• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POC BONGGOL PISANG DAN NPK 16:16:16 TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PARE (Momordica charantia.l) OLEH : BRIMA FITRAH SIZKA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH POC BONGGOL PISANG DAN NPK 16:16:16 TERHADAP PRODUKSI TANAMAN PARE (Momordica charantia.l) OLEH : BRIMA FITRAH SIZKA SKRIPSI"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH POC BONGGOL PISANG DAN NPK 16:16:16 TERHADAP PRODUKSI TANAMAN

PARE (Momordica charantia.L)

OLEH :

BRIMA FITRAH SIZKA 154110148

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU

PEKANBARU

2020

(2)

Atas segala waktu yang telah ku jalani dengan hidup yang sudah menjadi takdirku suka duka serta dipertemukan dengan orang-orang yang memberiku pengalaman dan arti kehidupan, ku bersimpuh sujud dihadapan-Mu ya Rabb dan kepada junjungan alam Rasulullah Muhammad SAW atas segala nikmat dikehidupanku ini.

Teruntuk Ayah Zukri Sm dan Ibu Sri Darmini, karya kecil ini kupersembahkan untuk ayah dan ibu terima kasih yang tak terhingga atas segala do’a, kasih sayang, pengorbanan, dan dukungannya dalam mendampingiku, kalianlah semangatku selama mencari ilmu hingga mengemban gelar sarjana ini. Terimalah persembahanku ini sebagai bukti awal keseriusanku membanggakan kalian. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Ridho-Nya kepada kalian. Selanjutnya kepada Kakakku Tri Agustina Sizka, Ratna Fury Sizka, Nurdesmi Dian Sizka terimakasih telah menjadi penyamangatku.

Dengan segala kerendahan hati saya ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar- besarnya kepada Ibu Dr.Ir. Saripah Ulpah, M.Sc sebagai pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu Jauh jauh dari Pekanbaru untuk kunjungan kelahan penelitian saya di Bangkinang, dan kesempatannya untuk membimbing saya sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Untuk Cyclone yang sudah seperti saudara kandung, Teruntuk sahabat sedari kecilku M. Agung Saputra S.AB yang selalu ada ketika dibutuhkan. Dan Hendri Mustari Saputra S.Pi, Anggi syahrial, Mentor Penelitianku Nicko Syahriramadhan SP. dan terima kasih kepada ARC foto copy yang telah banyak membantu dari awal hingga akhir penulisan skripsi. terimakasih sudah menjadi teman tempat mencurahkan keluh kesahku selama ini.

Trimakasih untuk salah satu wanita yang aku sayangi setelah ibu dan saudariku, Rezka Rahayu Febri, ST atas ketulusan cinta dan kasih sayangmu telah banyak mensupport, dari awal hingga akhir penulisan karya ini terimakasih telah memberiku kebahagiaan dan melalui banyak hal bersama, semoga kita selalu bersama hingga nanti kita melangkah ke Jenjang yang lebih serius.

Waktu adakah hal yang paling berharga dalam hidup kita dan orang-orang yang rela mengorbankan waktunya untuk orang lain pantas mendapatkan rasa hormat dan terimakasih.

(3)

BIOGRAFI PENULIS

Brima Fitrah Sizka, dilahirkan di Bangkinang, 25 Januari 1998, merupakan anak terakhir dari Empat bersaudara dari pasangan Bapak Zukri SM dan Ibu Sri Darmini. Telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri 009 Langgini, Bangkinang pada tahun 2009, kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Muhammadiyah (SMPM) Bangkinng pada tahun 2012, kemudian menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas Negri (SMAN) 2 Bangkinang kota pada tahun 2015. Kemudian penulis meneruskan pendidikan pada tahun 2015 ke perguruan tinggi Fakultas Pertanian Program Studi Agroteknologi (S1) Universitas Islam Riau Kota Pekanbaru, Provinsi Riau dan telah menyelesaikan perkuliahan serta dipertahankan dengan ujian Komprehensif pada meja hijau dan memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada tanggal 30 Juni 2020 dengan judul “Pengaruh POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 terhadap Produksi Tanaman Pare ( Momordica charantia.L)”

BRIMA FITRAH SIZKA,SP

(4)

ABSTRAK

Brima Fitrah Sizka (154110148) Pengaruh POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 Terhadap Produksi Tanaman Pare (Momordica charantia L.). Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan campuran POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 yang terbaik terhadap pertumbuhan generatif dan produksi tanaman pare. Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun pribadi, Jalan Lingkar Bangkinang Kelurahan Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang kota, kabupaten Kampar. Peneltian ini dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman, dan 2 tanaman sebagai sampel, sehingga diperoleh keseluruhannya 120 tanaman.

Parameter yang diamati yaitu umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan beberapa campuran POC bonggol pisang dan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare dengan perlakuan terbaik 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena nikmat, rahmat dan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 Terhadap Produksi Tanaman Pare (Momordica charantia L.)”. Disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian, Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar- besar nya kepada Ibu Dr. Ir. Saripah Ulpah, M.Sc selaku Pembimbing yang banyak memberikan bimbingan dan nasehat dalam penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Ibu Dekan Fakultas Pertanian, Bapak Ketua Prodi Agroteknologi, Bapak/Ibu Dosen dan Tata Usaha Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau yang telah memberikan bantuan. Tidak lupa ucapan terima kasih kepada kedua Orang Tua dan rekan mahasiswa atas segala bantuan yang telah diberikan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini.

Namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menulis skripsi ini belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi penelitian ini. Semoga skripsi ini memberi hasil yang bermanfaat bagi membangun ilmu pengetahuan dan teknologi khususnya di bidang Agroteknologi.

Pekanbaru, September 2020

Brima Fitrah Sizka

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

III. BAHAN DAN METODE ... 11

A. Tempat dan Waktu ... 11

B. Alat dan Bahan ... 11

C. Rancangan Percobaan ... 11

D. Pelaksanaan Penelitian ... 12

E. Parameter Pengamatan ... 16

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

A. Umur berbunga ... 18

B. Umur panen pertama ... 20

C. Jumlah buah per tanaman ... 21

D. Berat buah per tanaman ... 23

E. Panjang buah ... 25

F. Jumlah buah sisa per tanaman ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 24

RINGKASAN ... 29

DAFTAR PUSTAKA ... 34

LAMPIRAN ... 36

(7)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perlakuan Faktorial ... 15 2. Rata-rata umur berbunga (hari) dan umur panen pertama (hari) tanaman

pare. ... 18 3. Rata-rata jumlah buah per tanaman (buah) dan berat buah per tanaman

(g) tanaman pare. ... 22 4. Rata-rata panjang buah (cm) dan jumlah buah sisa per tanaman (buah)

tanaman pare. ... 25

(8)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 36

2. Deskripsi Tanaman Gambas Prima F1 ... 37

3. Layout Denah Penelitian Rancangan Acak Lengkap (RAL) ... 38

4. Daftar Anaisis Ragam Masing-masing Parameter Pengamatan ... 39

5. Dokumentasi Penelitian ... 41

(9)

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tanaman pare (Momordica charantia L) temasuk komoditas tanaman hortikultura yang dikelompokkan kedalam sayur-sayuran. Sebagai salah satu jenis sayuran, tanaman pare memiliki nilai ekonomi dan sosial yang cukup tinggi, hal ini menyebabkan tanaman pare sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu sebagai usaha tani yang menguntungkan.

Data Badan Pusat Statistik Provinsi Riau menyatakan saat ini belum ada data produksi dan luas lahan tanaman pare yang dihasilkan oleh petani di Provinsi Riau. Hal ini karena budidaya tanaman pare ditingkat petani masih bersifat usaha sampingan hanya dilakukan dalam jumlah kecil dilahan pekarangan dan tegalan tanpa pemeliharaan intensif dengan demikian produksi dan pertumbuhannya kurang bagus dibandingkan dengan tanaman pare yang dibudidayakan secara intensif, maka perlu kiranya diadakan penelitian tentang budidaya tanaman pare khususnya dalam hal pemupukan agar didapat pertumbuhan dan produksi buah yang optimal.

Pembudidayaan tanaman di Riau banyak mengalami kendala, salah satu adalah kesuburan tanah yang masih rendah, apabila ini tidak ditanggulangi maka tanaman tidak akan berproduksi secara maksimal, maka perlu adanya upaya peningkatan hasil yang harus ditempuh. Salah satunya dengan melakukan teknik budidaya yang tepat, selain itu perlu juga dilakukan pemupukan yang baik dan tepat dalam pengaplikasiannya. Untuk meningkatkan hasil produksi tanaman dapat menggunakan salah satu pupuk seperti penggunaan pupuk organik.

