat kemandirian kebijakan ekonomi suatu negara dan aktivitas perekonomian suatu negara. Pada dasarnya sistem penentuan nilai tukar dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu ( Camarazza dan Aziz, 1997;41).
a. Sistem Kurs Tetap (fixed exchange rate)
Dalam sistem ini, nilai tukar suatu valuta terhadap valuta yang lain ditentukan/ "dipatok" oleh Bank Sentral. Nilai tukar suatu valuta di pasar valuta asing sama dengan nilai tukar yang ditentukan oleh Bank Sentral. Sehingga untuk menjaga agar nilainya tetap, maka Bank Sentral melakukan intervensi ( membeli/ menjual valuta ) di pasar valuta asing. Hal yang perlu diperhatikan adalah kecukupan cadangan devisa yang dimiliki.
b. Sistem Mengambang Terkendali (managed floating exchange rate) Nilai tukar valuta dalam sistem ini ditentukan oleh pasar valuta dan band intervention yang ditetapkan oleh Bank Sentral. Artinya, nilai tukar ditentukan oleh pasar (suplly dan demand valuta) tetapi pergerakannya dibatasi oleh rentang intervensi yang ditetapkan oleh Bank Sentral. Sehingga Bank Sentral harus menjaga supaya nilai tukar berada pada rentang intervensi, apabila nilai tukar bergerak melebihi rentang intervensi yang ditentukan, maka Bank Sentral akan melakukan intervensi dengan menambah supply valuta sehingga nilainya dapat bergerak kembali dalam rentang intervensi. Sebaliknya
bila nilai tukar berada di bawah rentang intervensi, maka Bank Sentral akan menambah demand valuta.
c. Sistem Kurs Bebas (free exchange rate)
Istilah lain yang digunakan adalah floating exchange rate, yaitu nilai tukar valuta asing ditentukan oleh pasar berdasarkan kekuatan tarik menarik antara supply dan demand valuta asing. Pada sistem ini Bank Sentral tidak melakukan campur tangan dalam mempengaruhi nilai tukar (pada kenyataannya sangat sulit ). Ada dua pengertian dalam floating exchange rate, yaitu : (1) clean float : nilai tukar sepenuhnya dibiarkan bebas tanpa campur tangan dari Bank Sentral, (2) dirty float : pemerintah ikut serta (relatif kecil ) dalam pasar valuta asing, misalnya dengan mengurangi distorsi.