• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil pengamatan buah sisa per tanaman tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.f) menunjukkan bahwa jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare nyata terhadap beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK.

Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata jumlah buah sisa per tanaman (buah) tanaman pare yang diberi perlakuan campuran bonggol pisang dan NPK.

Perlakuan menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan jumlah buah sisa tertinggi pada tanaman pare yaitu 3,38 buah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare terendah terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 2,02 buah.

Masih banyaknya buah sisa pada perlakuan 100% NPK 16:16:16 + 20%

POC Bonggol Pisang (P1), karena unsur hara dari NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang sudah mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman pare selama pertumbuhan generatif. Menurut Iskandar (2010) penggunaan pupuk anorganik yang berimbang dan sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat memberikan tingkat produksi yang tinggi.

Menurut Sianipar (2019), mengemukakan bahwa pengaplikasian nutrisi terhadap tanaman dengan jumlah yang seimbang dalam pemupukan terutama pupuk majemuk yang memiliki kandungan hara lengkap baik mikro maupun makro, baik pengaplikasian melalui akar maupun daun akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga perkembangan serta hasil produksi tanaman.

Penggunaan pupuk NPK 16:16:16 menyebabkan kebutuhan unsur hara fospor dan kalium terpenuhi pada tanaman sehingga proses pembentukan buah berlangsung dengan baik, sehingga mampu menghasilkan buah yang cukup banyak, sehingga juga berdampak terhadap jumlah buah sisa pada tanaman.

Handayani (2010) Fosfor merupakan komponen penting asamnukleat, karena itu menjadi bagian esensial untuk semua sel hidup. Fosforsangat penting untuk perkembangan akar, pertumbuhan awal akar tanaman, luasdaun, dan

31

mempercepat panen. Kalium merupakan salah satu unsur haraesential ketiga yang sangat penting setelah nitrogen dan fosfat. Kalium diseraptanaman dalam jumlah yang cukup besar, bahkan kadang-kadang lebih besar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2010), bahwa tanah yang dijadikan sebagai media penanaman akan meningkatkan respon tanaman dalam membantu proses pemasakan buah dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N, P, dan K dengan dosis tepat. karena unsur hara tersebut akan dimanfaatkan dan diserap untuk merangsang pertumbuhan salah satu diantaranya ialah proses pemasakan buah.

Fadiluddin (2010), selama periode panen tanaman menggunakan unsur hara sebagai pendukung proses fotosintesis tanaman untuk membentuk asimilat guna mengoptimalkan pembentukan buah. Pengoptimalan tersebut menyebabkan jumlah buah yang terbentuk akan semakin berkurang karena jumlah asimilat yang semakin rendah. Lakitan (2012), terjadi perubahan-perubahan metabolisme di dalam tubuh tanaman akibat semangkin berkurangnya jumlah karbohidrat, protein dan asam-asam amino yang dihasilkan cendrung semakin rendah.

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Perlakuan beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare dengan perlakuan terbaik 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman pare yang maksimal disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan NPK 16:16:16 100% dan POC Bonggol Pisang lebih dari 20%.

RINGKASAN

Pare bukan tanaman asli Indonesia, namun pare merupakan tanaman merambat yang berasal dari Asia yang dibudidayakan di perkebunan dengan buahnya yang dijadikan sebagai sayur. Diperkirakan berasal dari Asia tropis, terutama Myanmar dan India bagian barat, tepatnya di Assam. Tanaman ini juga ditemukan Nepal, Sri Langka, Cina, dan beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Secara umum, pare banyak tumbuh di daerah tropis (Prasetio 2013).

Dari hasil laporan tahunan Dinas Tanaman Pangan (2012) Pekanbaru, menyatakan bahwa produksi sayur sayuran terutama pare masih tergolong sangat rendah dengan luas lahan yang kurang dari 1 ha dan produksi kurang dari 1 ton/ha, dengan total produksi pertahun 10,5 ton dengan luas areal 13,4 ha.

Pembudidayaan tanaman di Riau banyak mengalami kendala, salah satu diantaranya adalah kesuburan tanah atau hara tanaman yang rendah, apabila ini tidak di tanggulangi maka tanaman tidak akan berproduksi secara maksimal, pemiliharaan dalam pembibitan, dan produksi pemasaran.

Pemupukan adalah usaha memberikan pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Macam dan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, biologi tanah serta lingkungan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat mempengaruhi dan memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisika, kimia maupun biologi tanah (Parnata, 2010).

Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu POC. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman. Kelebihan pupuk organik cair juga dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Nugroho, 2012).

Menurut Suhastyo (2011) bahwa bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung mikroba pengurai bahan organik antara lain Bacillus sp, Aeromonas sp, dan Aspergillus nigger. Mikrobainilah yang biasa menguraikan bahan organik, atau akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan.

Pupuk Organik Cair (POC) bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit, kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Setianingsih, 2009).

35

Penambahan POC bonggol pisang sebagai bahan organik dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta dapat memperbaiki kondisi lahan pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, serta dapat mengurangi biaya pemupukan kimia yang mahal serta tetap menjaga kualitas lingkungan.

Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pare adalah dengan memberi pupuk yang dibutuhkan tanaman pare. Unsur hara makro dan mikro yang tidak lengkap dapat menyebabkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pare terhambat. Selain itu peningkatan produksi tanaman pare dapat dilakukan dengan cara penambahan pupuk anorganik seperti pupuk NPK 16:16:16. NPK 16:16:16 adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai. Dengan pemberian POC Bonggol Pisang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman pare, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya tanaman pare.

Penelitian ini dilaksanakan dikebun pribadi, Jalan Lingkar Bangkinang Kelurahan Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang kota, kabupaten Kampar.

Peneltian ini akan dilaksanakan selama empat bulan dimulai bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendapatkan campuran POC Bonggol Pisang dan NPK yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga diperoleh 30 satuan

percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman, dan 2 tanaman sebagai sampel, sehingga diperoleh keseluruhannya yaitu 125 tanaman.

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perlakuan beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare dengan perlakuan terbaik 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1).

Dokumen terkait