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

(10)

kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, biologi tanah serta lingkungan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat mempengaruhi dan memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisika, kimia maupun biologi tanah (Parnata, 2010).

Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian salah satunya yaitu POC. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan-bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman. Kelebihan pupuk organik cair juga dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Nugroho, 2012).

Tanaman pisang memiliki banyak manfaat terutama buahnya yang paling banyak dikonsumsi. Namun bagian lain dari tanaman pisang seperti jantung, kulit buah, batang, dan bonggol jarang dimanfaatkan dan dibuang begitu saja menjadi limbah. Bonggol pisang ternyata mengandung gizi yang cukup tinggi yaitu protein, air, dan mineral-mineral penting dan mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35% (Kesumaningwati, 2015). Bonggol pisang juga mengandung mikroba pengurai bahan organik. Jenis mikroba yang berada dalam larutan hasil fermentasi MOL bonggol pisang yaitu Rhizobium sp, Azospirillium sp, Azotobacter sp, Pseudomonas sp, Bacillus sp dan bakteri pelarut phospat (Rostikawati dkk, 2012)

Pupuk Organik Cair (POC) bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit, kadar

(11)

3

asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Setianingsih, 2009).

Penambahan POC bonggol pisang sebagai bahan organik dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta dapat memperbaiki kondisi lahan pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, serta dapat mengurangi biaya pemupukan kimia yang mahal serta tetap menjaga kualitas lingkungan.

Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pare adalah dengan memberi pupuk yang dibutuhkan tanaman pare. Unsur hara makro dan mikro yang tidak lengkap dapat menyebabkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pare terhambat. Peningkatan produksi tanaman pare dapat dilakukan dengan cara penambahan pupuk anorganik seperti pupuk NPK 16:16:16. NPK 16:16:16 adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai.

Dengan mencampurkan POC bonggol pisang dengan pupuk NPK diharapakan dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman pare, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya tanaman pare.

Berdasarkan uraian dan permasalahan diatas, penulis telah melakukan penelitian tentang “Pengaruh POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 Terhadap Produksi Tanaman Pare (Momordica charantia L.)”.

(12)

B. Tujuan Penelitian

Untuk mendapatkan campuran POC Bonggol Pisang dan NPK 16:16:16 yang terbaik terhadap produksi tanaman pare

C. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pada Fakultas Pertanian Universitas Islam Riau 2. Untuk pelaku usaha tani pare dapat memberikan informasi dan pengetahuan

mengenai pemanfaatan POC bonggol pisang terhadap pertumbuhan serta hasil tanaman pare.

3. Sebagai informasi untuk kajian lanjutan tentang pemanfaatan bonggol pisang yang diaplikasikan bersama dengan pupuk NPK

(13)

II. TINJAUAN PUSTAKA

“Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.

Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman.” (Q.S Al-An’am : 99)

Pare bukan tanaman asli Indonesia, namun pare merupakan tanaman merambat yang berasal dari Asia yang dibudidayakan di lahan terbatas atau perkarangan dengan buahnya yang dijadikan sebagai sayur. Diperkirakan berasal dari Asia tropis, terutama Myanmar dan India bagian barat, tepatnya di Assam. Tanaman ini juga ditemukan Nepal, Sri Langka, Cina, dan beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Secara umum, pare banyak tumbuh di daerah tropis (Prasetio 2013).

Tanaman Pare (Momordica charantia L.) termasuk komoditas tanaman holtikultura yang dikelompokkan kedalam sayur-sayuran. Kedudukan pare sebagai salah satu jenis sayuran, memiliki nilai ekonomi dan sosial yang cukup tinggi, keadaan ini menyebabkan tanaman pare sangat potensial dikembangkan sebagai salah satu usaha tani yang menguntungkan. Adapun klasifikasi tanaman pare adalah: Division: Spermatophyta; Subdivision: Angiospermae; Class:

Dicotyledoneae; Ordo: Cucurbitales; Family: Cucurbitaceae; Genus: Momordica;

Spesies: Momordica charantia L. (Kumar dan Bhowmik, 2010).

(14)

Buah pare mengandung albuminoid, karbohidrat, zat warna, karantin, hydroxytryptamine, vitamin A, B dan C. Per 100 gr bagian buah yang dapat dimakan mengandung 29 kilo kalori; 1,1 gr protein; 1,1 gr lemak; 0,5 gr karbohidrat; 45 mg kalsium; 64 mg fosfor; 1,4 mg besi; 18 Sl/mg vit A; 0,08 mg vit B; 52 mg vit C dan 91,2 gr air (Sulihandari, 2013).

Selain itu berdasarkan penelitian Hernawati (2012) buah pare juga mengandung saponin, flavonoid, alkaloid, steroid atau triterpenoid serta asam fenolat yaitu asam p-hidroksibenzoat, asam kafeat dan asam m-hidroksibenzoat.

Daun pare mengandung momordisina, momordina, karantina, resin, dan minyak lemak. Biji pare mengandung saponin, alkanoid, triterpenoid, dan asam momordial dan momordisin. Sedangkan akar pare mengandung asam momordial dan asam oleanolat (Elshabrina, 2013).

Ada tiga jenis tanaman pare, yaitu pare putih, pare hijau, dan pare belut.

Pare putih mempunyai ciri-ciri bentuk bulat lonjong, permukaan buah berbintil- bintil dan ukuran buah 18-20 cm, rasa buah pare putih tidak begitu pahit. Pare hijau dengan ciri-ciri berbentuk buah lonjong kecil dan berwarna hijau, permukaan buah berbintil-bintil dengan ukuran kecil dan halus berukuran 25-30 cm, rasa buah pare hijau ini pahit, sedangkan pare belut dengan ciri-ciri buah bulat panjang agak melengkung, ukuran buah 30-60 cm, dan rasa buah tidak begitu pahit (Wahyudi, 2011).

Tanaman pare merupakan semak semusim yang tumbuh merambat atau menjalar. Memiliki akar yang berwarna putih dan berupa akar tunggang. Tanaman ini juga memiliki batang yang bewarna hijau dan berusuk lima. Dimana batang yang muda akan merambat atau menjalar kemudian menghilang ketika tanaman pare sudah tua. Mempunyai daun yang berbentuk seperti bulat telur dan berlekuk serta berbulu. Tanaman pare juga memiliki tangkai daun yang berwarna hijau dan

(15)

7

panjangnya berukuran 7-12 cm. Bunganya berusuk banyak dan memiliki kelopak berbentuk seperti lonceng serta merupakan bunga tunggal yang berkelamin satu.

Bunga pare juga memiliki bentuk fisik seperti berduri tempel, berwarna putih dan berambut serta halus. Bentuk buah yang dimiliki tanaman pare yaitu bulat memanjang dan berupa buah buni, berwarna hijau dan berusuk. Kemudian mempunyai biji yang pipih dengan alur tidak beraturan dan merupakan biji yang keras serta berwarna coklat kekuningan, dimana dalam perbanyakan tanaman pare akan dibutuhkan seperti biji tersebut (Muhlisah, 2011).

Menurut Hendro (2010), bahwa tanaman pare memiliki daya adaptasi yang cukup tinggi, tanaman ini bisa menyesuaikan diri terhadap keadaan iklim yang berlainan sekalipun tahan terhadap suhu dan curah hujan yang tinggi. Tanaman pare dapat ditanam ditempat yang berhawa panas dan dingin.

Menurut Wijayanti (2017), pare adalah tanaman yang tumbuh di daerah tropis, pare tumbuh baik di dataran rendah dan dapat ditemukan tumbuh liar ditanah terlantar, tegalan, dibudidayakan atau ditanam di pekarangan dengan dirambatkan di pagar, untuk diambil buahnya. Tanaman ini tidak memerlukan banyak sinar matahari, sehingga dapat tumbuh subur di tempat-tempat yang agak terlindung.

Daerah yang memperoleh curah hujan tinggi dapat menggagalkan pembungaan dan pembuahan, sehingga hasilnya akan rendah, disamping faktor iklim, lokasi areal kebun tanaman pare juga harus memenuhi persyaratan yaitu berupa faktor tanah yang mengandung humus. Tanah lempung berpasir yang subur dan banyak mengandung bahan organik adalah tanah yang baik dalam pembudidayaan tanaman pare, memiliki aerase serta draniasenya juga tingkat kemasamannya (pH) yang baik. Tanaman pare ini juga tidak membutuhkan sinar

(16)

matahari yang banyak. Sehingga pare dapat tumbuh dengan areal tanam yang sedikit teduh atau ternaungi (Kuncoro, 2018).

Menurut Sunarjono (2010), dengan ketinggian 1500 m/dpl tanaman pare akan mampu tumbuh dengan baik dan menghasilkan produksi yang baik pula.

Hasil produksi yang kurang baik seperti buah yang tidak normal dan berukuran kecil disebabkan dari salah satu faktor yaitu penanaman pare di daerah dataran yang tinggi. Syarat tumbuh lainnya harus tepat dalam penanaman pare yaitu seperti daerah yang memiliki suhu 18oC-24oC, curah hujan yang cukup baik harus rendah 60 mm-200 mm/bulan serta pH tanah antara 5-6 dan kelembapan udara tinggi antara 50%-70% serta mendapat sinar matahari yang penuh atau tempat terbuka.

Pare biasanya ditanam diatas bedengan yang berukuran lebar 1.5 m sampai 2.5 m, kemudian panjang bedengan disesuaikan dengan kondisi lahan.

Pada saat musim kemarau tinggi bedengan yang baik yaitu 20 cm dan ketika pada musim hujan tinggi bedengan adalah 30 cm. Jarak tanam yang biasa digunakan yaitu : 100 x 100 cm, 75 x 75 cm atau 60 x 60 cm dalam barisan dan 120 x 150 cm antar baris. Dalam satu bedengan tedapat dua barisan. Pupuk kandang digunakan bersamaan dengan pengolahan lahan sebanyak 10-15 ton/ha dengan cara ditabur secaa merata, atau ditempatkan pada lubang tanam 3 minggu sebelum tanam. Penanaman dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan ditanam langsung dan disemai terlebih dahulu. Tanaman yang mati atau tidak akan tumbuh harus segera disulam 7 hari setelah tanam agar pertumbuhan dan perkembangan tanaman tidak berbeda jauh terutama pada umur bunga dan panen (Nugroho, 2010).

(17)

9

Untuk meningkatkan hasil produksi buah tanaman pare maka memerlukan rambatan atau penopang dalam memudahkan ketika pengendalian OPT dan proses pemanenan. Pemasangan lanjaran yang berfungsi sebagai rambatan dilakukan ketika tanaman pare telah berumur 2 minggu. Lanjaran sebagai rambatan dapat berupa teralis dan ajir serta tunnel dengan tinggi yaitu 1,5 m-2 m. Pembubunan tanaman pare dilakukan setelah penyiangan gulma yang tumbuh dalam bedengan atau areal tanam. Buah pare yang konsumsi sebaiknya dilakukan pemanenan yaitu pada saat buah belum terlalu tua. Proses pemanenan dengan menggunakan alat yaitu pisau atau gunting yang tajam. Produksi buah pare mampu mencapai 10-12 buah per batang atau 10-15 ton/ha (Kuncoro, 2018).

Pupuk organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari bahan organik yang berasal dari tanaman dan atau hewan yang telah melalui proses rekayasa, dapat berbentuk padat atau cair, yang dapat mensuplai/menyediakan senyawa karbon dan sebagai sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisika, kimia dan biologi tanah (Refliaty et al., 2013).

Pupuk buatan yang beredar di pasaran selain harganya mahal juga memiliki dampak buruk bagi lingkungan seperti menurunkan tingkat kesuburan tanah sehingga timbul pemikiran untuk menggunakan pupuk organik. Penggunaan Pupuk Anorganik yang berkepanjangan menyebabkan menurunnya tingkat kesuburan tanah secara signifikan sehingga menurunkan tingkat produktifitas tanaman (Kasim, dkk., 2011).

Penggunaan pupuk organik cair dapat meningkatkan kesuburan tanah yang dirusak oleh penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik cair berfungsi meningkatkan pertumbuhan tanaman (Ganefati, dkk., 2014).

(18)

Pupuk organik dibagi menjadi dua, yaitu pupuk cair dan pupuk padat. Pupuk cair adalah larutan yang mudah larut berisi satu atau lebih pembawa unsur yang dibutuhkan tanaman. Kelebihan dari pupuk cair yaitu dapat memberikan hara sesuai dengan kebutuhan tanaman (Hadisuwito, 2012)

Menurut Rini (2012) pupuk organik cair banyak mengandung materi organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, atau dalam arti lain sebagai penyubur tanah.

Bonggol pisang mengandung gizi yang cukup tinggi dengan komposisi yang lengkap. Menurut Direktorat Pengembangan Potensi Daerah (DPPD, 2012) data produksi pisang di Provinsi Riau tahun 2011 adalah 26.497 ton/tahun, maka diasumsikan jumlah limbah batang dan bonggol pisang mencapai 2.649.700 ton/tahun. Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Kimia Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau tahun 2015 kandungan gizi batang pisang adalah bahan kering 8,00%; abu 19,50%, protein kasar 1,01%; serat kasar 19,50%; lemak kasar 0,75%; BETN 59,24%, serta kandungan gizi bonggol pisang adalah bahan kering 17,46%; abu 16,00%; protein kasar 0,96%; serat kasar 14,50%; lemak kasar 0,75% dan BETN 67,79%

Jenis Mikroorganisme yang telah diidentifikasi pada bonggol pisang antara lain Bacillus sp., Aeromonas sp., Aspergillus nigger, Azospirillium, Azotobacter dan mikroba selulolitik. Mikroba inilah yang biasa bertindak sebagai dekomposer bahan organik (Budiyani, dkk. 2016).

Pada penelitian Karolina (2018), konsentrasi POC bonggol pisang yang digunakan yaitu 0, 10, 20, dan 30% dengan komuditas Okra merah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi POC bonggol pisang dengan konsentrasi terbaik adalah 30% untuk pertumbuhan tanaman okra merah.

(19)

11

Menurut Suhastyo (2011) di dalam bonggol pisang terkandung C/N 2,2, Fe 0,09 ppm, dan Mg 800 ppm. Unsur kimia tersebut sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman khususnya pembentukan daun, kandungan Mg sangat berperan dalam pembentukan daun hasil fotosintesis dan mempengaruhi warna daun yang lebih hijau.

Percobaan untuk mengkombinasikan pupuk organik dan anorganik yang diterapkan pada tanamanakan memberikan peluang untuk meningkatkan produksi.

Pupuk organik mempunyai manfaat antara lain adalah pemberiannya dapat lebih merata dan kepekatannya dapat diatur sesuai kebutuhan tanaman, penyerapan haranya berjalan lebih cepat dan langsung bisa dimanfaatkan tanaman dikarenakan unsur hara di dalamnya sudah terurai sehingga pengaruhnya dapat terlihat langsung pada pertumbuhan dan produksi tanaman yang dihasilkan (Lingga dan Marsono, 2011)

Menurut Shinta (2014), Pupuk NPK mengandung berbagai unsur hara yaitu nitrogen, fosfor, kalium dan sulfur. Nitrogen dimanfaatkan tanaman untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan dan merangsang pertumbuhan vegetatif seperti daun, fosfor digunakan tanaman untuk pengangkutan energi hasil metabolisme dalam tanaman dan merangsang pembungaan dan pembuahan, kalium berfungsi dalam proses fotosintesis, pengangkutan hasil asimilasi, enzim dan mineral termasuk air, dan sulfur yang berfungsi sebagai pembentukan asam amino dan pertumbuhan tunas.

Menurut Jumin (2012), pupuk NPK adalah suatu jenis pupuk majemuk yang mengandung unsur nitrogen, nitrogen pada tanaman berfungsi untuk meningkatkan kandungan protein, meningkatkan kemampuan tanaman dalam menyerap unsur hara lain, serta mengaktifkan pertumbuhan mikroba. Pupuk

(20)

majemuk yang sering digunakan adalah pupuk NPK karena mengandung senyawa ammonium nitrat (NH4NO3), ammonium dihidrogen fosfat (NH4H2PO4), dan kalium klorida (KCl).

Penggunaan NPK 16:16:16 memberikan beberapa keuntungan, diantaranya kandungan haranya lebih lengkap, pengaplikasiannya lebih efisien, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. NPK baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif (Shinta, 2014).

Berdasarkan Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara (2012), perlakuan pemupukan NPK diberikan setelah tanaman tumbuh, dengan dosis 20 g/tanaman. Pemberian dosis NPK pada dosis 20 g/tanaman merupakan dosis standar tanaman pare.

(21)

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan di kebun pribadi, Jalan Lingkar Bangkinang Kelurahan Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang kota, kabupaten Kampar. Peneltian ini akan dilaksanakan selama empat bulan dimulai bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020.

B. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih tanaman pare lipa f1 (lampiran 2), POC bonggol pisang, NPK 16:16:16, tanah topsoil, decis 25 EC.

Sedangkan alat-alat yang digunakan adalah, gelas ukur 1 liter, gelas ukur 200 ml, ember, cat, paku, seng, polybag, spanduk, cangkul, gembor, meteran, garu, tali rapia, meteran, timbangan, kamera, alat-alat tulis.

C. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga diperoleh 30 satuan percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman, dan 2 tanaman sebagai sampel, sehingga diperoleh keseluruhannya yaitu 120 tanaman.

Adapun faktor perlakuan adalah berbagai campuran POC Bonggol Pisang dan NPK yaitu :

Perlakuan P0 = (100% NPK 16:16:16)

Perlakuan P1 = (100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang) Perlakuan P2 = (75% NPK 16:16:16 + 30% POC Bonggol Pisang) Perlakuan P3 = (50% NPK 16:16:16 + 40% POC Bonggol Pisang) Perlakuan P4 = (25% NPK 16:16:16 + 50% POC Bonggol Pisang)

(22)

Perlakuan P5 = (100% POC Bonggol Pisang) Tabel 1. Perlakuan faktorial

Ulangan

Perlakuan

P0 P1 P2 P3 P4 P5

1 2 3 4 5

P0.1 P1.1 P2.1 P3.1 P4.1 P5.1

P0.2 P1.2 P2.2 P3.2 P4.2 P5.2

P0.3 P1.3 P2.3 P3.3 P4.3 P5.3

P0.4 P1.4 P2.4 P3.4 P4.4 P5.4

P0.5 P1.5 P2.5 P3.5 P4.5 P5.5

Data hasil pengamatan dari masing-masing perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis sidik ragam (ANOVA). Jika F hitung yang diperoleh lebih besar dari F tabel, maka dilakukan uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5 %.

D. Pelaksanaan Penilitian 1. Persiapan Lahan

Persiapan lahan dilakukan dengan membersihkan lahan dari rerumputan dan sisa-sisa tanaman di areal tanaman. Tujuan pembersihan lahan yaitu untuk menghindari tumbuhnya rumput yang dapat berpotensi menjadi inang bagi hama.

2. Pengisian Polybag

Polybag yang digunakan pada penelitian, ukurannya antara 35 cm x 40 cm.

Polybag diisi dengan tanah lapisan atas setiap polybag sebanyak 9 kg.

3. Pembuatan pupuk organik cair bonggol pisang

Bahan-bahan yang digunakan adalah bonggol pisang sebanyak 10 kg yang sudah dipotong-potong, gula merah sebanyak 3 kg, EM4 1500 ml, air cucian beras 50 liter, dan air kelapa 50 liter. Bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam 2 ember yang masing masing ember berkapasitas 70 liter, lalu diaduk secara merata dan ditutup rapat. Fermentasi dilakukan selama 14 hari, dan setiap harinya tutup

(23)

15

ember dibuka. Akhir dari proses fermentasi ditandai dengan timbulnya gas, permukaan wadah menggelembung, terdapat tetes-tetes air ditutup wadah fermentasi, tercium bau seperti aroma tape, warna larutan keruh, dan terdapat lapisan berwarna putih baik di permukaan larutan maupun di dinding wadah fermentasi. Setelah itu, pupuk siap dipakai dengan cara disaring.

4. Persemaian

Benih direndam terlebih dahulu dalam air bersih selama 10-12 jam, setelah bibit direndam, diperam dan setelah keluar akar pertama, bibit tidak langsung di masukan ke lubang tanam melainkan ditanam terlebih dahulu pada polybag bibit ukuran 6×10 yang telah diisi tanah dicampur pupuk kandang, setelah bibit tumbuh dan berdaun dua (usia 8-12 hari) barulah benih dipindahkan ke lubang tanam.

Penanaman dilakukan pada umur 8-14 hss (hari setelah semai) dengan keluarnya 2 daun sempurna. Waktu penanaman pada saat sore hari karena untuk mencegah layunya bibit yang ditanam.

5. Pemasangan Label

Pemasangan label dilakukan sebelum pemberian perlakuan, label yang telah disiapkan dipasang sesuai dengan perlakuan masing-masing pada plot yang telah disiapkan kemudian disesuaikan dengan lay out penelitian.

6. Penanaman

Setelah bibit pare berumur 14 hari atau berdaun 4 helai dan diantaranya 2 daun sempurna, kemudian dipindahkan ke polybag yang besar (35 cm x 40 cm).

Kemudian polybag disusun dengan jarak antar polybag 50 cm x 50 cm 7. Pemberian Perlakuan

Pemberian perlakuan berupa pemupukan dengan pupuk organik cair (Bonggol Pisang) dilakukan pada pagi hari. Pemberian pupuk NPK 16:16:16 dilakukan sekali pada saat 2 minggu setelah tanam, dengan cara ditaburkan di

(24)

sekeliling tanaman lalu ditutup menggunakan tanah. POC (Bonggol Pisang) disiramkan disekeliling tanaman sesuai dengan kosentrasi pada masing – masing perlakuan yang diberikan semingu sekali sampai minggu ke 9, dengan volume penyiraman:

Umur/ minggu Volume penyiramam

1 – 3 50 ml

4 – 6 100 ml

7 – 9 150 ml

8. Pemeliharaan a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali dalam satu hari (pagi dan sore hari).

Penyiraman dilakukan dengan menggunakan gembor. Apa bila hari hujan lebat tidak dilakukan penyiraman.

b. Penyiangan

Penyiangan dilakukan 15 hari setelah tanaman dipindahkan ke lapangan.

Dilakukan dengan cara mencabut rumput yang tumbuh pada polybag dan sekitar areal penelitian dilakukan dengan cara menggunakan cangkul.

c. Pemangkasan

Pemangkasan tanaman pare dilaksanakan 2 kali yaitu pada saat umur 3 minggu dengan tujuan agar tunas tumbuh menyebar. Sedangkan pemangkasan berikutnya pada umur 6 minggu dengan membuang cabang yang tua dan tumbuh, daun kering serta cabang yang rusak, sehingga produksi buah bisa maksimal.

d. Pembungkusan

Tujuan pembungkusan buah pare adalah untuk mencegah serangan lalat buah yang menyerang pada saat buah pare masih muda. Pembungkusan

(25)

17

dilakukan pada saat pare berumur 1,5 bulan dengan menggunkan plastik.

Dengan melakukan pembungkusan maka berpotensi untuk mendapatkan buah pare yang mulus dan menghindari serangan lalat buah.

e. Pembuatan Lanjaran

Lanjaran dibuat untuk menjalar batang utama pare sedangkan para-para digunakan untuk menjalarnya tunas-tunas dari batang utama yang nantinya akan menghasilkan buah pare. Tinggi lanjaran dan para-para adalah 2 meter.

Pembuatan lanjaran dilakukan 2 minggu setelah tanaman dipindahkan kelapangan, pembuatan lanjaran dan para-para ini dikerjakan sedemiian rupa sehingga buah pare dapat menggantung dengan sempurna.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang sering menyerang tanaman pare adalah ulat grayak biasanya ulat ini menyerang pada malam hari sedangkan pada siang hari ulat ini bersembunyi di dalam tanah. Akibat dari serangan hama ini adalah dapat mengakibatkan daun pare akan habis dimakannya. Untuk mengatasinya dilakukan secara mekanis yaitu memusnahkan telur-telur yang baru menetas bersama dengan daun yang ditempeli oleh telur tersebut dengan menggunakan insektisida. Penyakit yang sering menyerang tanaman pare adalah tepung putih. Gejala awal ditandai dengan adanya tepung putih pada daun terbawah. Daun yang terserang menjadi kuning, coklat dan akhirnya mengering. Pengedaliannya dilakuka dengan cara mengurangi kelembaban disekitar tanaman, membuang bagian tanaman yang terserang.

9. Panen

Panen dilakukan sesuai dengan kriteria panen dengan ciri-ciri buah berbentuk lonjong meruncing, kulit mengkilap dan bergaris-garis, kulit berwarna

(26)

hijau, pajang buah 20-30 cm dan permukaan kulit nampak melebar dan merata.

Pemanenan dilakukan sebanyak 4 kali, dengan interval satu minggu sekali.

E. Parameter Pengamatan

Parameter yang diamati dalam penelitian ini antara lain:

1. Umur berbunga (hari)

Pengamatan umur berbunga dihitung mulai saat penanaman sampai muncul bunga pertama. Pengamatan dilakukan apabila bunga muncul mencapai ≥ 50%

dari populasi yang terdapat dalam plot.

2. Umur panen pertama (hari)

Pangamatan terhadap umur panen dilakukan dengan menghitung umur sejak tumbuh sampai panen pertama dengan kriteria jumlah panen tanaman ≥ 50% total populasi keseluruhan. Data hasil pengamatan dianalisis secara statisik dan disajikan dalam bentuk tabel.

3. Jumlah buah per tanaman (buah)

Pengamatan untuk jumlah buah dilakukan dengan cara menghitung jumlah buah yang dihasilkan pada masing-masing tanaman sampel dengan cara menjumlahkan panen pertama hingga panen keempat. Selanjutnya data akhir yang diperoleh dianalisis secara statistik.

4. Berat buah per tanaman (g)

Pengamatan berat buah per tanaman dilakukan dengan cara menimbang seluruh buah yang telah dipanen pada setiap tanaman sampel bagi jumlah buah persampel. Data hasil pengamatan dianalisis secara statisik dan disajikan dalam bentuk tabel.

5. Rata-rata Panjang buah per tanaman (cm)

Pengamatann rata-rata panjang buah dilakukan dengan mengukur panjang buah pada tanaman sampel dengan menggunakan penggaris, setiap pemanenan

(27)

19

dilakukan pengukuran panjang buah pada tanaman. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

6. Jumlah buah sisa per tanaman (buah)

Pengamatan jumlah buah sisa dilakukan seminggu setelah panen akhir, yaitu menghitung jumlah buah yang tersisa lagi pada setiap masing-masing plot.

Selanjutnya dianalisis secara statistik dan disajikan dalam bentuk tabel.

(28)

A. Umur Berbunga (hari)

Hasil pengamatan terhadap umur berbunga tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.a) menunjukkan bahwa respon umur berbunga tanaman pare nyata terhadap beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK. Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata umur berbunga (hari) dan umur panen pertama (hari) tanaman pare yang diberi perlakuan bonggol pisang dan NPK

Perlakuan

NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang

Rerata Umur berbunga (hari)

Rerata umur panen pertama (hari)

100% NPK 16:16:16 (P0) 30,40 d 46,80 c

100% NPK + 20% POC (P1) 25,40 a 44,80 a

75% NPK + 30% POC (P2) 28,20 b 46,00 b

50% NPK + 40% POC (P3) 29,00 c 46,20 b

25% NPK + 50% POC (P4) 31,40 e 49,60 d

100% POC Bonggol Pisang (P5) 32,80 f 50,20 d

KK 3,18% 1,85%

BNJ 0,78 0,73

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa umur berbunga tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100%

NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan umur berbunga tercepat pada tanaman pare yaitu 25,40 hari dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan umur berbunga tanaman pare terlama terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 32,80 hari.

Cepatnya umur berbunga tanaman pare pada perlakuan P1 dikarenakan pupuk NPK 16:16:16 dan POC bonggol pisang yang diberikan mampu memenuhi unsur hara bagi tanaman pare. Unsur hara yang terkandung dalam pupuk NPK

(29)

21

16:16:16 yang berperan dalam proses pertumbuhan tanaman pare yaitu, N (nitrogen) diperlukan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif . P (fosfor) berperan untuk merangsang pembentukan bunga dan buah, K (kalium) menguatkan akar, bunga dan buah (Subhan, dkk, 2010).

Penggunaan NPK 16:16:16 memberikan beberapa keuntungan, diantaranya kandungan haranya lebih lengkap, pengaplikasiannya lebih efisien, sifatnya tidak terlalu higroskopis sehingga tahan disimpan dan tidak cepat menggumpal. NPK baik digunakan sebagai pupuk awal maupun pupuk susulan saat tanaman memasuki fase generatif (Shinta, 2014).

Selain pupuk NPK 16:16:16 penambahan POC Bonggol Pisang dapat memperbaiki kesuburan tanah. Menurut Rini (2012) pupuk organik cair banyak mengandung materi organik digunakan untuk memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologi tanah, atau dalam arti lain sebagai penyubur tanah.

Kelebihan atau kekurangan unsur hara dapat menyebabkan metabolisme tanaman terganggu dan mengakibatkan gejala buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Proses metabolisme yang ada didalam tubuh tumbuhan seperti fotosintesis dan inisiasi bunga salah satunya dipengaruhi oleh pemenuhan unsur hara, karbohidrat, protein, vitamin, lemak dan asam amino merupakan senyawa yang berperan sebagai stimulus pembungaan. Dengan penambahan asupan posfor dan kalium yang tepat akan mampu meningkatkan kecepatan primordia dan inisiasi bunga tanaman menjadi lebih baik.

Adanya perbedaan waktu umur berbunga terlama dan tercepat dalam proses pembungaan tanaman pare diduga karena adanya perbedaan dosis pada perlakuan NPK 16:16:16 dan POC Bonggol Pisang yang diberikan pada tanaman pare. Sebagaimana kita ketahui, pemberian unsur hara yang terlalu berlebihan atau

(30)

terlalu sedikit akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Mulyani (2010), yang mengemukakan bahwa kelebihan atau kekurangan unsur hara dapat menyebabkan metabolisme tanaman terganggu dan juga dapat mengakibatkan gejala buruk bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

B. Umur panen pertama (hari)

Hasil pengamatan terhadap umur panen pertama tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.b) menunjukkan bahwa umur panen pertama tanaman pare nyata terhadap beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK. Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 2.

Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa umur panen tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100%

NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan umur panen tercepat pada tanaman pare yaitu 44,80 hari dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan umur panen tanaman pare terlama terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 50,20 hari.

Cepatnya umur panen pada perlakuan pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang telah memenuhi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman pare sehingga pemasakan buah menjadi lebih cepat.

Sesuai dengan pendapat Baharuddin (2016) yang menyatakan bahwa perlakuan NPK yang disertai dengan pupuk organik, dapat mempercepat umur panen pada tanaman. Karena unsur hara lebih tersedia dan dapat dimanfaatkan oleh tanaman.

Sutejo dan Kartasapoetra (2002) dalam Agustina (2015) menyatakan bahwa untuk dapat tumbuh dengan baik tanaman membutuhkan hara N, P dan K

(31)

23

yang merupakan unsur hara esensial dimana unsur hara ini sangat berperan dalam pertumbuhan tanaman. Unsur hara N ikut berperan dalam pembungaan, namun peranan nitrogen (N) tidak terlalu besar seperti halnya peran unsur hara fosfor (P) dalam pembentukan bunga. Peranan unsur hara fosfor (P) dalam pembentukan bunga mempengaruhi pembentukan dan ukuran buah, karena buah merupakan perkembangan dari bunga betina. Semakin tepat dan baik tingkat serapan kalium (K) yang diterima oleh tanaman akan mampu mempercepat umur panen tanaman.

Umur panen tanaman dipengaruhi oleh kecepatan pertumbuhan organ hasil yang berbanding lurus terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman. Jika pertumbuhan vegetatif mampu dipersingkat dengan asupan hara dan asimilat yang terjadi maka panen dapat lebih cepat.

Pada penelitian ini rerata umur panen tanaman pare sesuai dengan umur panen di deskripsi (Lampiran 2) yaitu 42-45 HST. Perbedaan umur panen pada penelitian ini dipengaruhi oleh cepatnya umur berbunga, karena tanaman yang telah memasuki fase generatif atau pembungaan akan cenderung lebih awal memasuki umur panen. Sementara itu umur berbunga yang lambat akan memiliki umur panen yang lambat juga. Hal ini sesuai dengan pernyataan Apriyanti (2013) mengatakan bahwa umur panen ditentukan oleh umur berbunga dan kecepatan pengisian buah.

C. Jumlah dan berat buah per tanaman

Hasil pengamatan jumlah buah per tanaman tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.c) menunjukkan bahwa pengaruh aplikasi beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK nyata terhadap jumlah buah tanaman pare. Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 3.

(32)

Tabel 3. Rata-rata jumlah buah per tanaman (buah) dan berat buah per tanaman (g) tanaman pare yang diberi perlakuan campuran bonggol pisang dan NPK.

Perlakuan

NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang

Rerata jumlah buah per tanaman (buah)

Rerata berat buah per tanaman (g)

100% NPK 16:16:16 (P0) 3,80 c 606,80 c

100% NPK + 20% POC (P1) 5,60 a 905,00 a

75% NPK + 30% POC (P2) 4,60 b 683,90 b

50% NPK + 40% POC (P3) 4,00 c 613,40 c

25% NPK + 50% POC (P4) 3,30 d 475,70 d

100% POC Bonggol Pisang (P5) 2,70 e 332,10 e

KK 13,3% 12,54%

BNJ 0,44 63,04

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah buah per tanaman tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan jumlah buah per tanaman terbanyak pada tanaman pare yaitu 5,60 buah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan jumlah buah per tanaman tanaman pare terendah terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 2,70 buah.

Banyaknya jumlah buah per tanaman pada perlakuan P1 (100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang) karena unsur hara yang diberikan dari NPK 16:16:16 dan POC Bonggol Pisang sudah memenuhi kebutuhan hara yang diperlukan pada saat fase generatif dari tanaman pare.

Unsur hara merupakan faktor yang mempengaruhi banyaknya jumlah buah, karena dalam pembentukan buah tanaman memerlukan unsur hara yang besar antara lain fosfor (P) dan kalium (K). Sejalan dengan pernyataan Sutedjo (2010) unsur fosfor (P) dapat merangsang proses pembentukan bunga, buah dan

(33)

25

biji pare serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah pare, sedangkan kalium (K) mencegah terjadinya kerontokan pada bunga tanaman.

Selain itu POC bonggol pisang juga mengandung zat perangsang tumbuh yang dapat merangsang pertumbuhan vegetatif maupun generatif termasuk pembentukan buah. Zat perangsang tersebut yaitu sitokinin dan giberalin. POC bonggol pisang juga mengandung bakteri yang dapat mengikat N di udara sehingga kandungan N akan tersedia optimal. Kandungan nitrogen yang tersedia secara oprimal dapan meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman yang tentunya juga akan mempengaruhi pertumbuhan generatif tanaman. Menurut Rostikawati (2012) Melalui pemberian cairan POC maka kandungan mikroba dalam tanah dapat meningkat sehingga proses mineralisasi dapat berjalan lebih optimal dan kebutuhan unsur hara tanaman dapat terpenuhi dengan baik.

Hasil pengamatan berat buah per tanaman tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.d) menunjukkan bahwa berat buah per tanaman tanaman pare nyata terhadap beberapa konsentrasi POC Bonggol Pisang . Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 3.

Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa berat buah per tanaman tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100%

NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan berat buah per tanaman tertinggi pada tanaman pare yaitu 905,00 g dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan berat buah per tanaman tanaman pare terendah terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 332,10 g.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan jika dikonversikan dalam luas 1 ha pada perlakuan 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) diperoleh hasil sebesar 36,2 ton/ha. Hasil ini masih sama dengan deskripsi

(34)

(Lampiran 2) produksi tanaman pare yaitu 35-40 ton/ha. Hasil produksi pada penelitian masih dianggap belum optimal hal ini disebabkan oleh penggunaan polybag yang kecil sehingga tanaman pare dalam menyerap unsur hara juga tidak maksimal.

Tingginya berat buah per tanaman pada tanaman pare yang dihasilkan perlakuan 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang, hal ini diduga karena adanya pengaruh kombinasi perlakuan NPK 16:16:16 dan POC Bonggol Pisang telah mampu menyediakan sumber unsur hara tanaman untuk memproduksi buah secara optimal. Kombinasi perlakuan ini juga mampu mensuplai unsur hara secara berkelanjutan yang sesuai dibutuhkan oleh tanaman, serta mampu menjaga proses fotosintesis sehingga berjalan dengan baik yang disebabkan karena perlakuan tersebut mampu memperbaiki sifat fisik kimia dan biologi tanah. Fotosintesis yang baik akan berpengaruh pada penyediaan jumlah kerbohidrat yang baik.

Terpenuhinya kebutuhan unsur hara dan tersedianya karbohidrat sesuai kebutuhan tanaman pare akan mempengaruhi tanaman untuk mencapai berat per tanaman lebih maksimal dan meningkatkan potensi produksi tanaman.

Menurut Sulaiman (2013), bahwa pertumbuhan tanaman selalu membutuhkan unsur hara dalam pembentukan daun, batang, bunga serta pembentukan dan pemasakan buah, oleh karena itu unsur hara N, P dan K sangat dibutuhkan dalam jumlah besar dan stabil karena tanaman membutuhkan unsur hara yang cukup dalam pertumbuhannya, apabila salah satu unsur hara yang dibutuhkan tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi pertumbuhan dan produktifitas tanaman.

Pemberian pupuk NPK juga sangat mempengaruhi hasil produksi dari tanaman pare. Menurut Subhan, dkk (2010) bahwa setiap unsur hara yang

(35)

27

terkandung di dalam pupuk NPK majemuk mendukung berbagai proses metabolisme sel, fotosintesis, dan respirasi sel sehingga dapat meningkatkan hasil produksi buah pare.

Menurut Sutedjo (2010) unsur fosfor (P) dapat merangsang proses pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah pare, sedangkan kalium (K) mencegah terjadinya kerontokan pada bunga tanaman pare. Sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2013) bahwa Pemupukan unsur kalsium juga dapat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman pare, yaitu meningkatnya bobot dan volume buah pare.

Hasil penelitian yang telah dilaksanakan jika dikonversikan dalam luas 1 ha pada perlakuan 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang diperoleh hasil sebesar 44,69 ton/ha. Hasil ini lebih tinggi dari deskripsi produksi tanaman pare yaitu 35-40 ton/ha. Tingginya buah pare yang dihasilkan disebabkan karena pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang pada dosis yang tepat sehingga dapat mendukung pembentukan buah pare yang lebih banyak dan produksi pare juga lebih tinggi.

D. Panjang buah (cm)

Hasil pengamatan panjang buah tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.e) menunjukkan bahwa berat buah per tanaman tanaman pare nyata terhadap beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK. Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada Tabel 4.

(36)

Tabel 4. Rata-rata panjang buah (cm) tanaman pare yang diberi perlakuan campuran bonggol pisang dan NPK.

Perlakuan

NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang

Rerata panjang buah (cm)

100% NPK 16:16:16 (P0) 24,18 c

100% NPK + 20% POC (P1) 28,08 a

75% NPK + 30% POC (P2) 26,50 b

50% NPK + 40% POC (P3) 26,02 b

25% NPK + 50% POC (P4) 23,90 c

100% POC Bonggol Pisang (P5) 16,72 d

KK 4,64%

BNJ 0,94

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata panjang buah tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan panjang buah tertinggi pada tanaman pare yaitu 28,08 cm dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan panjang buah tanaman pare terendah terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 16,72 cm.

Hasil penelitian terhadap panjang buah menghasilkan panjang buah terpanjang yaitu 28,08 cm. Jika dibandingkan dengan deskripsi (Lampiran 2) panjang buah dari hasil penelitian lebih kecil dari pada deskripsi yaitu 35 cm hal ini dikarenakan pada proses penelitian menggunakan ukuran polybag yang kecil sehingga serapan hara oleh tanaman tidak optimal dan menyebabkan terhambatnya perkembangan buah.

Panjangnya buah terpanjang tanaman pare disebabkan karena pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang mampu meningkatkan serapan hara oleh akar tanaman seperti hara N, P dan K yang dibutuhkan tanaman dalam proses perkembangan buah. Zat hara Nitrogen, Fosfor dan Kalium akan mempengaruhi pertumbuhan buah dan biji sehingga zat tersebut sangat

(37)

29

diperlukan. Pertumbuhan buah akan terganggu jika kekurangan zat hara N, P dan K. Unsur Kalium dapat memperlancar pengangkutan karbohidrat dan memegang peranan penting dalam pembelahan sel, mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan buah sampai menjadi masak.

Menurut Sutedjo (2010) unsur fosfor (P) dapat merangsang proses pembentukan bunga, buah dan biji serta mempercepat pembentukan dan pematangan buah pare, sedangkan kalium (K) mencegah terjadinya kerontokan pada bunga tanaman pare. Sejalan dengan pendapat Lingga dan Marsono (2013) bahwa Pemupukan unsur kalsium juga dapat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman pare, yaitu meningkatnya bobot dan volume buah pare.

E. Jumlah buah sisa per tanaman (buah)

Hasil pengamatan buah sisa per tanaman tanaman pare setelah dilakukan analisis ragam (Lampiran 4.f) menunjukkan bahwa jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare nyata terhadap beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK.

Data hasil uji lanjut Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5% dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Rata-rata jumlah buah sisa per tanaman (buah) tanaman pare yang diberi perlakuan campuran bonggol pisang dan NPK.

Perlakuan

NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang

Rerata jumlah buah sisa per tanaman (buah)

100% NPK 16:16:16 (P0) 2,52 c

100% NPK + 20% POC (P1) 3,38 a

75% NPK + 30% POC (P2) 2,90 b

50% NPK + 40% POC (P3) 2,62 c

25% NPK + 50% POC (P4) 2,32 d

100% POC Bonggol Pisang (P5) 2,02 e

KK 9,39%

BNJ 0.21

Angka-angka pada kolom dan baris yang diikuti huruf kecil yang sama tidak berbeda nyata menurut uji lanjut BNJ pada taraf 5%.

(38)

Data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa rata-rata jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare bervariasi pada setiap jenis perlakuan yang diberikan, dimana pemberian 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1) menghasilkan jumlah buah sisa tertinggi pada tanaman pare yaitu 3,38 buah dan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Sedangkan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare terendah terdapat pada pemberian perlakuan 100% POC Bonggol Pisang (P5) yaitu 2,02 buah.

Masih banyaknya buah sisa pada perlakuan 100% NPK 16:16:16 + 20%

POC Bonggol Pisang (P1), karena unsur hara dari NPK 16:16:16 + POC Bonggol Pisang sudah mampu memenuhi kebutuhan hara tanaman pare selama pertumbuhan generatif. Menurut Iskandar (2010) penggunaan pupuk anorganik yang berimbang dan sesuai dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman serta dapat memberikan tingkat produksi yang tinggi.

Menurut Sianipar (2019), mengemukakan bahwa pengaplikasian nutrisi terhadap tanaman dengan jumlah yang seimbang dalam pemupukan terutama pupuk majemuk yang memiliki kandungan hara lengkap baik mikro maupun makro, baik pengaplikasian melalui akar maupun daun akan dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman juga perkembangan serta hasil produksi tanaman.

Penggunaan pupuk NPK 16:16:16 menyebabkan kebutuhan unsur hara fospor dan kalium terpenuhi pada tanaman sehingga proses pembentukan buah berlangsung dengan baik, sehingga mampu menghasilkan buah yang cukup banyak, sehingga juga berdampak terhadap jumlah buah sisa pada tanaman.

Handayani (2010) Fosfor merupakan komponen penting asamnukleat, karena itu menjadi bagian esensial untuk semua sel hidup. Fosforsangat penting untuk perkembangan akar, pertumbuhan awal akar tanaman, luasdaun, dan

(39)

31

mempercepat panen. Kalium merupakan salah satu unsur haraesential ketiga yang sangat penting setelah nitrogen dan fosfat. Kalium diseraptanaman dalam jumlah yang cukup besar, bahkan kadang-kadang lebih besar.

Hal ini sesuai dengan pernyataan Hardjowigeno (2010), bahwa tanah yang dijadikan sebagai media penanaman akan meningkatkan respon tanaman dalam membantu proses pemasakan buah dengan pemberian pupuk yang mengandung unsur hara N, P, dan K dengan dosis tepat. karena unsur hara tersebut akan dimanfaatkan dan diserap untuk merangsang pertumbuhan salah satu diantaranya ialah proses pemasakan buah.

Fadiluddin (2010), selama periode panen tanaman menggunakan unsur hara sebagai pendukung proses fotosintesis tanaman untuk membentuk asimilat guna mengoptimalkan pembentukan buah. Pengoptimalan tersebut menyebabkan jumlah buah yang terbentuk akan semakin berkurang karena jumlah asimilat yang semakin rendah. Lakitan (2012), terjadi perubahan-perubahan metabolisme di dalam tubuh tanaman akibat semangkin berkurangnya jumlah karbohidrat, protein dan asam-asam amino yang dihasilkan cendrung semakin rendah.

(40)

A. Kesimpulan

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

Perlakuan beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare dengan perlakuan terbaik 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1).

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari hasil penelitian ini, untuk memperoleh pertumbuhan dan produksi tanaman pare yang maksimal disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan NPK 16:16:16 100% dan POC Bonggol Pisang lebih dari 20%.

(41)

RINGKASAN

Pare bukan tanaman asli Indonesia, namun pare merupakan tanaman merambat yang berasal dari Asia yang dibudidayakan di perkebunan dengan buahnya yang dijadikan sebagai sayur. Diperkirakan berasal dari Asia tropis, terutama Myanmar dan India bagian barat, tepatnya di Assam. Tanaman ini juga ditemukan Nepal, Sri Langka, Cina, dan beberapa negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia.

Secara umum, pare banyak tumbuh di daerah tropis (Prasetio 2013).

Dari hasil laporan tahunan Dinas Tanaman Pangan (2012) Pekanbaru, menyatakan bahwa produksi sayur sayuran terutama pare masih tergolong sangat rendah dengan luas lahan yang kurang dari 1 ha dan produksi kurang dari 1 ton/ha, dengan total produksi pertahun 10,5 ton dengan luas areal 13,4 ha.

Pembudidayaan tanaman di Riau banyak mengalami kendala, salah satu diantaranya adalah kesuburan tanah atau hara tanaman yang rendah, apabila ini tidak di tanggulangi maka tanaman tidak akan berproduksi secara maksimal, pemiliharaan dalam pembibitan, dan produksi pemasaran.

Pemupukan adalah usaha memberikan pupuk yang bertujuan menambah persediaan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman untuk meningkatkan produksi mutu tanaman. Ketersediaan unsur hara yang diserap oleh tanaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produksi suatu tanaman. Macam dan jumlah unsur hara yang tersedia di dalam tanah bagi pertumbuhan harus berada dalam keadaan cukup dan seimbang agar tingkat produksi yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.

Pupuk organik sangat bermanfaat bagi peningkatan produksi pertanian baik kualitas maupun kuantitas, mengurangi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan

(42)

kualitas lahan secara berkelanjutan. Pupuk organik atau bahan organik tanah merupakan sumber nitrogen tanah yang utama, selain itu peranannya cukup besar terhadap perbaikan sifat fisik, kimia, biologi tanah serta lingkungan. Pemberian pupuk organik ke dalam tanah dapat mempengaruhi dan memperbaiki sifat-sifat tanah, baik fisika, kimia maupun biologi tanah (Parnata, 2010).

Penggunaan pupuk organik alam yang dapat dipergunakan untuk membantu mengatasi kendala produksi pertanian yaitu POC. Pupuk organik ini diolah dari bahan baku berupa kotoran ternak, kompos, limbah alam, hormon tumbuhan dan bahan- bahan alami lainnya yang diproses secara alamiah. Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman. Kelebihan pupuk organik cair juga dapat secara cepat mengatasi defesiensi hara, tidak bermasalah dalam pencucian hara dan mampu menyediakan cepat. Dibandingkan dengan pupuk anorganik, pupuk organik cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin (Nugroho, 2012).

Menurut Suhastyo (2011) bahwa bonggol pisang mengandung karbohidrat (66%), protein, air, dan mineral-mineral penting. Bonggol pisang mempunyai kandungan pati 45,4% dan kadar protein 4,35%. Bonggol pisang mengandung mikroba pengurai bahan organik antara lain Bacillus sp, Aeromonas sp, dan Aspergillus nigger. Mikrobainilah yang biasa menguraikan bahan organik, atau akan bertindak sebagai dekomposer bahan organik yang akan dikomposkan.

Pupuk Organik Cair (POC) bonggol pisang memiliki peranan dalam masa pertumbuhan vegetatif tanaman dan tanaman toleran terhadap penyakit, kadar asam fenolat yang tinggi membantu pengikatan ion-ion Al, Fe dan Ca sehingga membantu ketersediaan fosfor (P) tanah yang berguna pada proses pembungaan dan pembentukan buah (Setianingsih, 2009).

(43)

35

Penambahan POC bonggol pisang sebagai bahan organik dapat menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman serta dapat memperbaiki kondisi lahan pertanian, sehingga diharapkan dapat meningkatkan produktivitas, serta dapat mengurangi biaya pemupukan kimia yang mahal serta tetap menjaga kualitas lingkungan.

Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pare adalah dengan memberi pupuk yang dibutuhkan tanaman pare. Unsur hara makro dan mikro yang tidak lengkap dapat menyebabkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman pare terhambat. Selain itu peningkatan produksi tanaman pare dapat dilakukan dengan cara penambahan pupuk anorganik seperti pupuk NPK 16:16:16. NPK 16:16:16 adalah pupuk dengan komposisi unsur hara yang seimbang dan dapat larut secara perlahan-lahan sampai akhir pertumbuhan. Jumlah kebutuhan pupuk untuk setiap daerah tidaklah sama tergantung pada varietas tanaman, tipe lahan, agroklimat, dan teknologi usahataninya. Oleh karena itu, harus benar-benar memperhatikan anjuran pemupukan agar jaminan peningkatan produksi per hektar dapat tercapai. Dengan pemberian POC Bonggol Pisang dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi pada tanaman pare, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada dalam budidaya tanaman pare.

Penelitian ini dilaksanakan dikebun pribadi, Jalan Lingkar Bangkinang Kelurahan Ridan Permai, Kecamatan Bangkinang kota, kabupaten Kampar.

Peneltian ini akan dilaksanakan selama empat bulan dimulai bulan Oktober 2019 sampai Januari 2020. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mendapatkan campuran POC Bonggol Pisang dan NPK yang terbaik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pare.

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 perlakuan dan 5 ulangan, sehingga diperoleh 30 satuan

(44)

percobaan. Masing-masing satuan percobaan terdiri dari 4 tanaman, dan 2 tanaman sebagai sampel, sehingga diperoleh keseluruhannya yaitu 125 tanaman.

Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa Perlakuan beberapa campuran POC Bonggol Pisang dan NPK berpengaruh nyata terhadap parameter umur berbunga, umur panen pertama, jumlah buah per tanaman, berat buah per tanaman, panjang buah dan jumlah buah sisa per tanaman tanaman pare dengan perlakuan terbaik 100% NPK 16:16:16 + 20% POC Bonggol Pisang (P1).

(45)

DAFTAR PUSTAKA

Balai Pengajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Utara, 2012. Sumatra Utara.

Budiyani, N.K,.Soniari, N.N., & Sutari, N.W.S. 2016 . Analisis kualitas larutan mikroorganisme lokal (MOL) bonggol pisang. E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika. 5 (1), 63-72.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan Propinsi Riau, 2012. Pekanbaru.

Direktorat Pengembangan Potensi Daerah (DPPD). 2012. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Pisang. Direktorat Pengembangan Potensi Daerah Nasional.

Elshabrina., 2013, Dahsyatnya Daun Obat Sepanjang Masa, 1st ed, Cemerlang Publishing, Yogyakarta, p 65-73.

Ganefati, S. P., Sutomo, A. H. & Iswanto. 2014. Urinoir model as liquid organic fertilizer producer of nitrogen (N), phospate (P), and potassium (K).

International Journal of Public Health Science. 3(1), 23-28.

Hadisuwito, S. 2012. Membuat Pupuk Organik Cair. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Jumin, H.B. 2012.Dasar-Dasar Agronomi.Raja Grafindo Persada. Jakarta. 250 hlm.

Karolina. 2018. Pengaruh Pupuk Organik Cair Bonggol Pisang Kepok (Musa acuminate L.) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Okra Merah (Abelmoschus caillei). Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Universitas Sanata Dharma Yokyakarta. 2018.

Kasim, S., O. H. Ahmed & N. M. A, Majid. 2011. Effectiveness of liquid organic- nitrogen fertilizer in enhancing nutrients uptake and use efficiency in corn (zea mays). African Journal of Biotechnology. 10(12), 2274-2281.

Kumar, S.K.P. dan D. Bhowmik. 2010. Traditional Medicinal Uses And Therapeutic Benefits Of Momordica Charantia Linn. International Journal of Pharmaceutical Sciences Review and Research. 4(3), 23-28

Lingga, P dan Marsono. 2011. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya.

Jakarta

Nugroho, A. 2012. Pengaruh Bahan Organik Terhadap Sifat Biologi Tanah.

Skripsi. Politeknik Negeri Lampung.

Parnata, A. S. 2010. Meningkatkan Hasil Panen Dengan Pupuk Organik.

Agromedia Pustaka. Jakarta.

(46)

Prasetio, B. 2013. Farm Big Book Budidaya Sayuran Organik di Pot. Lily Publisher, Yogyakarta.

Refliatty, Endriani dan Zurhalena. 2013. Efek Aplikasi Berbagai Formula Pupuk Bio-Organik Trichokompos Terhadap Hasil dan serapan Hara Oleh Kedelai Pada Tanah Masam. Jurnal Penelitian Universitas Jambi seri sains.

15(2).17-25.

Rini, A. 2012. Cara Membuat Pupuk Organik untuk Tanaman Buah dan Bunga yang Ramah lingkungan. Jakarta: Pustaka Mina.

Saxena S, Singh A, S. Archak, TK. Behera, JK. John, Meshram dan AB.

Gaikward. 2015. Development of Novel Simple Sequence Repeat Markers in Bitter Gourd (Momordica charantia L.) Through Enriched Genomic Libraries and Their Utilization in Analysis of Genetic Diversity and Cross- Species Transferability. Appl Biochem Biotechnol

Setianingsih, R. 2009. Kajian Pemanfaatan Pupuk Organik Cair Mikro Organisme Lokal (MOL) dalam Priming, Umur Bibit dan Peningkatan Daya Hasil Tanaman Padi (Oryza sativaL.): Uji Coba penerapan System of Rice Intensification (SRI). BPSB Propinsi DIY. Yogyakarta

Shinta, Kristiani, Warisnu, A. 2014. Pengaruh Aplikasi Pupuk Hayati Terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.). Jurnal Sains Dan Seni Pomits. 2(1) : 2337-3520.

Suhastyo, A A. 2011. Studi Mikrobiologi dan Sifat Kimia Mikroorganisme Local yang Digunakan pada Budidaya Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Tesis. Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Sulihandari, H. 2013. Herbal, Satyur, & Buah Ajaib. Yogyakarta: Trans Idea Publishing.

Sunarjono, H. 2010. Bertanam 30 Jenis Sayur. Penebar Swadaya. Jakarta.

Suwarto. 2010. Budidaya Tanaman Unggulan Perkebunan. Penebar Swadaya.

Jakarta

Wahyudi. 2011. Meningkatkan Hasil Panen Sayuran dengan Teknologi EM4. PT.

Agromedia Pustaka. Jakarta

Yulipriyanto, H. 2010. Biologi Tanah dan Strategi Pengelolaannya. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Gambar

Tabel    Halaman
Tabel 2.   Rata-rata  umur  berbunga  (hari)  dan  umur  panen  pertama  (hari)  tanaman pare yang diberi perlakuan bonggol pisang dan NPK
Tabel 3.   Rata-rata jumlah buah per tanaman (buah) dan berat buah per tanaman  (g) tanaman pare yang diberi perlakuan campuran bonggol pisang dan  NPK
Tabel 4.   Rata-rata  panjang  buah  (cm)  tanaman  pare  yang  diberi  perlakuan  campuran bonggol pisang dan NPK
+2

Referensi

Dokumen terkait

Validasi produk media video pembelajaran pembuatan pola dasar badan wanita sistem Bunka diukur melalui pertimbangan 3 ahli materi dan 3 ahli media. Ahli materi terdiri dari

Pada pengujian beban mengandung harmonik yang dihubung bintang dihasilkan hubungan antara arus yang mengalir pada masing-masing fasa dengan temperatur pada kumparan stator

Adalah penting untuk memiliki suatu sistem yang dapat memastikan bahwa anda telah mempersiapkan darah yang tepat untuk pasien yang tepat pula. ika rumah sakit anda tidak

Data Hasil Angket kepada siswa tentang penggunaan metode demonstrasi dalam pembelajar Shalat Jenazah di Madrasah Tsanawiyah (MTs)Himmatul Ummah desa Sumber Makmur..

Sedangkan, untuk menguji hipotesis penelitian, peneliti menggunakan teknik regresi yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh langsung variabel kepemimpinan islami

Nilai rata-rata (mean) diambil berdasarkan data perhitungan nilai (skor) perbandingan data terhadap produk dendeng jantung pisang dari empat segi penilaian

Post-conditions Sistem menampilkan kegiatan dosen tetap bidang keahlian sesuai PS dalam seminar yang telah tersimpan, terupdate, atau terhapus. Failed end condition Admin

(2017) titer antibodi yang masih tinggi pada saat vaksinasi nantinya dapat menetralkan antigen yang terdapat dalam vaksin yang digunakan sehingga akan mengakibatkan